• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2 Kajian Teori

2.2.4 Faktor Pendukung Pembentukan Budaya Baca

Pembahasan selanjutnya adalah tentang faktor pendukung pembentukan budaya baca. Hal ini terlihat jelas pada beberapa orang yang sangat mudah untuk melakukan aktivitas membaca, sehingga dapat memahami isi atau makna bacaan dengan cepat. Akan tetapi, ada sebagian orang yang sangat sulit untuk membaca atau memahami isi maupun makna dari suatu bacaan. Hal itu ternyata dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti dari lingkungan masyarakat, keluarga, dan sekolah bila dilihat dari keadaan luar pembaca, namun faktor intelegensi, emosi, dan psikologis turut mempengaruhi kemampuan membaca seseorang. Hal ini senada dengan Lamb dan Arnol (1976: 24) dalam buku Somadayo (2011: 27) yang menyatakan bahwa faktor- faktor yang dapat mempengaruhi proses membaca adalah (1) faktor lingkungan, (2)

intelektual, (3) psikologis, dan (4) faktor fisiologis, faktor ini mencakup, kesehatan fisik, pertimbangan biologis, dan jenis kelamin. Dari faktor-faktor tersebut dipaparkan bahwa :

(1) Faktor lingkungan: latar belakang, pengalaman, serta sosial ekonomi

(2) Faktor intelektual: metode mengajar guru, prosedur kemampuan siswa dan guru (3) Faktor psikologis: motivasi, minat, kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri (4) Faktor fisiologis: kesehatan fisik dan pertimbangan neurologis

Selain faktor-faktor di atas, terdapat faktor yang berasal dari budaya atau suatu kebiasaan sekelompok masyarakat tertentu yang mempengaruhi kemampuan membaca khususnya membaca pemahaman di Indonesia. Menurut Somadayo (2011: 29) faktor penyebab rendahnya kemampuan membaca seseorang dalam konteks Indonesia adalah (1) tradisi kelisanan (orality), seperti kita ketahui bahwa secara historis kultur masyarakat kita mengantongi warisan budaya lisan atau budaya tutur yang memfosil dan (2) sistem persekolahan kita yang kurang memberikan peluang yang cukup bagi hadirnya tradisi keberaksaraan (literacy) atau tradisi membacakan bacaan kepada peserta didik, seperti guru terlalu banyak menjadi pembicara dan murid terlalu banyak menjadi pendengar. Dari teori tersebut semakin dipertegas bagaimana kebiasaan yang telah terjadi secara turun temurun turut mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman, diilutrasikan dengan kegiatan yang lebih banyak beretorika.

Faktor-faktor mengenai membaca dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari

dalam diri seseorang atau pembaca, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang timbul dari luar atau lingkungan seseorang atau pembaca. Hal tersebut didasari oleh Pearson dalam buku Somadayo (2011: 30) yaitu faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dapat diklasifikasikan ke dalam dua faktor (1) faktor yang bersifat eksternal (yang berasal dari luar pembaca) dan (2) faktor yang bersifat internal (yang berasal dari dalam diri pembaca). Dua kelompok faktor tersebut mengandung beberapa faktor, yakni:

(1) Faktor internal: minat, motivasi, dan kemampuan membacanya. (2) Faktor eksternal:

a. Unsur yang berasal dari dalam teks bacaan b. Unsur yang berasal dari luar lingkungan baca

Dari beberapa faktor di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembaca memiliki kemampuan yang berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dibawanya, bisa dari faktor internal yang berasal dari dalam diri pembaca seperti minat, motivasi diri, tingkat kemampuan membaca, emosi, psikologis, dan intelegensi pembaca. Kemudian, selain faktor internal yang terdapat dalam faktor kemampuan membaca pemahaman yang menjadi penentu kemampuan membaca pemahamannya, terdapat faktor eksternal yang mencakup lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah atau tempat bekerja, serta dari segi tulisan yang dibaca.

Secara eksplisit beberapa masalah membuat orang-orang enggan untuk membaca suatu buku. Menurut Winarno (2012: 35) terdapat beberapa alasan mengapa orang-orang kurang berminat membaca buku, yakni:

a. Tingginya susunan bahasa yang dipakai penulis untuk mengungkapkan isi. Seperti kebanyakan buku-buku klasik yang ditulis oleh para ulama masa lampau yang mulia.

b. Tidak memahami istilah yang diulang-ulang dalam buku itu, sehingga terjadi pertentangan antara pemahaman dan bacaan.

c. Cepat bosan, kurang sabar, dan tidak betah duduk sebagaimana yang dituntut dalam membaca. Fenomena ini sangat tampak pada orang-orang lapngan yang suka berpergian, jalan-jalan, gerakan fisik dan tidak kuat duduk di satu tempat dalam waktu yang lama.

d. Tidak mengetahui nilai membaca dan keutamaannya. Manusia adalah musuh dari apa yang tidak diketahuinya.

e. Pikiran menerawang dan tidak konsentrasi. Ini adalah problem yang banyak

dikeluhkan oleh para pembaca, dimana sering mereka berkata “Kami sudah selesai

membaca satu halaman, akan tetapi tidak memahami apa-apa”. Menurut kami, hal- hal semacam itu terjadi dikarenakan pikiran mereka melayang dan tidak konsentrasi.

f. Karena cita-cita yang rendah dan rela kepada cita-cita rendah tersebut, seakan-akan dia diciptakan hanya untuk makan, minum, dan tidur. Dia tidak mengetahui buku-

buku kecuali hanya bentuknya, tidak memahami bacaan kecuali hanya lewat begitu saja.

g. Panjangnya pembahasan atau judul kajian

h. Salah memulai, yaitu membaca buku-buku klasik dalam bidang tertentu sebelum membaca buku-buku yang mudah atau dasar.

i. Tidak adanya teman yang memberikan semangat kepada sesama temannya untuk membaca, atau malahan adanya teman-teman yang menghalanginya untuk belajar ilmu.

j. Mengubah gizi dengan lemak atau sibuk membaca buku-buku yang membahayakan seperti majalah-majalah yang tidak ada manfaatnya.

k. Tidak adanya dorongan dari masyarakat untuk membaca dan keterbatasan pelajar dalam membaca hanya pada buku-buku wajib saja.

l. Keliru meminta nasihat atau meminta nasihat kepada orang yang bukan ahlinya. m. Tidak memakai kaidah bahasa dan minimnya kemampuan dalam memahami

kalimat-kalimatnya serta kurangnya pengetahuan tentang susunan kalimat yang mengandung makna kiasan.

n. Sibuk dengan dunia hiburan seperti menonton film, drama, sinetron, aktifitas yang menghabiskan waktu, mengikuti lomba-lomba olahraga secara berlebihan, bermain kartu, dan duduk-duduk yang tidak ada gunanya.

Dari daftar di atas, tampak berbagai permasalahan nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari mengenai hambatan-hambatan untuk melakukan aktifitas

membaca. Hal ini tentu harus segera diubah paradigma orang-orang atau pelajar, sehingga budaya membaca semakin terbangun.

Faktor pendukung pembentukan budaya baca juga turut ikut andil dalam memengaruhi kecepatan membaca. Berikut ini beberapa faktor yang memengaruhi membaca khususnya dalam kecepatan membaca menurut Widiatmoko (2011: 28):

a. Pengalaman

Membaca adalah hal yang kompleks, yang membutuhkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Dalam membaca, orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati dan mengingat-ingat.

b. Bahasa

Bahasa sangatlah berperan penting dalam suatu bacaan. Contoh, bila Anda membaca buku atau majalah yang tulisannya menggunakan bahasa-bahasa asing, misalnya bahasa Inggris, Perancis, Italia, dan sebagainya, apa yang terjadi?

c. Metode

Satu lagi yang perlu dijadikan modal dalam membaca yaitu metode membaca. Tanpa menggunakan metode, membaca satu buah buku akan memakan waktu yang lama untuk menghabiskannya, bisa seharian, mingguan, atau bahkan sampai berganti bulan.

d. Tujuan

Dan yang paling penting dalam modal membaca adalah tujuan dari membaca. Apa yang menjadi tujuan Anda untuk membaca buku ini atau sebuah buku tertentu.

Beberapa faktor di atas menandakan bahwa dalam kegiatan membaca, calon pembaca harus memperhatikan berbagai aspek penting dalam menunjang aktifitas membaca tersebut. Seperti suatu pengalaman membaca, sebagai pembaca akan merasakan kesulitan ketika harus mencerna isi bacaan, bila pengalaman membaca belum ada. Di sisi lain, yakni mengenai bahasa, sebagai aspek komunikasi, bahasa memegang peran penting dalam kegiatan membaca. Hal ini tampak ketika pembaca menemukan istilah-istiah asing, baik istilah latin maupun bahasa asing, sehingga kecepatan membaca dan pemahaman mengenai isi bacaan akan rendah. Kemudian metode yang digunakan untuk membaca juga berperan penting dalam meningkatkan kecepatan dan keefektifan dalam membaca, semisal membaca tanpa metode-metode membaca, pembaca akan mengalami ketidakefektifan membaca, mulai dari tenaga, konsentrasi, dan waktu. Hal ini membutuhkan pengetahuan mengenai metode-metode membaca yang kini telah semakin berkembang. Kemudian pada aspek tujuan membaca, pembaca harus memiliki suatu tujuan mengapa Ia harus membaca buku tersebut, sehingga akan memudahkan pembaca untuk menyelesaikan bacaan dan memahami isi bacaan dengan cepat.

Dokumen terkait