• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENDUKUNG PENGEMBANGAN SENTRA MARKISA

= 133 buah markisa

FAKTOR PENDUKUNG PENGEMBANGAN SENTRA MARKISA

Keterangan: 1.Tidak berpengaruh 2.Kurang berpengaruh 3.Sedikit berpengaruh 4.Berpengaruh 5.Sangat berpengaruh

dilakukan. Kuantitas dan kualitas baha baku juga mempengaruhi teknologi, harga produk, dan faktor-faktor produksi lainnya baik yang terlibat secara langsung maupun secara tidak langsung.

Peran serta masyarakat menunjukkan nilai 4,11 pada skala empat, yang berarti peningkatan daya saing dan pengembangan sentra markisa di Kabupaten Gowa membutuhkan peran dan andil masyarakat setempat sebagai pelaku utama agroindustri markisa yang menjalankan aktifitas inti yaitu budidaya dan pengolahan markisa di Kabupaten Gowa. Selain melimpahnya bahan baku yang didukung dengan besarnya potensi lahan dalam pengembangan markisa dan adanya peranan masyarakat yang memanfaatkan dan mengembangkan markisa menjadi komoditi bernilai ekonomis, peran serta dan kebijakan yang dibuat pemerintah adalah salah satu faktor berpengaruh dalam pembentukan klaster Peran serta masyarakat memiliki keterkaitan dengan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam mengolah potensi daerah yang dimilikinya sangat tergantung dari kualitas dan kuantitasnnya. Hasil penelitian diperoleh sumber daya manusia berada pada skala 4 dengan nilai 3,57.

Masyarakat setempat yang melakukan aktifitas budidaya dan pengolahan markisa dengan pengetahuan agroindustri markisa diperoleh secara turun temurun dan dari pengalaman yang dilakukan oleh pelaku agroindustri. Tingkat pendidikan petani markisa paling tinggi adalah SMA, pengetahuan mengenai teknik budidaya banyak diperoleh dari pengalaman dan kelompok-kelompok tani setempat. Pemilik pengolah markisa memiliki pendidikan paling tinggi strata satu, pemilik inilah yang melihat peluang pengembangan markisa dan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk peningkatan perekonomian masyarakat setempat. Munculnya unit pengolah markisa di Kabupaten Gowa ada yang terbentuk karena kerja sama dengan pihak pemerintah dan swasta maupun dari inisiatif dan usaha sendiri. Unit pengolah yang mendapatkan bantuan dari pemerintah memiliki akses yang sangat besar untuk mengembangkan produk yang dimilikinya karena mendapatkan bantuan teknologi, modal, pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan usahanya.

Peranan dan kebijakan pemerintah menunjukkan nilai 3,86 dan dimasukkan kedalam skala empat yang berada pada posisi ketiga faktor yang berpengaruh dalam pembentukan klaster markisa setelah ketersedian bahan baku dan peran serta masyarakat. Pemerintah memegang peranan penting dalam pengembangan klaster terkait dengan ijin pembentukan, pendampingan usaha, pemberian bantuan, promosi, stabilitas harga, nilai tukar, pengontrol kegiatan dan pendukung kegiatan agroindustri suatu daerah. Selain itu pemerintah memegang kewenangan, otoritas dan mobilisator dalam mendukung kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan perekonomian daerah. Salah satu peranan pemerintah yang berpengaruh dalam keberlangsungan klaster industri adalah penyediaan public service (pelayanan masyarakat) dalam hal ini adalah infrastruktur.

Hasil penelitian diperoleh infrastruktur penunjang paling utama adalah akses jalan yang berpengaruh dalam menghubungan aktifitas pelaku. Seiring dengan peningkatan daya saing dan pengembangan sentra markisa nantinya diharapkan infrastruktur perekonomian meningkat sehingga mendukung sistem perekonomian dan daya saing Kabupaten Gowa kedepan. Hal ini sesuai dengan penelitian Smith (2011), yang mengatakan bahwa salah satu manfaatyang dihasilkan olehklaster industri secara positif adalah, meningkatkan daya saingyang berkontribusi

terhadap pembangunanekonomidi tempatdi mana klaster tersebut berada. Dimana infrastruktur klaster industri perlahan-lahan membaik karena inisiatif dari pemilik bisnis dan adanya kerjasama dengan beberapa pihak terkait.

24 faktor peningkatan daya saing dan pengembangan sentra markisa, ada dua faktor yang belum termanfaatkan dengan baik oleh pelaku agroindustri markisa di Kabupaten Gowa yaitu informasi pasar dan sarana promisi. Belum termanfaatkannya faktor tersebut dikarenakan keterbatasan teknologi dan pengetahuan pelaku agorindustri markisa. Padahal dengan mengetahui informasi pasar mempengaruhi jenis produk yang akan dibuat, penggunaan teknologi dan mengetahui apa yang dilakukan oleh pesaing usaha yang sejenis. Sarana promosi juga memberikan pengaruh yang sangat besar, yaitu memberikan informasi pada pasar yang akan dituju terkait dengan produk yang dihasilkan. Media promosi juga sangat mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk yang dihasilkan. Dengan belum termanfaatkannya informasi pasar dan media promosi dengan maksimal oleh pelaku agroindustri markisa di Kabupaten Gowa, memberikan pengaruh yang signifikan yaitu tidak diketahuinya secara global bahwa Kabupaten Gowa merupakan daerah penghasil markisa yang menyuplai markisa ke industri pengolah markisa di Makassar dan sekitarnya.

Analisis Aktivitas dan Pelaku Agroindustri Markisa

Aktivitas yang dilakukan oleh pelaku agroindustri markisa, dilakukan menggunakan analisis rantai nilai secara kualitatif yang menggambarkan kegiatan pelaku agroindustri markisa di Kabupaten Gowa saat ini. Dimana proses produksi hingga konsumen melibatkan beberapa aktivitas dan pelaku yang memegang peranan penting, mulai dari hulu hingga produk sampai kekonsumen.

Pendekatan yang digunakan dalam analisis ini mencakup semua hubungan baik yang bergerak maju maupun bergerak mundur. Analisis rantai nilai bertujuan untuk melihat berbagai kegiatan yang dilakukan, dengan titik masuk utama analisis yang dilakukan pada UKM markisa. Serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk bagian hulu dilakukan secara berkelompok maupun secara individu dengan kegiatan penyiapan lahan, penyedian bibit, perawatan, pemanenan.

Setelah proses pemananen aktivitas selanjutnya adalah penjualan buah markisa ke pengolah atau pengepul. Pada proses pengolahan serangkaian aktivitas terjadi mulai dari penyedian bahan dan peralatan yang akan digunakan, pengolahan, formulasi, pengemasan, pelabelan, penggudangan dan distribusi produk ke agen. Setelah proses pengolahan telah dilakukan, proses perdagangan untuk menjual produk hingga kekonsumen dilakukan. Secara detail, penjambaran aktivitas dan pelaku-pelaku yang terlibat dalam proses produksi markisa, disajikkan pada Gambar 8.

Budidaya Markis

Pengepul

Pengolah Pedagang Konsumen

Mulai

Selesai

- Penyedia bibit markisa - Penyedia pupuk & lainnya - Petani markisa individual - Petani markisa kelompok

- Pengepul individual - Pengolahan antara - Pengolahan akhir

- Distributir - Grosir - Pengecer/retail

Konsumen

Gambar 8 Aktivitas Pelaku yang Terlibat dalam Rantai Pasokan Proses ProduksiPengolahan Markisa Di Kabupaten Gowa

Diagram alir aktivitas pelaku yang terlibat menunjukkan beberapa aktivitas yang dilakukan oleh pelaku usaha markisa dari hulu ke hilir. Di hulu pelaku usaha tani markisa terdiri dari penyedia bibit dan petani markisa. Penyedia bibit melakukan aktivitas menanam bibit dan menjual bibit, sedangkan petani markisa melakukan aktivitas menanam, memanen, perawatan markisa, menjualnya kepengepul atau pengolah. Ketika markisa yang dihasilkan melalui pengepul sebelum ke pengolah, terjadi aktivitas mengumpulkan markisa dari petani markisa, melakukan sortasi markisa berdasarkan tingkat kematangannya, pengepul melakukan penyimpanan hingga batas tertentu sebelum menjualnya ke pengolah, serta aktivitas pengangkutan markisa ke pengolah.

Pemetaan keterkaitan antar pelaku-pelaku yang terlibat diperoleh bahwa posisi tawar-menawar petani markisa sangat lemah. Ini ditunjukkan dengan harga markisa yang ditentukan oleh pengepul markisa, sehingga harga yang diterima petani berbeda jika melakukan penjualan langsung kepada pengolah. Namun ada beberapa alasan mengapa petani melakukan penjualan kepada pengepul antara lain: petani tidak mememiliki akses langsung kepengolah markisa, kurangnya informasi, dan terpenuhinya kebutuhan finansial petani tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi terlebih dahulu.

Dalam rantai usaha inti yang dilakukan dalam klaster industri markisa, melibatkan beberapa pelaku yang menunjang dan mendukung serangkaian aktivitas. Pelaku yang dikelompokkan dalam proses pengolahan merupakan UKM yang melakukan pengolahan atau perubahan bentuk dari buah menjadi beberapa produk akhir yang siap untuk dikonsumsi. UKM melibatkan beberapa industri yang menunjang aktvitasnya. Industri tersebut adalah industri bahan tambahan yang digunakan, penyedia kemasan, penyedia label, agen distributor.

Selain industri penunjang, pemerintah, dan pihak terkait, perbankan dan pedagang juga berperan penting dalam klaster industri markisa yang akan dibentuk. Pedagang dalam tataniaga produk berperan menyampaikan produk kekonsumen, perbangkan menyediakan modal usaha bagi pelaku-pelaku yang terlibat dalam proses produksi markisa. Dalam agroindsutri markisa, satu pelaku akan menjalankan beberapa kegiatan. Hubungan dan keterkaitan antar pelaku ditunjukkan pada Gambar 8.

Penyedia bibit Petani markisa (individual/kelompok) Pengepul Pengolah UKM/IRT Pengolah Besar Industri Penunjang Konsumen Perbankkan Keterangan Gambar:

:Terkait langsung pada aktivitas inti produksi dan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan produksi

:Terkait secara tidak langsung dan sebagai penunjang dari aktivitas produksi markisa

Gambar 9 Hubungan dan Keterkaitan Pelaku dalam Proses Produksi Markisa Keterkaitan pelaku pada gambar 9 menunjukkan bahwa ada pelaku-pelaku yang terlibat secara langsung dan secara tidak langsung. Pelaku yang terlibat secara langsung merupakan pelaku inti produksi markisa yaitu petani markisa dan pengolah. Pelaku-pelaku yang menunjang aktivitas pelaku inti yaitu perbankkan dan industri yang dibutuhkan pelaku inti seperti industri kemasan, bahan tambahan yang digunakan dan label.

Hasil penelitian diperoleh bahwa beberapa pelaku yang terlibat dalam agroindustri markisa di Kabupaten Gowa melakukan beberapa aktivitas lainnya, sehingga terdapat pelaku yang menjalankan beberapa aktivitas. Hal ini dikarenakan karena keterbatasan akan sumber daya manusia dan sifat usaha yang dilakukan masi dalam skala kecil dan bersifat kekeluargaan.

Keterkaitan antar pelaku yang terlibat memberikan gambaran adanya sifat kedekatan dalam agroindustri markisa di Kabupaten Gowa, dimana keterkaitan yang terjadi antar pelaku merupakan kerjasama yang saling mendukung dan membutuhkan satu sama lain. Keterkaitan tersebut memiliki tujuan peningkatan pendapatan dalam usaha agroindustri markisa. Sedangkan pelaku yang memiliki keterkaitan secara tidak langsung yaitu industri penunjang dalam keberlangsungan agroindustri markisa.

Setiap aktivitas dan kegiatan yang dilakukan dalam agtoindustri markisa memiliki beberapa hambabatan dan kebutuhannya masing-masing. Hasil penelitian yang diperoleh terkait dengan pelaku yang terlibat, jenis kegiatan yang dilakukan permasalahan yang dihadapi dan kemungkinan solusi yang dihadapi ditunjukkan pada Gambar 10.

Hulu Hilir

Produksi Markisa

(On Farm) Pengadaan/pengepul

Pengolahan (UKM pengolah)

Pedagan/Pemasaran

& Pasar Konsumen

Penanaman Perwatan tanaman Pemanenan Pengumpulan Pengupulan buah,pengangkutan dan penjualan ke pengolah Pengolahan, pengemasan, pengendalian mutu, tata niaga

Penjualan, pemasaran, promosi

- Kurangnya teknik produksi - Pemeliharaan yg kurang - Kurangnya modal - Fluktuatif harga yg menyebabkan petani melakukan pemanenan yg cepat, sehingga mutu kurang

- Teknik penanganan buah saat melimpah yg kurangnya - Transportasi/distribusi yang seadanya

- Kurangnya inovasi & diversifikasi produk - Kemasan & desain yg sederhana

- Penggunaan teknologi yg sederhana

- Informasi pemasaran kurang - SDM yg kurang

- Penataan/peyimpanan produk yang seadanya - Kurangnya informasi pasar dan pemasaran - Teknik promosi yang sederhana

Ekspor Kegiatan

Permasalahan

dan Kebutuhan - Adanya diversifikasi produk dri markisa

- Kemasan yang inovatif

- Penyebaran produk yang merata

- Teknologi tepat guna tuk memperpanjang umur produk

- Pemberian batuan modal & peralatan - Pendampingan oleh petugas lapang - Pemberian informasi - Dilakukannya sistem kontrakan dg pengolah sehinga terdapat kepastian pasar dan

- Pemberian bantuan modal & peralatan

- Riset inovasi & diversifikasi produk markisa - Pengembangan teknologi kemasan, produk, - Investasi di kemasan & desain - Peningkatan Mutu - Informasi pasar

- Riset pasar & konsumen - Pembangunan market data base - Pembenaan infrastruktur - Mendorong investasi pemodalan - pengembangan tek informasi & promosi produk Mendorong terciptanya investasi Solusi Inovasi wisata Agrowisata Inovasi Bisnis Agribisnis Inovasi teknologi Agroteknologi Inovasi Sosial

(kapital sosial, trust, honesty,creative)

Dari Gambar 10 menunjukkan antar pelaku inti yang terlibat, terdapat pedagang sebagai perantara yang menyediakan markisa sebagai bahan baku dan sebagai penghubung antar petani dan pengolah. Dengan serangkaian kegiatan yang terjadi dari hulu ke hilir yang melibatkan banyak pelaku dalam proses produksinya terdapat serangkaian permasalahan yang dihadapi oleh pelaku inti.

Permasalahan yang terjadi dihulu adalah keterbatasan akan teknologi yang tepat dalam hal budidaya markisa sehingga menghasilkan markisa dengan kualitias yang kurang bagus dan tanaman markisa mampu bertahan lama. Selain itu tidak adanya pemanfaatan tekonologi tepat guna dalam penangananmarkisa pada saat musim panen, sehingga buah setelah pemanenan tidak termanfaatkan dengan baik dan hanya dilakukan pengolahan sederhana untuk menjaga keberlangsungan bahan baku untuk proses produksi.

Selain permasalahan teknologi yang dihadapi oleh pelaku permasalahan sosial antar pelaku inti juga terjadi, antara lain kurangnya kepercayaan antar pelaku inti maupun masyarakat lokal yang terlibat dalam agroindustri markisa di Kabupaten Gowa. Dengan permasalahan demikian maka industri pengolahan dari daerah lain mampu melakukan tekanan terhadap pengolah dan petani markisa di Kabupaten Gowa. Padahal jika pelaku inti yang terlibat mampu berkerjasama dan menciptakan agroindustri yang harmonis tanpa ada pihak yang merasa dirugikan maka nilai tambah dari markisa dapat dinikmati oleh masyarakat setempat.

Serangkaian solusi untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh pelaku inti markisa, beberapa telah dilakukan oleh pemerintah untuk membantu keberlangsungan agroindustri markisa di Kabupaten Gowa. Solusi yang dilakukan pemerintah antara lain; pendampingan dan pemberian bantuan berupa peralatan bagi pengolah markisa. Ini menjadi tidak seimbang karena petani sebagai penyedia bahan baku dalam memproduksi prduk olahan markisa tidak mendapatkan perhatian berupa pendampingan dan pengarahan untuk peningkatan produksi markisanya, hanya sebatas pemberian bibit markisa.

Dengan kompleksnya permasalahan yang dihadapi pelaku inti agroindustri markisa, solusi lain yang dapat dilakukan adalah merangkumnya dalam pengembangan markisa kearah agorowisata, sehingga integritas dari hulu ke hilir agroindustri markisa dapat terjalin. Akan tetapi solusi ini tidak begitu efektif dalam menjawab permasalahan yang ada, karena hanya dapat dilakukan pada satu titik atau daerah penghasil markisa saja. Hal ini menjadi tidak efisien dan efektif karena sentra markisa yang memiliki permasalahan yang sama tidak termanfaatkan dengan baik.

Selain pelaku inti yang terlibat dalam klaster industri markisa nantinya, terdapat beberapa pelaku lainnya yang mendukung dan menunjangnya. Pelaku- pelaku tersebut dari hulu ke hilir yaitu: 1) Petani, 2) Pemasok: bibit, pupuk dan peralatan,

3) Pedagang pengumpul buah markisa, 3) UKM pengolah markisa, 4) Pedagang/Tata niaga : pengecer, agen, distributor dan penjual, 5) Lembaga keuangan, 6) Pemerintah, 7) Asosiasi, 8) Litbang dan Universitas, 9) Industri penunjang; peralatan, kemasan bahan tambahan dan lainnya, 10) Institusi/pihak berkepentingan lainnya, 11) Konsumen dan 12) Masyarakat. Banyaknya pelaku yang terlibat dalam sentra markisa dan proses pengembangan dan peningkatan daya saing, maka diperlukan analisis kebutuhan untuk mengetahui apa saja yang diinginkan oleh pelaku yang terlibat. Analisis kebutuhan pelaku dalam klaster

industri markisadiperlukan untuk merancang suatu model yang dapat mewakili dan mengakomodir semua kebutuhan pihak-pihak terkait. Analisis kebutuhan pelaku pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11 Daftar Kebutuhan Pelaku yang Teribat

No Petani Kebutuhan Pelaku

1. Penyedia bibit, dan petani markisa

a. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko yang rendah b. Harga jual bibit dan buah markisa yang tinggi

c. Tersedianya bibit unggul

d. Peningkatan dan penggunaan teknolgi tepat guna bagi budidaya markisa dan pasca panen

e. Peningkatan nilai tambah

f. rmintaan buah markisa yang tinggi

2 UKM

pengolah markisa

a. Ketersedian markisadengan kualitas dan kuantitas terjamin

b.Harga bahan tambahan (gula pasir) dan kemasan yang rendah dan selalu tersedia.

c. Peningkatan teknologi proses pengolahan, d.Sumber daya manusia yang terampil

e. Iklim usaha yang kondusif dan kepastian pasar yang tinggi 3. Pedagang a. Harga beli yang rendah dan harga jual tinggi

b. Permintaan markisa yang tinggi c. Umur buah yang panjang d. Mutu buah yang baik

e. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai 4 Lembaga

keuangan

a. Tingkat resiko pembiayaan rendah

b. Tingkat keuntungan pembiayaan yang tinggi c. Peningkatan jumlah nasabah dan Jaminan 5 Asosiasi a. Komunikasi yang baik antar pelaku

b. Penyebaran informasi yang jelas akan pasar c. Lingkungan usaha yang kondusif

6 Litbang dan Universitas

a. Hasil riset yang termanfaatkan b. Kerja sama yang baik

7 Industri penunjang

a. Harga yang tinggi

b. Margin keuntungan yang tinggi c. Pembayaran yang tepat waktu

8 Konsumen Inovasi dan difersifikasi produk markisa lainnya

9 Pemerintah Meningkatnya lapangan pekerjaanPemanfaatan keunggulan dan daerah dan peningkatan pendapatani

10 Masyarakat lokal

a. Terciptannya lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat

b. Kondisi lingkungan yang kondusif

Sumber: Adaptsi dari Hendrastuti 2010, dan hasil penelitian 2012.

Hasil analisis kebutuhan pelaku, menunjukkan bahwa setiap pelaku membutuhkan suatu jaminan untuk setiap usaha yang dilakukan, jaminan yang dibutuhkan berupa jaminan akan mutu, jaminan pasokan, jaminan pasar dan akan pembayaran yang tepat waktu. Dari analisis kebutuhan-kebutuhan pelaku terdapat

permasalahan dari pelaku yang terlibat yaitu kurangnya kepercayaan, adanya fluktuatif harga dan beberapa permasalahan lainnya. Permasalahan yang dihadapi pelaku dari hulu ke hilir adalah dirangkumkan sebagai berikut:

1. Rendahnya jaminan ketersediaan serta kontinyuitas markisa 2. Fluktuatif hargamarkisa, gula, dan kemasan yang digunakan

3. Rentannya ketidak pastian antar pasokan bahan baku dan permintaan 4. Kurangnya inovasi dan difersifikasi produk

5. Penggunaan teknologi yang sederhana dan belum berkembang. Khususnya teknologi pengolahan yang masih belum berkembang dan tidak adanya teknologi penanganan bahan baku

6. Sarana dan prasarana yang belum memadai. Infrastruktur, akses informasi, teknologi dan pasar yang masi harus dibenahi

7. Permasalahan sosial antar pelaku seperti kepercayaan, kejujuran, dan keinginan menang sendiri tanpa memikirkan jangka panjangnya

8. Sumber pendanaan yang masih kecil

9. Sistem Pemasaran dan manajemen yang belum berkembang 10.Sumber daya manusia yang kurang terampil, kreatif dan inovatif

Analisis Daya Saing Sentra Markisa dengan Pendekatan Diamond Porter

Faktor penentu keunggulan bersaing pada industri nasional menurut Porter (1993) yaitu (1) kondisi faktor sumber daya (factor conditions), (2) kondisi permintaan (demand conditions), (3) industri pendukung dan terkait (related and supporting industries), (4) struktur dan strategi perusahaan (structure of firms and rivalry). Keempat faktor ini didukung oleh peranan kesempatan (chance) dan pemerintah (Goverment) dalam meningkatkan daya saing industri nasional, bersama-sama membentuk sistem yang disebut the national”diamond

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja, yang terpenuhi dalam peningkatan daya saing dan pengembangan sentra markisa di Kabupaten Gowa berdasarkan model diamond porter, dilakukan identifikasi dan pengelompokkan pelaku erdasarkan model tersebut, sebagaimana pada Gambar 1.

Gambar 11 menunjukkan faktor penentu keunggulan bersaing berdasarkan

Diamond Porter dikelompokkan pada industri inti, industri terkait, industri pendukung, pembeli, serta institusi pendukung (pemerintah & asosiasi). Keterkaitan agroindustri markisa dengan petani, pengepul, pengolah, pedagang, dapat menjamin pasokan bahan baku, stabilitas harga dan pemasaran produk (keterkaitan secara horizontal). Keterkaitan agroindustri dengan lembaga pengembangan dan penelitian, lembaga keuangan, industri perkakas, industri penyedia bahan tambahan, industri kemasan, SDM, dan pihak-pihak lainnya, dapat menjamin meningkatnya mutu kualitas dan kuantitas produk, differentsial produk dan pemenuhan apa yang diinginkan konsumen serta pasar.

Pemasok: Bibit, pupuk Jasa: Angkutan, Distribusi, servis dll Bahan

Tambahan Kemasan Peralatan Industri Penunjang Litbang/Univ Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Lembaga

keuangan Institusi pendukung lainnya Pihak Pendukung Kondisi Permintaan: Lokal, Nasional, Eksport Faktor Kondisi: - Sumberdaya markisa - Sumber daya manusia - Infrastruktur - Lingkungan Pemerintah

Peluang Strategi perusahaan, struktur dan persaingan

Gambar 11 Identifikasi Faktor Daya Saing Berdasarkan Model Diamond Porter

Pendekatan model porter sebagaimana pada gambar merupakan pengembangan indsutrial distric atau kawasan industri yang dikembangkan oleh Alferd Marshall pada tahun 1920 (Desrochers, 2004). Berbeda dengan marshal yang hanya fokus pada perusahaan sejenis, model porter tidak membatasi pada satu industri tetapi lebih luas lagi yang meliputi industri-industri terkait, pemerintah, lembaga terkait serta perusahaan-perusahaan lain yang memiliki keterkaitan dalam teknologi, input dan output yang sama. Hal ini sesuai dengan Chen (2005), mengemukakan faktor penting yang menyebabkan Taiwan berhasil dalam mengembangkan klaster industri adalah peranan pemerintah pada tahap awal pendirian klaster dengan mendorong inovasi melalui lembaga penelitian. Faktor penentu dalam pembentukan dan pengembangan klaster industri yaitu 1) Factor condition atau faktor input. 2) Demand conditions, 3) Related and supporting industry, industri pendukung dan terkait, 4) Firm strategy, structure, and rivalary, 5) Goverment dan 6) Change.

Faktor Kondisi

Faktor kondisi peningkatan daya saing dan pengembangan sentra markisaterdiri atas sumber daya manusia, infrastruktur, dan lingkungan. Faktor tersebut merupakan input dan menjadi kekuatan sentra markisa Kabupaten Gowa. Ketersedian sumber daya manusia sebagai pekerja, pelaksana dan pemegang kendali dari sentra markisaberasal dari universitas dan lembaga pendidikan formal dan nonformal yang ada di Sulawesi Selatan. Bagi masyarakat setempat yang tidak berpendidikan formal namun memiliki pengetahuan terkait dengan markisa dalam hal budidaya dan pengolah, pemberian pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan apa yang diketahuinya, sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat bersaing.

Sumber daya manusia di Kabupaten Gowa termasuk dalam kategori sumber daya manusia terbesar ketiga di Sulawesi Selatan dengan jumlah penduduk sebesar 617,317 jiwa ditahun 2009. Pada Tahun 2008 jumlah penduduk mencapai 605,876 jiwa, sehingga penduduk pada Tahun 2008 bertambah sebesar 1,88 persen. Hal ini sesuai dengan peniltian Hongbo 2011 yang mengatakan bahwa faktor kondisi merupakan variabel yang dibutuhkan dalam memproduksi suatu produk seperti sumber daya manusia, bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan, modal, infrastruktur administrasi dan infrastruktur inovasi, infrastruktur teknologi dan informasi, dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan.

Markisa sebagai bahan baku utama dalam klaster industri tersedia di Kabupaten Gowa, dimana potensi pengembangan dan suplai bagi usaha-usaha markisa disekitarnya tercukupi dengan baik di Kabupaten Gowa. Potensi luas lahan pengembangan untuk markisa di Kabupaten Gowa sebesar ±5000 Ha, dengan daerah budidayamarkisa tersebar di kecamatan TomboloPao, Parigi,

Bonto‟lempangan, Tompo‟bulu, Tinggimoncong dan Sombaopu. Besarnya

potensi dan peluang di Kabupaten Gowa untuk pengembangan markisa menjadi

Dokumen terkait