• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Internalisasi Nilai – Nilai Tasawuf dalam Kitab Nashoihud Diniyyah pada Santri Pondok

BENTUK KEGIATAN

A. Temuan Penelitian

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Internalisasi Nilai – Nilai Tasawuf dalam Kitab Nashoihud Diniyyah pada Santri Pondok

Pesantren Anwarul Huda

Dalam segala sesuatu pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan apa yang diteliti oleh peneliti, yang mana dalam Internalisasi nilai-nilai tasawuf dalam kitab Nashoihud Diniyyah pada santri pondok pesantren Anwarul Huda ada beberapa faktor pendukung dan penghambat.

Faktor pendukung dalam Internalisasi nilai-nilai tasawuf yang peneliti dapat adalah, sarana dan prasaran yang menunjang dalam proses pembelajaran sehingga proses internalisasi nilai – nilai tasawuf berjalan dengan maksimal dan tidak ada kendala yang dapat mengganggu proses internalisasi nilai – nilai tasawuf tersebut.

Setiap hari pondok pesantren anwarul huda melakukan proses pembangunan guna untuk memfasilitasi santri dalam menuntut ilmu. Mulai dari kamar santri, halaqoh, laboratorium bahasa, mushollah yang di dalamnya dilengkapi dengan perpustakaan, kamar dan, ruang kelab, taman, lahan dibuat bertani. Hal itu semua kita siapkan untuk kepentingan santri. Alhamdulillah selama ini kami tidak sampai kekurangan sehingga pembangunan kami laksanakan setiap hari guna untuk memenuhi kebutuhan santri yang belum ada .103

Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwasanya adanya prasarana yang cukup menunjang dalam proses pembelajaran dapat digunakan dan dinikmati santri guna menunjang dalam menuntut ilmu mulai dari kamar santri, halaqoh, laboratorium bahasa, mushollah yang di dalamnya dilengkapi dengan perpustakaan, kamar, dan, ruang kelas dan lain sebagainya.

Keadaan prasarana yang peneliti lihat bahwa keadaan pondok pesantren Anwarul huda sangat baik dan sarana prasarana cukup lengkap sebagai sarana media pembelajaran. kesuksesan pembelajaran di pondok pesantren di dukung oleh adanya pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan yang ada di pondok pesantren secara efektif dan efisien. Sarana dan prasarana yang ada di pondok pesantren tersebut perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran guna memberikan kemudahan bagi santri. Pengelolahan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting di pondok pesantren karena keberadaannya sangat mendukung terhadap suksesnya proses internalisasi nilai – nilai tasawuf.

Selain sarana prasarana faktor pendukung lainnya adalah lingkungan yang kondusif. Terbentuknya lingkungan kondusif karena adanya bentuk kerja sama atau kekompakan yang baik antara santri dengan santri, santri dengan pengurus, santri dengan kyai atau kepala pondok dan pengurus dengan kyai atau kepala pondok. Solidaritas seperti itu menjadikan dapat terlaksana proses internalisasi nilai – nilai tasawuf dengan baik karena

tanpa adanya salidaritas yang baik maka akan menimbulkan cerai berai, saling menghasud dan terjadinya kesalahpahaman antara individu yang satu dengan individu yang lain. Berikut wawancara saya dengan salah satu santri PPAH yang bernama gus Farid:

di pondok ini tidak pernah terjadi pertengkaran, keributan bahkan saling memubunuh karena santri di sini diajarkan hidup sederhana, kegiatan ya bareng – bareng, gaji ayo bareng, sembarang bareng – bareng...pokoq enak hidup di pondok pesantren iku.104

Aktivitas bermukim, kegiatan – kegiatan keagamaan dan pendidikan mendorong munculnya suatu kekompakan itu pada diri santri sehingga hidup kebersaamaan akan tercipta keluarga yang rukun serta tidak adanya konflik yang membuat kebersamaan itu hancur. Di dukung dengan kehidupan santri Anwarul Huda yang sederhana maka sangat minim terjadinya pertikaian.

Selanjutnya, Faktor pendukung lainnya yaitu peran orang tua. Di sini orang tua salah satu pendukung suksesnya proses internalisasi nilai – nilai tasawuf. Bentuk perhatian orang tua terhadap anak merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan supaya terjadi rasa kepeduliaan orang tua terhadap pendidikan anaknya di pesantren. berikut penuturan gus yaqin:

Peran orang tua sangatlah mendukung dalam kesuksesan anaknya dalam mencari ilmu di pondok pesantren karena kepedulian itu sebagai monitoring bagi anaknya apakah anaknya sudah serius di pondok apa belum. Biasanya Madrasah Diniyyah selalu memberikan surat pemberitahuan apabila santri tidak mengikuti Diniyyah atau yang jarang mengikuti kegiatan pondok. Selain itu mengadakan haflatul imtihan tiap tahun dan acar ini mengundang wali santri.105

104 Wawancara dengan gus Farid santri PPAH tanggal tanggal 17 Juni 2016

Pondok pesantren mengirim surat pemberitahuan apabila santri melanggar dan mengundang para wali santri dalam acara haflatul imtihan semata – mata menciptakan hubungan yang harmonis dan sebagai monitoring bagi wali santri terhadap dunia pendidikan anaknya.

Sedangkan beberapa faktor penghambat terkait dengan internalisasi nilai – nilai tasawuf dalam kitab Nashoihud Diniyyah adalah padatnya kegiatan santri, karena santri bukan hanya melakukan kegiatan pesantren saja tapi juga ada kegiatan kampus yaitu kuliah. Seperti yang dinyatakan oleh salah pengurus sie kemanan sebagai berikut:

Santri selain kegiatan di pondok juga mengerjakan tugas kuliah. Kasus yang sering dijumpai yaitu santri mengerjakan tugas terlarut malam sehingga disuruh tidur malah tidak mau karena besok dikumpulkan sehingga bangunnya telat, jama’ahnya telat dan pada waktu mengaji tidur.106

Selain itu adanya para mu’allim yang datang terlambat dan kadang tidak masuk kelas karena para mu’alim berhalangan sehingga waktu Diniyyah juga digunakan taklim sangat terbatas ,pernyatan ini diutarakan oleh seorang pengurus sie pendidikan sebagai berikut:

Yaaaaach mungkin karena mu’alimnya berhalangan sehingga tidak masuk kelas rumahnya pun ada yang jauh akhirnya muallim/ah datang terlambat, sehingga waktu yang digunakan untuk ta’lim sangat terbatas dan materi yang diajarkan tidak maksimal.107

106 Hasil wawancara dengan Habib Saichu selaku sie keamanan PPAH tanggal 17 Juni 2016

Hal ini berdampak pada berkurangnya efektifitas pembelajaran dan juga berimplikasi terhadap timbulnya rasa malas pada santri dan materinya tidak tersampaikan secara maksimal.

Faktor penghambat yang terakhir yakni manajemen yang kurang baik merupakan salah satu penghambat proses internalisasi nilai – nilai tasawuf karena internalisasi nilai – nilai tasawuf dapat terlaksana dengan baik karena adanya manajemen organisasi yang kondusif dan bentuk perhatian ketua oraganisasi dalam menerapkan aturan – aturan yang berlaku. Berikut ini wawancara kami dengan salah satu santri PPAH yang bernama Choirul Umam kamar B3:

Manajemen di sini kurang tercover dengan baik sehingga para santri tidak terkontrol dalam menjalankan aturan yang ada di pondok pesantren. salah satu contoh piket pagi, ro’an bersama dan lain sebagainya. Itu saja pengurus tidak ada yang kontrol, bahkan piket pagi ada yang tidak melaksanakan, ro’an bersama pun kadang ada yang masih tidur-tidur tidak berbaur dengan santri yang lainnya. ini perlu ada tindakan langsung dan pemecahan masalah...pernah itu saya jumpai pengurus habis mengumunkan jadwal piket, terus ya sudah habis mengumumkan ditinggal dan tidak ada yang mengontrol.108

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan santri PPAH yang bernama choirul umam bisa disimpulkan peneliti bahwa sistem manajemen yang ada di pondok pesantren Anwarul Huda dirasa sudah baik karena sudah ada struktur organisasi yang jelas, namun dalam pelaksanaannya yang kurang begitu baik sebagai contoh dalam pelaksanaan piket pagi hari, pengurus sudah mengumumkan siapa saja

yang piket pada hari itu namun pengurusnya kurang mengontrol apakah santri yang mendapatkan piket tersebut melaksankan tugasnya apa tidak.

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan judul “Internalisasi Nilai-Nilai Tasawuf dalam Kitab An-Nashai ad-diniyyah wal washoyah al imaniyyah pada Santri Pondok Pesantren Anwarul Huda”, peneliti memperoleh data melalui observasi, wawancara (interview), dan studi dokumentasi. Dari data yang ditemukan, peneliti akan melakukan analisis data untuk menjelaskan lebih lanjut dari penelitian.

Adapun teknik analisa data dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi lapangan, wawancara (interview), studi dokumentasi dari pihak-pihak yang mengetahui tentang data yang dibutuhkan untuk penelitian. Data yang akan dipaparkan dan dianalisa oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti akan membahasnya.

A. Kandungan nilai – nilai tasawuf dalam kitab An-Nashai ad-diniyyah