• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Penghambat dalam Penerimaan Pajak Bumi dan

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

B. Faktor Penghambat dalam Penerimaan Pajak Bumi dan

Membayar pajak adalah sebuah kewajiban bagi setiap warga negara yang harus dilakukan secara sukarela, penuh kesadaran dan tanpa paksaan. Tapi tidak demikian dengan kenyataan yang dihadapi di lapangan. Masih ada saja Wajib Pajak yang tidak memperdulikan dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.

Dalam pembayaran PBB terdapat berbagai faktor penghambat dalam penerimaan PBB maupun masalah yang dihadapi di lapangan. Masalah yang paling sering ditemui di lapangan adalah banyaknya masyarakat belum menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dikarenakan faktor-faktor yang akan Penulis bahas pada Bab ini. Padahal prosedur yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sudah lebih mudah bagi WP. Prosedur yang dimaksud adalah SPPT disebar lewat Dispenda, dan dari Dispenda kemudian disalurkan ke kelurahan, terus ke RW dan RT, baru disalurkan ke rumah masing-masing. Jika belum menerima SPPT, masyarakat dimohon mengkonfirmasi ke kelurahan atau di KPP dimana WP terdaftar. Apabila belum pernah membayar PBB, WP mendaftarkan di KPP sehingga mempunyai NOP (Nomor Objek Pajak) dan untuk tahun seterusnya dapat membayar PBB.

Beberapa masalah lainnya diantaranya adalah data objek dan subjek PBB sektor pedesaan dan perkotaan yang dipakai untuk kepentingan SPPT belum

seluruhnya berstruktur sistem manajemen informasi objek pajak. Akibatnya, petugas pemungut di lapangan mengalami kesulitan dalam merealisasikan pembayaran PBB-nya.

Faktor penghambat dalam penerimaan PBB atau masalah dalam hal pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan yang sering ditemui di lapangan adalah sebagai berikut :

1. Adanya data wajib pajak yang tidak sama dengan kondisi di lapangan 2. Data wajib pajak tidak berada di daerahnya

3. Mutasi jual beli tidak dilaporkan

4. Ukuran tanah yang tidak sama dengan keadaan di lapangan. 5. Penunggakan pajak oleh WP badan atau perusahaan-perusahaan 6. Kesalahan dalam penetapan PBB yang menyangkut luas tanah 7. Luas bangunan dan penetapan kelas

8. Kurangnya kesadaran wajib pajak

9. Jarak antara tempat pembayaran PBB dengan domisili wajib pajak 10. Keengganan wajib pajak dalam melakukan proses pembetulan 11. Keberatan dan pengurangan pajak

12. Jumlah penghasilan wajib pajak

13. Kondisi perekonomian yang semakin rendah 14. Wajib Pajak yang bersangkutan meninggal dunia

15. Wajib pajak yang bersangkutan pindah alamat dan tidak memberitahukan kepada petugas Kantor Pelayanan Pajak.

16. Kesibukan Wajib Pajak yang mengakibatkan Wajib Pajak lupa atau terlambat menjalankan kewajiban perpajakannya.

17. Pengetahuan Wajib Pajak pada umumnya mengenai Undang-Undang perpajakan sangatlah terbatas pada hal-hal yang penting seperti mengenai tarif pajak, tanggal jatuh tempo pembayaran/ penyampaian pajak, dan sanksi administrasi yang dikenakan atas keterlambatan dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. 18. Penyuluhan kepada Wajib Pajak yang kurang memadai.

19. Petugas pajak yang kurang tegas terhadap Wajib Pajak yang tidak/ terlambat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Tunggakan PBB setiap tahun menunjukkan jumlah kumulatif yang semakin besar. Untuk dapat mencairkan tunggakan PBB secara efektif selain dilakukan penagihan pajak secara aktif, pemerintah melakukan usaha-usaha dalam penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

Usaha-usaha pemerintah atau Direktorat Jenderal Pajak akan penulis bahas pada pembahasan berikutnya. Dengan melakukan usaha-usaha tersebut, maka untuk tahun pajak yang akan datang dapat dilakukan berbagai upaya prefentif untuk meminimalisir munculnya tunggakan pajak baru di tahun-tahun berikutnya.

C. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Pihak Fiskus dalam Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

Pajak Bumi Bangunan (PBB) merupakan kewajiban yang harus ditunaikan setiap objek pajak. Setiap orang yang telah membayar pajak, membuktikan diri sebagai masyarakat yang bertanggung jawab terhadap kesinambungan pembangunan bangsa dan daerah. Masyarakat menikmati fasilitas yang disediakan negara, maka sudah sepatutnya mengucapkan terima kasih dan tanda syukur dengan patuh membayar pajak.

Banyak usaha-usaha yang dilakukan fiskus/pemerintah untuk meningkatkan pembayaran PBB. Mulai dari upaya yang ringan sampai pengenaan sanksi administrasif atau pun hukum. Penulis akan menguraikan berbagai upaya dan cara yang ditempuh pemerintah sehingga meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan.

Dalam kasus berat seperti WP badan dan perusahaan yang potensi pajaknya cukup besar dan melakukan penunggakan dalam pembayaran pajak, perlu diberikan sanksi sosial seperti pembeberan perusahaan yang melakukan penunggakan maupun sanksi administratif. Misalnya dengan mencabut izin operasinya. Apabila sanksi sosial dan sanksi administratif yang diberikan tetap tidak membuat efek jera, langkah selanjutnya adalah pemerintah harus tegas memberikan sanksi hukum.

Berikut adalah usaha-usaha yang ditempuh untuk meningkatkan pembayaran PBB :

1. Pemerintah memberikan reward bagi WP yang patuh dalam membayar pajak dan punishment bagi yang tidak patuh

2. Dengan melakukan intensifikasi maupun ekstensifikasi pajak.

3. Meningkatkan profesionalisme pengelola Pajak Bumi dan Bangunan dengan menugaskan Tim Intensifikasi dan Tim Monitor

4. Melaksanakan komitmen politik dalam upaya percepatan pembangunan. 5. Melakukan pendataan yang akurat terhadap WP

6. Perlunya evaluasi tugas-tugas yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya untuk perbaikan atau kiat-kiat penagihan sekaligus mengamankan penerimaan PBB tahun 2010. Untuk itu diminta bantuan para Camat dan Lurah, setelah SPPT PBB diterima agar segera menidaklanjuti sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

7. Kapasitas keuangan daerah memiliki peran yang sangat vital dalam mendukung kemampuan Pemerintah Daerah di dalam menjalankan fungsi pelayanan masyarakat. Terkait hal tersebut, maka di era otonomi daerah seperti sekarang ini, kemampuan dan kemandirian daerah untuk membiayai pelaksanaan roda pemerintahan dan pembangunan harus dimiliki. Dengan semakin cepatnya penyelesaian permasalahan administrasi PBB tersebut selanjutnya diiringi pula dengan cepatnya pembayaran PBB.

8. Penegakan aturan hukum (law of enforcement). Hal ini dimaksudkan untuk membangun kesadaran dalam diri masyarakat bahwa pada prinsipnya pajak adalah dari masyarakat, oleh masyarakat dan diperuntukkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

9. KPP Pratama dibantu Camat dan Lurah melaksanakan imbauan dan ajakan kepada seluruh wajib pajak (WP) untuk membayar PBB sebelum jatuh tempo melalui spanduk-spanduk dan surat himbauan. Khusus kepada WP potensial yang sangat diharapkan untuk berpartisipasi.

10. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang menjalin kerjasama dengan sektor perbankan untuk membuat sistem pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) secara online. Hal ini ditempuh dalam kaitannya untuk mempermudah masyarakat dalam membayar PBB, yang pada akhirnya akan meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB. Sistem pembayaran online akan mencegah praktik pungli, karena melalui sistem ini masyarakat hanya membayar sejumlah yang harus mereka bayar. Ada juga fasilitas perbankan elektronik. Fasilitas ini adalah pelayanan perbankan secara elektronik seperti Anjungan Tunai Mandiri (ATM), Phone Banking, Internet Banking atau fasilitas perbankan elektronik lainnya.

Keberhasilan realisasi penerimaan PBB yang sangat baik terwujud berkat adanya kerja keras dan kerjasama yang terpadu dan harmonis antara instansi terkait

yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama, DPKAD, Kecamatan, kelurahan dan Tempat Pembayaran PBB serta partisipasi atau kesadaran bagi wajib pajak PBB.

Pemerintah dan Direktorat Jenderal Pajak menghimbau perlunya peningkatan persamaan persepsi, keterpaduan dan sinkronisasi antara Kanwil Pajak I, KPP Pratama, DPKAD, Kecamatan dan Kelurahan dalam pemungutan PBB agar di tahun-tahun ini dan tahun-tahun-tahun-tahun mendatang penerimaan PBB dapat terealisasi secara optimal.

D. Potensi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada KPP Pratama Medan Barat.

Berdasarkan keputusan bersama antara Menteri Keuangan dengan Menteri Dalam Negeri mengenai pelaksanaan pemungutan pajak, maka prosedur yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sudah lebih mudah bagi Wajib Pajak. Prosedurnya adalah SPPT disebar lewat Dispenda, dan dari Dispenda kemudian disalurkan ke kelurahan, terus ke RW dan RT, dan selanjutnya disalurkan ke rumah masing-masing. Jika belum menerima SPPT, masyarakat dimohon mengkonfirmasi ke kelurahan atau di KPP dimana WP terdaftar. Apabila belum pernah bayar PBB, WP mendaftarkan di KPP sehingga mempunyai NOP (Nomor Objek Pajak) dan untuk tahun seterusnya dapat membayar PBB.

Potensi Pajak Bumi dan Bangunan yang memberikan pemasukan pendapatan pada KPP Pratama Medan Barat terdiri dari objek pajak perkotaan saja. Berikut ini adalah tabel data nama-nama kelurahan dan SPPT Terbit yang berada di wilayah cakupan KPP Pratama Medan Barat, pada keadaan 2(dua) tahun terakhir yaitu tahun 2008 dan 2009.

Tabel 4.2

Data Nama Kelurahan dan SPPT Terbit Pada KPP Pratama Medan Barat

Kelurahan 2008 2009 SPPT Terbit Jumlah (dlm ribuan rupiah) SPPT Terbit Jumlah (dlm ribuan rupiah) Kesawan 2.692 6.140.050 2.700 6.900.522 Silalas 1.973 2.047.769 1.980 2.629.476 Sei Agul 3.737 931.696 3.777 1.055.879 Karang Berombak 2.850 433.720 2.893 469.559 Glugur Kota 1.628 1.419.245 1.652 1.527.971

Pulo brayan Kota 3.311 1.166.111 3.438 1.258.967

Total 16.191 12.138.591 16.440 13.842.374

Sumber : KPP Pratama Medan Barat Tahun : 2009

Analisis Tabel 4.2

Data pada tabel 4.2 diatas adalah keadaan pada tahun 2008 dan 2009 pada KPP Pratama Medan Barat yang terdiri dari nama kelurahan dan jumlah SPPT yang

diterbitkan oleh KPP Pratama Medan Barat. KPP Pratama Medan Barat hanya menangani dari sektor perkotaan saja yang terdiri dari 6 (enam) kelurahan yaitu kelurahan Kesawan, Silalas, Sei agul, Karang berombak, Glugur kota, dan Pulo brayan kota.

Dari tabel 4.2 diatas, penulis melihat bahwa pada setiap kelurahan terjadi peningkatan SPPT yang terbit dari tahun sebelumnya. Pada kelurahan Kesawan adanya peningkatan 8 SPPT terbit, kelurahan Silalas adanya peningkatan 7 SPPT terbit , kelurahan Sei agul terjadi peningkatan 40 SPPT terbit, kelurahan Karang berombak terjadi peningkatan 43 SPPT terbit, kelurahan Glugur kota adanya peningkatan 24 SPPT terbit, dan Pulo brayan kota adanya peningkatan 127 SPPT terbit. Total peningkatan SPPT yang terbit adalah 249 lembar SPPT. Sedangkan total jumlah rupiah yang diterima karena peningkatan SPPT terbit adalah Rp. 1.703.783.000,- .

Dari tabel 4.2 diatas, Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa terjadi peningkatan penerimaan SPPT dari tahun sebelumnya. Ini merupakan suatu prestasi dari KPP Pratama Medan Barat. Adanya peningkatan realisasi penerimaan PBB ini terwujud berkat adanya kerja keras dan kerjasama yang terpadu dan harmonis antara instansi terkait yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama, Dispenda, Kecamatan, Kelurahan dan Tempat Pembayaran PBB serta partisipasi atau kesadaran bagi wajib pajak PBB itu sendiri.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada Bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1. Cakupan wilayah yang dikenakan PBB pada KPP Pratama Medan Barat berkurang pada tahun 2009. Ini disebabkan karena wilayah atau bangunan yang menjadi objek PBB dipindahkan kepemilikannya kepada pemerintah, yayasan, rumah sakit pemerintah dll (objek pajak yang tidak dikenakan PBB) dan adanya Force Majuere (bencana alam) yang mengakibatkan berkurang objek pajak. 2. Faktor penghambat yang paling sering ditemui dalam pembayaran PBB adalah

WP belum menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan penunggakan PBB yang setiap tahunnya menunjukkan jumlah kumulatif yang semakin bertambah. Dalam hal ini, sangat diharapkan ketelitian fiskus/pemerintah dalam mendata dan kesadaran WP untuk melaporkan hal tersebut kepada yang pihak fiskus.

3. Pemerintah selalu melakukan berbagai usaha-usaha untuk meningkatkan pembayaran Pajak mulai dari sanksi administrasif atau pun hukum bagi yang tidak patuh, intensifikasi maupun ekstensifikasi pajak, melaksanakan imbauan dan ajakan kepada seluruh wajib pajak (WP) membayar PBB sebelum jatuh tempo melalui spanduk-spanduk dan surat himbauan, mempermudah masyarakat dalam membayar PBB dengan sistem pembayaran online, yang pada akhirnya akan meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam membayar PBB.

4. Adanya peningkatan jumlah kumulatif SPPT terbit pada KPP Pratama Medan Barat. Dapat dilihat dari SPPT terbit pada tahun 2008 dan 2009 yang semakin bertambah sebanyak 249 SPPT. Ini merupakan suatu prestasi bagi KPP Pratama Medan Barat, yang secara langsung menambah pendapatan PBB.

B. SARAN

Adapun saran-saran yang dapat Penulis kemukakan adalah sebagai berikut : 1. Karena tingkat pendidikan masyarakat tentang perpajakan masih kurang, maka

ada baiknya aparat desa melakukan pendekatan yang lebih lagi dengan memberikan penyuluhan, melaksanakan imbauan dan ajakan kepada seluruh wajib pajak (WP) untuk membayar PBB sebelum jatuh tempo melalui spanduk-spanduk dan surat himbauan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung dalam

peningkatan pembayaran PBB, misalnya mengadakan lomba karya tulis tentang PBB.

2. Keberhasilan realisasi penerimaan PBB akan terwujud apabila adanya kerja keras dan kerjasama yang terpadu dan harmonis antara instansi terkait yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama, DPKAD, Kecamatan, kelurahan dan Tempat Pembayaran PBB serta partisipasi atau kesadaran bagi wajib pajak PBB.

3. Pajak Bumi dan Bangunan sebaiknya dialokasikan sepenuhnya untuk pendanaan pembangunan daerah agar proses perkembangan daerah semakin baik.

4. Perlunya evaluasi tugas-tugas yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya untuk perbaikan atau kiat-kiat penagihan PBB yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku

Boediono, 2000, Perpajakan Indonesia, Jakarta : Diadit Media.

Direktorat Jenderal Pajak, 2008, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Jakarta: Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas.

Mardiasmo, 2009, Perpajakan, Yogyakarta : Andi Offset.

Markus Muda, 2005, Perpajakan Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Umum. Marsono, 1996, Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan, Jakarta : Djambatan. Ngadiman, 2009, Perpajakan, Surakarta : Lembaga Pengembangan dan

Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS PRESS).

Paisan Sumahar, 1995, Buku Panduan Pajak Bumi dan Bangunan, Medan : Madju.

B.Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 yang disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

C.Makalah, jurnal dan Internet http://www.pajak.go.id.

Pelaksanaan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Medan II, Fatimah Pulungan

Dokumen terkait