• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masalah Siswa

D. Faktor Penghambat dan Pendukung Guru Dalam Melaksanakan Bimbingan

1. Faktor Penghambat

Adapun faktor dan masalah yang menghambat Bimbingan dan Konseling

sebagai berikut:

a. Kekurangan tenaga bimbingan di Madrasah.

Bukan hanya di MTs As’adiyah Cabenge yang mengalami kekurangan tenaga

bimbingan tapi ada banyak Madrasah dan Sekolah yang kekurangan tenaga

bimbingan. Hal inilah yang sering meresahkan Kepala Madrasah begitupula wali

kelas dan guru-guru yang lainnya karena Guru BK yang ada di MTs As’adiyah

Cabenge juga masih perlu pengetahuan yang cukup dan pengalaman yang banyak

apalagi guru BK tersebut masih terbilang muda dan statusnya masih honorer

sehingga kehadirannya tidak setiap hari, guru BK nya hanya hadir empat kali dalam

seminggu namun ketika guru BK tidak sempat hadir maka ada seorang guru yang

menggantikannya karena guru tersebut adalahah mantan guru BK juga.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Andi Cara selaku guru Bimbingan dan Konseling MTs As’adiyah Cabenge, bahwa:

“Selama ini saya menjalankan tugas sebagai guru BK disamping mengajar di MTs As’adiyah Cabenge, karena sampai hari ini, kepala sekolah belum menemukan guru BK yang sesungguhnya atau guru yang latar belakang

61

Hj.ST.Marhawa (70 Tahun), Kepala MTs As’adiyah Cabenge Kab.Soppeng, Wawancara, Tanggal 06 Maret 2018.

pendidikannya dari jurusan Bimbingan dan Konseling dan tidak ada kawan guru yang bersedia menjadi guru BK sehingga sampai hari saya tetap menjabat sebagai guru BK meskipun sebenarnya saya sudah lama ingin mengundurkan diri dari jabatan ini”.62

b. Kemampuan teknis Bimbingan di Madrasah.

Tenaga bimbingan yang ada di MTs As’adiyah Cabenge yang secara langsung

menangani bimbingan di Madrasah adalah tidak sesuai dengan bidangnya, karena

jurusan guru BK nya adalah jurusan Bahasa Indonesia atau guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia yang juga kemudian merangkap menjadi tenaga bimbingan atau

guru BK, jadi tugasnya merangkap antara profesi satu dengan profesi yang lainnya,

sehingga proses penanganan dan pelaksanaannya tentu tidak sesuai dan tidak tepat

sebagaimana mestinya.

Seperti yang diungkap oleh Kepala MTs As’adiyah Cabenge, Hj.St Marhawa menjelaskan bahwa :

“Selama saya menjabat kepala madrasah belum pernah ada pelatihan Bimbingan dan Konseling dan guru Bimbingan dan Konseling juga belum pernah ikut pelatihan sehingga pengetahuan maupun pengalamannya tentang Bimbigan dan Konseling masih minim dan yang menjadi tenaga BK adalah guru mata pelajaran umum dan sudah tentu tidak sesuai dengan jurusannya”.63

c. Sarana dan Prasarana Yang Kurang Memadai.

Hampir setiap sarana dan prasarana yang ada di MTs As’adiyah Cabenge fungsi dan kegunaannya masih merangkap dengan fasilitas yang lainnya, seperti dalam satu

ruangan di sekat menjadi tiga ruangan dan ruang BK juga dijadikan sebagai tempat

menyimpan beberapa buku, tumpukan soal-soal dan beberapa administrasi guru dan

terkadang dijadikan tempat istirahat bagi guru-guru.

Begitupula yang diungkap oleh Andi Asriani salah seorang guru bagian sarana

dan prasarana, mengatakan bahwa:

62 Andi Cara (35 tahun), Guru Bimbingan dan Konseling MTs As’adiyah Cabenge Kab.Soppeng, Wawancara, Tanggal 05 Maret 2018.

63

HJ.St Marhawa,(70 Tahun), Kepala MTs As’adiyah Cabenge Kab.Soppeng, Wawancara, Tanggal 06 Maret 2018.

“Salah satu yang menghambat pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di MTs As’adiyah Cabenge yaitu masalah sarana dan prasarana yang kurang memadai dan sudah beberapa kali kami memasukkan proposal untuk mendapatkan tempat yang layak tapi masih belum juga terealisasi.”64

d. Organisasi dan Administrasi Bimbingan.

Pada dasarnya hubungan kerja sama antara pihak yayasan, kepala Madrasah,

Guru bidang Studi, serta pihak ketertiban Madrasah berjalan cukup harmonis namun beberapa Guru yang ada di MTs As’adiyah Cabenge ada yang sudah pensiun termasuk kepala Madrasah dan ada juga yang hamper pensiun dan juga ada sudah

pindah sehingga pelaksanaan Bimbingan dan Konseling kurang berjalan dengan baik

dan lancar.

e. Supervisi Bimbingan yang ada di Madrasah.

Kegiatan supervisi baik oleh Kepala Madrasah maupun dari Kantor Kementerian

Agama Kabupaten Soppeng belum berjalan sebagaimana mestinya karena pengawas

yang turun memantau hanyalah pengawas guru mata pelajaran, pengawas tersebut

hanya mengawasi dan memantau Kepala Madrasah serta guru-guru yang lain yaitu

mengenai tentang kelengkapan administrasi dan kegiatan mengajar di dalam kelas.

Sama sekali belum ada pengawas yang bertugas memantau dan membimbing guru BK yang ada di MTs As’adiyah Cabenge. Sebagaimana yang diungkap oleh Kepala MTs As’adiyah Cabenge, bahwa:

“Kegiatan supervisi di MTs As’adiyah Cabenge, belum maksimal karena biasanya yang disupervisi hanyalah guru Mata Pelajaran bukan guru BK, sehingga kegiatan Bimbingan dan Konseling di MTs As’adiyah Cabenge penerapannya masih dianggap minim atau kurang”.65

64

Andi Asriani, (35 Tahun),Urusan Sarana dan Prasarana dan guru MTs As’adiyah Cabenge Kab.Soppeng, Wawancara, Tanggal 06 Maret 2018.

65

HJ.ST Marhawa (70 Tahun), Kepala MTs As’adiyah Cabenge Kabupaten Soppeng,

Selain hal tersebut diatas serta berdasarkan survey lapangan,masih ada beberapa

faktor yang menghambat konselor atau guru Bimbingan dan Konseling dalam

menerapkan kegiatan Bimbingan dan Konseling di MTs As’adiyah Cabenge, antara

lain : (1) belum tersedianya sarana yang memadai untuk pelaksanaan Bimbingan dan

Konseling, (2) masih banyaknya siswa yang belum memahami perlunya pelaksanaan

Bimbingan dan Konseling, (3) siswa-siswa masih banyak yang takut datang meminta

bantuan atau layanan kepada guru Bimbingan dan Konseling, (4) orangtua siswa dan

pihak-pihak yang lainnya belum memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di MTs As’adiyah Cabenge.

Sedangkan menurut Ratnasari, Giyono Giyono, Shinta Mayasari pada tahun 2008

di SMA Negeri di Seluruh Kota Metro yang kemudian termuat dalam jurnal

FKIPUNILA, Ada beberapa faktor penghambat pelaksanaan Bimbingan dan

Konseling, Faktor-faktor tersebut yaitu :

a. Penyusunan program Bimbingan dan Konseling belum sesuai dengan

aspek-aspek dasar penyusunan Bimbingan dan Konseling.

b. Latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan profesi sebagai guru Bimbingan

dan Konseling.

c. Sarana dan prasarana adalah faktor dominan yang menjadi penghambat

pelaksanaan Bimbingan dan konseling.

d. Kurangnya kerjasama antar personalia pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.66

Berikut ini, Andi Cara menambahkan bahwa:

“Salah satu faktor yang menghambat pelaksanaan Bimbingan dan Konseling adalah yang berkaitan langsung dengan siswa-siswa itu sendiri, karena sifatnya sangat pribadi, siswa merasa malu, takut, dan segan menyampaikan masalahnya bahkan mungkin mereka merasa tidak perlu dibicarakan bersama orang lain (guru BK) di sekolah. Apalagi ada kesan bahwa siswa yang berkunjung di ruang BK adalah siswa-siswa yang suka melanggar aturan sekolah, mereka kemudian

66

menghindari tuduhan-tuduhan seperti itu, sehingga pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di MTs As’adiyah Cabenge menjadi terhambat”.67