• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.7 Faktor Penunjang Pesat/ Tidaknya Perkembangan

Dalam kegiatan penyelenggaraan sebuat festival paduan suara, di samping kegiatan kompetisi paduan suara, kegiatan yang umumnya dilaksanakan adalah

Namun dalam penyelenggarakan beberapa kegiatan paduan suara, terkadang penyelenggara kegiatan hanya menyelenggarakan kompetisi paduan suara saja, atau

menyelenggarakan seminar/ workshop/ symposium paduan suara saja, atau

menyelenggarakan konser saja. Kegiatan-kegiatan paduan suara seperti di atas umumnya menjadi wadah pertemuan para aktifis paduan suara, mulai dari anggota, pengurus, pelatih maupun konduktor. Berbagai pengalaman umumnya menjadi

salah satu tujuan seseorang datang ke dalam even paduan suara.

Menurut Edward Van Ness lewat pengalaman menjuri pada kompetisi-kompetisi paduan suara di berbagai daerah di Indonsia, dalam hal kemampuan bernyanyi pada era tahun 1980-an dengan saat ini sudah sangat jauh perbedaannya. Hal tersebut tidak terlepas dari keikutsertaan pelatih-pelatih paduan suara dalam menambah pengalaman lewat mengikuti kompetisi-kompetisi baik bertaraf lokal,

nasional maupun internasional, mengikuti symposium, workshop, seminar,

menyaksikan konser, dan lain sebagainya.27

Menurt Tony Siagian, paduan suara saat ini tidak terbatas hanya di gereja, namun di kampus, bahkan di sekolah-sekolah khsusunya tingkat SMApun mengalami perkembangan yang baik. Pesatnya perkembangan paduan suara

khususnya dalam kategori Mixed Chamber Choir dan Mixed Your Choir saja.

Tetapi untuk female choir, children choir belum mengalami perkembangan yang

pesat. Perkembangan paduan suara di kota Medan menjadi sesuatu yang menggembirakan. Hal ini dibuktikan dengan jumlah konser paduan suara yang

semakin banyak digelar, prestasi-prestasi paduan suara- paduan suara di kota Medan dalam mengikuti kompetisi paduan suara, yang juga membawa keharuman

bagi nama kota Medan dan juga bagi bangsa Indonesia. 28

Pesatnya perkembangan paduan suara di kota Medan, menurut Tony adalah

disebabkan oleh beberapa hal berikut ini: (1) Keberadaan symposium, pelatihan dan

seminar paduan suara yang semakin banyak dan mudah dijangkau. Hal tersebut sangat berdampak positif bagi peserta yang hadir dalam turut membangun paduan suara. (2) Maraknya kompetisi-kompetisi paduan suara, mulai dari kompetisi lokal, nasional maupun internasional yang diselenggarakan baik di kota Medan, di Indonesia maupun di luar negeri. (3) Mudahnya mengakses infomasi tentang musik paduan suara lewat kecanggihan teknologi internet saat ini, baik informasi konser, pelatihan-pelatihan, informasi kompetisi, seminar, teori-teori musik, dan lain sebagainya. (4) Konten audio dan video yang dapat dibeli secara online, bahkan ada yang gratis. (5) Kompisisi dan arransemen komposisi dan arranger Indonesia yang

tidak kalah bagusnya. (6) Performance paduan suara yang bisa ditampilkan dengan

berbagai kreatifitas.29

Namun kepesatan perkembangan paduan suara gereja di kota Medan,

menurut Tony tidak significan. Padahal paduan suara gereja di kota Medan yang

didominasi gereja Lutheran, hampir seluruh gereja memiliki padua suara, paling

28 Wawancara dengan Tony Siagian pada tanggal 5 April 2017 lewat Whats Up.

tidak ada koor Ibu/ Wanita. Dari segi kwantitas, paduan suara di gereja –gereja memang sangat banyak, namun dari segi kwalitas belum memadai.

Ketidakpesatan perkembangan paduan suara gereja di kota Medan, menurut Tony adalah disebabkan: (1) Antusiasme dalam mengikuti kegiatan pembekalan musik paduan suara yang masih minim. Hal tersebut terbukti dari melihat kepesertaan dalam kegiatan symposium/ pelatihan/ seminar musik paduan suara yang dilaksanakan di tingkat nasional, peserta yang berasal dari gereja sangat minim. (2) Adanya mitos di kalangan masyarakat Sumatera Utara, yang mayoritas jemaat Lutheran, yang menyatakan bahwa orang Batak itu memiliki kemampuan bernyanyi yang lebih baik dari suku-suku lain. Hal ini dibenarkan oleh Tony, namun pertanyaannya adalah “bernyanyi yang bagaimana?”. (3) Kumpulan paduan suara gereja lebih bersifat perkumpulan sosial. (4) Sudah merasa cukup dengan keberadaan masing-masing. (5) Kumpulan paduan suara gereja kurang mau membuka diri terhadap perkembangan, baik menerima pelatih dari luar maupun terhadap perkembangan itu sendiri. (6) Masyarakat Sumatera Utara/ kota Medan cenderung kurang egaliter. Para orang tua melihat generasi muda tetap sebagai anak

yang harus mereka bina dalam segala hal.30

Melihat kondisi ini, Tony mengharapkan dan menyarankan bebarapa hal dalam menyikapi respon gereja terhadap perkembangan paduan suara di kota Medan. Paduan suara gereja hanya bisa berkembang secara kwalitas jika memang ada keinginan dari dalam diri mereka sendiri. Oleh karena itu bagi aktifis paduan

suara yang mau melakukan pembinaan terhadap paduan suara di gereja dengan menjalin komunikasi dengan pimpinan gereja. Di samping itu, aktifis tersebut diharapkan menyampaikan kepada pihak gereja bahwa pembinaan musik gerejawi adalah bagian dari peningkatan kwalitas ibadah, karena ibadah adalah ibadah yang musikalitas.

Menurut Daud Kosasih, perkembangan paduan suara di kota Medan sangat pesat di kalangan sekolah-sekolah dan universitas. Salah satu faktor yang mendorong perkembangan tersebut adalah adanya festival-festival paduan suara yang semakin marak (mulai dari festival di Medan, di luar Medan bahkan luar negeri), mulai dari kompetisi paduan suara, workshop, dan konser-konser paduan suara. Kompetisi Paduan Suara (KPS) SMA Negeri 1 Medan, misalnya merupakan KPS yang konsisten diselenggarakan setiap tahun yang mendorong lahirnya paduan suara-paduan suara setingkat SMA. Selain itu keberadaan Festival Paduan Suara tingkat SD, SMP, dan SMA yang diselenggarakan oleh Dinas Kependidikan

Pemerintahan Kota Medan turut mempengaruhi.31

Keberadaan paduan suara Consolatio Choir menurut Daud Kosasih merupakan paduan suara yang memiliki peranan penting dan sangat berpengaruh dalam perkembangan paduan suara di kota Medan. Penerapan disiplin, komitmen, kekompakan, dan konsistensi membuat Consolatio menjadi paduan suara yang patut diapresiasi prestasi-prestasinya dan sekaligus paduan suara yang telah melahirkan pelatih-pelatih dan dirigen yang berkomitmen yang membangun

paduan suara lain. Evita Simanungkalit misalnya yang merupakan anggota Consolatio yang mendirikan Paduan Suara Solagratia SMA Negeri 1 Medan dan Paduan Suara SMU Negeri 4 yang juga telah berprestasi sampai tingkat internasional. John Rohtuahson (Achong) merupakan alumni Consolatio yang lama melatih di Paduan Suara St. Chronicles SMA St. Thomas 1 Medan yang telah membawa paduan suara tersebut meraih prestasi sampai tingkat internasional. Selain nama-nama tersebut masih banyak seperti Makarios Karo Sekali yang membangun paduan suara di Sumatera Selatan, Immanuel Sirait yang melatih di

Paduan Suara SMA Negeri 5, dan lain-lain.32

Menurut Daud Kosasih sepulangnya studi dari luar negeri, Daud sering diajak kerjasama pada beberapa kegiatan Consolatio. Dari pengalaman tersebut, Daud melihat penerapan disiplin di tengah Consolatio sangat baik. Penerapan disiplin akan memisahkan anggota yang tidak kuat disiplin (yang akan keluar) dan anggota yang bertahan karena memiliki disiplin kuat. Anggota yang memiliki disiplin kuat akan memiliki pengalaman yang cukup untuk membangun paduan suara lain serta membawa disiplin tersebut ke dalam paduan suara yang dibangunnya. Daud juga melihat Consolatio dalam mempertahankan standard dalam memilih reportoir karya musik klasik.

Perkembangan paduan suara akan semakin berkembang dengan hadirnya kompetisi bertaraf internasional yang diadakan di Medan. Namun ironisnya, gereja sebagai awal paduan suara digunakan, tidak mengalami perkembangan seperti yang

dialami paduan suara sekolah-sekolah dan universitas. Hal tersebut menurut Daud disebabkan oleh belum mampunyai hal kedisiplinan, komitmen dan konsistensi diterapkan ditengah paduan suara gereja. Memang ada beberapa paduan suara gereja yang telah mengukir prestasi sampai tingkat internasional namun tidak banyak, sehingga perkembangan tersebut tetap tidak merata. Perlu penerapan disiplin yang kuat dan dukungan yang kuat dari pimpinan gereja untuk memperbaki

hal tersebut.33

Menurut Johnny Halim, perkembangan paduan suara salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan penyelenggaraan kegiatan musik yang semakin marak

dan mudah dijangkau, seperti National Workshop Church Choral Music yang

diselenggarakan di Medan tahun 2006. Pada kesempatan tersebut, hadir pembicara-pembicara seminar paduan suara dari dalam dan luar negeri yang banyak membagikan pengalaman musiknya kepada seluruh peserta seminar yang hadir. Antusiasme para peserta tampak terlihat dengan keikutasertaan dalam seluruh rangkaian acara, mulai dari konser pembukaan yang diisi oleh beberapa paduan suara, mengikuti kelas pada seminar, sampai pada konser penutupan.

Dokumen terkait