• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENYEBAB CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA PALEMBANG

A. Perkara Cerai Gugat di Pengadilan Agama Palembang

Perkara cerai gugat yang ada di Pengadilan Agama Palembang dalam kurun waktu yaitu dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 telah menerima perkara cerai gugat sebanyak 1447 perkara atau 55% dan yang dapat diselesaikan adalah 1182 perkara atau 45%. Data ini penulis ambil dari data statistik perkara yang ada dalam laporan tahunan Pengadilan Agama Palembang. Adapun rincian perkara pertahunnya adalah sebagai berikut :

1. Perkara cerai gugat yang masuk pada tahun 2004 adalah sebanyak 469 perkara atau 32, 4% dan yang dapat diselesaikan sebanyak 358 perkara atau 30,2%

2. Perkara cerai gugat yang masuk pada tahun 2005 adalah sebanyak 455 perkara atau 31,4% dan yang dapat diselesaikan sebanyak 410 perkara atau 34, 6%

2. Perkara cerai gugat yang masuk pada tahun 2006 adalah sebanyak 523 perkara atau 36% dan yang dapat diselesaikan adalah sebanyak 414 perkara atau 35%.

Berdasarkan data statistik perkara cerai gugat yang ada di Pengadilan Agama Palembang dari tahun 2004 sampai tahun 2006, terus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya.

B. Latar Belakang Penggugat

Latar belakang penggugat yang mengajukan gugatan di Pengadilan Agama Palembang ini kebanyakan dari mereka adalah yang sudah sadar hukum. Dilihat dari segi profesi kebanyakan dari mereka adalah ibu rumah tangga, ada juga yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil. Bila dilihat dari status pendidikannya umumnya adalah lulusan SMA ada juga yang telah mencapai gelar S1. Sedangkan bila dilihat dari status ekonomi sangat tergantung pada pekerjaan atau profesinya.61

C. Faktor-Faktor Penyebab Cerai Gugat di Pengadilan Agama Palembang

Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera, maka Undang-Undang Perkawinan di Indonesia menganut prinsip mempersukar terjadinya perceraian. Selain dimuatnya aturan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan, setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan suami isteri yang akan bercerai tersebut (Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 115), ternyata dimuat pula ketentuan bahwa

61

perceraian hanya dapat terjadi jika ada alasan atau faktor-faktor yang membolehkan62 untuk bercerai.

Dari perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Palembang diketahui bahwa yang menyebabkan terjadinya perceraian adalah karena tidak ada keharmonisan, gangguan pihak ketiga, tidak ada tanggung jawab, ekonomi, cemburu, poligami dan krisis akhlak.

Di dalam Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 pasal 19 (a) tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan alasan-alasan perceraian yaitu :

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sulit disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya. c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang

lebih berat setelah perkawinan berlangsung

d. Salah satu pihak melakukan kekejian atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya

f. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun.

62

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 116 ditambahkan dua alasan lagi yaitu: Suami melanggar taklik talak dan peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakharmonisan dalam rumah tangga.

Para hakim di Pengadilan Agama Palembang pada umumnya dalam memberikan putusan mengambil dasar hukum pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Instruksi Presiden No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam dan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.63

Perceraian yang terjadi di Pengadilan Agama Palembang khususnya cerai gugat, pada umumnya dilatar belakangi oleh faktor:

1. Tidak ada keharmonisan

Tidak ada keharmonisan merupakan salah satu alasan bagi seorang isteri untuk mengajukan perceraian ke Pengadilan Agama Palembang. Tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga merupakan faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya percekcokan dan perselisihan yang terus menerus yang akan berujung di Pengadilan. Hal ini disebabkan karena adanya sikap-sikap dan prilaku yang tidak baik dari suami seperti suami sering bersikap kasar terhadap penggugat, suami

63

Asma Zainuri, Hakim Pengadilan Agama Palembang, Wawancara Pribadi, Palembang, 30 April 2007

jarang pulang ke rumah, suami yang tidak mandiri (selalu bergantung pada orang tua) dan suami yang selalu lebih mementingkan keluarganya dari pada penggugat.

Faktor tidak adanya keharmonisan ini merupakan faktor yang terbesar dan yang paling banyak terjadi di Pengadilan Agama Palembang sebanyak 808 perkara atau 48,3%. Berdasarkan tabel berikut ini dapat dilihat faktor cerai gugat yang ada di PA Palembang

Tabel 4

Faktor Perceraian Dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2006

Sebab Perceraian Jumlah Prosentase

Tidak Ada keharmonisan 808 48, 3 % Gangguan Pihak Ketiga 350 20, 9 % Tidak Ada Tanggung

Jawab

257 15, 3 %

Ekonomi 157 9,4 %

Cemburu 65 3,4 %

Poligami Tidak Sehat 31 1,9 % Krisis Akhlak 3 0,1 %

Sumber Data: Statistik Pengadilan Agama Palembang 2. Gangguan pihak ketiga

Gangguan pihak ketiga merupakan salah satu penyebab terjadinya percekcokan di antara suami isteri. Perceraian karena pihak ketiga ini, maksudnya ada pihak luar selain suami isteri yang berperan dalam menyebabkan perceraian.

Dari wawancara dengan hakim64 ditemukan informasi bahwa gangguan pihak ketiga ini adalah kehadiran orang ketiga atau ada Wanita Idaman Lain (WIL) dalam kehidupan rumah tangga yang menyebabkan putusnya ikatan perkawinan. Apabila suami sudah memiliki dan menjalin hubungan asmara dengan wanita lain (selingkuh) dan diketahui oleh salah satu pihak maka akan sangat berpotensi terjadi pertengkaran pada suami isteri tersebut. Sudah merupakan fitrah manusia bahwa siapa pun akan sangat merasa tidak senang apabila pasangannya melakukan perselingkuhan dan tidak jarang pertengkaran yang akan berakhir dengan perceraian. Kasus cerai gugat karena gangguan pihak ketiga ini cukup besar jumlahnya sebanyak 350 kasus atau 20,9 %.

3. Tidak Ada Tanggung Jawab

Tidak ada tanggung jawab juga dijadikan alasan untuk mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama Palembang. Tidak adanya tanggung jawab lebih menekankan pada pengabaian terhadap kewajiban yang diemban dalam keluarga. Alasan karena tidak ada tanggung jawab pada cerai gugat di Pengadilan Agama Palembang ini maksudnya suami tidak bertanggung jawab dalam hal membiayai nafkah rumah tangga. Selain itu juga suami jarang pulang ke rumah. Cerai gugat karena sebab ini di Pengadilan Agama Palembang selama tahun 2004-2006 sebanyak 257 kasus atau 15,3%.

64

4. Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran antara suami isteri. Ekonomi merupakan salah satu faktor penting bagi tegaknya keluarga dan merupakan faktor penunjang bagi berhasil tidaknya dalam berkeluarga. Sekalipun ekonomi bukan segala-galanya, namun tanpa adanya faktor keuangan yang memadai akan memunculkan banyak masalah. Hasil wawancara dengan Asma Zainuri, hakim di Pengadilan Agama Palembang di temukan informasi bahwa suami tidak dapat memberikan nafkah ekonomi kepada isteri dan anak-anaknya, dikarenakan suami terkena PHK yang menyebabkan suami menjadi pengangguran. Sehingga perekonomian keluarga menjadi kurang membaik.

Kewajiban memberi nafkah merupakan perintah agama yang ditetapkan Allah dalam Al-Qur’an surat ath-Thalaq ayat 7 :

وذ ﺔ و رﺪ زر ﺎ ﺎ ا لا ﻜ ا ﺎ

إ ﺎ ﺎهﺎ ا ﺪ ﺮ اﺮ

Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang di sempitkan rezkinya hendaklah memberi nqfkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”. (ath-Thalaq/65: 7)

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 80 ayat 2 dan 4 dinyatakan bahwa kewajiban suami terhadap isteri adalah : suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai kemampuannya. Serta sesuai dengan penghasilannya suami menanggung :

a. nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri

b. biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi isteri dan anak c. biaya pendidikan bagi anak.65

Berdasarkan ayat dan pasal tersebut di atas, maka suami wajib memberikan nafkah kepada isteri dan anak-anaknya (biaya kehidupan). Tidak semata-mata perceraian karena faktor ekonomi yang menyebabkan perceraian, lain di antaranya: isteri merasa tidak cukup dengan penghasilan dari suaminya sementara isteri selalu menuntut lebih. Cerai gugat yang disebabkan karena faktor ekonomi di Pengadilan Agama Palembang selama tahun 2004-2006 sebanyak 157 kasus atau 9, 4%.

5. Cemburu

Cemburu merupakan sifat yang sangat manusiawi. Hanya saja rasa cemburu terjadi berkaitan dengan kepribadian seseorang. Cemburu merupakan tindakan dan sikap yang terpuji bila ia berjalan sesuai dengan batas-batasnya dan tidak berlebihan. Sehingga kecemburuan seorang suami kepada isterinya merupakan tindakan yang terpuji sekaligus yang dianjurkan oleh syara’.

Tersebut di dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah, r.a, Rasulullah Saw bersabda:

رﺎ ﻰ ﺎ ﷲا ﱠنا

,

ﷲا مﱠﺮ ﺎ ءﺮ ا ﻰ ﺄ نا ﻰ ﺎ ﷲا ةﺮ و

)

(

66 65

Kompilasi Hukum Islam , h. 44

66

Zainuddin Hamidy, dkk, Terjemah Sahih Bukhari; Hadits ke 1411, (Jakarta: Widjaya, t.th), Jilid IV, H. 1611

Artinya: “Allah pencemburu, Allah cemburu (marah sekali), kalau seseorang yang beriman melakukan apa yang diharamkan Tuhan.”

Cemburu ini adalah tudingan atau dugaan isteri kepada suaminya bahwa suaminya selingkuh dengan wanita lain meskipun dia tidak bisa membuktikan.

Sulit untuk memperkirakan betapa besar kesengsaraan yang di alami seorang suami yang selalu di cemburui atau di curigai oleh isterinya, karena curiga yang tidak ada dasar atau alasan yang benar akan menghancurkan kehidupan berkeluarga. Bahkan tidak jarang menimbulkan pertengkaran dan perselisihan yang tidak henti-hentinya yang bisa memporak-porandakan suasana keluarga serta membawa anak-anak kepada kesengsaraan.

Di antara faktor penyebab kecurigaan isteri terhadap suaminya adalah ketidakpuasannya terhadap perangai suaminya. Sesuatu yang sering kali menjadi sasaran kecurigaan adalah orang-orang yang sering berhubungan dengan suami, seperti teman sekerjanya atau sekretarisnya di kantor. Kecurigaan biasanya timbul apabila hubungan hangat dalam keluarga berkurang. Isteri kurang mendapat perhatian dari suami, kurang diperhatikan, sehingga isteri akan selalu mengamati dan meneliti setiap ucapan, sikap dan perangai suami.67

Curiga yang mempunyai alasan atau dasar yang masuk akal atau ada faktanya adalah wajar saja, bahkan diperlukan untuk memelihara ikatan keluarga. Faktor cerai gugat karena cemburu yang terjadi di Pengadilan Agama Palembang sebanyak 65 kasus atau 3,4%.

67

6. Poligami

Poligami merupakan salah satu alasan isteri untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama. Poligami ini adalah suami menikah lagi tanpa mendapat izin dari isteri atau Pengadilan Agama. Ini terjadi disebabkan karena suami tidak merasa puas terhadap isterinya karena isteri tersebut tidak bisa melayani suaminya dengan baik atau juga karena isterinya tidak bisa memberikan keturunan (mandul). Karena sebab tersebutlah suami menikah lagi kalau pun dilakukan secara tidak resmi.68

Menurut ajaran islam poligami dibolehkan asalkan mempunyai alasan-alasan yang dibenarkan menurut syara’ dan tidak lebih dari 4 orang isteri.

Firman Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 3:

عﺎ رو ثﺎ و ﻰ ءﺎ ﱢ ا ﻜ بﺎ ﺎ اﻮ ﻜ ﺎ ﻰ ﺎ ا اﻮ ﺎﱠأ نإو

دأ ﻚ ذ ﻜ ﺎ أ ﻜ ﺎ وأ ةﺪ اﻮ اﻮ ﺪ ﺎﱠأ نﺈ

اﻮ ﻮ ﺎﱠأ ﻰ

Artinya: “ Dan jika kamu tidak dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu tidak akan dapat berlaku adil maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. (an-Nisa’/4: 3)

Berdasarkan ayat tersebut di atas seorang laki-laki boleh menikahi wanita yang disukainya dua, tiga atau empat akan tetapi jarang sekali wanita yang mau dimadu, bagi wanita yang tidak mau dimadu pastilah akan memberontak terhadap

68

suaminya dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya pertengkaran dan percekcokan yang bisa berakhir pada perceraian.

Meskipun berpoligami dibolehkan, agama sangat memberatkan persyaratan dengan tujuan agar tidak dilakukan sekehendak suami. Poligami dibolehkan karena berdampak, misalnya jika isteri mengalami kemandulan, maka poligami boleh dilakukan bukan semata karena nafsu seks belaka melainkan untuk melanjutkan keturunan. Tetapi harus memenuhi syarat adil dan mampu. Maksudnya adil dalam segala hal baik secara materil dan immaterial terhadap isteri-isterinya. Dan letak sulitnya adalah untuk mencapai keadilan itu. Perceraian akibat poligami tidak sehat ini sebesar 31 kasus atau 1,9 %.

7. Krisis Akhlak

Krisis akhlak ini menyangkut perangai suami yang memperlakukan isteri dan keluarganya tidak sepatutnya. Isteri diperlakukan tidak semestinya sebagai isteri, suami suka membentak dan berbicara kasar pada isteri. Krisis akhlak ini dikaitkan dengan ketaatan suami pada agama. Suami tidak patuh dan taat dalam menjalankan perintah agama dengan baik, padahal isteri menghendaki suaminya sholat, berpuasa dan menjalankan perintah agama lainnya tetapi suami menolak dan menentang hal ini dan tetap melakukan kebiasaaan buruknya seperti judi, mabuk-mabukkan dan sebagainya.69 Menjadi seorang pemabuk dan penjudi sangatlah tidak baik karena bukan hanya dibenci manusia akan tetapi Allah pun sangat membencinya. Dalam QS. al-Maidah ayat 90 dinyatakan :

69

ﺎ ﺎﻬ أ ﺬ ا اﻮ ﺎ إ ﺮ ا ﺮ او بﺎ ﻷاو م زﻷاو ر

نﺎ ا ﻮ ﺎ ﻜ نﻮ

Artinya: “Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.(al-Maidah/5:90)

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 19 huruf (a) dijelaskan “salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan”.

Agama Islam dan Negara sangat tidak menyukai kegiatan perjudian dan minum-minuman keras. Dampak yang ditimbulkannya juga sangatlah besar bagi keluarga dan masyarakat yang bisa mengakibatkan keluarga menjadi berantakan karena sering menimbulkan pertengkaran yang berakhir pada perceraian.

Selain hal tersebut di atas, adakalanya juga suami memperkosa anak kandungnya sendiri bahkan saudaranya sendiri.70 Hal ini pun sangat dimurkai Allah Swt.

Cerai gugat karena sebab ini di Pengadilan Agama Palembang selama tahun 2004 sampai tahun 2006 sebanyak 3 kasus dan ini semua terjadi di tahun 2006 atau 0,1 %

D. Analisa Tentang Tingginya Perkara Cerai Gugat

70

Dalam menjalankan kehidupan suami isteri kemungkinan akan terjadi salah paham antara suami isteri, salah seorang atau kedua-duanya tidak melakukan kewajiban-kewajibannya, tidak saling mempercayai dan sebagainya. Keadaan tersebut adakalanya dapat diatasi dan diselesaikan atau didamaikan bahkan tak jarang pula menimbulkan kebencian, kebengisan dan pertengkaran yang terus menerus antara suami isteri. Isteri yang sudah tidak dapat lagi mempertahankan kehidupan rumah tangga akibat perlakuan suami yang sudah melewati batas, baik dalam sikap dan tingkah laku yang mengharuskan isteri mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama.

Dari hasil penelitian penulis di Pengadilan Agama Palembang, bahwa perkara cerai gugat yang diterima dari tahun 2004 sampai tahun 2006 berjumlah 1447 perkara atau 55% dan yang sudah diselesaikan oleh hakim sebanyak 1182 perkara atau 45%.

Dari jumlah angka statistik perkara cerai gugat, penulis pahami bahwa kondisi ini banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga. Membangun keharmonisan rumah tangga memang bukan hal mudah, karena perkawinan merupakan penyatuan dua pribadi yang berasal dari latar belakang berbeda, baik itu sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan keluarga. Karenanya sering terdengar meskipun pernikahan sudah dijalani selama bertahun-tahun masih saja terbentur dengan hambatan-hambatan dalam membangun kehamonisan suami isteri. Seperti di usia tiga tahun perkawinan ternyata belum dapat merasakan kehamonisan dalam berumah tangga. Banyak penyebab yang menjadi pemicu pertengkaran suami

dengan isteri, dari masalah keuangan, sikap kasar suami terhadap isteri dan terutama masalah komunikasi yang sering menemui jalan buntu. Seperti contoh kasus perkara cerai gugat di PA Palembang antara Linda Patri Lan binti Arsad sebagai penggugat dan Marzuki Rahman bin Herman sebagai tergugat. Yang mana inti dari gugatannya adalah disebabkan adanya perselisihan dan pertengkaran terus menerus karena tergugat tidak mau hidup mandiri, tergugat melarang penggugat untuk bersilaturrahmi dengan orang tua penggugat, selain itu juga tergugat selalu lebih mementingkan keluarganya dari pada penggugat (isterinya). Dalam keadaan seperti ini sangat menjadikan kehidupan keluarga menjadi sangat tidak harmonis lagi. Padahal membangun keharmonisan di dalam kehidupan berumah tangga merupakan hal yang harus benar-benar diperhatikan.

2. Kehadiran pihak ketiga yang mengganggu kehidupan pasangan suami isteri dapat mengancam kehidupan perkawinan. Suami menjalin hubungan asmara (berselingkuh) dengan wanita lain. Banyak faktor penyebab suami berselingkuh dengan orang lain. Salah satunya karena sudah merosotnya rasa cemburu (ghirah). Istri tidak berdaya melarang suaminya menggauli wanita lain yang bukan haknya. Pria yang berselingkuh mungkin karena tidak lagi merasakan kehangatan hidup dengan istrinya. Apalagi diselingi percekcokan yang sering bikin stress. Kesetiaan isteri harus pula diimbangi lebih baik lagi oleh para suami. Perhatian, kasih sayang dan kehangatan haruslah diberikan kepada suami. Dengan begitu tidak ada keinginan suami untuk serong kepada wanita lain. Praktik serong selama ini lebih

disebabkan karena kebutuhan fisik dan psikis suami tidak di penuhi dengan baik oleh isteri.

3. Dalam kehidupan berumah tangga baik suami maupun isteri mempunyai tanggung jawabnya masing-masing. Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan kehidupan berumah tangga. Masing-masing mempunyai kewajiban, suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga. Kedudukan suami sebagai kepala keluarga wajib menafkahi isteri dan anak-anaknya. Kewajiban suami ini terdapat dalam pasal 80 KHI, salah satunya dijelaskan di dalam ayat (4) huruf a yaitu, suami dengan penghasilannya menanggung nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri Adanya seorang isteri yang mengajukan cerai ke Pengadilan Agama disebabkan suami melalaikan kewajibannya dalam menafkahi isteri dan anak-anaknya. Kewajiban suami yang lainnya adalah sebagai pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya, wajib melindungi isterinya dan memberikan sesuatu keperluan hidup berumah tangga dan sebagainya. Ditegaskan dalam pasal 34 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan ayat (3) yang menegaskan bahwa jika suami isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.

4. Masalah keuangan atau ekonomi sebuah keluarga merupakan masalah yang harus diperhatikan. Dalam membina keluarga yang sakinah dan tenteram harus di bangun

dengan kesepahaman akan masalah keuangan. Perbedaan sikap terhadap keuangan bisa menjadi kerikil-kerikil tajam yang bisa

Perekonomian keluarga terletak di tangan suami. Suamilah yang menjadi sumber ekonomi dalam keluarga, karena itu merupakan kewajibannya dalam mengayomi dan mencukupi kehidupan isteri dan anak-anaknya. Jika suami terkena PHK dan menjadi seorang yang pengangguran maka kehidupan perekonomian akan terganggu. Bila ternyata suami sudah tidak lagi mampu mencari nafkah atau bahkan suami merasa nyaman dengan kondisi seperti ini (pengangguran). Maka sangat tidak baik karena membuat suami menjadi lengah terhadap tanggung jawabnya sebagai qowwam dalam keluarga. Sehingga menyebabkan isteri menjadi demikan berat menjalani kehidupan berumah tangga. Ada seorang isteri yang menjalani peran ganda sebagai pencari nafkah sekaligus mengurusi kebutuhan keluarga. Tentu hal ini sangat menguras tenaga dan pikiran seorang isteri yang seharusnya lebih fokus kepada tugas utamanya yakni melayani suami dan mendidik anak.

5. Dari sudut psikologi, cemburu adalah perasaan sakit hati, marah, tidak percaya, dan kurang yakin seseorang terhadap pasangan yang dicintai. Perasaan ini timbul lantaran sikap suami atau isteri yang membayangkan pasangannya mempunyai hubungan istimewa dengan seseorang di luar pengetahuannya. Ada dua macam cemburu, positif dan negatif. Ketika suami terlambat pulang, isteri sibuk mencari tahu tentang keberadaan suaminya karena khawatir terjadi apa-apa pada diri suaminya, inilah cemburu yang positif. Namun jika keterlambatan suami itu melahirkan prasangka buruk, berprasangka yang bukan-bukan kepada suami sehingga melahirkan percekcokan, ini disebut cemburu yang negatif. Ikatan perkawinan perlu ada sikap saling mempercayai antara satu sama lain. Banyak hal

yang dapat dilakukan sehingga tidak berlebihan dalam mencurigai pasangan diantaranya memberi perhatian dan kasih sayang supaya isteri tidak berprasangka yang bukan-bukan kepada suami dan juga menjaga komunikasi dengan pasangan. Jika sikap saling curiga diantara suami isteri sudah berlebihan maka akan dapat mengarah kepada perceraian.

6. Islam tidak melarang jika seorang suami ingin memiliki isteri lebih dari satu asalkan dapat memenuhi syarat-syaratnya diantaranya mampu untuk berlaku adil dan mampu untuk menghidupi isteri-isterinya. Jika tidak bisa berlaku adil maka satu orang isteri saja cukup. Poligami di Pengadilan Agama menjadi salah satu faktor penyebab perceraian. Kasus perceraian akibat poligami ini dikarenakan suami melakukan poligami dengan tanpa memenuhi persyaratan peraturan yang berlaku seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang Perkawinan. Undang-Undang Perkawinan sama sekali tidak menutup pintu untuk berpoligami. Namun hanya mengatur syarat-syaratnya. Adanya syarat ijin istri yang harus diperoleh seorang suami untuk berpoligami seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perkawinan, dimaksudkan untuk menghindari dampak buruk akibat poligami.

7. Seorang muslim haruslah memiliki akhlak yang baik sebagaimana yang telah

Dokumen terkait