• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENGHAYATAN UMAT LINGKUNGAN SANTO

B. Penelitian tentang Penghayatan Umat Lingkungan Antonius

4. Faktor Penyebab

95% menyatakan positif bahwa mereka dating lebih awal saat mengikuti Ekaristi dan pulang lebih awal. Responden sebanyak 2 orang prosentase 5% menyatakan negatif bahwa saya datang lebih awal saat mengikuti Ekaristi dan pulang lebih awal sebelum berkat dalam perayaan Ekaristi.

Pada item no. 25, sebanyak 36 orang dengan jumlah prosentase 90% menyatakan mengerti dan menyadari akan tata cara perayaan Ekaristi. responden sebanyak 4 orang dengan jumlah prosentase 10% menyatakan negatif bahwa saya mengerti dan menyadari akan tata cara perayaan Ekaristi.

Pada item no. 26, 9 orang dengan jumlah prosentase 22,5% menyatakan positif bahwa mereka senang, nyaman, aman bila mengikuti Ekaristi yang diadakan di lingkungan dari pada di Gereja. Responden sebanyak 31 orang dengan jumlah prosentase 77,5% menyatakan negatif bahwa saya senang, nyaman, aman bila mengikuti Ekaristi yang diadakan di lingkungan dari pada di Gereja.

Pada item no. 27, responden sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5% menyatakan positif bahwa umat pergi ke gereja dengan terburu-buru tanpa persiapan. Responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5%

menyatakan negatif bahwa saya pergi ke gereja dengan terburu-buru tanpa persiapan.

Pada item no. 28, responden sebanyak 6 orang dengan jumlah prosentase 15% menyatakan positif bahwa mereka jarang mengikuti kegiatan pendalaman iman di lingkungan. Responden sebanyak 34 orang dengan jumlah prosentase 85% menyatakan negatif bahwa saya jarang terlibat dalam pendalaman iman di lingkungan.

5) Harapan umat untuk meningkatkan penghayatan Ekaristi demi pengembangan iman

Pada item no. 29, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5% menyatakan positif bahwa sharing pengalaman hidup antar sesama umat membantu mereka menemukan makna Ekaristi dalam hidup sehari-hari. Umat sebanyak 1 orang dengan jumlah 2,5% menyatakan negatif untuk pernytaan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat merasa sulit untuk menghayati makna sakramen Ekaristi melalui katekese model SCP.

Pada item no. 30, responden sebanyak 35 orang dengan jumlah prosentase 87,5% menyatakan bahwa katekese umat yang bertolak dari pengalaman tokoh dalam Kitab Suci membantu umat untuk menemukan makna Ekaristi. Responden sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase 12,5% menyatakan negatif.

b. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan menyebarkan kuesioner yang berupa angket kepada 40 responden, maka penulis akan

membahas hasil penelitian tiap-tiap variabel sesuai dengan data yang telah diperoleh. Dalam pembahasan ini penulis mengelompokkan ke dalam 5 bagian yaitu: identitas responden, pemahaman Ekaristi, penghayatan makna Ekaristi, faktor penyebabnya, harapan umat untuk meningkatkan penghayatan Ekaristi demi pengembangan iman.

1. Identitas Responden

Dari hasil penelitian pada tabel 1 dapat diketahui identitas responden yaitu 40 orang yang diambil dari 40 KK (Kepala Keluarga) dimana setiap KK diambil satu orang untuk dijadikan sampel penelitian. Jumlah responden 40 orang ini terdiri dari bapak dan ibu. Dari tabel 1 dapat dilihat jumlah bapak sebanyak 23 orang dengan jumlah prosentase 57,5% sedangkan untuk ibu sebanyak 17 orang dengan jumlah prosentase 42,5%. Dengan mengambil 40 KK sebagai responden dapat mewakili jumlah keseluruhan KK umat Lingkungan St. Antonius Joton yakni 77 KK.

Pada tabel 1 juga dapat diketahui bahwa responden rata-rata berusia 41 – 70 tahun sebanyak 30 orang dengan jumlah prosentase 75%. Dengan usia ini tentunya mereka sudah cukup memiliki pengalaman dalam memahami serta menghayati Ekaristi. Pada usia 41 – 70 merupakan usia dewasa dan pada usia ini kemampuan untuk merefleksikan pengalaman hidup lebih mudah. Sedangkan usia muda di bawah 40 sebanyak 10 orang. Pada usia ini kemampuan merefleksi masih kurang dihayati karena mereka masih membutuhkan banyak pengalaman.

2. Pemahaman Sakramen Ekaristi

Berdasarkan tabel 2 di atas, diperoleh gambaran yang berkaitan dengan pemahaman responden akan Ekaristi.

Pada tabel 2, item no. 1, responden sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase 100% menyatakan bahwa sakramen Ekaristi sebagai puncak dari segala aktivitas hidup umat Katolik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sakramen Ekaristi memang menjadi puncak dari segala aktivitas hidup umat Katolik. Ekaristi menjadi sasaran utama umat untuk mencapai kepenuhan hidup Kristiani. Ekaristi sebagai puncak hidup Kristiani merupakan ajaran Bapa Gereja dalam Konsili Vatikan II (LG, 11). Melalui Ekaristi umat diajak untuk menemukan Allah di dalam hidup sehari-hari dengan caranya sendiri. Dengan demikian umat memperoleh kekuatan yang mengagumkan yang memampukan mereka untuk tetap bersatu satu dengan yang lain.

Pada item no. 2, sebanyak 39 responden dengan jumlah prosentase 97,5% menyatakan bahwa sakramen sebagai sarana dan tanda keselamatan Allah bagi umat manusia. Sakramen merupakan sarana dan tanda keselamatan Allah yang terwujud di dalam Gereja. Dalam hal ini Gereja dipercaya oleh Allah untuk mengambil bagian di dalam misi keselamatan Allah bagi umat-Nya di masa kini. Pada zaman sekarang ini keselamatan sungguh dibutuhkan oleh umat manusia. Seperti yang kita ketahui bersama perkembangan zaman yang begitu cepat mengakibatkan manusia masuk dalam godaan-godaan iman. Godaan-godaan pada zaman sekarang sangat menjatuhkan iman manusia apabila tidak disikapi dengan nilai positif. Untuk itulah keselamatan sungguh penting demi kesatuan antara

manusia dengan manusia dan dengan Allah. Ada juga umat yang menyatakan negatif sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5%, hal ini menunjukkan bahwa umat kurang memahami akan sakramen Ekaristi dan ini menjadi hambatan bagi umat untuk menemukan Tuhan.

Pada item no. 3, sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase 95% menyatakan bahwa sumber kekuatan orang Katolik diperoleh dari mengikuti Ekaristi. Ekaristi merupakan tempat dimana umat Katolik menimba kekuatan rohani. Kekuatan yang diperoleh dari Ekaristi memampukan umat untuk bangkit dari kondisi lelah, lesu dan berbeban berat. Ekaristi bermanfaat memperkuat iman umat yang sedang menghadapi berbagai permasalahan hidup. Umat sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase 5% menyatakan negatif terhadap pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang memahami atau menyadari sumber kekuatan orang Katolik melalui Ekaristi.

Pada item no. 4, sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase 95% menyatakan bahwa sakramen yang kita terima menyucikan hidup mereka. Sakramen yang ada dalam Gereja dan yang kita rayakan merupakan sarana untuk memperoleh keselamatan dari Allah. Selain itu juga sakramen menjadi salah satu pemersatu antara manusia dengan Allah. Umat yang menerima sakramen disucikan seluruh hidupnya menjadi milik Allah seutuh-Nya. Umat sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase 5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum menyadari bahwa sakramen yang mereka terima menyucikan hidupnya.

Pada item no. 5, responden sebanyak 22 orang dengan jumlah prosentase 55% menyatakan bahwa mereka hadir dan merayakan Ekaristi sebagai kewajiban orang Katolik saja. Ekaristi memang merupakan kewajiban bagi orang Katolik untuk merayakannya. Tetapi apabila Ekaristi dipahami sebatas kewajiban saja, maka Ekaristi hanyalah suatu rutinitas atau kegiatan ritual keagamaan. Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang keliru dan mengakibatkan tumpulnya iman umat. Ekaristi tidak hanya sebagai kewajiban orang Katolik tapi Ekaristi merupakan pintu masuk menuju suatu kebahagiaan bersama Allah. Responden sebanyak 18 orang dengan jumlah prosentase 45% menyatakan negatif bahwa mereka hadir dan merayakan Ekaristi sebagai kewajiban orang Katolik saja. Data ini menunjukkan bahwa umat dalam memahami Ekaristi tidak hanya sebatas kewajiban tetapi mereka sudah melangkah ke tahap penghayatan. Hal ini sungguh baik karena umat mampu menghayati Ekaristi, ini juga menjadi harapan dari Gereja. Gereja mengharapkan umat mampu mencapai pada suatu kedamaian, kebahagiaan bersama Allah. Untuk itu umat diharapkan tidak hanya memahami Ekaristi sebagai kewajiban, tetapi memahami Ekaristi lebih mendalam sampai pada lubuk hatinya sehingga sampai pada kesejahteraan dalam hidup.

Pada item no. 6, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5% menyatakan bahwa Ekaristi menjadi kebutuhan orang Katolik. Ekaristi menjadi suatu kebutuhan merupakan suatu hal yang mendalam bagi orang katolik. Ekaristi menjadi bagian dari hidup umat Katolik, bagian yang tidak terpisahkan. Ekaristi menjadi daya yang menyegarkan hati dikala sedang gundah atau gelisah. Umat yang sudah melekat dengan Ekaristi akan merasakan bahwa dirinya

membutuhkan Ekaristi dan apabila ia belum mengikuti Ekaristi merasakan ada yang kurang dari dirinya. Umat sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,5% menyatakan negatif, hal ini menunjukkan bahwa umat belum mencapai suatu kebutuhan dari Ekaristi.

3. Penghayatan Makna Sakramen Ekaristi

Pada item no. 7, responden sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase 100% menyatakan bahwa mereka mengikuti Ekaristi berarti membangun persaudaraan sejati sebagai murid Yesus Kristus. Ekaristi yang dirayakan serta disambut oleh umat menciptakan suatu persaudaraan sejati. Ekaristi sungguh mempersatukan umat-Nya menjadi satu saudara dalam keluarga besar. Terciptanya persaudaraan sejati dalam Ekaristi membuat umat dituntut untuk belajar menciptakan rasa persaudaraan sejati di tengah dunia.

Pada item no. 8, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5% menyatakan setuju bahwa menghadiri Ekaristi membuat mereka belajar berbagi kepada siapa pun. Berbagai merupakan ajaran Yesus sendiri seperti yang dikatakan dalam Yoh 6:9 yang berbunyi “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?”. Kutipan ayat ini sungguh menjadi inspirasi bersama untuk menyadarkan diri bahwa betapa pentingnya berbagi kepada sesama. Hal ini menjadi sikap iman yang harus dihidupi dalam diri umat. Kita hidup di dunia tidaklah sendiri melainkan saling membutuhkan, untuk itu berbagi kepada sesama berarti peduli dengan orang lain. Sedangkan responden 1 orang dengan jumlah

prosentase 2,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum memahami akan makna Ekaristi sebagai tempat belajar berbagi. Padahal Yesus sudah mengajarkan kepada umatnya untuk berbagi seperti apa yang telah Ia lakukan pada perjamuan terakhir-Nya.

Pada item no. 9, sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase 92,5% menyatakan setuju bahwa kekuatan yang diperoleh dari Ekaristi membuat mereka semakin berani terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat. Keterlibatan menjadi suatu bentuk perwujudan iman yang harus dihayati oleh semua umat beriman. Hal ini merupakan kesadaran diri untuk berpartisipasi dan menyatu dengan lingkungan hidup demi terciptanya rasa persaudaran sejati di tengah dunia. Gereja juga sangat menganjurkan pada umat untuk terlibat. Keterlibatan kita dalam kegiatan bersama menjadi tahap perkembangan iman mereka yang dewasa. Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 7,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum menyadari bahwa melalui Ekaristi memberikan keberanian kepada mereka untuk terlibat menggereja dan memasyarakat.

Pada item no. 10, 40 orang dengan jumlah prosentase 100% menyatakan bahwa mereka semakin beriman karena adanya Ekaristi. Ekaristi mempunyai daya kekuatan yang luar biasa. Umat yang sudah masuk dan bersatu dengan Ekaristi akan merasakan daya ikat yang erat untuk selalu mengikuti Ekaristi. Hal ini merupakan suatu perintah Yesus untuk selalu merayakan Ekaristi, seperti dalam Kitab Suci Luk 22:19 yang berbunyi “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah

tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku”. Daya yang berasal dari Ekaristi memperkuat iman umat untuk tetap setia mengikuti ajaran yang benar dari Allah.

Pada item no. 11, responden sebanyak 31 orang dengan prosentase 77,5% menyatakan bahwa mereka peduli dengan KLMTD karena mendapat inspirasi dari Ekaristi. Ekaristi yang kita rayakan bersama memberikan daya untuk peduli terhadap orang lain. Peduli terhadap KLMTD berarti peduli dengan ciptaan Tuhan yang mengalami ketidakadilan yang dilakukan oleh manusia yang tidak bertanggung jawab. Pada zaman sekarang ini banyak sekali ketidakadilan yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kuasa terhadap kaum kecil. Misalkan saja tindakan korupsi yang dilakukan oleh petinggi-petinggi negara yang mengakibatkan kesengsaraan bagi kaum kecil. Untuk itulah daya Ekaristi memberikan dorongan bagi umat untuk lebih jujur dan peduli terhadap mereka yang kecil. Umat sebanyak 9 orang dengan jumlah prosentase 23,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum mampu menemukan makna Ekaristi, Ekaristi memberikan inspirasi bagi umat-Nya untuk peduli dengan sesama.

Pada item no. 12, responden sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase 92,5% menyatakan bahwa salah satu cara agar iman semakin dewasa adalah mengikuti Ekaristi. Ekaristi memberikan dorongan pada umat untuk bersikap dewasa terutama dalam hal iman. Umat di dalam merayakan Ekaristi diharapkan kesadarannya untuk terlibat ambil bagian dari Tubuh dan Darah Kristus. Keterlibatan umat dalam Ekaristi menunjukkan bahwa iman mereka bertumbuh

secara dewasa. Hal ini terlihat dari kesadaran diri umat untuk terlibat ambil bagian dari Ekaristi. Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 7,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum menyadari untuk menjadi dewasa dalam iman salah satunya adalah mengikuti Ekaristi.

Pada item no. 13, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5% menyatakan sangat setuju bahwa menyambut Tubuh dan Darah Kristus membuat saya semakin berpengharapan pada Yesus. Umat menyambut Tubuh dan Darah Kristus menunjukkan bahwa mereka percaya dan yakin bahwa Yesuslah sang juru selamat. Umat percaya dan yakin bahwa Yesus akan selalu hadir di tengah-tengah mereka. Yesus menjadi suatu kerinduan umat untuk berkumpul dan merayakan Ekaristi. Umat sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan umat tidak merasakan bahwa menyambut Tubuh dan Darah Kristus mendorongnya untuk semakin berpengharapan.

Pada item no. 14, jumlah responden sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase 100% menyatakan bahwa mereka menghadiri Ekaristi berarti mempersatukan diri dengan Allah dan sesama umat Katolik. Umat yang menghadiri Ekaristi berarti dirinya bersedia untuk bersatu dengan Allah serta mau bersatu dengan sesamanya. Umat yang hadir di dalam Ekaristi sangatlah bermacam-macam, entah itu orang berada, entah itu orang tidak mampu, tetapi dalam Ekaristi umat yang bermacam-macam ini dipersatukan oleh Allah menjadi satu saudara. Allah memandang mereka sama dan tidak pilih kasih.

Pada item no. 15, responden sebanyak 36 orang dengan jumlah prosentase 90% menyatakan bahwa Allah mengundang mereka untuk tinggal di dalam Dia dengan sesering mungkin mengikuti Ekaristi. Dari data ini terlihat bahwa umat menyadari akan Allah yang mengundang mereka untuk tinggal bersama-Nya. Allah menawarkan kepada umat-Nya untuk duduk bersama dalam kemuliaan-Nya. Hal ini menjadi bukti bahwa Allah sungguh peduli dengan umat-kemuliaan-Nya. Allah sungguh mengasihi umat-Nya seperti seorang ayah yang mengasihi anaknya. Umat sebanyak 4 orang dengan jumlah prosentase 10% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum mencapai suatu penghayatan yang membawanya kepada Allah.

Pada item no. 16, responden sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase 95% menyatakan bahwa mereka membantu korban merapi yang berbeda keyakinan adalah wujud iman yang dewasa. Umat di dalam memupuk iman yang dewasa tidaklah hanya secara interen saja tetapi hendaknya secara eksteren. Umat dapat mencapai iman yang dewasa apabila mereka mampu keluar dari dirinya dan mampu melakukan hal yang baik bagi orang lain. Hal ini juga menjadi salah satu perwujudan dari Ekaristi yang nyata di tengah dunia. Umat sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase 5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang menghayati imannya sehingga perwujudan iman yang dewasa terhambat.

Pada item no. 17, sebanyak 28 orang dengan jumlah prosentase 70% menyatakan setuju bahwa mereka selalu terlibat dalam kegiatan doa di lingkungan. Data ini menunjukkan bahwa umat sadar untuk terlibat dalam

kegiatan doa yang diadakan di lingkungan. Keterlibatan mereka merupakan wujud solidaritas diri dengan sesama maupun dengan Allah. Umat melalui doa lingkungan memampukan mereka untuk menemukan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Allah selalu hadir dan mendampingi umat-Nya di manapun mereka berada. Umat sebanyak 12 orang dengan jumlah prosentase 30% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang menyadari bahwa melalui doa mampukan mereka untuk menghayati makna sakramen Ekaristi. Doa merupakan sarana untuk berkomunikasi kepada Tuhan dan meminta segala sesuatunya pada-Nya demi menemukan petunjuk kebenaran dari Allah.

Pada item no. 18, sebanyak 35 orang dengan jumlah prosentase 87,5% menyatakan setuju bahwa mereka meluangkan waktu untuk tetangga yang sedang mengalami musibah. Umat di dalam menjalankan hidup di dunia tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain. Umat yang meluangkan waktu demi kepentingan orang lain merupakan wujud kepedulian mereka. Umat yang bertindak demikian merupakan suatu bentuk perhatian dan memberikan motivasi hidup bagi orang lain untuk mendapatkan kebahagian dari sesama. Umat sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase 12,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang terlibat dalam kegitan di lingkungan dan ini menjadi suatu kendala bagi umat untuk menghayati makna sakramen Ekaristi.

Pada item no. 19, responden sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase 100% yang menyatakan bahwa kebangkitan Yesus adalah dasar iman orang Katolik. Kebangkitan Yesus merupakan suatu pemenuhan akan janji Allah kepada

umat-Nya, yakni keselamatan dan jaminan keselamatan hidup abadi. Melalui kebangkitan Yesus umat memperoleh kedamain dalam hidup dan kesatun kembali dengan Allah. Yesus merupakan dasar iman yang utama dan menjadi ujung tombak menuju kepada kemuliaan bersama Allah. Umat tidak akan mampu mencapai kemulian bersama Allah apabila meragukan keyakinannya akan kebangkitan Yesus sang pembawa damai.

Pada item no. 20, responden sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase 92,5% yang menyatakan bahwa iman para rasul menjadi dasar iman Gereja Katolik. Iman para rasul merupakan dasar iman Gereja Katolik. Para rasul di sini adalah dua belas murid Yesus. Gereja ada, berkembang, dan berdiri berkat misi pewartaan para murid yang ingin menyebarluaskan karya keselamatan yang telah terlaksana dalam diri Yesus. Untuk itu iman para rasul menjadi dasar iman Gereja Katolik dalam mewartakan kebenaran yang telah dibawa oleh Yesus dan dibagikan kepada seluruh bangsa di dunia. Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 7,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang menghayati akan imannya dan ini menjadi kendala bagi mereka.

Pada item no. 21, sebanyak 39 orang responden dengan jumlah prosentase 97,5% menyatakan bahwa iman mendorong dan membuat mereka semakin peduli dengan sesama yang KLMTD. Data ini menunjukkan bahwa umat memiliki rasa kepekaan, kepedulian terhadap sesama karena dorongan imannya. Iman yang dimiliki umat merupakan kekuatan yang luar biasa. Iman yang dimilikinya memampukan mereka untuk memperoleh keselamatan serta menuntun mereka

untuk menemukan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Umat 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat peduli dengan KLMTD bukan dorongan dari iman. Kemungkinan umat ini peduli karena merasa kasihan.

Pada item no. 22, sebanyak 35 orang dengan prosentase 87,5% menyatakan setuju bahwa iman adalah anugerah dari Allah dan tanggapan secara bebas dari pihak manusia. Data ini menunjukkan bahwa umat mampu menghayati imannya. Iman merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah secara cuma-cuma. Selain itu umat juga diberikan suatu kebebasan di dalam menyikapi pemberian Allah. Iman yang diberikan oleh Allah sungguh memiliki daya yang luar biasa, walaupun iman yang diberikan-Nya kecil tapi daya yang dikeluarkannya sangat besar. Hal ini sangat nampak dalam Mat. 17:20 yang berbunyi:

Ia berkata kepada mereka: Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.

Umat sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase 12,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang menyetujui bahwa iman itu anugerah dari Allah dan tanggapan bebas dari dirinya. Umat yang kurang setuju dengan pernyataan ini mengakibatkan mereka sulit untuk menghayati nilai-nilai Kristiani dan bahkan menghayati Ekaristi pun juga akan sulit.

Pada item no. 23, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5% menyatakan bahwa iman memampukan mereka menemukan Allah dalam setiap persoalan hidup. Umat dalam menjalani peziarahan hidup di dunia tidak

lepas dari persoalan. Umat akan mengalami berbagai cobaan iman yang mengincar hidup sehari-hari mereka. Akan tetapi persoalan-persoalan hidup yang dihadapi umat merupakan sarana untuk menyadarkan umat-Nya bahwa Allah selalu berkarya. Allah selalu terlibat dalam seluruh kegiatan manusia baik dalam perkara besar maupun kecil. Adapun umat sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5% menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang menghayati imannya untuk menemukan Allah dalam kehidupnya.

4. Faktor Penyebab

Pada item no. 24, responden sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase 95% menyatakan positif bahwa mereka datang terlambat saat mengikuti Ekaristi dan pulang lebih awal sebelum berkat dalam perayaan Ekaristi. Dari data ini, terlihat sebagian besar umat rajin dan tepat waktu dalam mengikuti Ekaristi. Umat yang setia mengikuti Ekaristi dari awal sampai berkat penutup menunjukkan

Dokumen terkait