• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGERTIAN PERKAWINAN DAN PERANAN

E. Faktor Penyebab Terjadinya Wali Adhal dalam Perkawinan

Berdasarkan uraian pembahasan sebelumnya diketahui bahwa perkawinan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, sehingga ketentuan hukum Islam dan juga Undang-undang perkawinan mengharuskan para pihak agar dapat memenuhi berbagai persyaratan dalam penyelenggaraaannya. Termasuk dalam hal ini partisipasi keluarga untuk merestui perkawinan tersebut melalui adanya wali dalam pernikahan atau perkawinan.

Namun dalam pelaksanaannya sering terjadi perselisihan dalam hal keberadaan wali yang enggan untuk menikahkan, atau penolakan wali dalam mengawinkan perempuan yang berada dibawah perwaliannya sehingga Pegawai Pencatat Nikah (PPN) menolak untuk melakukan proses pencatatan perkawinan sebelum perselisihan diselesaikan lebih dahulu.75

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Jakarta Selatan ditemukan adanya perselisihan dalam hal keberadaan wali

adhal sehingga Pegawai Pencatat Nikah (PPN) menolak untuk melakukan proses pencatatan perkawinan sebelum perselisihan diselesaikan lebih dahulu dan pihak calon mempelai mengajukan mengajukan permohonan ke kepeniteraan Pengadilan Agama sebagaimana yang ditunjukkan dalam Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor 215/Pdt.P/2011/PA.JS yang diajukan oleh Pemohon AL.76

Adapun hal yang menyebabkan terjadinya sengketa pada umumnya adalah akibat wali yang berhak menikahkan enggan untuk menikahkan karena alasan sebagai berikut :

1. Perbedaan suku bangsa, dalam hal ini biasanya pihak mempelai perempuan tidak mau menikahkan anak gadisnya dengan laki-laki dari suku bangsa yang berbeda sehingga tidak bersedia menjadi wali

2. Berbeda agama, hal ini disebabkan karena faktor agama dari pihak laki-laki yang berbeda juga menjadi alasan wali dari pihak perempuan tidak mau atau enggan menikahkan anaknya.

75Firdaus Murdhani, Staf Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan, Wawancara Juni 2012

3. Tidak sederajat dalam kehidupan sosial ekonomi, dalam hal ini biasanya pihak keluarga perempuan berada dalam kondisi ekonomi yang lebih tinggi sehingga keberatan untuk menikahkan anaknya dengan laki-laki yang berasal dari golongan ekonomi yang lebih rendah.

4. Mempelai laki-laki tidak diketahui dengan jelas mengenai asal usulnya, karena pihak mempelai laki-laki merupakan perantau yang bekerja sehingga tidak dapat menghadirkan keluarganya sehingga pihak keluarga calon mempelai wanita meragukan keturunannya.

Keempat hal tersebut menyebabkan pihak keluarga tidak menyetujui perkawinan tersebut sehingga pihak yang seharusnya menjadi wali dan berhak menikahkan enggan untuk menikahkannya.77

Selain itu, sebagaimana termuat dalam Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor 215/Pdt.P/2011/PA.JS yang menjadi alasan wali nasab tidak bersedia menjadi wali nikah adalah karena wali nasab tidak suka dengan calon suami pemohon dan ingin memberi pelajaran kepada pemohon dan calon suami pemohon yang tidak mengikuti nasehat mereka untuk tidak melanjutkan niatnya untuk melaksanakan pernikahan.78

Pendapat ini juga dikemukakan oleh YA dan MA, bahwa dalam hal terjadi wali nasab yang tidak bersedia atau menolak untuk menikahkan perempuan yang dibawah perwaliannya yang menyebabkan terjadinya waliadhaltidak jauh dari faktor

77Firdaus Murdhani, Staf Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan, Wawancara Juni 2012

perbedaan suku bangsa, agama, derajat kehidupan sosial ekonomi dan asal usul pihak mempelai laki-laki. Namun terkadang ada beberapa hal yang dapat melunakkan pihak keluarg perempuan seperti perbedaan suku dan asal usul yang dapat ditutupi dengan kemampuan ekonomi pihak laki-laki sehingga ada perselisihan yang dapat diselesaikan dengan mediasi seperti halnya juga perbedaan agama yang ditutupi dengan pihak laki-laki yang masuk atau memeluk agama Islam sebelum pernikahan dilangsungkan.79

Hal ini juga dibenarkan oleh salah seorang warga yang ditemui di KUA Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan yang mengurus pernikahan dengan warga negara asing yang walaupun semula ditentang keluarganya karena berbeda agama. Namun kemudian pihak laki-laki memeluk agama Islam setelah melalui mediasi oleh Pegawai Pencatat Nikah KUA Kecamatan Kebayoran Lama.80 Demikian pula halnya dengan beberapa warga lainnya yang pernah bermasalah dengan wali nikah yang walaupun pada awalnya wali nikah keberatan atas pernikahannya karena status sosial perbedaan namun atas pendekatan mediasi atau

tabbayyun pada tahun 2009 dari Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Lama pihak keluarga akhirnya menyetujui pernikahannya dan sekarang telah memiliki seorang anak.81

79YA dan MA, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan,Wawancara,Tanggal Juni 2012 80RD, Pihak yang terkait dalam Sengketa Wali adhaldi KUA Kecamatan Kebayoran Lama

Jakarta Selatan,Wawancara Juni 2012

81Firdaus Murdhani, Staf Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan, Wawancara Juni 2012

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa faktor penyebab terjadinya sengketa wali adhal pelaksanaan perkawinan adalah karena faktor perbedaan suku bangsa, berbeda agama, tidak sederajat dalam kehidupan sosial ekonomi dan mempelai laki- laki tidak diketahui dengan jelas mengenai asal usulnya, Namun pada Penentapan Pengadilan Agama Nomor 215/Pdt.P/2011/PA.JS yang menjadi alasan wali nasab tidak bersedia menjadi wali nikah adalah karena wali tidak suka dengan calon suami pemohon dan ingin memberi pelajaran kepada pemohon dan calon suami pemohon yang tidak mengikuti nasehat mereka untuk tidak melanjutkan niatnya untuk melaksanakan pernikahan. Akibat hukum yang timbul adalah terjadi perselisihan hingga sampai ke Pengadilan Agama sehingga pelaksanaan perkawinan harus melalui wali hakim dengan penetapan apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan secara mediasi dan musyawarah dengan perantara Pegawai Pencatat Nikah atau BP4 Kecamatan.

Dokumen terkait