• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Penyebab Timbulnya Kenakalan Pelajar Di Kolej Vokasional Pertanian Chenor Pertanian Chenor

METODE PENELITIAN

B. Faktor Penyebab Timbulnya Kenakalan Pelajar Di Kolej Vokasional Pertanian Chenor Pertanian Chenor

Berdasarkan hasil wawancara Puan Rabiyah bt C.W.Putra pada tanggal 13 Oktober 2015 menjelaskan:6

Setiap melakukan tindakan atau melakukan suatu sikap tertentu dilakukan oleh sebuah motivasi dan motivasi atau dorongan tersebut tidak hanya satu motivasi

5

Al-Makatti, Abdulrahman, Pacatan Dalam Kecamatan Islam, (Jakarta,Media Dakwah), hlm. 124

6

melainkan dapat dari berbagai motivasi. Misalnya, seorang anak bersikap nakal di Kolej terhadap rakan kelasnya, karena memiliki pengalaman terhadap kakak yang lain juga bersikap sama terhadapnya. Motivasi atau dorongan-dorongan tersebut dapat dimasukkan ke dalam faktor-faktor penyebab munculnya kenakalan pelajar. Faktor-faktor kenakalan Remaja menurut Santrock, lebih rinci dijelaskan sebagai berikut:

a. Identitas

Menurut teori perkembangan yang dikemukakan Erikson, masa remaja ada tahap di mana krisis identitas harus diatasi. Erikson percaya bahwa delinkuensi pada remaja terutama ditandai dengan kegagalan remaja untuk mencapai integrasi yang kedua, yang melibatkan aspek-aspek peran identitas. Beberapa dari remaja yang tidak mampu memenuhi tuntutan yang dibebani pada mereka untuk setiap masa perkembangan yang mereka lewati, mungkin akan memilih perkembangan identitas yang negatif. Remaja seperti ini mungkin akan ambil bagian dalam tindak kenakalan, membuat diri mereka sendiri terperangkap dalam arus zaman yang paling nagetif dalam dunia muda yang mereka hadapi.

b. Kontrol Diri

Kenakalan pelajar juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Ini menunjukkan bahwa ternyata kontrol

48

diri mempunyai peranan penting dalam kenakalan pelajar. Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memandai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka. Pelajar pelaku kenakalan juga mungkin saja mengembangkan standar tingkah laku yang tidak memandai. Pelajar yang akan melakukan tindakan antisosial memerlukan pemikiran krisis terhadap dirinya sendiri agar bisa menghambat kecenderungan untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum. Standar krisis terhadap diri sendiri ini sangat dipengaruhi oleh model peran yang dimiliki oleh pelajar. Oleh karena itu, pelajar yang memiliki orang tua,guru, dan teman sebaya yang menunjukkan adanya standar krisis terhadap diri sendiri biasanya mengembangkan control diri yang diperlukan untuk menahan diri dari tindakan melanggar hukum atau antisosial.

Pola asuh orang tua yang efektif di masa kanak-kanak (penerapan stategi yang konsisten, berpusat pada anak dan tidak aversif) sehubungan dengan dicapainya pengaturan diri oleh anak. Selanjutnya dengan memiliki ketrampilan ini sebagai atribut internal akan berpengaruh pada menurunnya tingkat kenakalan pelajar.

c. Usia penampakkan awal

Perilaku antisosial berkaitan dengan pelanggaran-pelanggaran serius di kemudian hari pada masa remaja. Akan tetapi tidak semua anak yang bertindak berlebihan menjadi anak nakal. Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini

berhubungan dengan penyerangan serius seperti ini nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan.

d. Jenis Kelamin

Pelajar laki-laki lebih banyak terlibat dalam perilaku antisosial daripada pelajar perempuan, walaupun pelajar perempuan lebih cenderung melarikan diri dari rumah, sedangkan pelajar laki-laki lebih banyak terlibat dalam tindakan-tindakan kejahatan.

e. Harapan Terhadap Pendidikan dan Nilai-Nilai di Kolej

Pelajar yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan-harapan pendidikan yang rendah dan nilai rapor yang rendah. Kemampuan-kemanpuan verbal mereka seringkali lemah. Pelajar yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.

f. Pengaruh Orang Tua

Pelajar yang nakal seringkali berasal dari keluarga dimana orang tua jarang memantau anak-anak mereka, memberi sedikit dukungan, dan mendisiplinkan mereka secara tidak efektif. Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan pelajar. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orang tua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan

50

disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orang tua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan pelajar.

Pengawasan orang tua yang tidak memandai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan pelajar. Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga berhubungan dengan kenakalan pelajar, meskipun persentasenya tidak begitu besar.

g. Pengaruh Teman Sebaya

Bergaul dengan teman-teman sebaya yang nakal menambat besar resiko menjadi nakal. Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko pelajar untuk menjadi nakal. Pada sebuah penelitian Santrock terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston, ditemukan persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang memiliki hubungan reguler dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan.

h. Status Sosio Ekonomi

Hal ini disebabkan kurangnya kesempatan pelajar dari kelas sosial rendah untuk mengembangkan ketrampilan yang diterima oleh masyarakat. Mereka mungkin saja merasa bahwa mereka akan mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan tindakan anti sosial. Menjadi “tangguh” dan “maskulin” adalah contoh status yang tinggi bagi pelajar dari kelas sosial yang lebih rendah, dan status seperti ini sering ditentukan oleh keberhasilan pelajar dalam melakukan

kenakalan dan berhasil memboloskan diri setelah melakukan kenakalan. Pelanggaran-pelanggaran yang serius lebih sering dilakukan oleh kaum laki-laki kelas rendah.7

Berhubungan sangat banyaknya faktor yang menyebabkan tingkah laku kenakalan pelajar maka dibagi atau dikelompokkan berdasarkan tempat dan sumber kenakalan pelajar atas empat bagian.(Willis, 2008:92)8

1. Faktor-faktor di dalam diri anak iti sendiri, yaitu predisposing factor lemahnya pertahanan diri, kurangnya kemampuan penyesuaian diri, dan kurangnya dasar-dasar keimanan di dalam diri pelajar

2. Faktor-faktor di lingkungan rumah tangga, yaitu pelajar kurang mendapat kasih sayang dan perhatian dari orang tua, lemahnya keadaan ekonomi orang tua (terutama di desa-desa), dan kehidupan keluarga yang tidak harmonis.

3. Faktor-faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat, yaitu kurangnya pelaksanaan ajaran-ajaran agama secara konsekuen, masyarakat yang kurang memperoleh pendidikan, kurangnya pengawasan terhadap pelajar, dan pengaruh norma-norma baru di luar.

4. Faktor-faktor yang berasal dari lingkungan sekolah yaitu, faktor guru, faktor fasilitas pendidikan, norma-norma pendidikan dan kekompokkan guru, dan kakurangan guru.

C. Usaha Guru BK dalam Menanggulangi Kenakalan Pelajar di Kolej