• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.2 Faktor Produksi Kelapa Sawit

Ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit, yakni faktor lingkungan, bahan tanaman, dan

tindakan kultur teknis. Tentu saja ketiganya saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.

Ketiga faktor berikut, yaitu lingkungan, bahan tanaman, dan tindakan kultur teknis, begitu sangat dominan dalam mempengaruhi kesuksesan membudidayakan tanaman kelapa sawit yang hasilnya berupa minyak sawit mentah (CPO) sekarang menjadi andalan ekspor nonmigas Indonesia.

Mengutip buku Seri Budi Daya Kelapa Sawit karangan Suyatno Risza, bahwa faktor lingkungan itu mencakup iklim, tanah dan topografi. Iklim yang paling banyak diamati pada tanaman berkaitan dengan curah hujan karena tanaman sawit memang rakus akan air.

Curah hujan yang dikehendaki adalah 2.000 – 2.500 mm per tahun dan merata sepanjang tahun tanpa bulan kemarau panjang. Kekurangan atau kelebihan curah hujan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas sawit.

Musim kemarau panjang dapat mengancam terjadinya penurunan produksi. Memang, sinar matahari dapat mendorong pembentukan bunga, pertumbuhan vegetatif dan produksi buah. Tapi penyinaran matahari yang lama (kemarau) akan mempengaruhi tingginya suhu dan mempengaruhi pembungaan dan kematangan buah.Pengetahuan tentang iklim hendaknya dipahami dengan baik. Hal ini diperlukan untuk mendukung berbagai kegiatan lapangan seperti pembukaanlahan baru, jadwal penanaman, pemupukan, upaya pengawetan tanah dan sebagainya.

Adapun tanah berkaitan dengan sifat fisik dan kimia setiap jenis tanah yang berbeda-beda. Karenanya tingkat produksi setiap jenis tanah juga

berbeda. Bagi tanaman sawit sifat fisik tanah lebih penting daripada sifat kesuburan kimiawinya, karena kekurangan unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan.

Jenis-jenis tanah di mana tanaman sawit dapat tumbuh adalah tanah Podsolik Coklat, Podsolik Kuning, Podsolik Coklat Kekuningan, Podsolik Merah Kuning, Hidromorfik Kelabu, Alluvial, Regosol, Gley Humik, Organosol (tanah gambut). Tanah Podsolik Merah Kuning paling cocok untuk sawit. Sedangkan Podsolik Kuning kurang bagus karena miskin hara terutama fosfat dan magnesium.

Kedua, faktor bahan tanaman. Keberhasilan usaha perkebunan sawit antara lain juga dipengaruhi faktor bahan tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul. Bibit unggul akan menjamin pertumbuhan yang baik dan tingkat produktivitas tinggi bila dilaksanakan secara optimal.

Pada bahan tanaman sawit ini dibedakan atas dua bagian, yakni Vegetatif dan Generatif. Bagian vegetatif tanaman sawit meliputi akar, batang dan daun. Tanaman sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, tertier dan kuartier. Akar primer umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah.

Produksi Kelapa Sawit banyak petani yang mengeluh karena Produksi Kelapa sawit yang dimiliki mengalami penurunan dan petani tersebut tidak mengetahui mengapa hal tersebut terjadi. Produksi kelapa sawit yang sangat rendah sebenarnya sangat dapat dijelaskan secara agronomi mengapa hal tersebut dialami oleh petani kelapa sawit. Petani sebenarnya ddapat menjelaskan

kenapa penurunan produksi kelapa sawit yang dimilikinya jika peka dengan sawit yang dimilikinya.

Yan dkk (2002) pertumbuhan dan produktifitas kelapa sawit dipangaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar meupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor lingkungan, genetis dan faktor teknis agronomis. Dalam menunjang pertumbuhan dan proses produksi kelapa sawit, faktor tersebut saling terkait dan mempengaruhi satu sam lain. Untuk mencapai produksi kelapa sawit yang maksimal, diharapkan ketiga faktor tersebut selalu dalam keadaan optimal.

Menurut Ponten (1998) bahwa tanaman kelapa sawit sudah mulai menghasilkan pada umur 20-30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mangandung minyak yang rendah. Buah kelapa sawit yang normal berukuran 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir berisi sekitar 10-18 bulir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Bulir-bulir ini menyusun tandan buah yang berbobot rata-rata 20-30 kg/tandan. TBS inilah yang dipanen dan diolah di PKS.

Menurut Fauzi (2002) bahwa pada dasarnya ada dua macam olahan utama TBS dipabrik, yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau KPO banyak digunakan sebagai bahan baku industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun ( bahan panghasil busa), industri

baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik dan sebagai bahan bakar alternatif ( minyak diesel) (Buana, 2003).

Adapun penyebab produksi kelapa sawit rendah adalah dapat dijelaskan sebagai berikut ini :

1. Bibit yang digunakan palsu

Bibit adalah salah satu faktor utama penentu produksi kelapa sawit. Pihak produsen benih sudah menentukan tren produksi dari benih tersebut. seringkali petani menanam benih kelapa sawit palsu akibatnya petani mengalami produksi kelapa sawit yang rendah sepanjang tanaman itu ditanam. Hal inilah salah satu faktor penyebab rendahya produksi kelapa sawit. Sebagai contoh jika kita menggunakan bibit asli Topaz akan memperoleh hasil 35,6 Ton per hektar tiga tahun setelah tanam.

2. Pemupukan

Faktor kedua yang sangat menentukan produksi kelapa sawit adalah pemupukan. Pemupukan ini sangat menentukan produksi kelapa sawit yang akan diperoleh. Jika pemupukan tidak dilakukan dengan benar maka produuksi yang dihasilkan akan sangat rendah.

3. Kondisi Gulma

Faktor ketiga yang menentukan produksi kelapa sawit adalah kondisi gulma. Kondisi gulma yang terkontrol tidak akan mempengaruhi produksi kelapa sawit karena tingkat persaingan unsur hara dengan tanaman tidak berpengaruhtetapi jika kondisi gulma kelas A dan B sangat banyak atau dominan diperkebunan kelapa sawit maka produksi yang dihasilkan akan menurun.

4. Cara Panen

Cara panen juga mempengaruhi produksi kelapa sawit, dimana jika petani sering memanen buah mentah maka tanaman kelapa sawit akan mengalami stress akibantya produksi yang dihasilkan akan mengalami penurunan di tahun berikutnya.

5. Tunasan

Tunasan yang terlambat akan menyebabkan loses buah yang banyak sehingga produksi kelapa sawit akan menurun, oleh karena itu untuk mendapatkan produksi kelapa sawit yang maksimal diperlukan penunasan yang sesuai aturan.

6. Kondisi cuaca

Kelapa sawit adalah tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah yang banyak oleh karena itu kondisi cuaca sangat menentukan tren produksi kelapa sawit. Jika curah air rendah maka produksi akan menurun sedangkan jika curah hujan tinggi maka produksi kelapa sawit akan meningkat.

Dokumen terkait