• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Rasional

FAKTOR RASIONAL

JUMLAH KEHADIRAN

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEHADIRAN PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 DI KABUPATEN MUNA

4. Faktor Rasional

4.1. Jenis Pemilu

Jenis pemilihan umum sangat berdampak terhadap tingkat partisipasi pemilih yang datang ke lokasi TPS untuk memberikan hak pilihnya. Hal ini terlihat dari perbandingan jumlah pemilih yang menggunakan hak suara pada pemilihan umum legilatif cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden atau pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah seperti yang tergambar dalam data sebelumnya pada pembahasan tingkat kehadiran Pemilih untum memilih. Dalam pemilihan umum Legislatif Tahun 2014 tingkat kehadiran pemilih di TPS cukup jauh dibandingkan dengan Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden 2014, dimana tingkat kehadiran pemilih dalam pemilu legislatif tahun 2014 mencapai persentase sebanyak 62,48% sedangkan pada pemilu presiden dan wakil Presiden tahun 2014 hanya berkisar pada 52,02%. Tingkat kehadiran dalam pemilu presiden dan wakil presden tahun 2014 menurun cukup signifikan dibandingkan dengan pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2009 yaitu sebanyak 10,46%. Hal ini dianggap bahwa calon pemilu legislatif lebih dikenal dan lebih dekat kepada pemilih sehingga lebih bias untuk memberikan manfaat bagi pemilih dibandingkan pilpresyang calonnya tidak dekat dengan pemilih, sehingga sebahagian pemilih menganggap bahwa pemilu legislatif lebih penting dan lebih menguntungkan untuk diikuti. Hal ini merupakan pekerjaan rumah bagi KPU Kabupaten Muna.

Hasil jawaban responden melalui kuesioner juga menunjukkan trend yang sama dari pertanyaan no. 7 dari lembar kuesioner yaitu : “Menurut Bapak/Ibu/Saudara(i) apakah jenis Pemilu mempengaruhi kehadiran pemilih datang memilih ke TPS?” sebanyak 101 dari 400 atau sekitar 25,25% menjawab sangat berpengaruh dan 167 dari 400 responden menjawab berpengaruh atau sekitar 41,75%. Jadi sebanyak 268 atau 67,00% responden menganggap bahwa jenis Pemilihan Umum berpengaruh pada kehadiran atau ketidakhadiran pemilih untuk memilih di TPS.

34 4.2. Ideologi

Bagi masyarakat pemilih di Kabupaten Muna bahwa ideologi sebuah parpol atau calon tidak dianggap berpengaruh pada tingkat partisipasi kehadiran dan ketidak hadiran untuk memilih. Hal ini tergambar jelas dari jawaban responden ketika diberi pertanyaan tentang hal tersebut. Pertanyaan no. 15 “Menurut Pendapat Bapak/Ibu/Saudara(i), apakah ideologi parpol/calon berpengaruh pada kehadiran pemilih dan memilih parpol/calon tertentu?”. Dari 400 responden lebih dari setengahnya yaitu sebanyak 202 atau 50,50% memilih jawaban c. Tidak berpengaruh. Hal ini disebabkan karena bagi pemilih bahwa ideologi tertentu yang diusung parpol atau perbedaan ideologi bukanlah jaminan perubahan kearah yang lebih baik. Bagi para pemilih keterwakilan aspirasi memiliki nilai yang lebih penting dan lebih menarik bagi mereka untuk ikut memilih dan menentukan pilihan

4.3. Visi-Misi calon/Parpol

Berbanding terbalik dari Ideologi, visi dan misi calon ternyata memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat kehadiran pemilih. Visi-misi parpol atau calon yang dianggap mewakili aspirasi pemilih akan menarik bagi pemilih untuk ikut serta dalam memberikan suara bahkan menetukan untuk memilih parpol atau calon tertentu. Penjelasan tersebut terjawab dari dua pertanyaan yang di ajukan dalam kuesioner. Pertanyaan no. 11 “Dalam menetapkan pilihan berdasarkan keriteria apa Bapak/Ibu/Saudara(i) memilih baik parpol, caleg dan capres dalam setiap Pemilu?” dari 4 pilihan jawaban bahkan sebanyak 61,25% atau 245 dari 400 memilih visi-misi parpol/calon sebagai jawaban. Untuk pertanyaan no. 13 “Menurut Pendapat Bapak/Ibu/Saudara(i), apakah visi dan misi parpol/calon berpengaruh pada kehadiran pemilih dan memilih parpol/calon tertentu?” 190 atau 47,50% menjawab sangat berpengaruh dan 122 memberi jawaban cukup berpengaruh sekitar 30,50%. Total seluruhnya adalah 78,00% menganggap visi –misi parpol mempengaruhi para pemilih untuk hadir memilih. Masyarakat atau pemilih akan hadir dan akan memilih calon yang visi-misinya dianggap mewakili aspirasi pemilih.

35

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan yan telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Tingkat kehadiran pemilih dalam pemilihan umum tahun 2014 di Kabupaten Muna menunjukkan trend yang menurun, hal ini dibuktikan dengan pada pemilihan umum DPR, DPD dan DPRD tahun 2014 memiliki tingkat paritisipasi yang lebih tinggi dibandingkan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014. Bahkan mengalami tingkat penurunan yang signifikan dimana pada pemilihan umum DPR, DPD dan DPRD tahun 2014 tingkat kehadiran pemilih mencapai 62,48% sementara pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 yaitu hanya sebanyak 52,02%. Meskipun dari jumlah pemilih dan prosentase kehadiran pemilih masih diatas 50%, namun penurunan signifikan kehadiran pemilih yang terjadi menunjukkan bahwa tingkat partisipasi kehadiran pemilih di Kabupaten Muna tergolong rendah dan menurun bahkan hampir dibawah batas 50%

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kehadiran pemilih di lokasi TPS di Kabupaten Muna yaitu pertama

1. Faktor Geografis meliputi :

a. Kondisi Cuaca dimana baik atau buruknya cuaca bagi pemilih merupakan salah satu faktor. Secara umum disimpulkan bahwa jika cuaca baik maka kecenderungan pemilih untuk hadir akan lebih tinggi sebaliknya jika cuaca buruk seperti hujan maka pemilih cenderung untuk tidak hadir memilih. Sebanyak 72,50% responden menjawab akan adanya pengaruh faktor tersebut.

b. Jarak domisili pemilih dengan TPS berpengaruh pada kehadiran pemilih. Sebanyak 67,75% responden menyatakan hal tersebut. khususnya pemilih pedesaan, pedalaman dan kepulauan yang merupakan mayoritas wilayah kabupaten Muna sementara fasilitas kendaraan yang dimiliki oleh pemilih tergolong minim. Ditambah dengan penempatan TPS yang terkadang memang bermasalah dalam DPT disebabkan kelalaian saat melakukan verifikasi Daftar Pemilih sehingga terkadang pemilih memilih pada TPS yang jauh padahal ada TPS yang lebih dekat dalam wilayah desa yang sama.

2. Faktor Sosial Ekonomi meliputi :

a. Pengetahuan Pemilu. Semakin tahu masyarakat akan makna pemilu maka akan semakin tahu mereka akan pentingya pemilu itu sendiri

36

sehingga mendorong masyarakat pemilih untuk hadir memilih. Bagi pemilih kabupaten Muna setidaknya ada 77,25% responden mengangap seperti itu. Sehingga para pemilih yang tidak tahu merasa tidak penting untuk memilih

b. Money Politik (Politik Uang). Faktor negatif yang sampai sekarang tidak bisa dipisahkan dengan partisipasi masyarakat untuk ikut memilih bahkan mentukan pilihan. Hal ini jelas dari 68,50% responden yang memberi jawaban akan keterkaitan itu.

3. Faktor Psikologis

a. Kedekatan Pemilih dengan Calon. Sebanyak 84,25% responden menyatakan adanya keterkaitan atau kedekatan pemilih dengan calon baik dari kekeluargaan, kesukuan menjadi salah satu faktor yang cukup mempengaruhi pemilih untuk memilih dan menentukan pilihan. Sehingga tidak jarang pemilih tidak hadir memilih hanya karena tidak ada calon yang dianggap dekat.

b. Sosialisasi Politik. Dengan sosialisasi terjalin hubungan yang lebih erat antara parpol/calon dengan pemilih. Data hasil riset menunjukkan sebanyak 74,50% dari responden menganggap bahwa sosialisasi politik memberikan pengaruh bagi kehadiran pemilih.

4. Faktor Rasionalitas

a. Jenis pemilihan umum. Secara umum dapat dilihat dari tingkat partisipasi pemilih yang hadir untuk memberikan hak pilihnya pada pemilihan umum legilatif cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Hal ini disebabkan karena calon pemilihan legislative lebih dekat dengan warganya sehingga bisa memberi manfaat yang lebih. Inilah yang meningkatkan animo masyarakat untuk memilih. 67,00% responden menyatakan hal tersebut b. Visi-Misi parpol/Calon. Sebanyak 78,00% responden menganggap visi – misi parpol mempengaruhi para pemilih untuk hadir memilih. Masyarakat atau pemilih akan bersemangat hadir dan akan memilih calon yang visi-misinya dianggap bagus dan mewakili aspirasi pemilih.

B. Saran

1. Tingkat partisipasi pemilih yang ditunjukkan dengan kehadiran pemilih di lokasi TPS untuk memberikan hak suaranya masih rendah meskipun masih pada angka diatas 50% namun masih sangat jauh dari angka 100%. Trend partisipasi pemilih masih cenderung lebih tinggi pada pemilihan umum legislatif dibanding Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden sehingga KPU harus bekerjasama dengan partai politik untuk mendorong masyarakat dalam memberikan hak suaranya di TPS seperti yang dilakukan pada

37

pemilihan umum legislatif. Sehingga trend partisipasi pemilih pilpres bisa didongkrak sehingga paling tidak menyamai tingkat partisipasi pada pemilihan umum legislatif, tidak memiliki disparitas yang cukup jauh secara statistik.

2. KPU Kabupaten Muna harus memiliki perhatian serius pada faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan partisipasi politik masyarakat khususnya yang bisa mendorong tingkat kehadiran pemilih untuk memilih dan melakukan langka-langkah kongkrit untuk peningkatan partisipasi tersebut. Seperti :

a. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan parpol atau instansi terkait untuk melakukan pendidikan, komunikasi dan sosialisasi politik kepada masyarakat akan pentingnya pemilihan umum serta mendorong partai politik untuk banyak melakukan sosialisasi sehingga visi-misi lebih diketahui oleh masyarakat dan bisa menjalin kedekatan antara pemilih dengan parpol/calon. Sehingga masyarakat lebih tertarik untuk ikut memilih dan kedepan pemilih tidak lagi sekedar memilih parpol/calon berdasarkan kedekatan kesukuan atau kekeluargaan semata tapi lebih disebabkan karena visi dan misi, serta keaktifan partisipasi sosial calon ditengah-tengah masyarakat.

b. Melakukan Verifikasi daftar pemilih dengan sebaik-baiknya dan seakurat mungkin sehingga kedepan tidak lagi terjadi adanya pemilih yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi TPS disebabkan kesalahan penempatan TPS dalam Daftar Pemilih sehingga membuat pemilih menjadi kesulitan dan malas hadir ke TPS untuk memilih.

c. Mengajak semua pihak terkait terutama parpol dan para calon peserta pemilu untuk sama-sama menciptakan pemilu yang jujur dan bersih, dan menghindari politik uang melakukan koordinasi dengan pengawas pemilu untuk melakukan pengawasan yang baik terhadap hal itu agar dalam pemilu-pemilu selanjutnya bisa semakin meminimalisir adanya potensi money politik untuk meningkatkan partisipasi kehadiran pemilih.

38

Dokumen terkait