• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.8. Faktor Risiko Hipertensi

2.8.2. Faktor Risiko Hipertensi yang Dapat Dirubah a. Kelebihan Berat Badan (Obesitas)

Penelitian dan beberapa studi yang dilakukan dunia telah menemukan bahwa berat badan berhubungan dengan tekanan darah. Berdasarkan Framingham Heart Study, sebanyak 75% dan 65% kasus hipertensi yang terjadi pada pria dan wanita secara langsung berkaitan dengan kelebihan berat badan (obesitas). Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur.

Tidak semua jenis kegemukan berhubungan dengan hipertensi. Ada dua jenis kegemukan, yaitu kegemukan sentral dan kegemukan perifer. Pada kondisi kegemukan sentral lemak mengumpul di sekitar perut atau buncit. Sedangkan

kegemukan perifer adalah kegemukan yang merata di seluruh tubuh. Artinya lemak menyebar rata di seluruh bagian tubuh.

Obesitas sentral merupakan faktor penentu yang lebih penting terhadap peningkatan tekanan darah di bandingkan dengan kelebihan berat badan perifer. Dan hipertensi lebih banyak ditemukan pada orang dengan kegemukan sentral dibandingkan perifer. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa orang-orang yang mengalami konsentrasi lemak pada pinggul dan perut (berbentuk ‘apel’) lebih besar kemungkinanya untuk mengembangkan tekanan darah tinggi daripada jika kelebihan lemak tersebut terletak pada paha atau pantat (berbentuk buah ‘pir’) (Susilo Y, dan Ari W, 2011).

Secara umum, populasi cenderung semakin kelebihan berat badan, merupakan hal yang tidak sehat karena berbagai alasan. Keadaan ini disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan, banyak mengandung (lemak, protein dan karbohidrat) yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

Tanggapan bahwa sel lemak hanya tempat menyimpan lemak dan melepaskan pasokan lemaknya jika kebutuhan energi sedang tinggi dan ketersediaan karbohidrat rendah telah berubah drastis selama 20 tahun. Tanggapan sekarang bahwa sel lemak sangat aktif dan sel lemak menghasilkan semua jenis hormon yang memengaruhi tekanan darah. Akibatnya, ketika sel lemak berlebihan atau ketika sel lemak menjadi lebih besar, produksi hormon tubuh cenderung meningkat. Beberapa hormon ini cukup bermanfaat. Contohnya, sel lemak membuat adiponectin, yaitu hormon yang membantu insulin bekerja lebih baik menjaga gula darah tetap normal. Sayangnya, sel

lemak juga menghasilkan beberapa bahan kimia yang secara langsung menaikkan tekanan darah, seperti angiotensinogen. Beberapa biomarker inflamasi berasal dari sel lemak. Biomarker inflamasi ini ikut berperan dalam aterosklerosis atau pengerasan arteri. Akibat proses aterosklerotik, arteri menjadi kaku, sehingga dapat menaikkan tekanan darah khususnya nilai atas tekanan darah. Masalah lain kenaikan berat badan yaitu dapat membuat rentan terhadap timbulnya diabetes. Keberadaan diabetes melipatgandakan risiko timbulnya hipertensi (Townsend Raymond R, 2010).

Pada beberapa dasawarsa terakhir terdapat peningkatan progresif rata-rata berat badan orang dewasa di Amerika Serikat dan peningkatan berat badan ini diiringi dengan peningkatan prevalensi diabetes. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang mempunyai badan normal.

Massa tubuh dapat dihitung dengan indeks massa tubuh (body mass index, BMI) melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan. Obesitas (kegemukan) didefinisikan sebagai BMI ≥ 30 kg/m2

Kelebihan bobot badan berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko mendapat hipertensi. Pada populasi Barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh obesitas diperkirakan 30-65%. Dari data pengamatan, regresi multivariat tekanan darah menunjukkan kenaikan TDS 2-3 mmHg (0,13-0,2 kPa) dan TDD 1-3 mmHg (0,13-0,4 kPa) untuk setiap kenaikan 10 kg bobot (WHO, 1996).

(kilogram per meter persegi) (Palmer A, dan Bryan Williams, 2007).

b. Merokok

Merokok benar-benar bisa menyebabkan peningkatan sementara terhadap tekanan darah sekitar 10 mmHg pada tekanan sistolik dan 8 mmHg tekanan diastolik saat merokok dan tak lama setelah merokok. Bahkan yang lebih penting bagi penderita hipertensi, merokok dapat menghilangkan khasiat obat-obatan anti hipertensi.

Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat segera setelah menghisap hisapan yang pertama. Seperti kebanyakan bahan kimia lainnya dalam asap tembakau, nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan disebarkan ke seluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberiikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan Epinephrine (adrenaline). Hormon yang sangat kuat ini menyempatkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras di bawah tekanan yang lebih tinggi.

Setelah merokok dua batang rokok saja, tekanan sistolik dan tekanan diastolik meningkat rata-rata 10 mmHg. Tekanan darah tetap pada tingkat yang meningkat ini sekitar 30 menit setelah selesai merokok. Saat efek nikotin hilang, tekanan darah berangsur-angsur turun. Namun demikian, jika perokok berat, tekanan darah tetap pada tingkat yang lebih tinggi sepanjang hari.

Disamping meningkatkan pelepasan adrenaline, merokok juga menimbulkan berbagai efek lain yang merugikan. Bahan-bahan kimia dalam tembakau dapat merusak dinding-dinding dalam arteri, sehingga membuatnya lebih rentan terhadap

akumulasi kolesterol yang mengandung endapan-endapan lemak (plak) yang menyebabkan penyempitan pada arteri. Tembakau juga memicu pelepasan hormone-hormon yang menyebabkan tubuh mempertahankan cairan. Kedua faktor ini, penyempitan arteri dan peningkatan cairan, dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (Gardner F. S, 2007).

c. Stres Psikososial

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Ketika takut, gugup dan dikejar waktu tekanan darah biasanya meningkat. Tetapi dalam sebagian besar kasus begitu mulai santai, tekanan darah kembali turun lagi. Jika mengalami tekanan darah tinggi, hanya mengurangi tingkat stres mungkin tidak bisa menurunkan tekanan darah.

Stres dapat bersifat negatif atau positif. Stres negatif terjadi bila merasa lepas kontrol atau di bawah tekanan yang terus menerus. Mungkin mengalami masalah dalam berkonsentrasi pada suatu pekerjaan. Keluarga, keuangan, pekerjaan, isolasi semuanya merupakan penyebab umum stres negatif. Stres positif memberi perasaan senang dan kesempatan. Mungkin merasa percaya diri ketika mendekati suatu situasi. Ketika berhadapan dengan peristiwa yang menakutkan atau ketegangan yang sedang berlangsung dalam kehidupan respon fisik tubuh terhadap setiap stresor sama dengan ancaman fisik (Gardner F. S, 2007).

Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh stres berbeda-beda. Pada sebagian orang, stres menyebabkan hanya sedikit peningkatan tekanan darah. Pada sebagian orang yang lain, stres dapat menyebabkan lompatan-lompatan yang ekstrem

dalam tekanan darah. Meskipun efek stres biasanya hanya bersifat sementara, jika mengalami stres secara teratur, peningkatan tekanan darah yang ditimbulkannya, suatu waktu, dapat merusak arteri, jantung, otak, ginjal dan mata, persis sebagaimana hanya dengan tekanan darah tinggi yang terus-menerus.

Tipe kepribadian yang rentan terkena stres adalah ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan), kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah (emosional), kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan (over confidence), cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam, dan lain-lain.

Pengukuran tingkat stres dapat dikelompokkan dengan menggunakan kriteria HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Unsur yang dinilai antara lain: perasaan ansietas, ketegangan, ketakutan dan lain-lain. Unsur yang dinilai dapat menggunakan skoring, dengan ketentuan penilaian sebagai berikut: a. 0: tidak ada gejala dari pilihan yang ada, b. 1: satu gejala dari pilihan yang ada, c. 2: kurang dari separuh dari pilihan yang ada, d. 3: separuh atau lebih dari pilihan yang ada, e. 4: semua gejala ada.

Untuk selanjutnya skor yang dicapai dari masing-masing unsur atau item dijumlahkan sebagai indikasi penilaian dertajat stres, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Skor < 14 tidak ada stres, 2. Skor 14-20 stres ringan, 3. Skor 21-27 stres sedang, 4. Skor 28-41 stres berat, 5. Skor 42-56 stres berat sekali.

d. Konsumsi Garam yang Berlebihan

Garam dapat meningkatkan tekanan darah. Semakin banyak orang mengkonsumsi garam (baik sengaja atau tidak) maka akan semakin tinggi tekanan

darahnya. Garam yang secara kimiawi dirumuskan NaCl tediri dari natrium terdiri dari natrium (Na) dan klor (Cl). Natrium yang beredar dalam darahlah yang dituding memiliki efek langsung pada peningkatan tekanan darah ini dengan membentuk ikatan dengan (H2

Mengurangi konsumsi garam dapat membantu tubuh untuk mengurangi kadar natrium yang berlebihan di dalam darah. Hal tersebut juga dapat menurunkan risiko mengalami hipertensi hingga mencapai 20%. Rekomendasinya adalah mengonsumsi natrium kurang dari 2,4g (100 mEq). Jumlah tersebut setara dengan 6g garam, yaitu sekitar 1 sendok teh. Jadi pastikan bahwa garam yang dimakan tidak lebih dari satu sendok teh perhari.

O) yang menyebabkan jumlah/volume cairan darah meningkat. Pada kondisi peningkatan volume cairan darah, maka tubuh, dalam hal ini jantung, merespons dengan meningkatkan tekanan darah untuk menjamin seluruh cairan darah dapat beredar keseluruh tubuh. (Hananta I Putu Yuda dan Harry Freitag L.M., S.Gz, 2011).

Apabila asupan garam kurang dari 3g perhari prevalensi hipertensi akan beberapa persen saja, sedangkan asupan garam 5-15 perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20% (Sidabutar R. P dan Wigono, 1990).

e. Kurang Aktivitas Fisik (Kurang Olahraga)

Olahraga mempunyai beberapa aspek baik, dan tidak harus menghabiskan sejam setiap hari secara intens melakukan aktivitas aerobik untuk mendapatkan manfaat dari aktivitas tersebut. Prinsip olahraga yang disarankan untuk menjaga

kebugaran dan kestabilan tekanan darah adalah olahraga yang stabil dan terukur. Sebenarnya, 20-30 menit jalan cepat setiap hari sangat baik. Jenis olahraga sedang yang sama cenderung mempunyai efek sedang pada penururan gula darah. Olahraga dapat meningkatkan metabolisme lemak dengan menurunkan nilai trigliserida dan meningkatkan bentuk kolesterol baik, kolesterol High Density Lipoprotein (HDL). Olahraga teratur, khususnya yang berkaitan dengan penurunan berat badan, dapat menurunkan peluang terkena diabetes.

Orang normotensi serta kurang gerak dan tidak bugar mempunyai risiko 20-50% lebih besar untuk terkena hipertensi selama masa tindak lanjut jika dibandingkan dengan orang yang lebih aktif dan bugar. Beraerobik secara teratur, yang cukup untuk mencapai sekurang-kurangnya kebugaran fisik sedang, ternyata bermanfaat, baik untuk mencegah maupun menangani hipertensi.

f. Alkohol

Beberapa laporan menunjukkan bahwa efek alkohol dimulai dengan jumlah yang sangat kecil. Dengan demikian orang-orang yang tidak meminum alkohol memiliki tekanan darah yang rendah. Namun demikian, beberapa laporan lainnya menunjukkan bahwa ada ambang batas di mana konsumsi alkohol mempengaruhi tekanan darah. Dengan demikian, sekali atau dua kali minum alkohol sehari berkaitan dengan tekanan darah yang semakin tinggi. Akhirnya ada beberapa kajian yang melaporkan bahwa orang-orang yang minum alkohol satu atau dua kali sehari memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada orang-orang yang tidak meminum

alkohol atau orang-orang yang minum lebih banyak dari tiga kali minum sehari. Dengan kata lain, minum alkohol tiga atau empat kali benar-benar berbahaya, tetapi masih belum jelas apakah konsumsi di bawah tingkat ini mempengaruhi tekanan darah atau tidak. Jika minum alkohol lakukan sedang-sedang saja.

Alkohol yang berlebihan menimbulkan masalah. Dapat meningkatkan tekanan darah dan mengganggu pengobatan. Minum berat menyebabkan sekitar 8% dari semua kasus tekanan darah tinggi (di Amerika Serikat).

Minum alkohol mengandung banyak ethanol, semakin banyak ethanolnya, semakin keras minumannya. Berdasarkan atas bukti-bukti yang menghubungkan konsumsi alkohol dengan tekanan darah, Canadian hypertension society (perkumpulan hipertensi kanada) telah merekomendasikan bahwa bagi sebagian besar pria, minum dalam takaran sedang adalah tidak lebih dari dua kali minum, 1 ons (30 ml) ethanol sehari. Bagi wanita dan pria yang bertubuh kecil, minum dalam takaran sedang adalah separohnya, satu kali minum atau tidak lebih dari setengah ons (15 ml) ethanol sehari. Salah satu teori menyebutkan bahwa alkohol bisa memicu pelepasan hormon epinephrine (adrenaline) yang dapat menyempitkan pembuluh darah.

Namun demikian, jelas sekali bahwa mengurangi konsumsi alkohol dapat mengurangi tekanan darah. Para pemabuk berat yang mengurangi konsumsi alkohol hingga takaran sedang dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar kira-kira 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar kira-kira 3 mmHg.

Dokumen terkait