• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Asam Urat

2.3.3 Faktor Risiko Hiperurisemia

Beberapa faktor risiko hiperurisemia ialah a. Faktor genetik

Beberapa gen yang terkait hiperurisemia yang telah ditemukan yaitu ABCG2, SLC17A3, SLC2A12, SLC2A9 dan ABCG2. Diperkirakan 60% gen yang mengendalikan hiperurisemia adalah SLC2A9 dan ABCG2.

b. Jenis kelamin

Pria memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Sejalan dengan bertambahnya usia, risiko serangan gout pada pria dan wanita akan berubah. Ketika usia paruh baya, pria memiliki risiko hiperurisemia 3-4 kali lebih tinggi daripada wanita. Rasio tersebut akan menurun saat wanita memasuki masa menopause. Wanita umumnya mengalami gout setelah memasuki masa pre-menopause dan pasca-menopause. Sejalan dengan pertambahan usia dan menopause yang dialami,

risiko penyakit hiperurisemia pada wanita akan meningkat terkait penurunan produksi estrogen. Keberadaan hormon estrogen sangat penting untuk membantu pengaturan sekresi asam urat sehingga mampu melindungi wanita dari hiperurisemia. c. Obesitas

Orang bertubuh gemuk lebih berisiko mengalami hiperurisemia dibandingkan orang bertubuh kurus. Risiko hiperurisemia pada pria meningkat jika Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 35. Risiko tersebut semakin meningkat jika terjadi penumpukan lemak di bagian perut. Obesitas merupakan penanda dan pemicu sindrom metabolik. Menurut Viazzi (2011), obesitas yang disertai dengan hipertensi memiliki risiko besar terhadap hiperurisemia dan gout. Obesitas yang disertai dengan gaya hidup tidak sehat seperti mengkonsumsi alkohol merupakan pemicu risiko hiperurisemia.

d. Penyakit Ginjal

Asam urat terbanyak diekskresikan melalui ginjal. Eksresi asam urat akan terganggu apabila fungsi ginjal tidak normal. Itulah sebabnya penyakit ginjal merupakan faktor risiko yang kuat untuk memicu hiperurisemia. Hiperurisemia dapat dipicu oleh penyakit ginjal dan sebaliknya hiperurisemia dapat menyebabkan penyakit ginjal (Johnson, 2003).

e. Hipertensi

Tekanan darah tinggi yang permanen merupakan faktor risiko yang berpotensi merusak ginjal dan kinerjanya yang merupakan penyebab langsung terhambatnya ekskresi asam urat.

f. Pengaruh obat-obatan

Obat-obat tertentu dapat memicu terjadinya hiperurisemia seperti obat diuretik thiazide. Pembuangan cairan tubuh yang berlebihan akibat pengaruh diuretik mengganggu ekskresi asam urat melalui ginjal. Contoh obat lain yang dapat memicu hiperurisemia ialah asam salisilat (aspirin), pyrazinamide, siklosporin, ethambutol, asam nikotinik.

g. Gaya Hidup

Ada beberapa macam makanan yang berpotensi memicu peningkatan asam urat pada penderita hiperurisemia yaitu makanan yang mengandung purin tinggi (lampiran 25). Selama ini purin eksogen yang berasal dari makanan dianggap sebagai pemicu hiperurisemia. Faktanya, peran makanan tinggi purin dalam mendongkrak kenaikan asam urat sangat kecil. Secara alami, tubuh justru menghasilkan purin dalam jumlah berkali lipat lebih besar dibandingkan dengan purin yang berasal dari makanan. Purin eksogen hanya memasok 15-20% asam urat, sedangkan tubuh menghasilkan 80-85% asam urat. Itulah mengapa diet rendah purin sering kali gagal menyembuhkan penyakit hiperurisemia karena purin hanya faktor minor penyebab hiperurisemia.

2.4 Gout

Dalam pandangan umum, hiperurisemia dimengerti sebagai penyakit radang sendi dan dinamakan penyakit asam urat. Padahal, hiperurisemia tidak selalu dimanifestasikan sebagai nyeri sendi yang dalam bahasa medis sering disebut arthritis gout atau gout.

Rasa nyeri yang di persendian merupakan gejala yang mudah dirasakan saat kadar asam urat berada di atas ambang batas normal. Selain itu, hiperurisemia juga memiliki dampak yang sangat beragam. Secara langsung, hiperurisemia merupakan faktor risiko penyakit ginjal, aterosklerosis, hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan gangguan tidur.

2.5 Patofisiologi

Hiperurisemia dapat berkembang menjadi gout, yaitu penyakit yang ditandai dengan pengendapan monosodium urat (MSU) di sendi dan jaringan tertentu. Pengendapan MSU pertama kali terjadi pada sendi-sendi tertentu di kaki dan tangan sehingga menimbulkan peradangan. Penyakit inilah yang disebut radang sendi (arthritis gout) atau lebih akrab dengan sebutan gout. Istilah lainnya adalah pirai.

Kadar asam urat yang tinggi merupakan penanda awal gout meskipun untuk mencapai manifestasi gout diperlukan waktu yang cukup lama. Hiperurisemia akan menunjukkan gejala gout jika kadar asam urat lebih besar dibandingkan dengan batas kelarutan asam urat pada suhu fisiologis dan pH normal, yakni 6,8 mg/dL. Sementara itu, secara biokimia akan terjadi hipersaturasi, yaitu kelarutan asam urat serum yang lebih besar daripada batas normal. Jika kelarutannya melebihi ambang batas atas, asam urat akan merangsang timbunan garam, terutama dalam bentuk mono sodium urat (MSU). Timbunan garam MSU terjadi pada suhu yang lebih rendah di bagian sendi perifer kaki, tangan, dan jaringan lainnya. Pengendapan MSU di sendi perifer kaki dan tangan akan disertai dengan trauma ringan di daerah tersebut sehingga menimbulkan nyeri sendi. Rasa nyeri yang yang paling kuat dirasakan terjadi di bagian kaki dan tangan karena di bagian inilah MSU pertama kali mengendap

sebelum akhirnya mengendap di jaringan lainnya. Jika gout berkembang parah, MSU akan mengendap di ginjal, jantung, mata dan organ tubuh lainnya.

Tidak semua penderita hiperurisemia mengalami gout. Persentase gout yang terjadi pada seluruh penderita hiperurisemia hanya sebesar 1-15,3%. Angka prevalensi gout dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kadar asam urat. Semakin tinggi kadar asam urat, semakin besar risiko terjadinya gout. Risiko gout seseorang akan meningkat jika dalam waktu yang cukup lama mengalami hiperurisemia. Jika selama lima tahun kadar asam urat rata-rata lebih dari 9 mg/dL, maka akumulasi gout akan meningkat hingga sebesar 22%. Artinya, hiperurisemia yang baru berlangsung sebentar memiliki risiko gout yang lebih rendah. Untuk menjadi gout, asam urat harus melalui tahapan-tahapan tertentu yaitu hiperurisemia asimtomatis, gout akut, interkritikal dan gout kronis.

Butuh diagnosis khusus untuk memastikan terjadinya gout yaitu dengan memeriksa cairan sendi di laboratorium. Jika penyakitnya sudah parah, diagnosa menjadi lebih mudah karena dapat dipastikan dengan melihat tofi (jamak: tofus). Bagian yang paling awal mengalami pengendapan MSU adalah sendi perifer karena di bagian inilah kelarutan MSU paling rendah.

Peningkatan kadar asam urat hingga menimbulkan hiperurisemia terjadi karena tiga hal, yaitu peningkatan metabolism asam urat sehingga produksinya meningkat, penurunan ekskresi asam urat, dan gabungan keduanya. Sebagian besar gout terjadi karena terhambatnya ekskresi asam urat. Sekitar 80-90% gout terjadi karena rendahnya jumlah asam urat yang sanggup diekskresi oleh tubuh, sedangkan 10-20% lainnya karena produksi asam urat yang berlebihan. Asam urat dieksresikan

oleh ginjal dan usus. Asam urat yang terbuang melalui ginjal terlarut bersama urin, sedangkan yang melewati usus terbawa oleh feses.

2.6 Pencegahan

Usaha pencegahan serangan gout pada umumnya adalah dengan menghindari segala sesuatu yang dapat memicu serangan, misalnya latihan fisik berlebihan, stress dan makanan yang mengandung purin berlebih seperti daging, jeroan (usus, ginjal, hati), bahkan ikan asin. Mengurangi konsumsi makanan berlemak dan alkohol dapat memperkecil terjadinya serangan gout. Dengan mengenali makanan yang kadar purinnya amat tinggi, sedang dan rendah, maka kita dapat mengontrol asupan purin seminimal mungkin.

Penggolongan Makanan berdasarkan kandungan purinnya ialah

a. Makanan kadar purin tinggi (150-1000 mg/100 gram), misal: otak, jeroan( paru, jantung, hati, usus, ginjal), ekstrak daging, daging cincang, kaldu daging, bebek, sapi, kambing, udang, lobster, remis, tiram, kerang, cumi dan ikan asin.

b. Makanan kadar purin sedang (50-150 mg/100 gram), misal: oatmeal, semua olahan gandum, ikan, ayam, kacang-kacangan kering, tahu, tempe, dan sayuran seperti kembang kol, brokoli, bayam, asparagus, jamur, buncis, kangkung, daun singkong, daun pepaya.

c. Makanan kadar purin rendah (di bawah 50 mg/100 gram), misal: sumber karbohidrat (kecuali oatmeal), buah, sayur (kecuali yang termasuk dalam purin sedang), telur, susu, dan gula.

Dokumen terkait