• Tidak ada hasil yang ditemukan

Observasi Klinis Pengaruh Pemberian Kombinasi Serbuk Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight)Walp.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domesticaVal.) Pada Pasien Hiperurisemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Observasi Klinis Pengaruh Pemberian Kombinasi Serbuk Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight)Walp.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domesticaVal.) Pada Pasien Hiperurisemia"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

OBSERVASI KLINIS PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI

SERBUK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

DAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.)

PADA PASIEN HIPERURISEMIA

SKRIPSI

OLEH:

RIRIYEN DESSY N. SIAHAAN NIM 091501075

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

OBSERVASI KLINIS PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI

SERBUK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

DAN RIMPANG KUNYIT(Curcuma domestica Val.)

PADA PASIEN HIPERURISEMIA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

RIRIYEN DESSY N. SIAHAAN

NIM 091501075

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

OBSERVASI KLINIS PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI SERBUK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

DAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) PADA PASIEN HIPERURISEMIA

OLEH:

RIRIYEN DESSY N. SIAHAAN NIM 091501075

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 4 Februari 2014 Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt. Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. NIP 195008221974121002 NIP 195301011983031004

Pembimbing II, Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt.

NIP 195008221974121002

Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si., Apt. Drs. Rasmadin Muchtar, M.Si., Apt. NIP 197506102005012003 NIP 196106191991031001

Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt.

NIP 197806032005012004

Medan, April 2014 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.

(4)

Observasi Klinis Pengaruh Pemberian Kombinasi Serbuk Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight)Walp.) dan Rimpang Kunyit

(Curcuma domesticaVal.) Pada Pasien Hiperurisemia

Abstrak

Hiperurisemia merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkat nya kadar asam urat dalam darah. Masyaraka tmenggunakan daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) sebagai antihiperurisemia sedangkan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai antiinflamasi. Tujuan dilakukan observasi klinis ialah untuk mengetahui karakteristik dan efektivitas kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit pada pasien hiperurisemia melalui observasi klinis.

Penelitian ini memiliki tahapan penelitian yaitu preparasi sediaan uji (identifikasi sampel, pengumpulan, pengolahan sampel, pembuatan simplisia, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan sediaan uji) dan menggunakan metode cross sectional untuk observasi klinis pengaruh pemberian kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit yang dilakukan pada 40 pasien hiperurisemia, dimana 20 pasien menggunakan kombinasi serbuk daun salam (1 gram) sebagai obat penurun kadar asam urat dan rimpang kunyit (1gram) sebagai antiinflamasi dan 20 pasien lainnya hanya menggunakan serbuk daun salam (1gram). Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah pada pasien hiperurisemia dilakukan pada hari ke-0, 1, 2, 3, 7 dan 14. Kemudian dilakukan analisis data menggunakan metode SPSS 17.

Hasil karakteristik daun salam dan rimpang kunyit yang diperoleh memenuhi persyaratan sesuai dengan monografi Materia Medika Indonesia (MMI) Edisi VI, sehingga simplisia dapat digunakan sebagai bahan penelitian. Observasi klinis yang dilakukan terhadap 40 pasien hiperurisemia menunjukkan penurunan kadar asam urat dari hari ke-1 (8,14 mg/dl), beberapa pasien menunjukkan penurunan pada hari ke-3 (5,9 mg/dl) dan seluruh pasien pada hari ke-7 kadar asam urat menunjukkan normal (4,88 mg/dl). Hasil uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05) dalam penurunan kadar asam urat sebelum dan sesudah penggunaan kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit dan hanya serbuk daun salam. Hasil uji Independent T menunjukkan penggunaan kombinasi dan hanya serbuk daun salam tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p > 0,05) dalam penurunan kadar asam urat. Penggunaan kombinasi lebih baik daripada hanya serbuk daun salam saja karena memiliki rimpang kunyit sebagai antiinflamasi.

Karakteristik daun salam dan rimpang kunyit yang diteliti sesuai dengan monografi Materia Medika Indonesia (MMI). Observasi klinis yang dilakukan terhadap 40 pasien hiperurisemia menunjukkan penurunan kadar asam urat setelah mengkonsumsi sediaan serbuk daun salam dan rimpang kunyit maupun dengan sediaan serbuk daun salam saja dan tidak dijumpai efek samping.

(5)

Clinical Observation of The Effect Combination of Bay Leaf Powder (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) andTurmeric Rhizome

(Curcuma domestica Val.) for HyperuricemiaPatients Abstract

Hyperuricemia is a disease characterized by increased levels of uric acid in the blood. Community use bay leaves (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) as anti-hyperuricaemiawhile turmeric (Curcuma domestica Val.) efficacious as anti-inflammatory. The purpose of this clinical observation is to know theeffectivity combined bay leaf and turtumeric rhizome for hyperuricemia patients through clinical observation.

This study has the stages research is preparation dosage (sample identification, collection, sample processing, the manufacture of crude drugs, botanicals characterization examination, the manufacture of the dosage) and using cross sectionalmethod of effect of clinical observation a combination of bay leaf powder and turmeric were performed in 40 patients with hyperuricemia, where 20 patients used a combination of bay leaf powder (1 gram) as lowering drug uric acid level and turmeric rhizome (1 gram) as anti-inflammatory and 20 others are just using bay leaf powder (1 gram) as uric acid lowering drugs. The examination of uric acid levels in blood is examined in day 1, day 2, day 3, day 7 and day 14. The analysis data using SPSS 17.

The results of the characteristics of bay leaves and turmeric obtained in accordance with the standards of Materia Medika Indonesia (MMI) VI edition, so it can be used as a crude drug research.Clinical observation is done with fourty patients with hyperuricemia showed a decrease uric acid from day 1 (8.14 mg/dl), some patients showed a decrease uric acid inday 3 (5.9 mg/dl) and all patient in day 7 had normal uric acid levels (4.88 mg/dl). The result of Wilcoxon test showed a significant difference (p < 0.05) in reducing uric acid levels before and after the use of a combination and bay leaves only. The result of Independent T test is the use of a combination with the use of bay leaves only don’t have difference significantly (p > 0.05) in reducing uric acid levels.

The characteristics of bay leaves and turmeric obtained in accordance with the standards of Materia Medika Indonesia (MMI). Clinical observations were conducted on 40 hyperuricemia patients showed a decrease in uric acid levels after consuming the powder preparation bay leaves and turmeric powder preparation and the bay leaves alone and found no adverse effects.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Observasi Klinis Pengaruh Pemberian Kombinasi Serbuk Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Pada Pasien Hiperurisemia. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

(7)

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga tercinta, Ayahanda Richard Siahaan dan Ibunda Ronny Rospita, serta adikku Yogie Barori, yang telah memberikan semangat dan kasih sayang yang tak ternilai dengan apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa/i Farmasi Klinis dan Komunitas 2009 yang selalu mendoakan dan memberi semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, 17 Januari 2014

Penulis,

Ririyen Dessy N. Siahaan

NIM 091501020

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 4

1.3 Perumusan Masalah ... 6

1.4 Hipotesis ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Uraian Tumbuhan ... 8

(9)

2.1.1.1 Sistematika Tumbuhan ... 8

2.1.1.2 Nama Lain ... 9

2.1.1.3 Morfologi Tumbuhan ... 9

2.1.1.4 Sifat dan Khasiat Tumbuhan ... 9

2.1.1.5 Kandungan Kimia ... 10

2.1.2 Kunyit ... 10

2.1.2.1 Sistematika Tumbuhan ... 10

2.1.2.2 Nama Lain ... 11

2.1.2.3 Morfologi Tumbuhan ... 11

2.1.2.4 Kandungan Kimia ... 12

2.1.2.5 Sifat dan Khasiat Tumbuhan ... 13

2.2 Asam Urat ... 13

2.3 Hiperurisemia ... 15

2.3.1 Definisi Hiperurisemia ... 15

2.3.2 Prevalensi Hiperurisemia ... 15

2.3.3 Faktor Risiko Hiperurisemia ... 16

2.4 Gout ... 19

2.5 Patofisiologi ... 19

2.6 Pencegahan ... 21

2.7 Observasi Klinis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Bahan dan Alat ... 23

(10)

3.1.2 Alat yang Digunakan ... 23

3.2 Penyiapan Bahan Tumbuhan ... 24

3.2.1 Pengambilan Bahan Tumbuhan ... 24

3.2.2 Identifikasi Tumbuhan ... 24

3.2.3 Pengolahan Bahan Tumbuhan ... 24

3.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ... 25

3.3.1 Pemeriksaan Makroskopik ... 25

3.3.2 Pemeriksaan Mikroskopik ... 25

3.3.3 Penetapan Kadar Air ... 25

3.3.4 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air ... 26

3.3.5 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol ... 26

3.3.6 Penetapan Kadar Abu Total ... 27

3.3.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ... 27

3.4 Pembuatan Sediaan ... 27

3.5 Uji Observasi Klinis ... 28

3.5.1 Tempat Penelitian ... 28

3.5.2 Waktu Penelitian ... 28

3.5.3 Desain Penelitian ... 28

3.5.4 Populasi Penelitian ... 28

3.5.5 Kriteria Inklusi, Ekslusi, Jumlah Pasien Subjek Penelitian ... 29

3.5.6 Sediaan Uji ... 30

3.5.7 Penggunaan Alat ... 30

(11)

3.5.9 Tindakan Medis ... 32

3.5.10 Pemeriksaan Kadar Asam Urat/Pengambilan Sampel Darah ... 32

3.5.11 Tindakan Keamanan ... 32

3.6 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent). 33 3.7 Kaji etik (Ethical clearence) ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 45

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 4

2.1 Pembentukan Asam Urat dari Nukleosida Purin yang Terjadi dalam Traktus Intestinalis Mamalia ... 13 4.1 Grafik Hasil Penurunan Kadar Asam Urat Pasien Hiperurisemia

Pada Hari ke 0, 1, 2, 3, 7, 14 ... 37 4.2 Grafik Persentase Penurunan Kadar Asam Urat Pasien

(13)

Daftar Tabel

Tabel Halaman 4.1 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Daun Salam .. 35

4.2 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Rimpang Kunyit ... 35 4.3 Data Hasil Penurunan Kadar Asam Urat Pasien Hiperurisemia

Pada hari ke 0, 1, 2, 3, 7, 14 ... 36 4.4 Data Hasil Persentase Penurunan Kadar Asam Urat Pasien

Hiperurisemia Pada hari ke 1, 2, 3, 7, 14 ... 38 4.5 Hasil Pengamatan Pasien Hiperurisemia yang Mengkonsumsi

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 45

2. Gambar Tumbuhan Salam dan Kunyit ... 46

3. Gambar Daun Salam dan Rimpang Kunyit Sesudah Dipanen ... 47

4. Gambar Daun Salam Segar dan Kering dan Rimpang Kunyit Segar dan Kering ... 48

5. Sediaan Serbuk Daun Salam dan Rimpang Kunyit ... 50

6. Mikroskopik Serbuk Daun Salam ... 51

7. Mikroskopik Serbuk Rimpang Kunyit ... 53

8. Perhitungan Karakterisasi Simplisia Daun Salam ... 55

9. Perhitungan Karakterisasi Simplisia Rimpang Kunyit ... 59

10. Tabel Data Pasien Hiperurisemia yang Menggunakan Kombinasi Serbuk Daun Salam dan Rimpang Kunyit ... 63

11. Tabel Data Pasien Hiperurisemia yang Menggunakan Serbuk Daun Salam ... 64

12. Hasil Data Statistik ... 65

13. Gambar Alat ... 70

14. Surat Persetujuan Etik (Ethical Clearence) ... 72

15. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) ... 73

16. Anamnese Pasien Hiperurisemia ... 74

17. Dokumentasi Pasien ... 75

18. Kuisioner Pasien ... 77

(15)

20. Penggolongan Makanan yang Mengandung Purin ... 82 21. Contoh Perhitungan Rata-Rata Kadar Asam Urat dan Standar

(16)

Observasi Klinis Pengaruh Pemberian Kombinasi Serbuk Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight)Walp.) dan Rimpang Kunyit

(Curcuma domesticaVal.) Pada Pasien Hiperurisemia

Abstrak

Hiperurisemia merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkat nya kadar asam urat dalam darah. Masyaraka tmenggunakan daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) sebagai antihiperurisemia sedangkan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai antiinflamasi. Tujuan dilakukan observasi klinis ialah untuk mengetahui karakteristik dan efektivitas kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit pada pasien hiperurisemia melalui observasi klinis.

Penelitian ini memiliki tahapan penelitian yaitu preparasi sediaan uji (identifikasi sampel, pengumpulan, pengolahan sampel, pembuatan simplisia, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan sediaan uji) dan menggunakan metode cross sectional untuk observasi klinis pengaruh pemberian kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit yang dilakukan pada 40 pasien hiperurisemia, dimana 20 pasien menggunakan kombinasi serbuk daun salam (1 gram) sebagai obat penurun kadar asam urat dan rimpang kunyit (1gram) sebagai antiinflamasi dan 20 pasien lainnya hanya menggunakan serbuk daun salam (1gram). Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah pada pasien hiperurisemia dilakukan pada hari ke-0, 1, 2, 3, 7 dan 14. Kemudian dilakukan analisis data menggunakan metode SPSS 17.

Hasil karakteristik daun salam dan rimpang kunyit yang diperoleh memenuhi persyaratan sesuai dengan monografi Materia Medika Indonesia (MMI) Edisi VI, sehingga simplisia dapat digunakan sebagai bahan penelitian. Observasi klinis yang dilakukan terhadap 40 pasien hiperurisemia menunjukkan penurunan kadar asam urat dari hari ke-1 (8,14 mg/dl), beberapa pasien menunjukkan penurunan pada hari ke-3 (5,9 mg/dl) dan seluruh pasien pada hari ke-7 kadar asam urat menunjukkan normal (4,88 mg/dl). Hasil uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05) dalam penurunan kadar asam urat sebelum dan sesudah penggunaan kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit dan hanya serbuk daun salam. Hasil uji Independent T menunjukkan penggunaan kombinasi dan hanya serbuk daun salam tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p > 0,05) dalam penurunan kadar asam urat. Penggunaan kombinasi lebih baik daripada hanya serbuk daun salam saja karena memiliki rimpang kunyit sebagai antiinflamasi.

Karakteristik daun salam dan rimpang kunyit yang diteliti sesuai dengan monografi Materia Medika Indonesia (MMI). Observasi klinis yang dilakukan terhadap 40 pasien hiperurisemia menunjukkan penurunan kadar asam urat setelah mengkonsumsi sediaan serbuk daun salam dan rimpang kunyit maupun dengan sediaan serbuk daun salam saja dan tidak dijumpai efek samping.

(17)

Clinical Observation of The Effect Combination of Bay Leaf Powder (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) andTurmeric Rhizome

(Curcuma domestica Val.) for HyperuricemiaPatients Abstract

Hyperuricemia is a disease characterized by increased levels of uric acid in the blood. Community use bay leaves (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) as anti-hyperuricaemiawhile turmeric (Curcuma domestica Val.) efficacious as anti-inflammatory. The purpose of this clinical observation is to know theeffectivity combined bay leaf and turtumeric rhizome for hyperuricemia patients through clinical observation.

This study has the stages research is preparation dosage (sample identification, collection, sample processing, the manufacture of crude drugs, botanicals characterization examination, the manufacture of the dosage) and using cross sectionalmethod of effect of clinical observation a combination of bay leaf powder and turmeric were performed in 40 patients with hyperuricemia, where 20 patients used a combination of bay leaf powder (1 gram) as lowering drug uric acid level and turmeric rhizome (1 gram) as anti-inflammatory and 20 others are just using bay leaf powder (1 gram) as uric acid lowering drugs. The examination of uric acid levels in blood is examined in day 1, day 2, day 3, day 7 and day 14. The analysis data using SPSS 17.

The results of the characteristics of bay leaves and turmeric obtained in accordance with the standards of Materia Medika Indonesia (MMI) VI edition, so it can be used as a crude drug research.Clinical observation is done with fourty patients with hyperuricemia showed a decrease uric acid from day 1 (8.14 mg/dl), some patients showed a decrease uric acid inday 3 (5.9 mg/dl) and all patient in day 7 had normal uric acid levels (4.88 mg/dl). The result of Wilcoxon test showed a significant difference (p < 0.05) in reducing uric acid levels before and after the use of a combination and bay leaves only. The result of Independent T test is the use of a combination with the use of bay leaves only don’t have difference significantly (p > 0.05) in reducing uric acid levels.

The characteristics of bay leaves and turmeric obtained in accordance with the standards of Materia Medika Indonesia (MMI). Clinical observations were conducted on 40 hyperuricemia patients showed a decrease in uric acid levels after consuming the powder preparation bay leaves and turmeric powder preparation and the bay leaves alone and found no adverse effects.

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi dan tercatat 7.000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya namun baru sekitar 300 tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi secara regular. WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka (Saifudin, 2011).

Saat ini obat tradisional Indonesia menduduki posisi sangat penting dalam dunia kesehatan. Hal ini disebabkan di tengah kondisi dunia yang kurang menguntungkan, obat tradisional memberi solusi tepat menuju sehat secara alami, murah, mudah, dan aman. Semakin dipahami manfaatnya, masyarakat semakin terbiasa menggunakan obat tradisional dalam menghadapi berbagai keluhan dan gangguan kesehatan (Tersono, 2006).

(19)

karena bukti ilmiah mengenai khasiat dan keamanan obat tradisional pada manusia masih kurang (Ardiyanto, 2011).

Beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang yang menderita penyakit yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat di dalam darah. Penyakit ini ditandai dengan gangguan linu-linu terutama di daerah persendian tulang dan sering timbul rasa amat nyeri bagi penderitanya. Rasa sakit tersebut diakibatkan adanya radang pada persendian. Radang sendi tersebut ternyata disebabkan oleh penumpukan kristal di daerah persendian akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah (Krisnatuti, 2008).

Seiring dengan berkembangnya pengetahuan tentang tanaman yang berkhasiat obat, diketahui banyak jenis tanaman yang bermanfaat sebagai obat. Salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai obat yang dapat menurunkan kadar asam urat adalah daun salam (Syzygium polyanthum (Wight)Walp.) dan yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri (antiinflamasi) adalah rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) (Agoes,2010). Pemakaian daun salam dan rimpang kunyit di masyarakat adalah dengan mengunakan daun salam 7-10 lembar dan rimpang kunyit 1 ruas jari. Setelah dicuci lalu direbus dengan 2 gelas air bersih hingga tersisa 1 gelas. Angkat, dinginkan, saring. Minum air rebusan ini sehari 3 kali setelah makan.

(20)
(21)

1.1 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan kerangka pikir seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian Sediaan serbuk

daun salam dan

rimpang kunyit Kadar asam urat dalam darah

4. Kadar sari larut dalam air

5. Kadar sari larut dalam etanol

Serbuk rimpang kunyit

(22)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil perumusan masalah yaitu: a. apakah karakteristik simplisia daun salam dan rimpang kunyit sesuai dengan

monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia

b. apakah kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit dapat menurunkan kadarasam urat pada pasien hiperurisemia

c. apakah kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit tidak memiliki efek samping jika diberikan pada pasien hiperurisemia.

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dibuat hipotesis sebagai berikut: a. karakteristik simplisia daun salam dan rimpang kunyit yang diteliti sesuai

dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia

b. kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit dapat menurunkan kadar asam urat pada pasien hiperurisemia

c. kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit tidak memiliki efek samping jika diberikan pada pasien hiperurisemia.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. untuk mengetahui karakteristik daun salam dan rimpang kunyit yang diteliti b. untuk mengetahui efektivitas kombinasi serbuk daun salam dan rimpang

(23)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menunjang program pemerintah untuk melakukan penelitian dan pengembangan obat tradisional yang merupakan warisan budaya bangsa.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Salam

Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.), daunnya digunakan sebagai rempah dalam masakan. Daun salam ini memberikan aroma yang khas namun tidak keras. Kayunya berwarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah dandapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang salam mengandung tanin, kerap dimanfaatkan untuk mewarnai dan mengawetkan jala, bahan anyaman dari bambu dan lain-lain. Pohon salam tumbuh tersebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indochina, Semenanjung Malaya, Kalimantan dan Jawa. Di samping itu, salam ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan lain, terutama untuk diambil daunnya (Agoes, 2010).

2.1.1.1 Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Anak kelas : Dialypetalae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium

(25)

2.1.1.2 Nama Lain

Selain nama resmi, daun salam memiliki nama lain yaitu:

a. nama daerah: Maselangan, ubar serai (Sumatera), Manting (Jawa), gowok (Sunda) b. nama asing: Samak, kelat samak, serah (Malaysia), Duo hua pu tao (Tionghoa),

bay leaf (Inggris) 2.1.1.3 Morfologi Tumbuhan

Pohon salam bertajuk rimbun dan memiliki tinggi sampai 25 m. Daun bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai tumpul, panjang 5 cm sampai 15 cm, lebar 35 mm sampai 65 mm; terdapat 6 sampai 10 urat daun lateral, panjang tangkai daun 5 mm sampai 12 mm. Perbungaan berupa malai, keluar dari ranting, berbau harum. Bila musim berbunga pohon akan dipenuhi oleh bunga-bunganya. Kelopak bunga berbentuk cangkir yang lebar, ukuran lebih kurang 1 mm. Mahkota bunga berwarna putih, panjang 2,5 mm sampai 3,5 mm. Benang sari terbagi dalam 4 kelompok, panjang lebih kurang 3mm berwarna kuning lembayung. Buah buni, berwarna merah gelap, bentuk bulat dengan garis tengah 8 mm sampai 9 mm, pada bagian tepi berakar lembaga yang sangat pendek (Ditjen POM, 1980).

2.1.1.4 Sifat dan Khasiat Tumbuhan

(26)

2.1.1.5 Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat pada daun salam adalah tannin, flavonoid, minyak atsiri, sitral, eugenol, seskuiterpen, triterpenoid, fenol, steroid, lakton, saponin, dan karbohidrat. Selain itu daun salam juga mengandung beberapa vitamin, di antaranya vitamin C, vitamin A, thiamin, riboflavin, niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat. Bahkan mineral seperti selenium terdapat di dalam kandungan daun salam (Hariana, 2011).

2.1.2 Kunyit

Kunyit merupakan salah satu tanaman rempah sekaligus tanaman obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Penyebaran tanaman ini sampai ke Malaysia, Indonesia, Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Filipina, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Kunyit dapat tumbuh di berbagai tempat, tumbuh liar di hutan, seperti di hutan jati di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, ataupun ditanam di pekarangan dan tegalan dalam skala terbatas. Tempat tumbuh yang cocok untuk tanaman ini adalah daerah dengan ketinggian 90-1800 meter di atas permukaan laut. (Hayati, 2003).

(27)

Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica Val. (Tjitrosoepomo, 1991). 2.1.2.2 Nama Lain

Beberapa nama kunyit yang dikenal di Indonesia adalah sebagai berikut: a. nama daerah: kunyet (Aceh), kuning (Gayo), kunyet (Alas), kuning, kunik, unik

(Batak), under (Nias), Kunyit (Melayu), kunyir, jinten (Lampung), kunit, janar (Banjar), henda (Ngaju), kunyir, koneng, koneng temen (Sunda), konyet (Madura), huni (Bima), kaungi, winguru (Sumba Timur), kuneh, guni (Flores), uni, kuni (Toraja) (Ditjen POM,1980).

b. nama asing: Turmeric (Inggris), Kurkuma (Belanda) 2.1.2.3 Morfologi Tumbuhan

(28)

berwarna hijau, bentuk bundar telur, makin ke atas makin menyempit serta memanjang, warna semu putih atau keunguan, kelopak berbentuk tabung, panjang 9 mm sampai 13 mm, bergigi 3 dan tipis seperti selaput; tajuk bagian bawah berbentuk tabung, panjang lebih kurang 20 mm, berwarna krem, bagian dalam tabung berambut; tajuk bagian ujung berbelah-belah, warna putih atau merah jambu, panjang 10 mm sampai 15 mm, lebar 11 mm sampai 14 mm; bibir berbentuk bundar telur, panjang 16 mm sampai 20 mm, lebar 15 mm sampai 18 mm, warna jingga atau kuning keemasan dengan pinggir berwarna coklat dan di tengahnya berwarna kemerahan (Ditjen POM, 1980).

2.1.2.4 Kandungan Kimia

Rimpang kunyit mengandung senyawa minyak atsiri terdiri dari alfa dan beta tumerone yang menyebabkan bau khas pada kunyit. Selain minyak atsiri ada kelompok senyawa kurkuminoid (3-5%) terdiri dari kurkumin, dimetoksi kurkumin, desmetoksikurkumin, bisdesmetoksikurkumin, dihidrokurkumin, natrium kurkuminat (NaC), diasetil kurkumin (DAC), tetra hidro kurkumin (THC), asam ferulat (FA), arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tannin, dammar. Golongan mineral dalam kunyit adalah magnesium, besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal, seng, kobalt, aluminium dan bismuth (Hariana, 2011).

2.1.2.5 Sifat dan Khasiat Tumbuhan

(29)

2.2 Asam Urat

Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Asam urat yang beredar di dalam tubuh manusia diproduksi sendiri oleh tubuh (asam urat endogen) dan berasal dari makanan (asam urat eksogen). Sekitar 80-85% asam urat diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan sisanya berasal dari makanan. Kadar asam urat normal wanita dewasa 2,4-5,7 mg/dL; pria dewasa 3,4-7,0 mg/dL; dan anak-anak 2,8-4,0 mg/dL.

Metabolisme asam urat dalam tubuh dapat dilihat pada Gambar 2.1.Manusia mengubah nukleosida purin utama, adenosin dan guanin menjadi asam urat melalui intermediat serta reaksi sebagai berikut:

Asam nukleat

Gambar 2.1 Pembentukan Asam Urat Dari Nukleosida Purin Yang Terjadi dalam Traktus Intestinalis Mamalia (Fauzia, 2013)

Asam nukleat yang dilepas dari pencernaan asam nukleat dan nukleoprotein di dalam traktus intestinalis akan diurai menjadi mononukleotida oleh enzim

Nuklease (pankreas)

Polinukleotidase/ fosfoesterase (usus)

(30)

ribonuklease, deoksiribonuklease, dan polinukleotidase. Enzim nukleotidase dan fosfatase menghidrolisis mononukleotida menjadi nukleosida yang kemudian diserap atau diurai lebih lanjut oleh enzim fosforilase intestinal menjadi basa purin dan pirimidin. Adenosin pertama-tama mengalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim adenosin deaminase. Fosforolisis ikatan N-glikosidat inosin dan guanosin, yang dikatalisis oleh enzim nukleotida purin fosforilase, akan melepas senyawa ribosa 1-fosfat dan basa purin. Hipoxantin dan guanin selanjutnya membentuk xantin dalam reaksi yang dikatalisis masing-masing oleh enzim xantin oksidase dan guanase. Kemudian xantin teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat yang terbentuk dapat diserap dan selanjutnya diekskresikan ke dalam urin (Rodwell, 2003).

Menurut Rodwell (2003), ekskresi asam urat total pada manusia normal rata-rata adalah 400-600 mg/24jam. Sumber asam urat pada manusia didapat melalui dua cara, yaitu secara endogen dan eksogen. Sumber asam urat secara endogen yaitu melalui sintesis de novo dan pemecahan asam nukleat kurang lebih sebanyak 600mg/hari, sedangkan yang berasal dari eksogen yaitu melalui intake makanan yang mengandung purin kurang lebih 100 mg/hari.

Pada kadar yang normal, asam urat berperan sebagai antioksidan penting

dalam plasma. Sekitar 60% radikal bebas yang ada dalam serum manusia

‘dibersihkan’ oleh asam urat. Asam urat bersifat larut dalam darah sehingga mampu

menangkap radikal bebas superoksida, gugus hidroksil, oksigen tunggal, dan

melakukan chelasi terhadap logam transisi yang bersifat merusak keutuhan sel. Peran

(31)

Jika kadarnya tinggi, asam urat justru berubah menjadi radikal bebas yang akan

merusak keutuhan sel. Kerusakan sel justru dapat terjadi akibat hiperurisemia

(Lingga, 2012).

2.3 Hiperurisemia

2.3.1 Definisi Hiperurisemia

Seseorang akan mengalami hiperurisemia jika memiliki kadar asam urat

melebihi angka normal. Kadar asam urat dapat diketahui dengan mengukur kadar

asam urat serum. Kadar asam urat serum merupakan hasil keseimbangan antara asam

urat yang diproduksi dan yang diekskresi tubuh. Untuk mengetahui sesorang

menderita hiperurisemia, ada ambang batas bawah kadar asam urat serum yang

digunakan sebagai indikator. Ambang batas normal ditentukan berdasarkan gender,

yaitu batas bawah asam urat normal untuk wanita dan pria. Secara pragmatis, wanita

disebut penderita hiperurisemia saat kadar asam urat serumnya melebihi 6 mg/dL,

sedangkan bagi pria jika kadar asam urat serumnya melebihi 7 mg/dL (Lingga,

2012).

2.3.2 Prevalensi Hiperurisemia

Prevalensinya hiperurisemia bervariasi sebesar 2,6-47,2%. Menurut Hak A.E

(2008), tingginya prevalensi hiperurisemia lebih disebabkan oleh gaya hidup.

Secara umum, hiperurisemia dibagi menjadi tiga yaitu,

a. Hiperurisemia Primer

(32)

kelainan enzim dan kelainan molekuler yang tidak jelas. Hiperurisemia ini dialami hampir 99% penderita hiperurisemia.

b. Hiperurisemia Sekunder

Hiperurisemia sekunder masih terkait dengan penyakit lainnya. Peningkatan kadar asam urat serum terjadi karena produksi asam urat yang berlebihan akibat gangguan metabolisme purin. Terjadinya gangguan metabolisme purin disebabkan oleh defisiensi glucose-6-phosphatase atau fructose-6-aldolase

c. Hiperurisemia Idiopatik

Hiperurisemia idiopatik dapat terjadi karena penyebab primer yang tidak jelas, kelainan genetik, atau faktor fisiologi dan anatomi yang jelas (Lingga, 2012).

2.3.3 Faktor Risiko Hiperurisemia

Beberapa faktor risiko hiperurisemia ialah a. Faktor genetik

Beberapa gen yang terkait hiperurisemia yang telah ditemukan yaitu ABCG2, SLC17A3, SLC2A12, SLC2A9 dan ABCG2. Diperkirakan 60% gen yang mengendalikan hiperurisemia adalah SLC2A9 dan ABCG2.

b. Jenis kelamin

(33)

risiko penyakit hiperurisemia pada wanita akan meningkat terkait penurunan produksi estrogen. Keberadaan hormon estrogen sangat penting untuk membantu pengaturan sekresi asam urat sehingga mampu melindungi wanita dari hiperurisemia. c. Obesitas

Orang bertubuh gemuk lebih berisiko mengalami hiperurisemia dibandingkan orang bertubuh kurus. Risiko hiperurisemia pada pria meningkat jika Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 35. Risiko tersebut semakin meningkat jika terjadi penumpukan lemak di bagian perut. Obesitas merupakan penanda dan pemicu sindrom metabolik. Menurut Viazzi (2011), obesitas yang disertai dengan hipertensi memiliki risiko besar terhadap hiperurisemia dan gout. Obesitas yang disertai dengan gaya hidup tidak sehat seperti mengkonsumsi alkohol merupakan pemicu risiko hiperurisemia.

d. Penyakit Ginjal

Asam urat terbanyak diekskresikan melalui ginjal. Eksresi asam urat akan terganggu apabila fungsi ginjal tidak normal. Itulah sebabnya penyakit ginjal merupakan faktor risiko yang kuat untuk memicu hiperurisemia. Hiperurisemia dapat dipicu oleh penyakit ginjal dan sebaliknya hiperurisemia dapat menyebabkan penyakit ginjal (Johnson, 2003).

e. Hipertensi

(34)

f. Pengaruh obat-obatan

Obat-obat tertentu dapat memicu terjadinya hiperurisemia seperti obat diuretik thiazide. Pembuangan cairan tubuh yang berlebihan akibat pengaruh diuretik mengganggu ekskresi asam urat melalui ginjal. Contoh obat lain yang dapat memicu hiperurisemia ialah asam salisilat (aspirin), pyrazinamide, siklosporin, ethambutol, asam nikotinik.

g. Gaya Hidup

Ada beberapa macam makanan yang berpotensi memicu peningkatan asam urat pada penderita hiperurisemia yaitu makanan yang mengandung purin tinggi (lampiran 25). Selama ini purin eksogen yang berasal dari makanan dianggap sebagai pemicu hiperurisemia. Faktanya, peran makanan tinggi purin dalam mendongkrak kenaikan asam urat sangat kecil. Secara alami, tubuh justru menghasilkan purin dalam jumlah berkali lipat lebih besar dibandingkan dengan purin yang berasal dari makanan. Purin eksogen hanya memasok 15-20% asam urat, sedangkan tubuh menghasilkan 80-85% asam urat. Itulah mengapa diet rendah purin sering kali gagal menyembuhkan penyakit hiperurisemia karena purin hanya faktor minor penyebab hiperurisemia.

2.4 Gout

(35)

Rasa nyeri yang di persendian merupakan gejala yang mudah dirasakan saat kadar asam urat berada di atas ambang batas normal. Selain itu, hiperurisemia juga memiliki dampak yang sangat beragam. Secara langsung, hiperurisemia merupakan faktor risiko penyakit ginjal, aterosklerosis, hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan gangguan tidur.

2.5 Patofisiologi

Hiperurisemia dapat berkembang menjadi gout, yaitu penyakit yang ditandai dengan pengendapan monosodium urat (MSU) di sendi dan jaringan tertentu. Pengendapan MSU pertama kali terjadi pada sendi-sendi tertentu di kaki dan tangan sehingga menimbulkan peradangan. Penyakit inilah yang disebut radang sendi (arthritis gout) atau lebih akrab dengan sebutan gout. Istilah lainnya adalah pirai.

(36)

sebelum akhirnya mengendap di jaringan lainnya. Jika gout berkembang parah, MSU akan mengendap di ginjal, jantung, mata dan organ tubuh lainnya.

Tidak semua penderita hiperurisemia mengalami gout. Persentase gout yang terjadi pada seluruh penderita hiperurisemia hanya sebesar 1-15,3%. Angka prevalensi gout dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kadar asam urat. Semakin tinggi kadar asam urat, semakin besar risiko terjadinya gout. Risiko gout seseorang akan meningkat jika dalam waktu yang cukup lama mengalami hiperurisemia. Jika selama lima tahun kadar asam urat rata-rata lebih dari 9 mg/dL, maka akumulasi gout akan meningkat hingga sebesar 22%. Artinya, hiperurisemia yang baru berlangsung sebentar memiliki risiko gout yang lebih rendah. Untuk menjadi gout, asam urat harus melalui tahapan-tahapan tertentu yaitu hiperurisemia asimtomatis, gout akut, interkritikal dan gout kronis.

Butuh diagnosis khusus untuk memastikan terjadinya gout yaitu dengan memeriksa cairan sendi di laboratorium. Jika penyakitnya sudah parah, diagnosa menjadi lebih mudah karena dapat dipastikan dengan melihat tofi (jamak: tofus). Bagian yang paling awal mengalami pengendapan MSU adalah sendi perifer karena di bagian inilah kelarutan MSU paling rendah.

(37)

oleh ginjal dan usus. Asam urat yang terbuang melalui ginjal terlarut bersama urin, sedangkan yang melewati usus terbawa oleh feses.

2.6 Pencegahan

Usaha pencegahan serangan gout pada umumnya adalah dengan menghindari segala sesuatu yang dapat memicu serangan, misalnya latihan fisik berlebihan, stress dan makanan yang mengandung purin berlebih seperti daging, jeroan (usus, ginjal, hati), bahkan ikan asin. Mengurangi konsumsi makanan berlemak dan alkohol dapat memperkecil terjadinya serangan gout. Dengan mengenali makanan yang kadar purinnya amat tinggi, sedang dan rendah, maka kita dapat mengontrol asupan purin seminimal mungkin.

Penggolongan Makanan berdasarkan kandungan purinnya ialah

a. Makanan kadar purin tinggi (150-1000 mg/100 gram), misal: otak, jeroan( paru, jantung, hati, usus, ginjal), ekstrak daging, daging cincang, kaldu daging, bebek, sapi, kambing, udang, lobster, remis, tiram, kerang, cumi dan ikan asin.

b. Makanan kadar purin sedang (50-150 mg/100 gram), misal: oatmeal, semua olahan gandum, ikan, ayam, kacang-kacangan kering, tahu, tempe, dan sayuran seperti kembang kol, brokoli, bayam, asparagus, jamur, buncis, kangkung, daun singkong, daun pepaya.

(38)

2.7 Observasi Klinis

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan tahapan penelitian yaitu preparasi sediaan meliputi, identifikasi sampel, pengumpulan dan pengolahan sampel, pembuatan simplisia, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan sediaan dan observasi klinis efek pengaruh pemberian kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit terhadap pasien hiperurisemia serta dilakukan pengukuran kadar asam urat sebelum dan sesudah penggunaan kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit.

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan 3.1.1 Bahan-bahan yang Digunakan

Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun salam (Syzigium polyanthum (Wight) Walp.) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.). Bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah berkualitas pro analisis yaitu air suling, asam klorida, etanol 70% (teknis), kloroform, kloral hidrat dan toluena.

3.1.2Alat-alat yang Digunakan

(40)

dan stamfer, neraca kasar (Ohaus), neraca listrik (Vibra AJ), oven listrik (Oven Deo-66F), test strip, timbangan berat badan (GEA® Medical) dan termometer.

3.2Penyiapan Bahan Tumbuhan

Penyiapan bahan tumbuhan meliputi pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi tumbuhan dan pembuatan simplisia.

3.2.1 Pengambilan Bahan Tumbuhan

Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) diperoleh dari Desa Bantan kecamatan Dolok Masihul dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) diperoleh dari Helvetia kecamatan Medan Helvetia kota Medan Provinsi Sumatera Utara.

3.2.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi, Bogor. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat di Lampiran 1, halaman 46.

3.2.3 Pengolahan Bahan Tumbuhan

Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun salam dan rimpang kunyit yang masih segar. Daun salam dan rimpang kunyit dipisahkan dari pengotor lain lalu dicuci hingga bersih kemudian ditiriskan dan ditimbang. Diperoleh berat basah untuk daun salam 10 kg dan rimpang kunyit 14 kg. Selanjutnya daun salam dan rimpang kunyit tersebut dikeringkan dalam lemari pengering dengan

(41)

3.3Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam (Ditjen POM, 1989).

3.3.1Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan cara mengamati warna, bentuk, ukuran, rasa dan tekstur dari simplisia.

3.3.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik terhadap simplisia dilakukan dengan cara menaburkan serbuk simplisia di atas kaca objek yang telah diteteskan dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati di bawah mikroskop. 3.3.3 Penetapan Kadar Air

Metode: Azeotropi (destilasi toluena).

(42)

toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (Depkes RI, 1995). Hasil perhitungan kadar air dapat ditunjukkan pada Lampiran 68, halaman 56 dan Lampiran 9, halaman 60.

3.3.4 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Air

Sebanyak 5 g serbuk dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1000 ml) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C sampai diperoleh bobot konstan. Kadar sari yang larut di dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995). Hasil perhitungan kadar sari yang larut dalam air dapat ditunjukkan pada Lampiran 8, halaman 56 dan Lampiran 9, halaman 60.

3.3.5 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol

(43)

dalam etanol dapat ditunjukkan pada Lampiran 8, halaman 57 dan Lampiran 9, halaman 61.

3.3.6 Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak lebih kurang 2 g sampai 3 g zat yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselen yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995). Hasil perhitungan kadar abu total dapat ditunjukkan pada Lampiran 8, halaman 58 dan Lampiran 9, halaman 62.

3.3.7 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam

Abu yang telah diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 ml asam klorida 2 N selama 5 menit. Bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring, dipijarkan hingga bobot tetap kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995). Hasil perhitungan kadar abu yang tidak larut dalam asam dapat ditunjukkan pada Lampiran 8, halaman 58 dan Lampiran 9, halaman 62.

3.4 Pembuatan Sediaan

(44)

3.5 Uji Observasi Klinis 3.5.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kotamadya Medan kecamatan Medan Helvetia, Medan Petisah dan Medan Baru

3.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan bulan Januari - April 2013. 3.5.3 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan cross sectional. Metode cross sectional adalah metode penelitian yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan secara simultan pada suatu saat atau sekali waktu (Hidayat, 2007).

3.5.4 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah semua pasien dewasa wanita dan pria ≥ 18 tahun dengan hiperurisemia. Sampel untuk populasi penelitian didapatkan dari Rumus Slovin:

Keterangan : n = Sampel N = Populasi

e = Interval keyakinan (0,05)

Jumlah sampel populasi penelitian minimal 37 orang berdasarkan Rumus Slovin:

 

 

(45)

3.5.5. Kriteria Inklusi, Eksklusi, Jumlah Pasien Subjek Penelitian Kriteria inklusi penelitian ini adalah:

a. wanita dewasa (usia ≥ 18 tahun), pasien hiperurisemia dengan kadar asam urat ≥ 6,0 mg/ dL

b. pria dewasa (usia ≥ 18 tahun), pasien hiperurisemia dengan kadar asam urat ≥ 7,0 mg/dL

c. tidak mengkonsumsi obat-obatan asam urat dalam dua minggu terakhir.

d. bersedia ikut dalam penelitian, mengikuti prosedur penelitian dan menanda tangani form informed consent.

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah: a. wanita hamil, menyusui dan nifas.

b. adanya penyakit lain seperti gagal ginjal kronis, dehidrasi akut, diabetes insipidus, ketoasidosis dan hiperparatiroid.

c.sedang mengkonsumsi obat diuretik, salisilat dosis rendah, prazinamid, etambutol dan siklosporin.

d. adanya kebiasaan mengkonsumsi alkohol

e. tidak teratur makan kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit atau hanya serbuk daun salam.

f.tidak mengikuti kontrol selama penelitian (meninggal, pindah alamat, mengundurkan diri). 

(46)

3.5.6 Sediaan Uji

Untuk kelompok kombinasi, 1 orang pasien hiperurisemia diberikan 42 bungkus serbuk daun salam dan rimpang kunyit, dikomsumsi dengan dosis 3 kali sehari selama 14 hari sedangkan kelompok daun salam, 1 orang pasien diberikan 42 bungkus serbuk daun salam dikonsumsi dengan dosis 3 kali sehari selama 14 hari. 3.5.7 Penggunaan Alat

Kadar asam urat diukur dengan menggunakan alat Easy Touch yang bekerja secara enzimatis. Prosedur penggunaannya yaitu:

a. sesuaikan kode yang terdapat dalam label dengan yang terdapat dalam vial test strip

b. setelah sesuai masukkan kode ke dalam alat pengukur asam urat c. masukkan test strip untuk menghidupkan layar

d. darah disentuhkan pada strip, kemudian darah akan mengalir sampai ke zona reaksi dengan otomatis

e. setelah 20 detik hasil pengukuran kadar asam urat akan ditampilkan pada layar. 3.5.8 Tahapan dan Cara Kerja

(47)

concent) tentang kegiatan penelitian, manfaat maupun resiko penelitian sebelum mereka mengisi lembar persetujuan (informed consent). Subjek penelitian selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis sesuai cara pengumpulan data, kemudian diukur kadar asam urat sebelum penggunaan (H0) sediaan kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit maupun dengan serbuk daun salam saja. Takaran bahan obat dilakukan penimbangan yaitu 1 gram serbuk daun salam dan 1 gram kunyit untuk sekali minum, pemakaian 3 × sehari selama 14 hari. Cara pakainya adalah dengan memasukkan 1 bungkus serbuk daun salam dan 1 bungkus serbuk rimpang kunyit ke dalam gelas ditambahkan 200 ml air minum, kemudian diminum bersama ampasnya. Begitu juga cara pakai serbuk daun salam, 1 bungkus serbuk daun salam dimasukkan ke dalam gelas ditambahkan 200 ml air minum, kemudian diminum bersama ampasnya, selanjutnya melakukan pengukuran kadar asam urat setelah pemberian sediaan kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit maupun dengan serbuk daun salam saja pada hari ke-1, 2, 3, 7 dan 14.

3.5.9 Tindakan Medis

Tindakan medis yang dilakukan bagi setiap pasien adalah sebagai berikut: a. melihat keluhan utama dan riwayat penyakit misalnya, nyeri bagian sendi, jari kaki, jari tangan, lutut, tumit, pergelangan tangan serta siku terutama saat pagi hari, baru bangun tidur atau malam hari.

(48)

c. pemeriksaan kadar asam urat dalam darah pada stik asam urat dengan alat Easy Touch digital serta dilihat nilai kadar asam urat (pada H0, H1, H2, H3 kemudian H7, dan H14)

3.5.10 Pemeriksaan Kadar Asam Urat/ Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan sampel darah dilakukan dengan cara mengambil sedikit darah dari ujung jari pasien dengan menggunakan lancet (penusuk), lalu darah yang didapat diteteskan di atas strip asam urat, setelah itu kadar asam urat dapat dideteksi dengan memasukkan strip ke alat digital Easy Touch, kemudian kadar asam urat akan muncul di layar.

3.5.11 Tindakan Keamanan

Selama pengobatan penderita di follow up terhadap kepatuhan, efek samping, komplikasi asam urat ataupun keadaan klinis lain yang dianggap penting. Apabila dalam follow up pasien terjadi komplikasi asam urat, maka pasien akan dirujuk ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut yang intensif.

3.6 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

(49)

3.7 Kaji Etik

Untuk melengkapi kelayakan pada penelitian observasi klinis ini, diperlukan kaji etik untuk memberikan jaminan bahwa subjek penelitian diperlakukan dengan etis dan hak-haknya terpenuhi sebagai pasien. Bila kaji etik telah dilakukan, maka dikeluarkan surat persetujuan etik yang disebut Ethical Clearance yang dikeluarkan oleh Komis Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lembaga Penelitian dan Pengembangan Biologi Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah Syzigium polyanthum (Wight) Walp., suku Myrtaceae dan Rimpang Kunyit Curcuma domestica Val., suku Zingiberaceae.

Hasil pemeriksaan makroskopik daun salam berwarna hijau, licin, mengkilat, helai daun berbentuk jorong memanjang, panjang 10-14 cm, lebar 3-5 cm. Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun salam diperoleh warna hijau kecoklatan, bau khas, dan rasa agak kelat. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia daun salam menunjukkan adanya fragmen epidermis bagian atas dengan kutikula bergaris, stomata parisitik, fragmen mesofil, fragmen berkas pembuluh dan fragmen serabut sklerenkim.

Hasil pemeriksaan makroskopik rimpang kunyit berbentuk bulat memanjang, berwarna jingga kecoklatan, warna daging jingga kekuningan, panjang 10-12 cm dan diameter 2-3 cm. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia rimpang kunyit menunjukkan adanya jaringan gabus, berkas pengangkut xylem, sel parenkim berisi pati dan berisi bahan berwarna kuning (warna kuning disebabkan zat kurkuminoid) dan terdapat rambut penutup.

(51)

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Daun Salam

No Parameter Hasil (%) Persyaratan

MMI (%)

1 Kadar air 7,31 ≤10

2 Kadar sari larut dalam air 15,52 ≥ 12 3 Kadar sari larut dalam etanol 12,43 ≥ 8

4 Kadar abu total 4,37 ≤5

5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,86 ≤1

Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun salam di atas memenuhi persyaratan monografi yang tertera pada Materia Medika Indonesia Jilid IV (1980).

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Rimpang Kunyit

No Parameter Hasil (%) Persyaratan

MMI (%)

1 Kadar air 8,56 ≤10

2 Kadar sari larut dalam air 16,04 ≥ 15 3 Kadar sari larut dalam etanol 14,09 ≥ 10

4 Kadar abu total 4,31 ≤9

5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,16 ≤1,6

Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia rimpang kunyit di atas memenuhi persyaratan monografi yang tertera pada Materia Medika Indonesia Jilid IV (1980).

(52)

sebagai obat penurun asam urat.

Sebelum diberi serbuk daun salam dan rimpang kunyit pada pasien hiperurisemia, terlebih dahulu pasien diberikan penjelasan mengenai proses dan prosedur penelitian. Setelah pasien mendapat penjelasan, maka pasien selanjutnya menandatangani lembaran yang berisi tentang bersedia ikut dalam penelitian (informed consent), selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis sesuai cara pengumpulan data. Pasien diberikan kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit atau hanya serbuk salam yang kemudian akan dikonsumsi 3x sehari selama 14 hari.

Data hasil penurunan kadar asam urat pasien hiperurisemia pada hari ke 0, 1, 2, 3, 7, 14 penggunaan kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit maupun dengan penggunaan serbuk daun salam saja dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data Hasil Penurunan Kadar Asam Urat Pasien Hiperurisemia Pada Hari ke 0, 1, 2, 3, 7, 14

Rata-rata kadar asam urat (mg/dl)± SD

(53)

Gambar 4.1 Grafik Hasil Penurunan Kadar Asam Urat Pasien Hiperurisemia Pada Hari ke 0, 1, 2, 3, 7, 14

(54)

PPKAUn =

Keterangan: PPKAUn = Persentase Penurunan kadar asam urat

H0 = Konsentrasi asam urat sebelum mengkonsumsi kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit atau serbuk daun salam

Hn = Konsentrasi asam urat setelah mengkonsumsi kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit atau serbuk daun salam pada hari ke-n (n = 1, 2, 3, 7 dan 14)

Data hasil persentase penurunan kadar asam urat pasien hiperurisemia dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Data Hasil Persentase Penurunan Kadar Asam Urat Pasien Hiperurisemia Pada Hari ke 1, 2, 3, 7, 14

No Kelompok (N=2)

Rata-rata Persentase Penurunan kadar asam urat (%) ± SD

(55)

Gambar 4.2 Grafik Persentase Penurunan Kadar Asam Urat Pasien Hiperurisemia Pada Hari ke 1, 2, 3, 7, 14

(56)

kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit mengalami penurunan kadar asam urat dan berkurang atau hilangnya rasa sakit yang terjadi pada kaki dan tangan dan pasien yang mengkonsumsi hanya serbuk daun salam walaupun mengalami penurunan kadar asam urat, tetapi masih merasakan sakit yang terjadi pada kaki dan tangan.

Data hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pasien hiperurisemia yang mengkonsumsi kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit maupun serbuk daun salam saja dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Pasien Hiperurisemia yang Mengkonsumsi Kombinasi Serbuk Daun Salam dan Rimpang Kunyit dan yang hanya Serbuk Daun Salam

No Pengamatan Hari ke-1

Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap pasien hiperurisemia, maka keadaan pusing, mual, muntah dan nyeri lambung tidak dapat dikatakan sebagai efek samping karena hanya terjadi pada satu orang pasien saja. Berkemih lebih dari 3 × sehari dan adanya rasa haus merupakan keadaan normal karena khasiat mengkonsumsi daun salam adalah diuretik.

(57)
(58)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan observasi klinis yang dilakukan pada pasien hiperurisemia dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. karakteristik simplisia daun salam dan rimpang kunyit yang diteliti sesuai

dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia.

b. observasi klinis yang dilakukan terhadap 40 pasien hiperurisemia menunjukkan penurunan kadar asam urat setelah mengkonsumsi sediaan serbuk daun salam dan rimpang kunyit maupun dengan sediaan serbuk daun salam saja.

c. penggunaan kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit dengan serbuk daun salam pada pasien hiperurisemia tidak dijumpai efek samping.

4.2 Saran

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. (2010). Tanaman Obat Indonesia. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 25-26.

Ardiyanto,D. (2011). Observasi Klinik Jamu Sebagai Dasar Ilmiah Terapi Kedokteran Modern. Solo: Badan Litbangkes. Simposium Penelitian Bahan Obat Alami. 15(1): 16-17

Astuti, P., dan Nurrochmad, A. (2010). Komisi Ethical Clearence. Manual Prosedur dan Intruksi Kerja. Yogyakarta: Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada. Halaman 2.

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Ditjen POM. Halaman 73.

Ditjen POM. (1980). Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 47-52.

Ditjen POM. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 109-113, 538-539.

Fauzia, Y.F. (2013). Hubungan Indeks Masa Tubuh dan Usia dengan Kadar Asam Urat pada Remaja Pra-Obese dan Obese di Purwokerto. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan UNSOED.

Hak, A. E., H. K. Choi. (2008). Life Style and Gout. Curr Opinion Rheumatol. 20(2): 179-186.

Hariana, A. (2011). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya 3. Jakarta: Swadaya. Halaman 53.

Hidayat, A. (2007). MetodePenelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 37.

Johnson, R. J., D. H. Kang, dan Freig, D., Kivlighn, S., Kanellis, J., Watanabe, S., Tuttle, K.R., Iturbe, B.R., Acosta, J.H., dan Mazzali, M. (2003). Is There a Patogenetic Role for Uric Acid in Hypertention and Cardiovascular Renal Disease?. Hypertention. 41(1): 1183-1190.

Kohli, K., Ali, J., Ansari, M. J., dan Raherman, Z. (2005). Curcumin: A Natural Antiinflammatory Agent. Indian Journal of Pharmacology. 3(37): 141-142. Krisnatuti, D., Yenrina, R., dan Uripi, V. (2008). Perencanaan Menu Untuk

(60)

Lingga, L. (2012). Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka. Halaman 12-13, 31-39.

Mangoting, D., Irawan, I., dan Abdullah,S. (2005). Tanaman Lalap Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 35.

Rodwell, Victor W. (2003). Struktur, Fungsi, & Replikasi Makromolekul Pembawa Informasi, Nukleotida. Dalam Biokimia Harper. Jakarta: EGC. Halaman 386.

Rustam, E., Indah, A., dan Yanwirasti. (2007). Efek Antiinflamasi Kunyit (Curcuma domestica Val.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 12(1): 5.

Saifudin, A., Rahayu, V., dan Teruna, H.Y. (2011). Standardisasi Bahan Obat Alam. Jakarta: Graha Ilmu. Halaman 25.

Suroso, J., dan Algristian, H. (2012). Asam Urat. Jakarta: Penebar Plus. Halaman 94. Tersono, A.L. (2006). Tanaman Obat danJus Untuk Asam Urat dan Rematik.

Cetakan Pertama. Jakarta: Agromedia Pustaka. Halaman 92.

Tjitrosoepomo, G. (1991). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyita). Cetakan Ketiga. Yogyakarta: UGM Press. Halaman 401.

Viazzi, F., G. Leoncini, M. Vercelli, et al. (2011). Cardiovascolar and Renal Effects of Hyperuricaemia and Gout. Genoa: Italy. Reumatismo. 63(4): 253-262. World Heath Organization. (1998). Quality Control Methods for Medical Plant

Materils. Switzerland: Geneva. Journal of WHO. 95(1): 118.

Gambar

Gambar Tumbuhan Salam dan Kunyit  .............................................       46
Gambar 1.1  Kerangka pikir penelitian
Gambar 2.1 Pembentukan Asam Urat Dari Nukleosida Purin Yang Terjadi dalam Traktus Intestinalis Mamalia (Fauzia, 2013)
Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Rimpang Kunyit
+6

Referensi

Dokumen terkait

“Konsistensi Penggunaan Bahasa Jurnalistik dalam Penyampaian Berita pada Harian Serambi Indonesia (Analisis pada Rubrik Kutaraja)”. Dengan penuh kesadaran dan kerendahan

Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pengabdian tersebut terbagi dalam tiga tahap, antara lain : persiapan materi pelatihan yang akan diajarkan pada siswa, pelaksanaan

Dengan diadakannya lomba da’i cilik Panitia PHBI dengan mudah dapat melahirkan da’i mudah yang berkualitas dengan melihat sejauhmana potensi yang dimiliki anak-anak muda

11 Perencanaan Penurunan Sampah Untuk menurunkan sampah dari dump truck ke zona timbunan maka dirancang jalan non permanen berupa jalan tanah dipadatkan menuju ke

Skripsi yang berjudul “Isolasi Mikroba Penghasil Antibiotika dari Tanah Tempat Pengolahan Ayam di Jalan Abu Bakar Lambogo, Kota Makassar” yang disusun oleh Sufyan Tsauri, NIM:

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT berkat Rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Dengan demikian berdasarkan hasil pemahaman dan teori ahli maka dalam penelitian tindakan kelas ini terlihat adanya peningkatan hasil belajar sehingga dapat

Indeks dominansi (C) fitoplankton termasuk dalam kategori tidak ada jenis yang mendominasi dengan nilai indeks yang berkisar antara 0,12–0,14, serta indeks