• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor risiko yang bisa dimodikasi a.Obesitas

TINJAUAN PUSTAKA

2. Faktor risiko yang bisa dimodikasi a.Obesitas

Obesitas adalah faktor risiko yang paling penting. Beberapa penelitian longitudinal menunjukkan bahwa obesitas merupakan prediktor yang kuat untuk timbulnya Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2). Lebih lanjut, intervensi yang bertujuan mengurangi obesitas juga mengurangi insidensi DMT2. Berbagai studi longitudinal juga menunjukkan bahwa ukur lingkar pinggang atau rasio pinggang-pinggul (waist to hip ratio) yang mencerminkan keadaan lemak viseral (abdominal), merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan indeks masa tubuh sebagai faktor risiko DM. Data tersebut memastikan bahwa distribusi lemak lebih penting dibanding dengan jumlah total lemak.

b. Aktifitas jasmani

Dalam dekade-dekade akhir ini, berkurangnya intensitas aktivitas jasmani di berbagai populasi memberikan kontributor yang besar terhadap peningkatan obesitas di dunia. Berbagai penelitian potong lintang maupun longitudinal menunjukkan bahwa kurangnya aktifitas fisik maupun prediktor bebas terjadinya DMT2 pada pria atau wanita. c. Nutrisi

Kalori total yang tinggi, diit rendah serat , beban glikemik yang tinggi dan rasio poly unssaturated fatty acid ( PUFA) dibanding lemak jenuh yang rendah, merupakan faktor risiko terjadinya DM.

d. Faktor risiko lain

Meskipun faktor genetik dan gaya hidup menjadi faktor risiko yang paling besar untuk terjadinya DM, beberapa faktor risiko yang mungkin masih bisa diubah adalah berat badan lahir rendah, paparan terhadap lingkungan diabetes saat di dalam rahim, dan beberapa komponen inflamasi.

17

2.6 Diagnosis

Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin saja. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh darah vena. Sedangkan untuk melihat dan mnegontrol hasil terapi dapat dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer. Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di bawah ini :

1. Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL

2. Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa > 126 mg/dL

3. Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Tolenransi Glukosa Oral ( TTGO ) > 200 mg/dL

4. Pemeriksaan HbA1C > 6.5% Keterangan :

1. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir pasien.

2. Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam

3. TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan 4. glukosa khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan

dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah meminum larutan tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan.

Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak masuk ke dalam kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang termasuk ke dalamnya adalah :

1. Glukosa Darah Puasa Terganggu ( GDPT ) , yang ditegakkan bila hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL

18

dan kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGo < 140 mg/dL.

2. Toleransi Glukosa Terganggu ( TGT) yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 – 199 mg/dL.

Pemeriksaan penyaring yang khusus ditujukan untuk DM pada penduduk umumnya ( mass-screening = pemeriksaan penyaring) tidak dianjurkan karena disamping biaya yang mahal, rencana tindak lanjut bagi mereka positif belum ada. Bagi mereka yang mendapat kesempatan untuk pemeriksaan penyaring bersama penyakit lain ( general check up ) , adanya pemeriksaan penyaring untuk DM dalam rangkaian pemeriksaan tersebut sangat dianjurkan. Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu factor risiko untuk DM , iatu :

1. Kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )

2. Kegemukan { BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 ( kg/m2)} 3. Tekanan darah tinggi ( >140 /90 mmHg)

4. Riwayat keluarga DM

5. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram 6. Riwayat DM pada kehamilan

7. Dislipidemia ( HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl)

8. TGT ( Toleransi Glukosa Terganggu ) atau GDPT ( Glukosa Darah Puasa Terganggu)

Langkah–langkah untuk menegakkan diagnosis Diabetes Mellitus :

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.

Hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa > 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal , belum cukup kuat

19

untuk menegakkan diagnosis klinis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapatkan sekali lagi angka abnormal baik kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral ( TTGO) yang abnormal.( Gustaviani, 2006).

Cara pelaksanaan TTGO: ( WHO,1985 ) 1. Tiga hari sebelumnya makan seperti biasa.

2. Kegiatan jasmani secukupnya seperti yang biasa dilakukan. 3. Puasa semalam , selama 10-12 jam.

4. Kadar glukosa darah puasa diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kilogram Berat badan, dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum selama/ dalam waktu 5 menit.

5. Diperiksa kadar glukosa darah dua jam sesudah beban glukosa; selama pemeriksaan subjek yang diperiksa.

6. Tetap istirehat dan tidak merokok.

Tabel 2.2 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM.

Golongan Klinik Bukan

DM

Belum pasti

DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl) Plasma Vena Darah Kapiler < 110 <90 110 – 199 90 - 199 > 200 > 200 Kadar glukosa darah

puasa (mg/dl) Plasma Vena Darah Kapiler < 110 < 90 110 - 125 90 - 109 >126 >110 2.7 Komplikasi Diabetes Mellitus

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi akut dan kronis. Berikut ini akan diuraikan beberapa komplikasi yang sering terjadi dan harus diwaspadai. (Rhambade, et al, 2010).

1. Hipoglikemia

Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa pusing, lemas, gementar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), berkeringat dingin, nadi jantung meningkat, sampai hilang

20

kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya menyebabkan kematian.

Pada hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita kurang dari 50 mg/dl, walaupun ada orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan gejala hipoglikemia pada kadar glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar glukosa darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat rusak. (Rhambade et al,2010).

Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1, yang dapat dialami 1 – 2 kali perminggu. Dari hasil survei yang pernah dilakukan di Inggeris diperkirakan 2 – 4% kematian pada penderita diabetes tipe 1 disebabkan oleh serangan hipoglikemia. Pada penderita diabetes tipe 2, serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi, meskipun penderita tersebut mendapat terapi insulin. Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya terjadi apabila penderita:

a. Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam). b. Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau

ahli gizi.

c. Berolah raga terlalu berat.

d. Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar daripada seharusnya.

e. Mengkonsumsi minuman alkohol. f. Stress.

g. Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia.

Disamping penyebab di atas pada penderita DM perlu diperhatikan apabila penderita mengalami hipoglikemik, kemungkinan penyebabnya adalah: 1. Dosis insulin yang berlebihan.

2. Saat pemberian yang tidak tepat.

3. Penggunaan glukosa yang berlebihan misalnya olahraga anaerobik berlebihan.

21

4. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu terhadap insulin, misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis.

2. Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur. Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia dapat dicegah tidak menjadi parah. Hipergikemia dapat memperburuk gangguan-gangguan kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada vagina. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antaranya adalah ketoasidosis diabetik, Diabetic Ketoacidosis (DK) dan Hyperglycemic Hyperosmolar State (HHS), yang keduanya dapat berakibat fatal dan membawa kematian. Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol kadar gula darah yang ketat.( Rhambade et al, 2010). 3. Komplikasi Makrovaskular

Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner Coronary Heart Disease (CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer Peripheral Vascular Disease (PVD). Walaupun komplikasi makrovaskular dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi dari penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular dikenal dengan berbagai nama, antara lain Syndrome X, Cardiac Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic Syndrome, atau Insulin Resistance Syndrome.(Rhambade et al,2010).

Karena penyakit-penyakit jantung sangat besar risikonya pada penderita diabetes, maka pencegahan komplikasi terhadap jantung harus dilakukan sangat penting dilakukan, termasuk pengendalian tekanan darah,

22

kadar kolesterol dan lipid darah. Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga tekanan darahnya tidak lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu penderita harus dengan sadar mengatur gaya hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet dengan gizi seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok, mengurangi stress dan lain sebagainya.(Rhambade et al,2010).

Dokumen terkait