• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Komunikasi Interpersonal

3. Faktor, Sifat, Motif, dan Tujuan Komunikasi Interpersonal

Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam komunikasi interpersonal, antara lain (Lunandi, 1989):

a) Citra diri

Citra diri secara sederhana dapat dimengerti sebagai cara seseorang melihat dirinya.

b) Citra pihak lain

Citra pihak lain berarti bagaimana seseorang memandang orang lain yang diajak berkomunikasi.

c) Lingkungan fisik

Lingkungan fisik adalah situasi di sekitar yang berupa benda-benda bukan manusia.

d) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial menunjuk keadaan masyarakat atau orang-orang di sekitar.

e) Kondisi

Kondisi berarti keadaan diri seseorang yang sedang melakukan proses komunikasi.

f) Bahasa badan

Sikap badan berarti posisi fisik seseorang terhadap orang lain yang diajak berkomunikasi.

Sementara itu Rakhmat (2005) mengungkapkan beberapa faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal:

a) Percaya (trust)

Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, faktor percaya adalah yang paling penting. Sejak tahap yang pertama dalam hubungan interpersonal (tahap perkenalan), sampai pada tahap kedua (tahap peneguhan), “percaya” menentukan efektivitas komunikasi. Secara ilmiah “percaya” didefinisikan sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dihendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko” (Giffin, 1967 dalam Rakhmat, 2005: 130).

b) Menerima

Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai (Taylor, 1997 dalam Rakhmat, 20025: 131).

c) Empati

Empati adalah faktor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain. Empati dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita (Freud, 1921 dalam Rakhmat, 2005: 132).

d) Kejujuran

Kejujuran adalah faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya. Kejujuran menyebabkan perilaku seseorang dapat diduga (predictable). Ini mendorong orang lain untuk percaya.

e) Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal; karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.

f) Sikap terbuka

Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efisien.

De Vito (1986:14-25) menjelaskan tiga macam efek komunikasi interpersonal:

a) Cognitive Effects, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi oleh komunikan. Efek kognitif ini berkaitan

dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi.

b) Affective Effect, timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci oleh komunikan. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap / nilai.

c) Behavioral Effects, menunjukkan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan (Rakhmat, 2005 : 118). Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.

Liliweri (1991) menyebutkan 7 sifat komunikasi interpersonal, yaitu:

a) Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non-verbal. b) Melibatkan perilaku spontan, tepat dan rasional.

c) Komunikasi interpersonal tidaklah statis melainkan dinamis.

d) Melibatkan umpan balik pribadi yakni hubungan interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang sebelumnya).

e) komunikasi interpersonal dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.

f) komunikasi interpersonal merupakan kegiatan atau tindakan. g) Melibatkan di dalamnya bidang persuasif.

Rubin, Perse, dan Barbato (dalam Hybels dan Weaver, 2004) mengungkapkan beberapa motif yang mendorong seseorang untuk melakukan komunikasi interpersonal. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pleasure adalah kesenangan yang didapat saat berkomunikasi dengan orang lain.

2) Affection adalah perasaan kehangatan yang diperoleh saat seseorang mengalami kebersamaan dengan orang-orang yang disukai. Melalui interaksi dengan orang lain, seseorang dapat merasakan kehangatan hubungan atau keakraban dengan orang lain.

3) Inclusion merupakan perasaan bahwa dirinya menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu. Dengan bercakap-cakap bersama teman-temannya, dalam diri seseorang akan muncul perasaan bahwa individu tersebut adalah bagian dari suatu kelompok sosial tertentu.

4) Escape atau ‘melarikan diri’ terjadi saat seseorang memiliki banyak tugas yang harus dikerjakan dan berkeinginan untuk ‘meninggalkannya’ sejenak. Seseorang ‘melarikan diri’ berarti menghindar atau meninggalkan sejenak tugas-tugasnya untuk bertemu orang lain.

5) Relaxation dapat diartikan beristirahat sejenak dari berbagai kesibukan yang ada. Dengan bertemu orang lain, seseorang dapat mencoba melepaskan beberapa kepenatan untuk mendapatkan kesegaran baru. 6) Control berarti mengendalikan atau mengatur. Saat komunikasi,

temannya atas perilaku tertentu sehingga tidak akan mengulangi kesalahannya.

Maksud dan tujuan orang untuk melakukan komunikasi interpersonal berbeda-beda. Menurut Carr (dalam Sisca, 1996) komunikasi interpersonal bertujuan untuk:

a) Menyelidiki suatu realita yakni adanya masukan orang lain membuat seseorang dapat menguji atau membandingkan realita yang dilihatnya dengan realita yang dilihat orang lain.

b) Mengetahui identitas diri yakni seseorang akan mengenali dirinya sendiri melalui respon yang diberikan orang lain ketika berkomunikasi.

c) Meningkatkan harga diri melalui apa yang dikomunikasikan orang lain.

d) Mengontrol lingkungan sosial yakni dengan berkomunikasi seseorang dapat mengontrol lingkungan sosial dengan bernegosiasi.

e) Berbagi informasi yakni dalam kehidupan sehari-hari setiap orang saling membutuhkan untuk memperoleh informasi yang diperlukan. f) Mengalami kesenangan yakni jika seseorang mendapat pengalaman

yang menyenangkan ketika berkomunikasi dengan orang lain ia akan cenderung mengulanginya.

De Vito (1986:14-16) membedakan maksud dan tujuan komunikasi interpersonal sebagai berikut:

a) Self discovery; memahami diri sendiri.

c) Estabilishing and maintain meaning sure relationship; komunikasi guna membangun dan memantapkan suatu hubungan.

d) Changing attitude and behaviour; merubah sikap dan tingkah laku. e) Playing and entertains; bermain dan menghibur.

f) Help; komunikasi untuk saling membentu, memecahkan masalah dan sebagainya.

Komunikasi antar pribadi dengan tatap muka dipergunakan apabila kita mengharapkan suatu efek perubahan tingkah laku dari komunikan atau mengubah perilaku konsumen. Mengapa demikian, karena kita sewaktu berkomunikasi memerlukan umpan balik langsung (immediate feedback). Dengan saling melihat, komunikator bisa mengetahui pada saat berkomunikasi, apakah komunikan memperhatikan dan mengerti apa yang dikomunikasikan, Apakah jika umpan baliknya positif, komunikator akan mempertahankan cara berkomunikasi yang digunakan dan memeliharanya supaya umpan balik tersebut tetap menyenangkan, bila sebaliknya, komunikator harus mengubah tehnik berkomunikasi sehingga maksud dan tujuannya berhasil. Dalam proses komunikasi imterpersonal, yang terpenting adalah kemampuan menafsirkan feed back yang diterima. Hal ini untuk menjaga agar tujuan komunikasi dapat menghasilkan efek yang diharapkan.

Dokumen terkait