• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.3. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Penemuan Makna Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Hidup Lebih Lama Dari Prognosis Medis

3.3.1. Faktor Sosial (Keluarga)

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap yang sakit/penderita. Orang sakit memandang bahwa orang yang mendukung selalu siap memberi pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Menurut Bondan bahwa dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal yang diberikan oleh keluarga kepada pasien berupa perhatian

36

Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00, Lantai 2, Rumah Sakit

Khusus Ginjal, Bandung

37

Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit

88

(perasaan suka, cinta, dan empati), bantuan instrumental (barang dan jasa), informasi dan penilaian (informasi yang berhubungan dengan self evaluation).38

Dukungan keluarga terhadap pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa (cuci darah) akan menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis. Seseorang yang mendapat dukungan akan merasa diperhatikan, disayangi, merasa berharga dapat berbagi beban, percaya diri, dan menumbuhkan harapan sehingga mampu mencegah atau mengurangi stress, yang pada akhirnya akan mengurangi depresi.

Dukungan keluarga terhadap pasien gagal ginjal yang sedang menjalani terapi hemodialisa lebih tahan terhadap pengaruh psikologis dari stressor lingkungan dari pada individu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga. Sumber dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti.

Subjek G, faktor pertama yang memengaruhi penemuan makna hidup dipengaruhi oleh dukungan keluarga (isteri, suami, anak, cucu, warga jemaat, dan perkumpulan semarga/punguan marga), kumpulan marga (punguan marga). Demikian subjek G menuturkannya: Kasih sayang isteri, yang tidak pernah bosan mengantar ke Rumah Sakit, menunggu sampai selesai cuci darah selama 5 jam, dia berada di sampingku, dan membawa pulang ke rumah setelah cuci darah, anak-anak yang memberi dukungan, doa dan perhatian warga gereja dan punguan marga (kumpulan marga) membuat saya semangat untuk hidup dan menemukan

38

Bondan,(2006). Penerapan Komunikasi Terapeutik Untuk Mengoreksi Perilaku klien.

89

makna hidup. Punguan marga (perkumpulan semarga) dan warga jemaat selalu datang membesuk dan mengunjungi saya.39

Subjek T, faktor pertama yang memengaruhi penemuan makna hidupnya dipengaruhi oleh faktor keluarga (suami dan anak-anak) nya. Demikian subjek T menuturkannya: Suamiku yang semakin mencintaiku dan memahami saya, mengantar ke Rumah Sakit, menunggu sampai selesai cuci darah selama 5 jam, berusaha untuk selalu membuat saya senang, mengingatkan saya dalam pola makan dan minum karena harus diet, karena kalau kelebihan minum tidak baik karena saya tidak dapat buang air kecil lagi. Anak-anakku yang selalu mengasihi dan memberi semangat dengan mengatakan mama harus semangat dan sehat, membuat saya semangat hidup dan menemukan makna hidup.40

Subjek U, faktor pertama yang memengaruhi penemuan makna hidup dipengaruhi oleh faktor keluarga (orang tua dan saudara) nya yang menerima dia apa adanya. Demikian subjek U menuturkannya: Ternyata kasih sayang orang tua dan saudara saya yang benar-benar tulus bukan orang lain. Kasih sayang yang tulus membuat saya semangat hidup dan menemukan makna hidup.41

Subjek C, faktor pertama yang memengaruhi dalam penemuan makna hidup dipengaruhi oleh faktor keluarga (isteri, orang tua dan saudara). Demikian subjek C menuturkannya: Isteriku sangat mendukung saya dan mencintai saya walaupun saya begini. Disamping itu juga orang tua dan saudara turut juga

39 Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 08.00, Lantai 2, Rumah Sakit

Khusus Ginjal, Bandung.

40

Wawancara, hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit

Khusus Ginjal, Bandung.

41

Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 09.00, Lantai 2, Rumah Sakit

90

memberi dukungan kepada saya supaya saya semangat. Kasih sayang dan cinta mereka membuat saya semangat dan menemukan makna hidup.42

Subjek S, faktor petama yang memengaruhi menemukan makna hidupnya dipengaruhi oleh faktor keluarga (orang tua, dokter pemilik klinik tempat dia bekerja). Demikian subjek S menuturkannya: Perhatian orang tua dan juga dokter pemilik klinik tempat bekerja membuat saya semangat hidup dan menemukan makna hidup. Dokter pemilik klinik selalu memperhatikan dan memahami keadaan saya. Dia selalu memberi wejangan-wejangan, bagaimana kita menjalani hidup dan tetap memakai rumus hidup 4S Sholat, semangat, Sehat dan Sabar. Ketika tiba waktu jadwal cuci darah ke Rumah Sakit dia selalu memberi ijin dengan tulus kepada saya.43

Subjek H, faktor pertama dan utama yang memengaruhi penemuan makna hidup dipengaruhi oleh faktor keluarga (orang tua dan saudara kandung). Demikian subjek H menuturkannya: walaupun saya sudah menyakiti, membohongi, dan tidak menghiraukan orang tua beserta saudara saya sejak SMA sampai kuliah, tetapi mereka masih menerima dan mengasihi saya. Orang tua dan keluarga selalu memberi semangat kepada saya. Orang tua, saudara, paman, kakek, nenek, semua perhatian dan selalu mendoakan, saya merasa berharga dan menemukan makna hidup di dunia ini.44

42

Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 13.00, Lantai 2, Rumah Sakit

Khusus Ginjal, Bandung.

43 Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00, Lantai 2, Rumah Sakit

Khusus Ginjal, Bandung.

44

Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul, 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit

91 3.3.2. Faktor Religiusitas.

Religiusitas adalah kualitas penghayatan, sikap dan kecenderungan perilaku beragama berdasarkan nilai-nilai agama yang diyakini. Religiusitas sangat penting dimiliki semua orang karena dengan menjadi manusia yang religius seseorang memiliki pandangan yang positif dalam hidup. Religiusitas juga sangat diperlukan oleh pasien gagal ginjal kronik karena dapat memotivasi mereka dalam menjalani hidup. Religiusitas memegang peranan penting untuk mempertahankan hidupnya, karena pasien gagal ginjal kronik harus bergantung pada terapi medis seperti hemodialisa (cuci darah), rutinitas yang membosankan, biaya yang tinggi, dan risiko kematian yang cukup tinggi turut berdampak pada masalah-masalah psikologis seperti stres, cemas, depresi dan putus asa. Frankl mengatakan bahwa orang yang berhasil mengatasi penderitaan adalah murni hasil batin dan kebebasan batin ini disebut sebagai kebebasan spiritual yang tidak dapat dibuang, dan membuat hidup lebih bermakna dan bertujuan.45

Kondisi sulit yang tidak dapat dihindari lagi oleh pasien menuntut kearifan dalam menyikapi secara positif penderitaan yang dialaminya. Frankl mengatakan jika kita tidak dapat mengubah situasi kehidupan kita maka kita dapat mengubah cara pandang kita terhadap situasi hidup kita.46 Untuk itu penting bagi pasien memaknai hidup agar tetap dapat mewujudkan diri menjadi manusia yang memiliki tujuan hidup dan penuh arti, sehingga tetap merasakan adanya kebahagiaan dalam penderitaan yang dialaminya. Pasien gagal ginjal yang memiliki religiusitas yang baik cenderung bisa menerima keadaan yang terjadi

45 Viktor,E. Frankl, Logoterapi Terapi Psikologi Melalui Pemaknaan Eksistensi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2006), 75.

46

H. D, Bastaman, LOGOTERAPI Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih

92

pada dirinya. Menurut pasien hemodialisa di Rumah Sakit Khusus Ginjal R. A. Habibie, yang hidup lebih lama dari prognosis medis, dengan kondisi yang sulit karena harus bergantung pada terapi rutin yang harus mereka jalani dan penuh dengan resiko kematian yang cukup tinggi membuat mereka lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, sehingga mereka mempunyai motivasi untuk hidup dan memandang hidup lebih berarti/bermakna.

Mereka memandang semua yang terjadi pada dirinya adalah ujian yang harus mereka jalani dengan demikian hidup mereka lebih bermakna karena mampu mensyukuri semua yang terjadi. Sejauh mana individu memaknai secara positif kehidupannya sangat terkait dengan nilai-nilai religius yang dijadikan pedoman hidup olehnya. Individu yang berserah diri kepada penciptanya cenderung lebih menerima keadaan diri. Individu yang mensyukuri segala hal yang terjadi pada dirinya akan dapat merasakan kesenangan dalam penderitaan, keyakinannya terhadap derita yang dialaminya merupakan kehendak sang pencipta memungkinkan dirinya untuk memanjatkan doa-doa untuk meringankan deritanya.

Bastaman mengemukakan bahwa ibadah merupakan salah satu metode untuk menemukan makna hidup.47 Ibadah juga dapat digunakan sebagai terapi bagi seseorang dalam menemukan makna hidup. Ibadah disini bukan hanya berbentuk ritualitas yang rutin dilakukan, melainkan juga hal-hal kecil yang dapat memberi sugesti pada seseorang akan nilai-nilai kehidupan. Religiusitas memiliki kekuatan memotivasi diri dalam segi pemikiran dan emosi dalam menghadapi makna dan tujuan hidup.

47 H. D, Bastaman, Ibid. 69

93

Selain faktor keluarga, faktor religiusitas juga turut memengaruhi subjek G dalam penemuan makna hidup. Subjek G adalah seorang sintua di salah satu gereja di kota Bandung. Kondisi hidupnya membuat subjek G semakin bersandar kepada Tuhan dan memanjatkan doa-doa untuk kekuatan dan kesehatannya. Menurut subjek G, penyakit yang dia alami merupakan ujian dari Tuhan, karena itu bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk hidup.

Demikian subjek G menuturkannya: Penyakit gagal ginjal ini merupakan ujian dari Tuhan, karena itu saya bersyukur kepada Tuhan karena masih memberi kesempatan untuk hidup. Saya berdoa supaya saya dikuatkan dan diberi hahipason (kesehatan) oleh Tuhan. Tanpa Tuhan saya tidak mampu hidup, karena penderitaanku berton-ton. Selain penyakit gagal ginjal ini, masih banyak pergumulan yang lain. Anakku juga meninggal karena sakit gagal ginjal, pernah tabrakan, sudah 5 kali mengalami krisis (hampir mati) tetapi Tuhan masih sayang kepada maka saya masih hidup sampai sekarang.Maka saya bersyukur dan inang pendeta juga doakan saya.48

Subjek T, menemukan makna hidup selain karena dorongan keluarga juga dipengaruhi faktor religiusitas. Sebelumnya Subjek T, kurang beribadah kepada Tuhan dan jarang sholat. Tetapi setelah hidup lebih lama dari prognosis dokter subjek T meningkatkan keimanannya kepada Tuhan. Hemodialisa (cuci darah) seumur hidup membuat subjek T semakin bersandar kepada Tuhan. Subjek T, memahami bahwa penyakit gagal ginjal merupakan ujian dari Tuhan, karena itu subjek T bersyukur pada Tuhan karena masih memberi kesempatan untuk hidup.

48

Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 08.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

94

Demikian subjek T menuturkannya: Saya bersyukur pada Allah yang masih memberi kesempatan untuk hidup. Segalanya saya serahkan kepadaNya. Penyakit gagal ginjal adalah ujian dari Allah karena itu jalani saja. Soal kematian ada di tangan Allah bukan di tangan manusia. Karena itu sekarang saya sudah rajin sholat, dan menerima keadaan ini.49

Subjek U menemukan makna hidup selain dipengaruhi oleh faktor keluarga juga dipengaruhi faktor religiusitas. Sebelumnya Subjek U, kurang beribadah kepada Tuhan dan sangat jarang menjalankan sholat. Tetapi setelah gagal ginjal kronik subjek U mengalami perubahan dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Hemodialisa (cuci darah) membuat subjek U semakin bersandar kepada Tuhan. Penyakit gagal ginjal dia pahami sebagai peringatan dan Ultimatum dari Tuhan untuk bertobat. Demikian subjek U menuturkannya: Saya masih bersyukur pada Tuhan karena masih memberi kesempatan untuk hidup. Kesempatan ini saya pakai memperbaiki diri. Saya bersyukur karena masih makanan dan minuman yang dibatasi, bukan umur saya. Hemodialisa (cuci darah) saya anggap saja seperti wisata dan Rumah Sakit ini sudah saya anggap rumah kedua. Penyakit gagal ginjal ini adalah peringatan dan ultimatum dari Tuhan supaya saya bertobat. Saya semakin bersandar kepada Tuhan dan menyerahkan hidup kepadaNya. Sekarang saya sudah mempunyai tujuan hidup yang jelas. Saya jalani hidup ini sebagaimana mestinya. Saya sudah dapat menerima dengan tulus ikhlas keadaan ini.50

49 Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit

Khusus Ginjal, Bandung.

50

Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit

95

Subjek C, menemukan makna hidup selain dipengaruhi oleh faktor keluarga, juga dipengaruhi faktor religiusitas. Sebelumnya Subjek C, jarang beribadah atau sholat, namun setelah menderita gagal ginjal kronik subjek C semakin rajin sholat dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hemodialisa (cuci darah) seumur hidup membuat subjek C semakin dekat dengan Tuhan. Subjek C menerima keadaannya sebagai takdir dari Allah. Tuhan telah menentukan jalan hidup setiap orang. Semakin bersandar pada Tuhan semakin termotivasi berbuat baik. Subjek C menerima keadaannya dengan tulus ikhlas dan bersedia kapan pun dipanggil oleh Tuhan. Demikian subjek C menuturkannya: Saya bersyukur kepada Tuhan karena masih memberi kesempatan untuk hidup. Saya sudah dapat menerima keadaan saya seperti ini. Semakin saya bersyukur penderitaan semakin ringan. Kapan pun saya sudah bersedia dipanggil Tuhan.Kesempatan ini membuat saya semakin termotivasi untuk berbuat baik dan tujuan hidup semakin jelas, karena kematian sudah semakin dekat.51

Subjek S menemukan makna hidup selain faktor keluarga juga dipengaruhi faktor religiusitas. Subjek S semakin dekat dengan Tuhan dan menyerahkan hidupnya secara total kepada Tuhan. Gagal ginjal kronik dipahami sebagai cobaan dari Tuhan. Demikian subjek S menuturkannya: Bersyukur kepada Allah karena masih memberi kesempatan untuk hidup. Karena itu jalani saja hidup ini. Jika Allah memberi coban pasti Allah memberi jalan keluar. Soal kematian mutlak urusanTuhan bukan manusia atau dokter. Karena itu tidak perlu dipikirkan, dan jalani saja hidup ini. Berbuat baik, sabar, semangat, dan membaca

51

Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 13.00, Lantai 2, Rumah Sakit

96

Alquran dan praktikkan artinya, akhirnya kita menjadi ahli waris sorga, yang penting lihat ke depan bukan ke belakang.52

Subjek H, menemukan makna hidupnya selain faktor keluarga juga dipengaruhi faktor religiusitas. Sebelumnya subjek H tidak pernah sholat bahkan membenci kegiatan sholat. Namun setelah mengalami gagal ginjal kronik subjek H, semakin takut kepada Tuhan dan mendekatkan diri dan bersandar pada Tuhan. Demikian subjek H menuturkannya: Saya bersyukur kepada Tuhan yang masih memberi kesempatan untuk hidup. Penyakit gagal ginjal ini adalah cambuk dari Tuhan, maka saya mengaku dosa kepada Tuhan dan mohon ampun. Masa lalu saya semuanya hitam. Allah saja yang dapat membersihkan semua yang hitam itu. Kalau saya dibatasi makan dan minum karena penyakit ini, itu tidak apa-apa, yang penting Tuhan tidak membatasi umur saya. Buktinya saya masih hidup sampai sekarang, teman saya yang sehat ada yang sudah meninggal lebih dahulu dari saya. Saya bersyukur karena saya hanya cuci darah daripada saya buta? Maka sekarang saya harus hidup benar dan berkata tidak pada semua yang tidak baik. Lebih baik mantan penjahat dari pada mantan orang baik.53

3.3.3. Faktor Motivasi Diri (Semangat Untuk Hidup)

Selain faktor sosial (keluarga) dan religiusitas, faktor motivasi diri juga turut memengaruhi penemuan makna hidup pasien gagal ginjal kronik yang hidup lebih lama dari prognosis medis. Ketiga faktor ini saling kait mengkait dalam

52 Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00, Lantai 2, Rumah Sakit

Khusus Ginjal, Bandung. 53

Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

97

penemuan makna hidup. Sebagaimana dikatakan oleh Nietzche” He who knows a “why” for living, will surmount almost every “how”.54

Subjek G menemukan makna hidup selain dipengaruhi oleh faktor keluarga, religiusitas, semangat dari dalam diri juga turut memengaruhi penemuan makna hidupnya. Demikian subjek G menuturkannya: Kita harus semangat untuk hidup. Apa pun kata orang yang penting diri kita sendiri dan saya harus buktikan saya bisa dengan tetap semangat untuk hidup.55

Subjek T, menemukan makna hidupnya selain faktor keluarga dan religiusitas, faktor motivasi diri (semangat hidup) turut juga memengaruhinya. Demikian subjek T menuturkannya: Yang penting kita harus semangat untuk hidup. Kalau kita mempunyai semangat untuk tetap hidup kita akan sehat. Jadi motivasi dari dalam diri itu penting bukan hanya dorongan orang lain. 56

Subjek U, menemukan makna hidupnya selain faktor keluarga dan religiusitas, faktor motivasi diri (semangat untuk hidup) turut juga memengaruhi. Demikian subjek U menuturkannya: Dalam menjalani hidup ini perlu motivasi dari diri sendiri, yaitu adanya keinginan untuk hidup. Karena itu harus semangat menjalani hidup ini, maka kita akan tambah sehat.57

Subjek C, menemukan makna hidup selain faktor keluarga dan religiusitas juga dipengaruhi oleh faktor motivasi diri (semangat hidup) yaitu adanya keinginan untuk tetap hidup. Demikian subjek C menuturkannya: Intinya kita

54

H.D.Bastaman, LOGOTERAPI, Psikologi untuk menemukan Makna Hidup dan Meraih

Hidup bermakna, (Jakarta: Grapindo Persada, 2007), 87.

55

Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 08.00, Lantai 2, Rumah Sakit

Khusus Ginjal, Bandung.

56 Wawancara, hari selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit

Khusus Ginjal, Bandung.

57

Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 09.00, Lantai 2, Rumah Sakit

98

harus mempunyai keinginan untuk hidup, dengan keinginan untuk hidup maka kita semangat menjalani hidup ini. Cuci darah tidak ada artinya kalau kita menggerutu tetapi kalau kita bersyukur dan semangat untuk hidup maka semuanya terasa ringan. Maka saya selalu memotivasi teman-teman yang baru cuci darah supaya tetap semangat dengan demikian kita menemukan makna hidup.58

Subjek S, menemukan makna hidupnya selain faktor dukungan keluarga dan religiusitas juga dipengaruhi oleh faktor motivasi diri (semangat untuk hidup). Keinginan untuk hidup membuat semangat untuk hidup. Demikian subjek S menuturkannya: Selain dukungan orang tua, kita harus mempunyai semangat hidup, apa pun dikatakan orang jika kita tidak mempunyai motivasi dari diri sendiri semua itu sia-sia. Semangat itu perlu dalam menjalani hidup. Dokter yang sebenarnya adalah diri kita sendiri. 59

Subjek H, menemukan makna hidupnya bukan hanya dipengaruhi oleh keluarga dan religiusitas tetapi juga faktor motivasi diri (semangat untuk hidup). Demikian subjek H menuturkannya: Motivasi diri untuk tetap semangat hidup sangat penting. Keinginan untuk hidup membuat kita semangat menjalani hidup. Maka saya selalu mengatakan kepada perawat di Rumah Sakit ini kalau ada yang baru menjalani cuci darah silakan tempat tidurnya berdekatan dengan saya.60

58

Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 13.00, Lantai 2, Rumah Sakit

Khusus Ginjal, Bandung.

59

Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00, Lantai 2, Rumah Sakit

Khusus Ginjal, Bandung.

60 Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul, 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit

99

Dari uraian di atas dapat dilsimpulkan bahwa penemuan makna hidup pasien gagal ginjal kronik faktor utama yang memengaruhi penemuan makna hidup adalah faktor sosial (keluarga dekat) kemudian faktor religiusitas dan motivasi diri (semangat untuk hidup). Ketiga hal ini saling kait-mengkait dan tidak dapat dipisahkan namun dapat dibedakan.

100

Tabel.

PRINSIP DASAR LOGOTERAPI MENURUT VIKTOR, E. FRANKL

No Subjek Sex Status Umur Pekerjaan

Lama Hemodialisa / Tahun Kebebasan berkehendak Kehendak untuk bermakna Makna hidup 1 G Lk M 56 Dosen 5 Bebas tetapi terikat, gagal ginjal kronik adalah ujian dari Tuhan, sehingga diperlukan pertobatan. Ingin bermakna bagi gereja Makna hidup ada pada cucu.

2 T Pr M 44 Guru TK

5

Bebas tetapi terikat, gagal ginjal kronik adalah ujian dari Allah, sehingga perlu ada perubahan/pertob atan.

Ingin bermakna bagi suami, anak dan orang lain

Semakin dicintai dan disayangi suami dan anak-anaknya.

101 3 U Lk BM 25 Karyawan 4 Bebas tetapi terikat, gagal ginjal adalah peringatan dan Ultimatum dari Tuhan, maka perlu adanya pertobatan dan menghentikan segala yang jahat.

Ingin bermakna bagi orang tua dan saudara

Dicintai, disayangi dan diterima oleh orang tua dan keluarga denga tulus ikhlas sebagaimana dia ada. 4 C Lk M 32 Wiraswasta 10 Bebas tetapi terikat, gagal ginjal kronik adalah takdir dari Allah

Ingin bermakna bagi isteri.

Dicintai dan didukung oleh isteri dan orang tua juga saudara. 5 S Pr BM 27 Karyawan 12,6 Bebas tetapi terikat, gagal ginjal adalah cobaan dari Allah, sekarang perlu hidup yang benar. Ingin bermakna bagi Allah Disayangi dan dimengerti oleh keluarga khususnya dokter pemilik klinik tempat bekerja

102

Keterangan :Lk = Laki-laki, Pr = Perempuan, M= Menikah, BM= Belum Menikah

6 H Lk BM 25 Mahasiswa 5 Bebas tetapi terikat gagal ginjal adalah cambuk dari Allah, maka harus bertobat. Ingin bermakna bagi orang tua dan saudara juga keluarga

Dicintai, dan diterima oleh orang tua dan saudara apa adanya.

103

M A K N A H I D U P

No Subjek Sex Status Umur Pekerjaan

Lama Hemodialisa / Tahun Makna Penderitaan Makna Cinta Makna Kerja 1 G Lk M 56 Dosen 5 Penderitaan menghasilkan pertobatan (introspeksi diri) untuk melayani lebih sungguh lagi, menjaga pola hidup sehat, bersyukur pada Tuhan masih memberi kesempatan untuk hidup. Cinta membuat semangat untuk hidup dan merasa dihargai. Menemukan makna hidup. 2 T Pr M 44 Guru TK 5 Penderitaan menghasilkan pertobatan Cinta membuat semangat untuk hidup dan Bahagia dan senang.

104

(introspeksi diri), perduli pada orang lain, rajin sholat, menjaga pola hidup sehat karena Tuhan masih memberi kesempatan untuk hidup. bertambah sehat. 3 U Lk BM 25 Karyawan 4 Penderitaan membuat sadar dan introspeksi diri, menjadi dekat dengan orang tua dan saudara,

bersyukur Tuhan masih memberi kesempatan untuk hidup.

Hidup jadi berarti dan diterima dengan tulus. Menemukan makna hidup dan memenuhi kebutuhan hidup.

105 4 C Lk M 32 Wiraswasta 10 Penderitaan menimbulkan introspeksi diri, membuat tujuan hidup semakin jelas, berusaha berbuat baik /memperbaiki hidup ketika Tuhan masih memberi kesempatan untuk hidup, semakin bersyukur penderitaan semakin ringan, Jalan hidup seseorang telah ditentukan oleh Tuhan karena itu dijalani saja.

Support/mendu kung untuk hidup.

106 5 S Pr BM 27 Karyawan 12,6 Tuhan adalah penentu hidup bukan dokter (manusia), dapat mengatur hidup sendiri dan dokter buat diri sendiri, menjadi sabar dan tambah semangat untuk hidup, bersyukur Tuhan masih memberi kesempatan untuk hidup. Cinta membuat semangat untuk hidup. Menemukan makna hidup. 6 H Lk BM 25 Mahasiswa 5 Penderitaan menimbulkan pertobatan (introspeksi diri), menjadi dekat dan bertambah sayang kepada orang tua,

Cinta membuat bertahan dan semangat untuk hidup. Menemukan makna hidup dan tanggung jawab.

107

Keterangan : Lk= Laki-laki, Pr= Perempuan, M=Menikah, BM= Belum Menikah

saudara dan

Dokumen terkait