• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Tuntutan Ganti Rugi di atas Harga Pasar

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN

C. Faktor Tuntutan Ganti Rugi di atas Harga Pasar

Banyak yang salah menafsirkan mengenai uang ganti rugi dengan harga tanah. Pendapat yang keliru mengatakan bahwa uang ganti rugi tidak sama dengan harga tanah. Alasannya karena pemerintah memerlukan tanah untuk pembangunan, pemerintah juga yang mengatur soal tanah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, maka rakyat Warga Negara Indonesia wajib menyerahkan hak atas tanahnya dengan mendapatkan ganti rugi berupa uang. Jadi bukan harga tanah, maka sepantasnya uang ganti rugi ini lebih rendah daripada harga tanah karena ditentukan oleh pemerintah. Sedangkan harga tanah ditentukan oleh sipemilik tanah dan harganya lebih tinggi, ini merupakan pendapat yang keliru. Sesungguhnya didalam hubungan ini tidak ada perbedaan antara harga tanah dengan uang ganti rugi, perbedaannya hanyalah terletak pada perbuatan hukumnya saja, yakni :

1. Apabila jual beli yang dilakukan maka disebut pembayaran harga tanah; dan 2. Apabila dilakukan pembebasan atau pelepasan hak atas tanah, maka disebut

pembayaran ganti rugi.

Baik di dalam hukum adat maupun hukum barat tidak dikenal suatu perjanjian jual beli dilakukan dengan membayar uang ganti rugi, melainkan dengan membayar sesuatu harga terhadap apa yang diperjualbelikan tersebut. Misalnya membayar harga tanah kepada pemiliknya. Apabila dilakukan pembayaran uang ganti rugi adalah terhadap seseorang yang secara suka rela melepaskan hak atas tanahnya untuk kepentingan pemerintah dan pihak pemerintah yang membebaskan hak atas tanah tersebut dari pemiliknya maka dengan sendirinya harus diberikan uang ganti rugi.

Hak seseorang atau badan tidak dapat berpindah dalam status hak yang sama kepada pemerintah, kecuali kepada suatu badan yang telah diberi dispensasi dengan suatu ketentuan atau peraturan khusus mengenai pengadaan tanah, sehingga kelancaran dan kecepatan pelaksanaan pembangunan dapat terwujud sesuai dengan rencana.

Tuntutan Ganti Rugi di atas harga pasar sangat mempengaruhi hambatan Pelaksanaan Ganti Rugi Tanah untuk Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur. Tanggung Jawab Panitia Pengadaan Tanah dan Tanggung Jawab Tim Penilai Harga Tanah menentukan kondisi masyarakat pemegang hak atas tanah untuk ikhlas melepaskan hak atas tanahnya. Tanggung Jawab Panitia Pengadaan Tanah dan Tim Penilai Harga Tanah yang dilaksanakan dengan baik akan berdampak baik pula untuk mengatasi hambatan pada Pelaksanaan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur.

1. Tanggung Jawab Panitia Pengadaan Tanah.

Pada Bab IV Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk kepentingan Umum. Tata Cara Pengadaan Tanah untuk tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) Hektar, Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah dalam pasal 14 (empat belas) ayat (1) disebutkan :

“Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, dibentuk Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota dengan Keputusan Bupati/Walikota atau Gubernur untuk Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.”108

Panitia Pengadaan Tanah untuk untuk pembangunan gedung kantor pusat pemerintahan Kabupaten Aceh Timur dibentuk dengan Keputusan Bupati Aceh Timur Nomor 590/59/2012 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012 tanggal 30 Januari 2012. Panitia Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Pusat pemerintahan Kabupaten Aceh Timur sudah dibentuk sejak tahun 2006 yang susunannya berubah setiap tahunnya. Adapun tanggung jawab yang diberikan berdasarkan Keputusan Bupati tersebut kepada panitia pengadaan tanah, adalah untuk kelancaran pelaksanaan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dalam Kabupaten Aceh Timur.

108 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007

tentangKetentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Tabel 10 : Susunan Panitia Pengadaan Tanah kabupaten Aceh Timur Tahun Anggaran 2012

NO JABATAN POKOK JABATAN DALAM

PANITIA 1 2 3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Sekretaris daerah Kabupaten Aceh Timur Asisten Pemerintahan Setdakab. Aceh Timur Kepala Kantor Pertanahan Kab. Aceh Timur Kepala Badan, Dinas atau Instansi Terkait Kepala Bagian Hukum Setdakab. Aceh Timur Kabag. Adm. Pertanahan Setdakab. Atim Kabid. Kekayaan pada DPKKD Kab. Atim Camat yang wilayahnya meliputi Bidang Tanah dimana rencana dan pelaksanaan pembangunan akan berlangsung

Keuchik yang wilayahnya meliputi Bidang tanah dimana rencana dan pelaksanaan pembangunan akan berlangsung

Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Sumber :Bagian Hukum Setdakab Aceh Timur, 2012.

Susunan Panitia tersebut di atas seperti dimaksud pada ayat (2) pasal 14 (empat belas) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2007, menyebutkan :

“Keanggotaan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota paling banyak 9 (sembilan) orang dengan susunan sebagai berikut :

a. Sekretaris daerah sebagai Ketua merangkap Anggota;

b. Pejabat dari unsur perangkat daerah setingkat eselon II sebagai Wakil Ketua merangkap Anggota;

c. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota atau Pejabat yang ditunjuk sebagai Sekretaris merangkap Anggota; dan

d. Kepala Dinas/Kantor/Badan di Kabupaten/Kota yang terkait dengan pelaksanaan pengadaan tanah atau pejabat yang ditunjuk sebagai Anggota.”109

Susunan Panitia Pengadaan Tanah dalam Keputusan Bupati Aceh Timur Nomor 590/59/2012 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012 tanggal 30 Januari 2012, tidak sesuai dengan maksud pasal 14 ayat (2) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007, pada tabel 1 (satu) Nomor 9 yaitu “Geuchik yang wilayahnya meliputi Bidang Tanah dimana rencana dan pelaksanaan pembangunan akan berlangsung” dimasukkan dalam susunan panitia pengadaan tanah. Hal ini masih kuatnya pengaruh Hukum adat dalam tataran pelaksanaan Pembangunan di masyarakat Aceh khususnya.

Panitia Pengadaan Tanah tersebut di atas mempunyai tugas antara lain, seperti yang dimaksud dalam pasal 14 ayat (3) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007:

a. memberikan Penjelasan atau Penyuluhan kepada masyarakat ;

b. mengadakan penelitian dan inventarisasi atas bidang tanah, bangunan,tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah, yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan;

c. mengadakan penelitian mengenai status hukum bidang tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan dan dokumen yang mendukungnya;

d. mengumumkan hasil penelitian dan inventarisasi sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c;

e. menerima hasil penilaian harga tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah dari lembaga atau Tim Penilai Harga Tanah dan Pejabat yang bertanggung jawab menilai bangunan dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah; f. mengadakan musyawarah dengan para pemilik dan instansi pemerintah

dan/atau pemerintah daerah yang memerlukan tanah dalam rangka menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi;

g. menetapkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan;

h. menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi kepada pemilik; i. membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak;

j. mengadministrasikan atau mendokumentasikan semua berkas pengadaan tanah dan menyerahkan kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota (pihak yang berkompeten); dan

k. menyampaikan permasalahan disertai pertimbangan penyelesaian pengadaan tanah kepada Bupati Aceh Timur atau kepada Gubernur Aceh apabila musyawarah tidak tercapai kesepakatan untuk pengambilan keputusan.110 Keberadaan panitia pengadaan tanah diatur dalam pasal 6 (enam) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, yaitu :

1. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum diwilayah Kabupaten/Kota dilakukan dengan bantuan panitia pengadaan tanah Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh Bupati/Walikota.

2. Panitia Pengadaan tanah provinsi daerah khusus untuk Ibukota Jakarta dibentuk oleh Gubernur.

3. Pengadaan tanah yang terletak di dua wilayah Kabupaten Kota atau lebih, dilakukan dengan bantuan panitia pengadaan tanah provinsi yang dibentuk oleh Gubernur.

4. Susunan keanggotaan Panitia pengadaan tanah terdiri atas unsur perangkat daerah dan unsur Badan Pertanahan Nasional.

Mengacu pada pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, maka pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan oleh panitia

pengadaan tanah yang dibentuk oleh Bupati Aceh Timur. Menurut Sudaryo Soimin, bahwa panitia pengadaan tanah bukan merupakan panitia yang sifatnya tetap, ia hanya merupakan panitia yang bersifat khusus, artinya kalau pembebasan tanah itu selesai panitia hanya untuk pembebasan tanah tertentu saja.111

Pendapat Sudaryo Soimin tersebut di atas, berbeda dengan Keputusan Bupati Aceh Timur, dimana Panitia Pengadaan Tanah merupakan panitia yang sifatnya tetap, dan bukan merupakan panitia yang bersifat khusus, artinya tidak selesai hanya untuk pembebasan tanah tertentu saja tetapi sudah tetap sebagai Panitia Pengadaan Tanah selama jangka waktu 1 (satu) tahun anggaran.

Mengacu pada pasal 7 huruf (d) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2006, salah satu tugas panitia pengadaan tanah adalah memberikan penjelasan dan penyuluhan kepada pemegang hak atas tanah dan instansi pemerintah yang memerlukan tanah dalam rangka menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan dilepaskan.

2. Tanggung Jawab Panitia Penaksir Harga Tanah untuk Kepentingan umum. Pada paragraf 4 Pasal 25 ayat (1) dan (2), Penunjukan Lembaga/ Tim Penilai Harga Tanah menurut Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 2007 disebutkan :

“(1) Panitia Pengadan Tanah Kabupaten/Kota menunjuk Lembaga Penilai Harga Tanah yang telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur untuk Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk menilai harga tanah.

(2) Lembaga Penilai Harga Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah lembaga yang sudah mendapat lisensi dari Badan Pertanahan Negara Republik Indonesia.”112

Penunjukan Tim Penaksir/Penilai Harga Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan umum dalam wilayah Kabupaten Aceh Timur dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Aceh Timur Nomor 590/109/2012, tanggal 22 Februari 2012 tentang Pembentukan Tim Penilai Harga Tanah Kabupaten Aceh Timur Tahun Anggaran 2012, dengan susunan Panitia seperti tercantum pada tabel 11 berikut ini :

Tabel 11 : Susunan Tim Penilai/Penaksir Harga Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum dalam Wilayah Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012

No Nama Unsur Jabatan dalam

Tim 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Drs. Marzuki Hamid, MM

H. Azwar Navis Parinduri, SH, MH Syahri, SH

Amri, SH Salamuddin

Unsur Instasi terkait

Tokoh Masyarakat dalam wilayah kecamatan yang bidang tanahnya termasuk dalam wilayah rencana dan lokasi pembangunan Akademisi Akademisi Ktr. Pertanahan Praktisi Hukum L S M Kepala Badan Geuchik/Imum Mukim Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota

Sumber: Bagian Hukum Setdakab Aceh Timur, 2012.

112 Lihat Pasal 25 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 2007

Keanggotaan Tim Penilai Harga Tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007, dijelaskan kebih lanjut di alam pasal 26 ayat (2), Keanggotaan Tim Penilai Harga Tanah terdiri dari :

a. Unsur Instansi yang membidangi bangunan dan/atau tanaman;

b. Unsur instansi pemerintah pusat yang membidangi Pertanahan Nasional c. Unsur instansi Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan;

d. Akademisi yang mampu menilai harga tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

Keputusan Bupati Aceh Timur Nomor 590/109/2012, tanggal 22 Februari 2012 tentang Pembentukan Tim Penilai Harga Tanah Kabupaten Aceh Timur Tahun Anggaran 2012, juga memasukkan unsur Tokoh masyarakat ke dalam Tim Penilai Harga Tanah Kabupaten Aceh Timur, hal ini juga terlihat masih sangat kuatnya pengaruh hukum Adat dalam pelaksanaan pembangunan Aceh Timur. Sedangkan dalam pasal 26 ayat (2) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007, Tokoh masyarakat tersebut tidak ada.

Demikian juga unsur instansi Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang tidak diikut sertakan dalam Tim Penilai Harga Tanah Kabupaten Aceh Timur.

Tugas Tim Penilai Harga tanah sebagaimana dimaksud, bertugas sesuai dengan pasal 28 ayat (2) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 yaitu :

a. melakukan penilaian harga tanah berdasarkan pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atau nilai nyata/sebenarnya dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan dan dapat berpedoman pada variabel-variabel sebagai berikut :

1. lokasi dan letak tanah; 2. status tanah;

3. peruntukan tanah;

4. kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah atau perencanaan ruang wilayah atau kota yang tersedia;

5. sarana dan prasarana yang tersedia; dan 6. faktor lain yang mempengaruhi harga tanah.

b. penilaian harga bangunan dan/atau tanaman dan atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah dilakukan oleh Kepala Dinas/Kantor/Badan di Kabupaten/Kota yang membidangi bangunan dan/atau tanaman dan atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah, dengan berpedoman pada standar harga yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang- undangan;

c. melakukan penilaian dalam bentuk ganti rugi selain uang dengan menilai harga/jumlah nilai ganti rugi pengganti;

d. mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah/ bangunan/ tanaman/ hak-hak lain atas tanah guna memperoleh jumlah dan besarnya ganti rugi yang dituangkan dalam berita acara musyawarah Tim; dan

e. menyampaikan hasil penilaian kepada Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Aceh Timur sebagai dasar penetapan besarnya ganti rugi atas tanah/bangunan/tanaman/hak-hak lainnya atas tanah.

Tugas Panitia Penaksir Ganti Rugi Harga Tanah, yaitu mengusul dan merekomendasikan kepada Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Aceh Timur terhadap nilai harga tanah yang akan dibebaskan. Adapun panitia penaksir harga tanah yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati Aceh Timur tersebut sudah memenuhi unsur sebagaimana termuat dalam perundang-undangan sebagaimana mestinya dan melaksanakan tugas sesuai dengan yang telah ditetapkan dan merupakan unsur akademisi, Kepala Badan /Instansi terkait, praktisi hukum, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan tokoh masyarakat.

Dengan demikian tugas Tim penilai/panitia penaksir merupakan pelengkap yang benar-benar telah melaksanakan tugas yang sebenarnya sebagaimana diatur dalam pasal 15 ayat (2) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Menurut Sudaryo Soimin, dimana dengan ganti rugi yang layak dapat saja panitia penaksir melihat perkembangan akan harga tanah, sehingga pembayaran ganti rugi akan diterima oleh semua pihak dengan tanpa paksaan.113 Hal ini untuk menghindari kemungkinan terjadinya kasus-kasus pertanahan yang berujung di Lembaga-lembaga Peradilan.

Oleh karena itu panitia pengadaan tanah harus peka terhadap hak-hak milik masyarakat dan memperhatikan hak-hak mereka yang terkena pengadaan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang ada diatasnya dengan mendengar hati nurani masyarakat di dalam tata cara pengadaan tanah sebagai perwujudan kebijaksanaan pemerintah.

Berdasarkan Data hasil penelitian pada tahun 2010 diketahui, bahwa ganti rugi yang ditawarkan berdasarkan Nilai Jual objek Pajak (NJOP) tanah sebesar Rp. 50.000,-/m², sedangkan harga pasarannya mencapai Rp. 100.000/m².114 Ganti kerugian yang disepakati adalah sebesar Rp.125.000/m². Jumlah ganti kerugian beragam karena tergantung kepada kedekatan responden dengan Panitia Pengadaan tanah.115 Berikut Data dari beberapa Responden yang tanah dan bangunannya telah diganti rugi.

Tabel 12 : Bentuk dan Besarnya ganti rugi Tanah dan Bangunan untuk Lokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur.

N o Nama Pemilik Status Tanah Luas (M²)

Harga/M2 Ganti rugi bangunan Ganti rugi tanah dan bangunan PPH 5% Jumlah yang dibayar/diteri ma (Rp) 1 Pengurus pemb.panti jompo Tanah Wakaf 9.449 80.000,- 755.920.000 37.796.000 718.124.000 2 Syarifah Zainab Milik 1.506 125.000,- 188.250.000 9.412.500 178.837.500 3 Syarifah Ramlah Milik 750 175.000,- 375.589.350 506.839.350 25.341.968 481.497.400 4 Syamsuddin Usman 90.708.850 90.708.850 4.535.443 86.173.400 5. Ainul Mardhiah 346.893.075 346.893.075 17.344.654 329.548.400 6. Sayed Harun 200.345.000 200.345.000 10.017.250 190.237.750 7. Drs.Azman Usmanuddin Milik 400 125.000,- 50.000.000,- 50.000.000,- 50.000.000,-

Sumber : Bagian Administrasi Pertanahan setdakab Aceh Timur,2010.

114 Data Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Timur, Tahun

2012.

Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa pembayaran ganti rugi tidak sama yang diterima oleh pemilik/pemegang hak atas tanah. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam penentuan harga tanah hak milik dengan tanah wakaf. Tanah hak milik yang dibebaskan dapat mencapai harga Rp, 175.000,-/meter. Sedangkan harga tanah wakaf yaitu Bangunan panti jompo beserta tanahnya hanya Rp. 80.000,- /meternya. Padahal tanah wakaf yang sudah dibebaskan seluas 9.449 m² yang nilai ganti ruginya hanya sebesar Rp. 755.920.000,- (Tujuh Ratus Lima Puluh Lima Juta Sembilan Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah) dipotong PPH 5% maka jumlah yang diterima nadzir hanya Rp. 718.124.000,- (Tujuh Ratus Delapan Belas Juta Seratus Dua Puluh Empat Ribu Rupiah). Untuk kepentingan masyarakat umum seperti tanah wakaf tersebut apabila ganti ruginya banyak maka dapat dipergunakan untuk pembangunan panti jompo yang lebih bagus lagi.116

Pembayaran ganti rugi di dalam pelaksanaanan pembangunan untuk kepentingan umum dapat diberikan kepada :

a. Pemegang hak atas tanah atau yang berhak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Nadzir bagi harta benda wakaf.117

Masyarakat dilokasi pembangunan pusat pemerintahan sangat komersil dalam menentukan harga tanah yang akan dibebaskan, terlihat dari jumlah ganti rugi di atas harga pasar, karena itu merupakan kesempatan untuk memberikan keuntungan bagi si

116Muhammad, Nadzir Desa Seunebok Teungoh,Wawancara,tanggal 13 April 2012. 117Lihat Pasal 43 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3

pemegang hak atas tanah dengan naiknya harga tanah tersebut apalagi pemerintah yang membutuhkannya.118

Faktor-faktor tersebut di atas merupakan beberapa permasalahan ganti rugi tanah untuk pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur, yang intinya terletak pada besarnya ganti kerugian. Disatu sisi pihak pemilik yang menguasai tanah menginginkan besarnya ganti kerugian di atas harga pasar, sementara disisi lain masih terbatasnya dana Pemerintah yang tersedia untuk pembebasan tanah.

Berdasarkan hal tersebut wajar apabila ada masyarakat yang tidak menerima ganti kerugian dari pemerintah. Sehingga terdapat 2 (dua) Kelompok yang pro dan kontra terhadap Pemerintah, yaitu kelompok yang menerima ganti kerugian dan kelompok yang menolak ganti kerugian.

Berdasarkan beberapa faktor tersebut di atas, hambatan-hambatan yang timbul adalah sebagai berikut :

b. Hambatan yang datang dari Pemerintah ; a. Terbatasnya Dana ;

Akibat terbatasnya Dana yang dianggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Timur dalam APBK Aceh Timur, sehingga tidak dapat memberikan nilai ganti rugi di atas harga pasar sesuai dengan keinginan masyarakat. Sedangkan kegiatan Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur tersebut tergantung pada pembebasan tanah, dan harus terus berjalan sesuai dengan RTRW yang dibatasi oleh jangka waktu.

118Syaifannur, Ketua Panitia Pengadaan Tanah kabupaten Aceh Timur Tahun Aggaran 2012, Wawancara, tanggal 12 April 2012.

b. Ganti Rugi tanahnya belum selesai;

Akibat Ganti Rugi tanah belum selesai, maka Pelaksanaan ganti rugi tanah untuk Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur terhambat pelaksanaannya. Tidak sesuai dengan yang direncanakan oleh Pemerinah Daerah. 2. Hambatan yang timbul dari masyarakat yang tanahnya terkena proyek

Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur, adalah tidak adanya kesepakatan mengenai nilai ganti rugi yang diinginkan. Sehingga masih ada masyarakat yang tidak mau melepaskan hak atas tanahnya.

Dari kedua hambatan tersebut, diketahui bahwa hambatan utama dalam pelaksanaan ganti rugi tanah untuk Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur adalah faktor pembayaran Ganti rugi tanah di atas harga pasar. sehingga ada beberapa warga yang belum mau melepaskan hak atas tanahnya.

Dokumen terkait