INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DAFTAR LAMPIRAN
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Teor
2.1.4. Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Tabungan Rumah Tangga
Beberapa penelitian yang manganalisis perilaku tabungan rumah tangga menggunakan teori yang menjelaskan hubungan antara tabungan dengan pendapatan, untuk kemudian dikembangkan dengan memasukkan beberapa
Saving C,Yd
Yd
C
variabel independen lain antara lain: umur, pendidikan, dependency ratio dan
sumber pendapatan utama rumah tangga .
Menurut life cyle hypothesis, umur memengaruhi tabungan rumah tangga.
Apabila dalam perekonomian proporsi populasi dari umur yang masuk sebagai tenaga kerja tinggi, maka tingkat tabungan rumah tangga juga tinggi, karena orang yang bekerja akan menabung untuk masa pensiun. Jika rasio pensiunan lebih besar daripada jumlah yang bekerja, maka tingkat tabungan privat menjadi rendah. Sebab pensiunan pada umumnya tidak menabung tetapi justru melakukan dissaving.
Pada umumnya orang akan produktif pada usia 20-55 dan apabila digambarkan akan mengikuti kurva kuadratik. Mula-mula produktivitas rendah, kemudian naik dari waktu ke waktu sampai ke puncak dan akhirnya menurun seiring bertambahnya umur. Naik dan turunnya produktivitas tersebut sama dengan naik dan turunnya pendapatan. Jadi semakin produktif seseorang maka pendapatan semakin tinggi. Apabila pendapatan semakin tinggi dan tingkat konsumsi relatif tetap, maka akan meningkatkan jumlah tabungan.
Keterkaitan dengan pendidikan dapat dijelaskan melalui teori human
capital. Salah satu model yang terdapat dalam teori human capital adalah model
keuntungan pendidikan. Model ini memiliki asumsi bahwa seluruh penghasilan seseorang merupakan proksi dari produktivitas yang dimilikinya. Produktivitas ini dianggap sebagai fungsi dari keahlian dan ketrampilan yang diperoleh dari pendidikan. Todaro (1994) menyatakan bahwa dalam perkembangannya, teori
human capital menganggap tenaga kerja sebagai pemegang kapital yang tercermin
dalam ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan (produktivitas) kerjanya.
Teori human capital memberikan pengaruh terhadap perkembangan
penelitian tentang tabungan rumah tangga. Teori human capital dihubungkan
dengan pengaruh tingkat pendidikan kepala rumah tangga terhadap tabungan rumah tangga. Pendidikan kepala rumah tangga diukur dengan lama sekolah formal yang ditempuh dalam tahun.
Selain pendidikan, tabungan dipengaruhi oleh rasio beban ketergantungan (dependency ratio) dalam rumah tangga. Todaro (2000) menyatakan bahwa salah
satu ciri umum dari negara berkembang adalah beban ketergantungan yang tinggi. Penduduk yang berusia lanjut yaitu diatas 64 tahun dan anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun secara ekonomis disebut sebagai beban ketergantungan. Mereka merupakan anggota masyarakat yang tidak produktif, sehingga menjadi beban tanggungan angkatan kerja produktif yang berumur antara 15 hingga 64 tahun.
Beban ketergantungan (dependency ratio) dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut: DR = PDUK/PUK dimana,
DR = dependency ratio, disebut juga sebagai tingkat beban yang harus ditanggung
setiap penduduk produktif. Semakin besar nilainya adalah semakin buruk. PDUK = Penduduk diluar usia kerja
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang menganalisis perilaku tabungan rumah tangga, menggunakan teori yang menjelaskan hubungan antara tabungan dengan pendapatan, untuk kemudian dikembangkan dengan memasukkan beberapa variabel independen lain yang memengaruhi tabungan rumah tangga. Alasan yang digunakan oleh para ahli untuk menambahkan variabel lain diantaranya dikemukakan oleh Kelley dan Williamson (1968) dan Leff (1968), Brata (1999), Sutarno (2005), Epriyani (2008) dan Touhami et al (2009).
Kelley dan Williamson (1968) melakukan penelitian di DI Yogyakarta, dengan menggunakan data umur kepala rumah tangga, pendapatan rumah tangga dengan pendapatan per jumlah anggota keluarga (Y/N) dan sumber pendapatan utama rumah tangga (petani dan non petani) dimana Y adalah jumlah pendapatan rumah tangga dan N adalah ukuran keluarga. Metode yang digunakan model simple linear saving function. Tujuan penelitian untuk menganalisis nilai MPS
pada tiap umur kepala rumah tangga dengan klasifikasi kelompok umur. Penelitian ini menguji perilaku tabungan pada kelompok umur dengan regresi pendapatan per kapita terhadap pendapatan keluarga per kapita. Pada rumah tangga yang tumbuh lebih tua, pendapatan tenaga kerja turun secara proporsional dengan kekayaan non-manusia, sebab kekayaan digunakan untuk konsumsi pada umur pensiun. Data untuk kekayaan non-manusia tidak tersedia untuk tes ini. Oleh karena itu, model akan memprediksi bahwa MPS pendapatan meningkat pada rumah tangga yang lebih tua. MPS meningkat dari 0,05 untuk kelompok umur 20-29, menjadi 0,06 untuk kelompok umur 60-69 di semua rumah tangga.
Untuk rumah tangga di pedesaan MPS meningkat dari 0,13 menjadi 0,76. Hasil penelitiannya juga menunjukkan perbedaan jenis pekerjaan kepala rumah tangga berdasarkan sumber pendapatan utama petani dan non petani berpengaruh terhadap tabungan per jumlah anggota rumah tangga.
Leff (1968) melakukan penelitian di Brazil, bertujuan menganalisis dan mengidentifikasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tabungan. Metode yang digunakan Multiple Regression. Leff meregresikan rasio tabungan
kotor (LnS/Y) dan tabungan per kapita (LnS/Pop), dengan variabel bebas: pendapatan per kapita (LnY/Pop), kenaikan pendapatan per kapita (g), persentase populasi umur kurang atau sama dengan 14 tahun (LnD1), persentase populasi umur lebih atau sama dengan 65 tahun (LnD2), dan total dependency ratio
D1+D2 (LnD3). Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap tabungan per kapita. Sedangkan, D1 mempunyai nilai negatif tiga kali lebih besar untuk negara kurang berkembang daripada negara maju. Proporsi dari populasi dengan umur kurang dari 14 tahun lebih besar negara kurang berkembang daripada negara maju.
Brata (1999) menganalisis tentang perilaku tabungan rumah tangga pedesaan pada industri kecil di Bantul pada tahun 1996, dengan jumlah responden sebesar 96. Tujuan penelitian untuk mengetahui bentuk akumulasi tabungan rumah tangga dan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat tabungan rumah tangga. Akumulasi tabungan dibedakan dalam bentuk aset riil dan aset finansial, sedangkan estimasi faktor-faktor yang berpengaruh dilakukan dengan pendekatan life cycle hypothesis. Variabel yang digunakan tabungan rumah tangga
(pendapatan dikurangi pengeluaran konsumsi), pendapatan rumah tangga, umur, pendidikan, jenis kelamin responden (wanita=0, laki-laki=1), jenis industri (agriculture-based industries=0; non agriculture-based industries=1), role of
industry in household income (main income source= 1, non main income source
=0). Metode yang digunakan Multiple Regression. Hasil analisis menunjukkan
bahwa tabungan rumah tangga dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh pendapatan rumah tangga, pendidikan, jenis kelamin, dan tipe industri.
Sutarno (2005) meneliti tentang perilaku menabung rumah tangga pedesaan di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten, dengan jumlah responden sebesar 93. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku menabung rumah tangga di pedesaan dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Metode penelitian dengan Regresi Berganda (Ordinary Least Square). Variabel yang digunakan
adalah pendapatan per jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, rasio beben ketergantungan, bagian konsumsi dari total pendapatan, dummy jenis pekerjaan kepala rumah tangga berdasarkan pendapatan utama petani
dan non petani (petani=1, nonpetani=0). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan menabung rumah tangga sebesar 27 persen dan 41 persen dari total rumah tangga 98 di Kecamatan Delanggu tidak menyimpan sisa pendapatan di lembaga keuangan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tabungan/jumlah anggota rumah tangga adalah pendapatan/jumlah anggota rumah tangga (+); bagian konsumsi dari total pendapatan rumah tangga (-) dan jenis pekerjaan (-).
Epriyani (2008) melakukan penelitian di 16 kecamatan di Kota Semarang dengan sampel rumah tangga petani dan nelayan. Tujuan penelitian untuk
memilih dan menentukan model tabungan rumah tangga yang baik dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap model tabungan rumah tangga dengan pendekatan life cycle hypothesis dan permanent income hypothesis
dan sintesis life cycle hypothesis-permanent income hypothesis. Metode yang
digunakan adalah model log-linier. Hasilnya menunjukkan bahwa tabungan rumah tangga dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh variabel pendapatan permanen, pendapatan sementara, pendidikan kepala rumah tangga dan jenis pekerjaan serta dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh umur kepala rumah tangga, dependency ratio dan ekspektasi rasional terhadap inflasi.
Touhami et al (2009) meneliti tentang perilaku menabung rumah tangga
rural dan urban di Morocco. Penelitian dilakukan di daerah Essouira (urban) dan
Bouaboud (rural) dengan jumlah sampel masing-masing 300 rumah tangga.
Variabel yang digunakan pendapatan disposibel kepala rumah tangga (pendapatan tahunan dalam satuan dirham), jenis kelamin kepala rumah tangga (1= kepala rumah tangga laki-laki, 0 = kepala rumah tangga perempuan), interaksi gender income, umur (dan umur2) kepala rumah tangga, jumlah art rumah tangga, jumlah art yang tidak bekerja, jumlah art yang bekerja, kepemilikan land and livestock di
daerah rural. Metode penelitian yang digunakan Multiple Regression. Hasil
penelitian menunjukkan variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga yang tidak bekerja, jenis kelamin kepala rumah tangga, hanya signifikan di daerah urban. Sedangkan di daerah rural hanya
variabel pendapatan berdampak pada tabungan. Hipotesis life cycle, hasilnya tidak
2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Program pembangunan ekonomi Indonesia triple track strategy: pro-
growth (pro pertumbuhan), pro-job (pro penciptaan lapangan kerja), dan pro-poor
(pro kemiskinan) memerlukan sumber dana. Kebijakan pembiayaan diarahkan pada penggunaan sumber-sumber pembiayaan yang memiliki beban dan resiko yang rendah. Tabungan nasional merupakan salah satu sumber pembiayaan domestik relatif aman dibandingkan sumber pembiayaan luar negeri.
Selama periode tahun 2004-2009 tabungan bruto mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 26,62 persen per tahun. Pertumbuhan tabungan rumah tangga mengalami penurunan dari 40,52 persen tahun 2008 menjadi 17,60 persen tahun 2009. Kontribusi tabungan rumah tangga terhadap tabungan bruto juga mengalami penurunan dari 24,51 persen (2007) menjadi 22,48 persen (2008) dan 22,96 persen (2009).
Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2010, Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang mempunyai simpanan masyarakat terbesar di bank umum dan BPR diantara 33 provinsi di Indonesia. Walaupun demikian, SKTIR 2010 Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa proporsi tabungan terhadap pendapatan rumah tangga hanya sebesar 13,43 persen. Oleh karena itu, perlu dianalisis seberapa besar pengaruh variabel-variabel berikut ini terhadap tabungan rumah tangga di DKI Jakarta tahun 2010.
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta adalah pendapatan
rumah tangga, umur, pendidikan, dependency ratio, sumber pendapatan utama
rumah tangga. Maka kerangka pemikiran penelitian terlihat dalam Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Kerangka pemikiran Faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga:
• Pendapatan rumah tangga • Umur kepala rumah tangga • Pendidikan kepala rumah tangga • Dependency ratio dalam rumah
tangga
• Sumber pendapatan utama rumah tangga
Strategi peningkatan tabungan rumah tangga
Program pembangunan triple track strategy: pro-growth, pro-job, dan pro-poor memerlukan dana yang besar
Tabungan nasional merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan
Simpanan masyarakat (perusahaan dan rumah tangga) DKI Jakarta di bank unun dan BPR cukup besar.
Tabungan rumah tangga adalah bagian dari tabungan masyarakat. SKTIR 2010 menunjukkan proporsi tabungan terhadap pendapatan rumah tangga DKI Jakarta sebesar 13,43 persen.
Pertumbuhan tabungan rumah tangga dan kontribusinya terhadap total tabungan bruto tahun 2008-2009 mengalami penurunan
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang ingin dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan rumah tangga berpengaruh positif terhadap tabungan rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta tahun 2010
2. Umur kepala rumah tangga berpengaruh positif terhadap tabungan rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta tahun 2010
3. Pendidikan kepala rumah tangga berpengaruh positif terhadap tabungan rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta tahun 2010
4. Dependency Ratio dalam rumah tangga berpengaruh negatif terhadap
tabungan rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta tahun 2010
5. Sumber pendapatan utama rumah tangga bersumber dari upah/gaji atau nonupah/nongaji berpengaruh terhadap tabungan rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta tahun 2010
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data primer (cross section) Survei Khusus
Tabungan dan Investasi Rumah Tangga (SKTIR) Tahun 2010 yang dilaksanakan di 16 provinsi. Pengumpulan data SKTIR 2010 dilakukan melalui wawancara langsung antara petugas pencacah dengan responden. Kegiatan pengumpulan data dilakukan Maret-April 2010. Kegiatan SKTIR dirancang untuk memperoleh data tentang bagaimana rumah tangga menciptakan tabungan, berapa besarnya, serta bagaimana tabungan tersebut dikelola.
Data primer yang dikumpulkan antara lain keterangan anggota rumah tangga, pendapatan yang diperoleh anggota rumah tangga yang bekerja sebagai pengusaha dan buruh/karyawan, pengeluaran makanan dan non makanan, pendidikan dan umur anggota rumah tangga. Data sekunder meliputi data penunjang yang diperoleh dari buku, laporan SKTIR 2010, jurnal, publikasi Neraca Arus Dana dan lain-lain.
Sampel adalah bagian populasi (rumah tangga) di Provinsi DKI Jakarta. Jumlah responden sebanyak 600 rumah tangga yang tersebar di 5 kota yaitu dengan rincian sampel sebagai berikut: 131 responden berdomisili di Jakarta Selatan, 140 responden di Jakarta Timur, 90 responden di Jakata Pusat, 129 responden di Jakarta Barat dan 110 responden di Jakarta Utara.
Tabel 3.1. Sebaran sampel SKTIR di DKI Jakarta, 2010
Kota Banyaknya Sampel (n) Populasi (N) 1. Jakarta Selatan 131 506.961 2. Jakarta Timur 140 627.111 3. Jakarta Pusat 90 235.862 4. Jakarta Barat 129 537.936 5. Jakarta Utara 110 399.101 Total 600 2.311.535
Sumber: data primer diolah
Kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga terpilih SKTIR 2010 adalah daftar rumah tangga hasil listing Susenas 2009 pada setiap blok sensus terpilih. Rancangan sampel yang digunakan adalah rancangan sampel dua tahap. Tahap pertama dilakukan di BPS Pusat dan tahap kedua dilakukan di BPS Provinsi. Tahap pertama, dari kerangka sampel blok sampel dipilih sejumlah blok sensus secara sistematik sampling. Sampel terpilih merupakan blok sensus yang mudah aksesnya dan konsentrasi rumah tangganya tinggi. Tahap kedua, dari kerangka sampel rumah tangga dipilih 10 rumah tangga secara sistematik sampling. Tahapan pemilihan sampel rumah tangga di daerah sebagai berikut:
1. Pemberian tanda cek (√) untuk setiap setiap baris nama kepala rumah tangga 2. Hitung interval penarikan sampel (I) untuk pemilihan rumah tangga, yaitu:
I = Banyaknya rumah tangga hasil listing / 10
Interval penarikan sampel dihitung sampai dua angka di belakang koma. 3. Dengan menggunakan Tabel Angka Random, tentukan angka random
pertama (R1). Angka random pertama harus lebih kecil atau sama dengan interval sampel (I)
4. Gunakan interval sampel untuk menentukan angka random pemilihan sampel rumah tangga berikutnya, yaitu R2, R3, …, R16 dengan rumus:
R2 = R1 + I ; R3 = R1 + 2I ; ...R10 = R1 + 9I
5. Apabila rumah tangga terpilih benar-benar tidak dapat ditemui saat pencacahan, maka penggantian rumah tangga sampel dapat dilakukan dengan rumah tangga dari kelompok pengeluaran yang sama dan terdekat serta belum terpilih untuk kelompok pengeluaran yang lain.
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Rumah tangga yaitu seorang/sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur atau pengurusan kebutuhan bersama sehari-hari di bawah satu pengelolaan (BPS, 2005).
2. Tabungan rumah tangga dalam penelitian ini merupakan selisih antara pendapatan rumah tangga dan pengeluaran rumah tangga, dalam bentuk uang (rupiah) dinyatakan dalam rupiah per tahun.
3. Pendapatan rumah tangga mencakup seluruh pendapatan semua anggota rumah tangga responden, baik pendapatan yang berasal dari bekerja/berusaha, maupun pendapatan lain diluar bekerja/berusaha.
4. Umur kepala rumah tangga adalah jumlah tahun yang telah dijalani responden, dihitung sejak kelahiran sampai saat penelitian dilaksanakan, diukur dalam satuan tahun
5. Kepala rumah tangga/keluarga adalah orang yang bertanggung jawab terhadap rumah tangga.
6. Pendidikan kepala rumah tangga merupakan jenjang pendidikan yang pernah dicapai oleh responden secara formal, diukur dalam satuan tahun.
7. Dependency ratio merupakan rasio ketergantungan yang menunjukkan
seberapa besar beban yang ditanggung oleh anggota rumah tangga yang bekerja, diproksi dengan jumlah anggota rumah tangga yang tidak bekerja dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga yang bekerja. Secara matematis cara perhitungannya menggunakan rumus:
DR = PDUK/PUK
PDUK adalah jumlah anggota rumah tangga yang tidak bekerja dan PUK adalah jumlah anggota rumah tangga yang bekerja.
8. Dummy berdasarkan sumber pendapatan utama rumah tangga bersumber
upah/gaji dan nongaji, pada rumah tangga ke-i (dinotasikan dengan: Di) diukur dengan nilai 1 jika rumah tangga penerima upah/gaji dan 0 jika bukan rumah tangga nonupah/nongaji.
3.2. Alat Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear klasik dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan program SPSS for Windows
versi 16.0. Metode analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable-variabel independen terhadap tabungan rumah tangga.
Dalam Gujarati (2003) bahwa analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel, variabel tak bebas, pada satu atau lebih variabel lain, variabel yang menjelaskan (explanatory variables), dengan maksud menaksir
dan atau meramalkan nilai rata-rata hitung (mean) atau rata-rata (populasi)
variabel tak bebas, dipandang dari segi nilai yang diketahui atau tetap (dalam pengambilan sampel berulang) variabel yang menjelaskan atau variabel bebasnya.
3.2.1. Model Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang terbaik dari beberapa model tabungan rumah tangga yang dicoba. Fungsi tabungan rumah tangga dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Si = bo + b1Yi + b2AGEi + b3EDi + + b4DRi + b5Di + ui dimana:
S = tabungan b0 = konstanta
b1 – b5 = koefisien regresi
Yi = pendapatan rumah tangga per tahun (ribu rupiah) AGEi = umur kepala rumah tangga (tahun)
EDi = tingkat pendidikan kepala rumah tangga (tahun) DRi = dependency ratio (persen)
Dummyi = dummy sumber pendapatan utama rumah tangga, 1 = rumah tangga penerima upah/gaji, 0 = jika rumah tangga nonupah/nongaji
ui = disturbance term
Bentuk dari model regresi linear berganda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda dengan variabel independen yang kuantitatif yang sudah di Ln-kan, yaitu sebagai berikut :
LnSi = bo + b1LnYi + b2LnAGEi + b3LnEDi + + b4DRi + b5Dummyi + ui
dimana:
LnS = tabungan b0 = konstanta
b1 – b5 = koefisien regresi
LnYi = pendapatan rumah tangga per tahun (persen) LnAGEi = umur kepala rumah tangga (persen)
LnEDi = tingkat pendidikan kepala rumah tangga (persen) DRi = dependency ratio (persen)
Dummyi = dummy sumber pendapatan utama rumah tangga, 1 = rumah tangga penerima upah/gaji, 0 = jika rumah tangga nonupah/nongaji
ui = disturbance term
3.2.2. Pengujian Penduga Parameter
Pengujian parameter penduga dilakukan untuk mendapatkan nilai parameter penduga yang dapat mewakili populasi sehingga mengurangi kesalahan dalam pembuatan keputusan.
1. Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengetahui sejauh mana kebaikan suai suatu garis regresi dalam mencocokkan sekumpulan data, diperlukan suatu ukuran yang dinamakan koefisien determinasi. Dalam Gujarati (2003) menyatakan bahwa koefisien determinasi merupakan ukuran seberapa baik garis regresi mencocokkan data (a
persentase total variasi dalam variabel tak bebas yang dijelaskan oleh peubah- peubah bebas secara bersama-sama dalam model regresi.
2 2 2 2 2 ˆ ˆ 1 i i i i y x SSR SSE R SST SST y y β = = − =
∑
=∑
∑
∑
dengan : SSE = jumlah kuadrat error
SSR = jumlah kuadrat regresi SST = jumlah kuadrat total
R2 merupakan besaran non negatif dengan batas 0≤ R2≤1. Apabila R2 mempunyai nilai 1 berarti suatu model cocok sempurna, sedangkan R2 yang bernilai 0 berarti model regresi yang ada tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel tak bebas.
Dalam membandingkan dua model regresi atau lebih dengan menggunakan R2 harus diperhitungkan banyaknya variabel bebas yang ada dalam model. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan koefisien determinasi alternatif yaitu koefisien determinasi yang disesuaikan (R2adjusted).
Koefisien determinasi yang disesuaikan berarti disesuaikan dengan derajat bebasnya. 2 2 2 / ( ) 1 / ( 1) i adjusted i e n k R y n − = − −
∑
∑
2. Uji Signifikansi Secara Keseluruhan (Overall Test/ F-tests)
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel tidak bebas adalah dengan menggunakan uji statistik F, dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho : β1=β2=β3=…=βk=0, artinya tidak ada variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.
H1 : βj ≠ 0 (j=1,2,…,k), artinya minimal ada satu variabel ke-j yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebas.
Statistik uji: 2 2 ˆ / ( 1) / ( 1) / ( ) / ( ) i obs i y k SSR k F SSE n k e n k − − = = −
∑∑
− obs MSR F MSE =dengan : SSR = jumlah kuadrat regresi SSE = jumlah kuadrat error
MSR = rata-rata kuadarat regresi MSE = rata-rata kuadrat error
k = jumlah parameter n = jumlah sampel
Keputusan: Jika Fobs >Ftabel( ;αk−1,n k− )maka Ho ditolak dan artinya secara bersama-
sama variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.
3. Uji Signifikansi Secara Parsial (Partial Test/ T-tests)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebas, dengan hipotesisnya sebagai berikut:
Ho : βj = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas ke-k terhadap variabel tak bebas.
H1 : βj ≠ 0, artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas ke-k terhadap variabel tak bebas.
Statistik uji: ˆ ˆ ( ) j obs j t se β β = Keputusan:
Tolak Ho jika tobs≥ttabel( / 2;α n k− ) , artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas ke-k terhadap variabel tak bebas.
3.2.3. Pengujian Asumsi Model (Uji Klasik)
Untuk mendapatkan estimator yang tidak bias, linier, dan mempunyai varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimators = BLUE), kita dapat
menggunakan metode OLS. Adapun beberapa asumsi yang harus dipenuhi sebelum menggunakan metode OLS adalah sebagai berikut:
1. E(εt) = 0, untuk tiap tiap t = 1, 2, …, n artinya rata-rata error term sama dengan nol.
2. cov(εt ,εj) = 0, untuk tiap t ≠ j
artinya tidak ada korelasi antara error term dengan yang lainnya atau disebut
tidak ada autokorelasi. 3. εt ~ N(0, σε2)
artinya untuk setiap error term mengikuti distribusi normal dengan rata-rata 0
dan varian 2
ε σ . 4. Var (εt ) = σε2
artinya setiap error term mempunyai varian sama atau mempunyai penyebaran
yang sama (homoskedastis) 1. Pemeriksaan Kenormalan
Pemeriksaan kenormalan bertujuan untuk melihat distribusi dari error
term. Untuk mendeteksi normalitas, dapat dilakukan dengan melihat penyebaran
error term pada sumbu diagonal grafik. Jika error term menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dalam hal ini dapat digunakan plot persentil-persentil (P-P plot).
2. Pemeriksaan Heteroskedastisitas
Varian dari error term adalah konstan. Pelanggaran terhadap asumsi
homoskedastisitas disebut dengan heteroskedastis. Asumsi ini diuji dengan membuat sketergram antara residual kuadrat dengan nilai prediksi variabel dependen. Jika sebaran data tidak membentuk suatu pola, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 2003).
3. Pemeriksaan Autokorelasi
Dalam analisis deret waktu, observasi sebelumnya dapat berkorelasi dengan observasi sesudahnya. Hal ini terutama terjadi pada data bulanan,