• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Angka Harapan Hidup

2.6.2 Faktor Yang Mempengaruhi Angka Harapan Hidup

e. Untuk mendapatkan angka harapan hidup pada tahun 2012-2014 dilakukan dengan ekstrapolasi.

2.6.2 Faktor Yang Mempengaruhi Angka Harapan Hidup

Faktor yang dapat mempengaruhi angka harapan hidup. OECD (2015) yang merupakan organisasi yang bekerja sama di bidang ekonomi dan pembangunan menyebutkan bahwa pencapaian angka harapan hidup saat lahir dapat ditunjukan dengan peningkatan standar hidup, perubahan perilaku, pendidikan yang lebih baik, dan kemudahan akses kualitas pelayanan kesehatan. Pendapatan nasional yang tinggi (diukur dengan pendapatan per kapita) pada umumnya berhubungan dengan angka harapan hidup saat lahir yang tinggi, walaupun hubungan ini kurang dapat dijelaskan untuk level pendapatan nasional yang tertinggi. Hal yang sama juga terlihat pada pengeluaran untuk kesehatan dimana pengeluaran kesehatan tinggi berhubungan dengan tingginya angka harapan hidup saat lahir. Selain itu, AHMAC (2012) menyebutkan bahwa angka harapan hidup dipengaruhi banyak faktor antara lain perilaku kesehatan seperti merokok; faktor sosial seperti pendidikan, pendapatan dan pengangguran; akses ke pelayanan kesehatan; dan faktor lingkungan seperti perumahan yang terlalu padat, kurangnya air minum bersih dan sanitasi yang tidak layak.

Angka Harapan Hidup merupakan refleksi dari derajat kesehatan masyarakat pada suatu wilayah. Teori BLUM tentang kesehatan masyarakat yang ditemukan oleh Hendrik L Blum (1974), menyebutkan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, iklim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.

27 2. Perilaku

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.

3. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan

4. Keturunan

Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial.

Selain berdasarkan Teori BLUM diatas, banyak penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai Angka Harapan Hidup dengan berbagai metode untuk mendapatkan variabel yang signifikan berpengaruh terhadap Angka Harapan Hidup. Sugiantari pada tahun 2013 memodelkan Angka Harapan Hidup dengan menggunakan metode regresi semiparametrik spline. Penelitian ini menggunakan 6 faktor yang diduga mempengaruhi Angka Harapan Hidup di Jawa Timur yang meliputi faktor sosial, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Adapun variabel yang memberikan pengaruh signifikan adalah angka kematian bayi, persentase bayi berusia 0-11 bulan yang diberi ASI selama 4-6 bulan, dan variabel

28

persentase balita berusia 1-4 tahun yang mendapatkan imunisasi lengkap (Sugiantari & Budiantara, 2013).

Jaba dkk (2014) melakukan penelitian dengan melakukan estimasi terhadap Angka Harapan Hidup dengan fungsi dari pengeluaran untuk kesehatan dengan mengaplikasikan data panel. Hasil yang telah dibangun menunjukkan hubungan signifikan antara Angka Harapan Hidup dengan pengeluaran untuk kesehatan. Efek wilayah juga signifikan dan menunjukkan pentingnya adanya perbedaan antar wilayah.

Selain faktor sosial dan faktor ekonomi, terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Angka Harapan Hidup dipengaruhi oleh gabungan kedua faktor tersebut. Juliandari (2014) mendapatkan bahwa Angka Harapan Hidup dan Angka Kematian Bayi dipengaruhi oleh presentase rumah tangga menggunakan air minum dari air kemasan, presentase bayi usia 0-11 bulan yang pernah diberi ASI selama 1-3 bulan, presentase persalinan dibantu tenaga medis, presentase persalinan dibantu tenaga non medis, dan laju pertumbuhan ekonomi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Handayani (2014) terhadap derajat kesehatan menyebutkan bahwa faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap derajat kesehatan. Pengaruh faktor ekonomi ditunjukkan dengan keterkaitan antara Pendapatan Domestik Regional Bruto (PRDB) daerah dengan indeks derajat kesehatan masyarakat. Pengaruh faktor pendidikan ditunjukkan dengan keterkaitan antara rata-rata lama sekolah perempuan dan angka melek huruf perempuan terhadap indeks derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan pengaruh faktor lingkungan ditunjukkan dengan keterkaitan antara persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum berkualitas dan persentase rumah tangga yang memiliki sanitasi layak pakai sesuai kriteria MDGs dengan indeks derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan pengaruh faktor pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan keterkaitan antara rasio Posyandu terhadap jumlah desa, persentase bayi yang diimunisasi campak, rasio jumlah Puskesmas terhadap penduduk dan rasio dokter umum di Puskesmas terhadap jumlah Puskesmas terhadap indeks derajat kesehatan masyarakat.

29

Dalam penelitian tentang angka harapan hidup di Asia, Razzak dkk (2015) menyebutkan bahwa faktor yang signifikan yang mempunyai korelasi positif yang kuat ditemukan antara angka harapan hidup dengan pengeluaran kesehatan, pendapatan nasional, good governance, dan perilaku kesehatan. Sedangkan yang memiliki korelasi negatif adalah angka kelahiran kasar, angka kematian kasar dan angka kematian bayi. Hal senada juga dihasilkan dari penelitian Lacobuta dan Cuza (2012) bahwa pengeluaran untuk kesehatan per kapita, pendapatan per kapita, kesempatan mendapatkan pendidikan, lingkungan yang sehat dan persamaan gender berpengaruh positif terhadap angka harapan hidup. Namun, variabel pertumbuhan penduduk memiliki korelasi negatif terhadap angka harapan hidup.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, terdapat lima dimensi yang berpengaruh terhadap Angka Harapan Hidup dan dijelaskan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3Kerangka Pikir Faktor Yang Mempengaruhi AHH

Dari Gambar 2.3 maka faktor ekonomi dijelaskan oleh variabel pendapatan per kapita dan pengeluaran untuk kesehatan. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah pengeluaran per kapita karena datanya sudah

Angka Harapan Hidup Faktor pelayanan kesehatan. Faktor Lingkungan. Faktor Pendidikan Faktor Ekonomi Faktor Perilaku

30

dipublikasikan oleh BPS. Faktor lingkungan dijelaskan oleh variable-variabel yang dipublikasikan BPS mengenai perumahan. Variabel tersebut antara lain persentase rumah tangga yang memiliki jenis atap layak, lantai bukan tanah, dinding permanen, sumber air minum layak, fasilitas BAB sendiri, sanitasi layak, dan tempat pemuangan akhir tinja yang layak. Dalam penelitian ini digunakan variabel perumahan yang signifikan pada penelitian-penelitian sebelumnya yaitu sumber air minum layak.

Variabel-variabel yang menjelaskan faktor perilaku yang berhubungan dengan kesehatan pada penelitian sebelumnya antara lain lamanya pemberian ASI bagi balita yang kurang dari 2 tahun dan kebiasaan merokok. Namun pada penelitian ini tidak menggunakan variabel tentang faktor perilaku karena ketersediaan data. Pada faktor pelayanan kesehatan, dijelaskan oleh variabel rasio fasilitas kesehatan terhadap jumlah desa. Sedangkan untuk faktor pendidikan dijelaskan oleh variabel harapan lama sekolah.

Berdasarkan kerangka pikir pada Gambar 2.3, maka AHH di Indonesia akan dimodelkan dengan variabel prediktor sesuai dengan telah dijelaskan untuk mendapatkan variabel yang signifikan mempengaruhi AHH di Indonesia. Pemodelan AHH dilakukan dengan metode QR yang memperhatikan sebaran dari AHH dan GWR yang memasukkan unsur spasial dikarenakan ada indikasi keterkaitan spasial dalam pola sebaran AHH yang heterogen. Metode GWR dan QR akan dibandingkan untuk mendapatkan nilai RMSE yang terkecil di setiap kuantil sehingga diperoleh model yang lebih baik. Kuantil yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5, 25, 50, dan 95 karena disamping ingin melihat model regresi pada nilai rata-rata, pada kuartil pertama, dan kuartil ketiga juga ingin didapatkan model regresi untuk nilai-nilai ekstrim sehingga cocok digunakan untuk memodelkan AHH di Indonesia yang mengandung outlier.

31

Dokumen terkait