• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4. Mobilitas Masyarakat di Permukiman Kumuh

5.4.1. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi mobilitas masyarakat di permukiman kumuh, digunakan metode analisis Kuantifikasi Hayashi I. Dari analisis tersebut didapatkan nilai R2 sebesar 0,605. Hal ini menunjukkan bahwa peubah yang digunakan dapat menjelaskan 60,5% keragaman data frekuensi kegiatan yang ada di

kawasan permukiman kumuh. Disamping itu, hasil tersebut juga menunjukkan masih terdapat kurang lebih 39,5% ragam yang tidak dapat dijelaskan dari metode yang digunakan. Hal tersebut dapat bersumber dari adanya beberapa faktor penting lainnya yang belum dapat diintegrasikan dalam penelitian ini.

Hubungan antara peubah tujuan dengan peubah penjelas dapat dilihat dari nilai skor kategori. Apabila nilai skor kategori peubah penjelas bertanda negatif maka hal tersebut menunjukkan bahwa peubah penjelas tersebut berkorelasi negatif terhadap peubah tujuan dan mengindikasikan bahwa peubah penjelas tersebut mempunyai frekuensi kegiatan yang rendah. Sebaliknya, apabila nilai skor kategori peubah penjelas bertanda positif maka peubah penjelas tersebut berkorelasi positif terhadap peubah tujuan dan menggambarkan bahwa skor kategori pada peubah penjelas mempunyai frekuensi kegiatan yang tinggi. Nilai skor kategori dari peubah- peubah penjelas terhadap frekuensi kegiatan disajikan pada Lampiran 4.

Tabel 11 menyajikan ringkasan hasil analisis Hayashi I untuk mengidentifikasi peubah yang secara statistik nyata pada α= 0,05 mempengaruhi mobilitas penduduk di permukiman kumuh. Peubah-peubh tersebut adalah jumlah kegiatan, pendidikan, alat transportasi, tujuan kegiatan, lokasi kegiatan, pekerjaan dan pekerjaan lain. Seluruh peubah tersebut memiliki nilai korelasi parsial lebih tinggi dari nilai kritis yaitu sebesar 0,231. Pada α= 0,1 peubah yang nyata adalah peubah asal daerah. Peubah-peubah tersebut memiliki korelasi parsial lebih tinggi dari nilai kritis yaitu sebesar 0,195.

Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Kuantifikasi Hayashi I

Keterangan Peubah

Nyata Pada α= 0,05 Jumlah kegiatan

Pendidikan Alat transportasi Tujuan kegiatan Lokasi kegiatan Pekerjaan

Ada/tidak pekerjaan lain

Nyata Pada α= 0,1 Asal daerah

R2 0,621

5.4.1.1.Keterkaitan Karakteristik Pelaku Dengan Mobilitas Masyarakat Permukiman Kumuh

Masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh umumnya adalah masyarakat miskin yang tak terdidik. Mayoritas penghuni permukiman kumuh tersebut adalah

rendah, yaitu mayoritas tingkat SD, bahkan ada yang tidak pernah sekolah. Rendahnya pendidikan masyarakat mengakibatkan terbatasnya alternatif pekerjaan. Pilihan pekerjaan untuk masyarakat berpendidikan rendah tersebut adalah sektor informal seperti buruh. Oleh karena itu, sebagaimana disampaikan pada bagian sebelumnya sedikit diantara penghuni permukiman kumuh yang mempunyai pekerjaan lebih dari satu jenis.

Gambar 29 menjelaskan hubungan antara tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, ada tidaknya pekerjaan lain serta asal daerah terhadap frekuensi kegiatan masyarakat di permukiman kumuh berdasarkan hasil wawancara dengan responden.

(a). (b).

(c). (d).

Gambar 29. Hubungan Antara Kategori (A) Tingkat Pendidikan, (B) Jenis Pekerjaan, (C) Pekerjaan Lain, (D) Asal Daerah Dengan Rataan Frekuensi Kegiatan

Berdasarkan hasil analisis Kuantifikasi Hayashi 1, peubah tingkat pendidikan berkorelasi posisif dengan frekuensi kegiatan. Hal tersebut ditunjukkan oleh tingkat pendidikan SD, SMP, S1 yang berkorelasi positif dengan frekuensi kegiatan, sedangkan tingkat pendidikan SMA dan tidak sekolah berkorelasi negatif dengan frekuensi perjalanan. Jika dilihat pada Gambar 29a terlihat bahwa penduduk dengan tingkat pendidikan SMA dan tidak sekolah memiliki rata-rata mobilitas tahunan terendah dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya. Dilihat dari jumlah frekuensi responden di wilayah contoh, diketahui bahwa mayoritas penduduk (112 responden) berpendidikan SD.

Pada hasil analisis selanjutnya ditunjukkan bahwa kelompok penduduk ibu rumah tangga dan pemulung mempunyai nilai skor yang berkorelasi negatif dengan frekuensi kegiatan. Fenomena tersebut menunjukkan fakta bahwa ibu rumah tangga dan pemulung secara relatif lebih sedikit melakukan aktivitas. Dari data responden yang ditunjukkan pada Gambar 29b terlihat bahwa ibu rumah tangga mempunyai frekuensi kegiatan yang paling kecil. Aktifitas ibu rumah tangga umumnya dilakukan di sekitar rumah seperti berbelanja atau beberapa diantaranya bekerja sebagai buruh cuci di lingkungan tempat tinggal. Berdasarkan hasil analisis, jenis pekerjaan dengan aktivitas terbanyak adalah sekolah karena dilakukan setiap hari.

Peubah pekerjaan lain berkorelasi positif dengan frekuensi kegiatan. Dari nilai skor, diketahui bahwa adanya pekerjaan lain berkorelasi positif dengan frekuensi kegiatan, sedangkan tidak adanya pekerjaan lain akan berkorelasi negatif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya pekerjaan lain menyebabkan masyarakat banyak melakukan aktivitas setiap harinya, sedangkan tidak adanya pekerjaan lain menyebabkan sedikitnya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di permukiman kumuh.

Selanjutnya, peubah asal daerah berkorelasi positif terhadap frekuensi kegiatan. Sebagian besar responden adalah penduduk asli Jakarta (98 responden) dan migran Jawa Tengah (87 responden). Berdasarkan pola aktifitas responden berdasarkan asal daerah yang ditunjukkan pada Gambar 29d, terlihat bahwa masyarakat yang berasal dari Sumatera, Jawa Timur dan Yogyakarta lebih aktif melakukan kegiatan dibandingkan dengan penduduk yang berasal dari daerah lain.

5.4.1.2.Aktivitas Masyarakat Permukiman Kumuh dan Moda Transportasi

Dari hasil analisis kuantifikasi Hayashi I yang ditunjukkan pada Tabel Lampiran 3, diketahui bahwa peubah jumlah kegiatan paling berpengaruh nyata terhadap frekuensi kegiatan. Pada nilai skor kategori ditunjukkan bahwa penduduk yang melakukan mobilitas lebih dari tiga kali dalam sehari cenderung mempunyai frekuensi kegiatan yang tinggi yaitu 102. Hal ini diduga disebabkan oleh jenis kegiatan yang lebih beragam. Dari hasil wawancara yang disajikan pada Gambar 30a terlihat bahwa semakin banyak jumlah kegiatan maka semakin banyak frekuensi kegiatan yang dilakukan.

Selanjutnya dari Tabel Lampiran 4 diketahui bahwa aktifitas rekreasi berkorelasi negatif dengan frekuensi kegiatan. Kegiatan berekreasi jarang dilakukan oleh masyarakat di permukiman kumuh, namun dilakukan oleh hampir seluruh responden. Pada Gambar 30b terlihat bahwa frekuensi kegiatan rekreasi paling rendah

dibandingkan dengan frekuensi kegiatan yang lain. Hal ini karena terbatasnya penghasilan dan tidak adanya waktu untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan rekreasi ini dilakukan setahun sekali pada saat libur sekolah atau libur nasional seperti hari raya. Lokasi yang dipilih untuk rekreasi ini adalah lokasi yang biayanya terjangkau seperti Kebun Binatang Ragunan, Monumen Nasional, Taman Mini Indonesia Indah, serta Pantai Ancol.

a. b.

c. d.

Gambar 30. Hubungan Antara (a) Jumlah Kegiatan, (b) Tujuan Kegiatan, (c) Lokasi Kegiatan, (d) Alat Transportasi Dengan Rataan Frekuensi Kegiatan

Berikutnya, dari nilai skor diketahui bahwa kegiatan belanja paling berpengaruh terhadap peningkatan frekuensi kegiatan. Kegiatan belanja dilakukan oleh hampir seluruh responden. Jika dilihat dari data responden pada Gambar 30b terlihat bahwa rata-rata frekuensi belanja sekitar 239 kali. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden hanya sebagian ibu rumah tangga yang melakukan kegiatan ini setiap harinya. Beberapa diantara ibu rumah tangga melakukan kegiatan belanja seminggu 3 kali, bahkan ada yang melakukannya hanya sebulan sekali. Frekuensi belanja ibu rumah tangga tersebut menyesuaikan dengan kondisi keuangan rumah tangganya.

Selanjutnya dilakukan analisis karakterisasi masyarakat permukiman kumuh berdasarkan tujuan kegiatan. Berdasarkan hasil identifikasi diketahui bahwa tujuan lokasi kegiatan dengan frekuensi tertinggi adalah Jawa (Jawa Timur, Jawa Tengah).

Fenomena ini menunjukkan banyaknya masyarakat memilih Jawa sebagai tujuan kegiatan yang terkait dengan asal dari penduduk di permukiman contoh. Jika dilihat dari nilai skor kategori maka Jawa berkorelasi negatif dengan frekuensi kegiatan. Indikasi ini menunjukkan bahwa tujuan ke daerah tersebut sangat jarang dilakukan, umumnya dilakukan hanya satu kali dalam setahun pada saat mudik lebaran. Pada

Gambar 30c ditunjukkan lokasi yang sering menjadi tujuan kegiatan adalah lokasi yang terdekat dengan tempat tinggal seperti di daerah kecamatan Jatinegara atau beberapa kecamatan lain di wilayah Jakarta timur.

Alat transportasi berkorelasi positif dengan frekuensi kegiatan. Dalam hal ini jenis alat transportasi sepeda dan jalan kaki merupakan yang terbanyak. Hal ini dikarenakan lokasi kegiatan penghuni umumnya di sekitar lokasi tempat tinggal. Terdapat masyarakat di permukiman kumuh yang mempunyai mobil sendiri. Kendaraan tersebut merupakan sarana usaha catering dan dijadikan sebagai kendaraan sewaan. Beberapa diantaranya juga memiliki sepeda motor untuk ojek.

Dokumen terkait