• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM PEMP KECAMATAN PEMANGKAT

4.3.2 Faktor yang mempengaruhi Pengelolaan Koperasi LEPP-M

Analysis terhadap faktor-faktor yang dievaluasi, tampak bahwa kinerja pengelolaan koperasi LEPP-M3 tersebut sangat dipengaruhi atau ditentukan secara berurutan berdasarkan besarnya pengaruh adalah faktor:

1. Kondisi kesehatan keuangan koperasi LEPP-M3 merupakan gambaran tidak langsung tentang bagaimana pengelolaan koperasi LEPP-M3 sebagai suatu lembaga ekonomi. Secara rinci, kondisi kesehatan keuangan akan menginformasikan struktur permodalan, kualitas aktiva produktif, kemampuan menutupi penarikan simpanan nasabah, kemampuan pengendalian biaya operasional dan kemampuan menghasilkan keuntungan

dari koperasi LEPP-M3. Status kinerja kesehatan keuangan dapat diartikan sebagai baik buruknya pengelolaan koperasi LEPP-M3. Berdasarkan fungsinya, setiap koperasi LEPP-M3 harus menyusun secara periodik neraca keuangan, laporan laba (rugi) maupun aliran tunai. Ketiganya merupakan alat verifikasi kondisi kesehatan keuangan koperasi LEPP-M3 sebagai cerminan tidak langsung dari baik-buruknya pengelolaan Koperasi LEPP-M3.

2. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap status kinerja pengelolaan koperasi LEPP-M3 setelah kinerja keuangan adalah sistem dan mekanisme pengelolaan keuangan atau dana ekonomi produktif (DEP). Berdasarkan jenisnya, DEP pada periode program PEMP kedua (tahun 2004-2006) di bagi kedalam 4 kategori penggunaan, yaitu DEP untuk penjaminan tunai atau (cash collateral), DEP untuk BPR pesisir, DEP untuk solar Packed Dealer untuk nelayan (SPDN) dan DEP untuk Kedai Pesisir. DEP akan dimasukan ke rekening koperasi LEPP-M3 pada Bank Pelaksana untuk masing-masing kegiatan yang mempunyai nomor rekening tersendiri dan pencairannya dilakukan dengan mekanisme tersendiri. Untuk kegiatan penjaminan tunai pada bank pelaksana, mekanismenya menggunakan mekanisme executing, sedangkan BPR Pesisir, SPDN dan Kedai Pesisir akan menggunakan mekanisme langsung kepada koperasi namun tetap melalui rekening koperasi di masing masing Bank Pelaksana. Besarnya pengaruh sistem dan mekanisme pengelolaan DEP terhadap status kinerja pengelolaan Koperasi LEPP-M3 dapat dicontohkan pada penggunaan DEP untuk penjaminan tunai. Pengelola koperasi pesisir. mampu menyusun, memahami dan melaksanakan sistem dan mekanisme distribusi angsuran kredit yang lancar untuk atau dari masyarakat. Ketidakmampuan pengelola terhadap aspek tersebut akan menyebabkan rendahnya kinerja koperasi LEPP-M3 yang tercermin dari margin keuntumgan yang diperoleh LKM tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan, terjadinya kredit macet dan lambatnya penguatan modal usaha. Hal demikian dikhawatirkan akan menghambat pengembangan unit-unit usaha dan rendahnya pelayanan perputaran modal dan bahkan mungkin terjadinya kebangkrutan usaha Koperasi LEPP-M3 (LKM). Sebagai tambahan, pentingnya faktor ini tercermin pula dari periode

pertama program (tahun 2001-2003) terhadap masalah terhambatnya angsuran kredit sebagai suatu masalah yang bersifat umum. artinya, masalah ini terjadi diberbagai kabupaten/kota yang menjadi sasaran Program PEMP. Kuantitas kemacetan/hambatan angsuran kredit untuk Program PEMP tahun 2001, 2002, dan 2003 lebih tinggi jika dibandingkan dengan Program PEMP tahun 2004 dan 2005. Sebagaimana telah disinggung pula bagian awal sub bab ini, sejak tahun 2004 telah terjadi perubahan sistem dalam penyaluran DEP, dari sistem perguliran (revolving fund) ke hibah kepada koperasi yang dijaminkan pada bank pelaksana (cash colleteral). Aturan-aturan kredit yang diberlakukan sejak tahun 2004 cukup ketat, seperti digunakannya agunan, sehingga hal ini membantu mengurangi kemacetan kredit. Namun demikian, sebagian dari nasabah yang menghadapi kemacetan angsuran dan masih memiliki komitmen untuk membayar karena alasan tanggung jawab sosial dan agamis, pihak pengurus koperasi LEPP-M3 melakukan penjadwalan ulang atas pinjaman kredit tersebut. Dalam konteks demikian, pihak pengurus memberikan kemudahan pengangsuran sesuai dengan kemampuan keuangan yang ada. Misalnya, setiap hari atau setiap minggu, nasabah mengangsur kredit yang nilainya sesuai dengan kondisi keuangan yang ada. Juru tagih secara intensif melakukan komunikasi dengan nasabah untuk mengambil angsuran, dengan sedikit demi sedikit pinjaman kredit nasabah bisa terlunasi. Sistem dan mekanisme pengelolaan DEP yang baik juga didukung oleh adanya pengelolaan administrasi keuangan yang baik. Dalam hal ini, pengurus harus senantiasa mencatat transaksi harian dan merekapnya secara periodik baik bulanan dan tahunan. Pencatatan harus mengacu pada aturan perbankan dan karenanya pengurus harus mampu menyediakan formulir format yang terkait dengan persetujuan kredit, verifikasi transaksi dan hal lainnya sebagaimana keperluan/ kebutuhan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku di lembaga keuangan formal.

3. Kedua faktor yang berpengaruh besar terhadap pengelolaan koperasi LEPP- M3 tidak terlepas dari peran SDM koperasi. Peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pengelola sangat diperlukan untuk mendukung perkembang kinerja Koperasi LEPP-M3. ini menjadi penting

untuk pengelola Koperasi LEPP-M3 yang secara geogragfis jauh dari kemajuan perkembangan masyarakat, karena selama ini peran mereka yang belum optimal. Praktik-praktik manajemen koperasi yang modern tidak dapat dijalankan secara baik karena kapasitas dan kapabilitas pengurus belum memadai. Uniknya penguatan kelembagaan ekonomi yang berbasis masyarakat seperti halnya Koperasi LEPP-M3 dalam Program PEMP menyebabkan kapasitas dan kapabilitas SDM pengurus tidak hanya pada hal- hal yang bersifat teknis seperti tingkat pendidikan dan pengalaman kerja di lembaga ekonomi yang serupa. Personal pengurus koperasi juga harus memiliki sensitivitas terhadap kondisi sosial-budaya serta sumberdaya alam dan lingkungan tempat hidup, tinggal dan berusaha masyarakat Pengurus koperasi dalam hal ini harus mampu memahami karekter-karakter non-teknis lembaga keuangan sebagai bagian dari penyusun sistem dan mekanisme pengelolaan LEPP-M3. Sebagai contoh pentingnya pemahaman faktor non- teknis dapat disimak dari sebab-sebab kemacetan dan terhambatnya yang cukup beragam. Faktor yang pertama adalah pandangan bahwa eksistensi DEP merupakan dana hibah yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada masyarakat. Persepsi ini dipengaruhi oleh pengalaman bantuan-bantuan dana sebelumnya atau program-program pemberdayaan sejenis yang masuk Kabupaten Sambas di suatu daerah dan tidak harus dikembalikan, seperti terjadi pada Program Jaring Pengaman Sosial (JPS), Program Inpres Tertinggal (IDT), dan Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Kedua, kondisi sumber daya perikanan yang sudah dalam kodisi tangkap lebih (overfishing),sehingga menimbulkan kelangkaan sumber daya. Akibat, nelayan kesulitan untuk memperoleh hasil tangkap. Ketiga, berlangsungnya musim paceklik yang cukup panjang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena faktor-faktor alamiah.

Keempat, kesadaran masyarakat rendah untuk mengembalikan pinjaman kredit nasabah seperti ini memiliki niat secara sengaja untuk tidak membayar.

Kelima, kerusakan atau pencemaran lingkungan pesisir dan perairan pantai, sehingga sumber daya perikanan menjauh ke tengah laut. Hal ini berdampak menyulitkan nelayan mendapatkan hasil tangkapan.

4. Faktor terakhir berkaitan dengan sistem dan mekanisme monitoring, evaluasi dan pelaporan secara periodik terhadap perkembangan koperasi LEPP-M3. Pelaporan periodik ini mencerminkan pengelola telah menjalankan sistem dan mekanisme monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan koperasi. Hasil dari pelaporan tersebut akan sangat bermanfaat sebagai feedback bagi pengelola untuk memperbaiki sistem dan mekanisme pengelolaan koperasi LEPP-M3 yang mendukung tercapainya tujuan dan sasaran program secara keseluruhan. Di sisi lain, adanya pelaporan perkembangan periodik tentang perkembangan koperasi LEPP-M3 merupakan cerminan dan pemenuhan prinsip kererbukaan sebagai salah pengelolaan Program PEMP.Belum adanya dukungan dana operasional uang dan fasilitas yang memadai untuk meningkatkan kinerja pengelola koperasi LEPP-M3 menjadi faktor krusial untuk membantu meningkatkan komunikasi dan interaksi sosial antara pengurus koperasi LEPP-M3 dengan nasabahnya. Komunikasi dan hubungan- hubungan sosial yang baik dengan nasabah akan meningkatkan kepedulian nasabah terhadap tanggung jawab yang harus dipenuhi, seperti mengangsur pinjaman kredit sesuai dengan kesepakatan yang ada. Dengan demikian dapat menekan angka kemacetan kredit.

Dokumen terkait