• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

C. Faktor yang Mempengaruhi Rumah Tangga Miskin

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. Pendidikan juga memberikan kita perbekalan yang tidak ada masa anak-anak dan kita membutuhkannnya pada waktu dewasa.

Menurut Notoatmodjo (2010:240) pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat, agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran, sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap, karena didasarkan oleh kesadaran.

Beberapa definisi tentang pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya persuasif yang dilakukan untuk menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara menyeluruh dalam memasuki kehidupan dimasa yang akan datang.

Pendidikan ada berbagai jenis, dari berbagai jenis tersebut dapat dibeda-bedakan antara lain:

1. Menurut cara berlangsungnya pendidikan dibedakan antara lain pendidikan fungsional dan pendidikan intensional. Pendidikan fungsional yaitu pendidikan yang berlangsung secara naluriah tanpa rencana dan tujuan tetapi berlangsung dengan begitu saja. Pendidikan intensional yaitu lawan dari pendidikan fungsional yaitu program dan tujuan yang telah dirumuskan

2. Menurut sifatnya pendidikan dibedakan menjadi 3 macam:

a. Pendidikan informal yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar ataupun tidak sadar yang berlangsung sepanjang hayat.

b. Pendidikan formal yaitu pendidikan yang diselenggarakan disekolah melalui program kegiatan belajar mengajar yang berjenjang dan berkesinambungan.

c. Pendidikan non formal yaitu pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan.

Jenjang pendidikan formal adalah tingkat dalam pendidikan sekolah, karena dalam lembaga pendidikan mengenal adanya kegiatan-kegiatan tertentu dari tingkat yang rendah sampai tingkat tinggi.

Menurut BPS Provinsi DIY (2017:12) kriteria dan indikator kemiskinan dalam aspek Pendidikan:

a. Keberlangsungan Pendidikan

Definisi indikator keberlangsungan pendidikan adalah rumah tangga yang memiliki anak usia sekolah yang tidak menyelesaikan pendidikannya hingga sekolah lanjutan atas. Threshold indikator ini adalah Anak usia sekolah yang tidak menyelesaikan pendidikan hingga SMA/SMK atau yang sederajat. Acuan Global pada indikator ini adalah SDGs goal 4 khususnya 4.1. Acuan Nasional, yakni RPJMN 2015-2019 buku 1 point 6.5 mengenai Peningkatan Kualitas Kehidupan Manusia Sasaran Pokok Pembangunan Pendidikan, dengan Target Angka Partisipasi Murni (APM) meningkat dari 55,3% (2014) menjadi 67,5% (2019)

b. Melek Huruf

Definisi indikator melek huruf adalah rumah tangga yang memiliki anggota keluarga usia produktif yang tidak melek huruf. Threshold indikator ini adalah anggota keluarga usia 15-64 tahun yang tidak mampu membaca

huruf latin, arab atau lainnya. Acuan Global indikator ini adalah SDGs goal 4 khususnya 4.6. Acuan Nasional, yakni RPJMN 2015-2019 buku 1 point 5.4 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional dalam Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat di bidang pendidikan, dengan target melek huruf 15 tahun ke atas dari 94,1% (2013) menjadi 96,1% (2019).

c. Akses Layanan Pendidikan Prasekolah

Definisi indikator akses layanan pendidikan prasekolah adalah rumah tangga yang memiliki anak usia prasekolah yang tidak mendapatkan akses layanan pendidikan prasekolah. Threshold indikator akses layanan pendidikan prasekolah adalah anak usia 3-6 tahun yang tidak mendapatkan akses layanan pendidikan pra sekolah seperti kelompok bermain, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), dan jenis pendidikan prasekolah lainnya. Acuan Global indikator ini adalah SDGs goal 4 khususnya 4.2. Acuan Nasional, yakni RPJMN 2015-2019 buku 1 point 6.5 mengenai Peningkatan Kualitas Kehidupan Manusia Sasaran Pokok Pembangunan Pendidikan, dengan Target Partisipasi PAUD meningkat dari 66,8% (2014) menjadi 77,2% (2019).

2. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan indikasi dalam menentukan miskin atau tidaknya suatu rumah tangga. Semakin besar jumlah anggota rumah tangga berarti semakin besar jumlah tanggungan dan akan semakin besar pendapatan yang dikeluarkan untuk biaya hidup. Sehingga menurut masyarakat miskin, jumlah anggota keluarga yang banyak akan mengakibatkan kondisi menjadi semakin miskin.

Ada pula pendapat mengatakan bahwa kemiskinan merupakan suatu akibat. Dalam hal ini rumah tangga yang tadinya tidak miskin maupun yang miskin terbebani antara lain oleh jumlah anggota rumah tangga dan tidak produktif, bila pendapatan rumah tangga tidak meningkatkan sejajar dengan beban itu maka rumah tangga itu akan menjadi miskin atau semakin miskin. Inilah salah satu penjelasan keterkaitan antara rumah tangga miskin dengan besarnya anggota rumah tangga tersebut.Jumlah tanggungan dalam rumah tangga juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan rumah tangga.

Menurut Agung Purwanto & Budi Muhammad Taftazani (2018), Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan dari keluarga tersebut, baik itu saudara kandung maupun saudara bukan kandung yang tinggal dalam satu rumah tapi belum bekerja. Jumlah tanggungan khususnya anak biasanya akan menjadi harapan bagi sebuah keluarga untuk dapat menyelamatkan mereka dari keterpurukan, hal itu berbasis pada istilah “banyak anak banyak rezeki”.

Namun semakin banyak jumlah tanggungan yang dimiliki oleh sebuah keluarga biasanya akan berpengaruh pada tingkat pengeluaran keluarga tersebut. Bisa jadi jika makin banyak tanggungan maka alokasi dana masing-masing anak akan berkurang jika tidak dibarengi dengan pendapatan yang cukup.

3. Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga adalah segi bentuk balas jasa atau sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang yang dinilai dengan

jumlah uang atas harga yang berlaku saai ini (Mulyanto, 2014:34). Pendapatan dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Pendapatan berupa uang menggunakan klasifikasi sebagai berikut : a) Pendapatan sangat tinggi pendapatan rata-rata lebih dari

Rp.3.500.000 /bulan

b) Pendapatan tinggi yaitu pendapatan rata-rata Rp.2.500.000- Rp.3.500.000 /bulan

c) Pendapatan sedang yaitu pendapatan rata-rata Rp.1.500.000- Rp.2.500.000 /bulan

d) Pendapan rendah yaitu rata-rata pendapatan Rp,1.500.000 /bulan 2. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan yang bersifat regular dan

biasa diterimakan dalam bentuk barang.

Sedangkan BPS mengelompokkan pendapatan menjadi dua yaitu: a. Pendapatan Sektor Formal

Pendapatan sektor formal yaitu pendapatan yang berupa uang atau jasa yang sifatnya regular dan diterima sebagai balas jasa yang meliputi :

1) Pendapatan berupa uang seperti gaji, upah dan investasi. 2) Pendapatan berupa barang seperti transportasi, perumahan,

rekreasi.

b. Pendapatan Sektor Informal meliputi: Pendapatan dari usaha misalnya hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah tangga.

Dokumen terkait