• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dalam dokumen Risiko Harga Sayuran di Indonesia (Halaman 85-91)

BOGOR

i

RINGKASAN

MUHAMAD KHAIRUL AMRI. Risiko Harga Sayuran di Indonesia. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).

Hortikultura memiliki peran yang penting dalam sektor pertanian dilihat dari kontribusinya terhadap perekonomian nasional. Salah satu indikator ekonomi makro untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh sektor hortikultura adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Perkembangan PDB Hortikultura selama periode tahun 2005-2009 cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya. Rata-rata peningkatan PDB Hortikultura sebesar 9,24 persen. Untuk kelompok sayuran memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 8,16 persen yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.

Komoditas kentang, kubis, dan tomat termasuk kelompok sayuran yang cenderung mengalami fluktuasi harga. Hal ini disebabkan oleh karakteristik komoditas yang tidak tahan lama dan mudah busuk. Fluktuasi harga pada dasarnya terjadi akibat ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dan penawaran. Harga terendah dan tertinggi dari ketiga komoditas tersebut dipengaruhi oleh jumlah pasokan yang masuk ke pasar. Jumlah pasokan yang tinggi disebabkan oleh daerah sentra sedang panen raya sehingga menyebabkan penumpukan barang di pasar. Kondisi tersebut menyebabkan harga komoditas turun. Untuk harga tertinggi dipengaruhi oleh jumlah pasokan yang masuk ke pasar rendah yang diakibatkan oleh kondisi di daerah sentra yang mengalami gagal panen, serangan hama dan penyakit tanaman. Hal ini menyebabkan barang yang terdapat di pasar menjadi sedikit sehingga meningkatkan harga jual dari ketiga komoditas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga sayuran, dan menganalisis altenatif strategi yang diperlukan untuk mengurangi risiko harga sayuran.

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Induk Kramat Jati yang dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2011. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petani kentang di Pangalengan, Bandung dan petani tomat dan kubis di Cisarua, Bogor, pedagang kentang, kubis, dan tomat, karyawan di Kantor Unit Pasar Besar Pasar Induk Kramat Jati, DKI Jakarta serta Kementrian Pertanian. Untuk data sekunder diperoleh dari Kantor Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta berupa harga harian, pasokan harian serta permintaan khusus untuk komoditas kentang dari bulan Januari 2006 sampai Februari 2011. Jumlah data historis yang digunakan dalam kurun waktu lima tahun untuk penelitian ini adalah sebanyak 1872 data. Data tersebut dijadikan input untuk meramalkan model dan mengukur besarnya tingkat risiko harga kentang, kubis dan tomat. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis tingkat risiko harga kentang, kubis, dan tomat dengan menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan Value at Risk (VaR).

Faktor yang berpengaruh terhadap sayuran adalah harga satu hari sebelumnya, pasokan, dan permintaan (khusus komoditas kentang). Hasil pendugaan harga kentang menunjukkan bahwa harga periode sebelumnya memiliki korelasi positif dengan harga periode sekarang dan signifikan pada taraf nyata satu persen. Artinya, semakin meningkat harga sebelumnya maka akan meningkatkan harga pada periode berikutnya, begitu juga sebaliknya. Pada

ii pasokan untuk komoditas kentang memiliki korelasi negatif dan signifikan pada taraf nyata 35 persen dengan harga periode sekarang, artinya semakin meningkat pasokan yang masuk ke pasar maka akan menurun harga, begitu juga sebaliknya. Permintaan kentang berkorelasi positif dan signifikan pada taraf nyata 35 persen dengan harga periode sekarang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat permintaan yang masuk ke pasar maka akan menurunkan harga kentang, begitu juga sebaliknya.

Pada komoditas kubis, harga periode sebelumnya memiliki korelasi positif dan signifikan pada taraf nyata satu persen dengan harga periode sekarang. Semakin meningkat harga sebelumnya maka akan meningkatkan harga pada periode berikutnya, begitu juga sebaliknya. Untuk pasokan memiliki korelasi negatif dan signifikan pada taraf nyata 15 persen dengan harga periode sekarang, artinya Semakin meningkat pasokan maka akan menurunkan harga kubis, begitu juga sebaliknya.

Untuk komoditas tomat, harga periode sebelumnya memiliki korelasi positif dan signifikan pada taraf nyata satu persen dengan harga periode sekarang. Artinya, semakin meningkat harga sebelumnya maka akan meningkatkan harga pada periode berikutnya, begitu juga sebaliknya. Pasokan memiliki koefisien negatif dan signifikan pada taraf nyata 30 persen dengan harga periode sekarang. Dimana. semakin meningkat pasokan maka akan menurunkan harga tomat, begitu juga sebaliknya.

Model yang diajukan untuk komoditas kentang, kubis, dan tomat adalah GARCH (1,1) yang berarti bahwa pola pergerakan harga komoditas tersebut dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga pada satu hari sebelumnya. Model persamaan varian harga tersebut menunjukkan bahwa volatilitas dan varian harga periode sebelumnya bertanda positif dan signifikan pada taraf nyata satu persen. Semakin meningkat risiko harga jual periode sebelumnya maka akan meningkatkan risiko harga jual pada periode berikutnya.

Berdasarkan nilai VaR, menunjukkan bahwa kenaikan penerimaan sebesar satu rupiah akan meningkatkan risiko harga kentang sebesar 6,42 persen, kubis sebesar 16,12 persen, dan tomat sebesar 15,46 persen. Nilai VaR semakin tinggi seiring dengan lamanya waktu berinvestasi. Risiko terendah pada periode satu hari terjadi pada komoditi kentang, tetapi pada periode tujuh dan 14 hari cenderung meningkat dibandingkan komoditas kubis dan tomat. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi yang dilakukan pedagang untuk komoditas kentang yang dilakukan dalam waktu satu hari. Untuk komoditas kubis dan tomat pada periode satu hari memiliki nilai yang lebih besar karena kedua komoditas ini memiliki karakteristik yang mudah busuk dan tidak tahan lama. Oleh sebab itu, kedua komoditas ini harus terjual dalam satu hari.

Alternatif strategi untuk mengatasi risiko harga sayuran dapat dilakukan oleh petani melalui pengaturan pola tanam, pengaktifan koperasi, pengolahan produk, dan hubungan kemitraan dengan perusahaan, usaha rumah tangga maupun pedagang. Untuk pedagang yaitu melakukan kemitraan dengan perusahaan dan industri rumah tangga. Pemerintah dapat memberikan pendidikan dan pelatihan untuk mengelola Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Program Sub Terminal Agribisnis (STA) perlu dibentuk di setiap kota dan mudah diakses oleh petani. Asuransi pertanian perlu dukungan pemerintah untuk koordinasi dan sosialisasi terhadap stakeholders.

iii

RISIKO HARGA SAYURAN DI INDONESIA

MUHAMAD KHAIRUL AMRI H34096064

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

iv Judul Skripsi : Risiko Harga Sayuran di Indonesia

Nama : Muhamad Khairul Amri

NIM : H34096064 Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi NIP 19640921 199003 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002 Tanggal Lulus :

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Risiko Harga Sayuran di Indonesia” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011 Muhamad Khairul Amri H34096064

vi

Dalam dokumen Risiko Harga Sayuran di Indonesia (Halaman 85-91)