BOGOR
2011
Salmonella Enteritidis) dan Anti Flu Burung (H5N1) pada Kuning Telur Ayam Isa Brown yang Diberi Perlakuan Pemanasan Bertingkat. Dibimbing oleh
AGUSTIN INDRAWATI dan RETNO DAMAYANTI SOEJOEDONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan antibodi (imunoglobulin Y) spesifik Escherichia coli, Salmonella Enteritidis, dan flu burung (H5N1) pada telur setelah proses pemanasan/perebusan. Pemanasan dilakukan dengan merebus telur selama 5 menit pada suhu 60°C, 70°C, 80°C, 90°C, dan 100°C. Telur yang diujikan merupakan telur koleksi positif mengandung antibodi anti diare dan anti flu burung. Digunakan metode Agar Gel Precipitation Test (AGPT) untuk mendeteksi antibodi anti diare dan uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) untuk mendeteksi antibodi terhadap flu burung. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada telur yang dipanaskan suhu 60°C, 70°C, dan 80°C selama 5 menit keberadaan antibodi (IgY) masih dapat terdeteksi dengan menggunakan metode AGPT dan HI. Antibodi spesifik untuk Escherichia coli, Salmonella Enteritidis, dan flu burung (H5N1) bertahanan pada pemanasan telur dikisaran suhu 60–80°C. Sedangkan pemanasan telur selama 5 menit pada suhu 90°C dan 100°C sudah tidak terdeteksi adanya antibodi spesifik karena antibodi (IgY) yang terdiri dari protein sudah terdenaturasi. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu pemanasan telur aktivitas biologi IgY semakin menurun.
Salmonella Enteritidis) and Anti-Avian Influenza (H5N1) Antibody at Isa Brown Egg Yolk Chicken with warming various level treatment. Supervised by
AGUSTIN INDRAWATI and RETNO DAMAYANTI SOEJOEDONO.
This study was aimed to detect the existence of antibodies (immunoglobulin Y) specific to Escherichia coli, Salmonella Enteritidis, and Avian influenza (H5N1) in eggs after heating/boiling process. The treatment is by heating or boiling the whole eggs complete with shells at a temperature of 60°C, 70°C, 80°C, 90°C and 100°C for 5 minutes. The Eggs were tested that containing antibodies of anti-diarrhea and anti-avian influenza. This research used Agar Gel Precipitation Test (AGPT) method to detect antibodies of anti-diarrhea and hemagglutination inhibition (HI) test to detect antibodies of avian influenza. The results showed that the presence of antibodies (IgY) can still be detected by using AGPT and HI method in the eggs which be heated at 60°C, 70°C and 80°C for 5 minutes. Antibodies specific for Escherichia coli, Salmonella Enteritidis, and avian influenza (H5N1) could survive in the eggs complete with eggshells which be heated in the range of temperature 60–80°C. While on heating 90°C and 100°C has not detected the presence of antibodies specific because antibodies which is consist of protein was denatured. It could be concluded that the higher of egg heating temperature, IgY biological activity were decrease.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara beriklim tropis dan memiliki kelembaban udara yang tinggi. Faktor pendukung ini menjadikan makhluk hidup termasuk mikroorganisme yang bersifat patogen dapat tumbuh dan berkembang biak dengan optimal. Buruknya sanitasi lingkungan dan pola hidup masyarakat Indonesia yang kurang sehat turut menjadi faktor pemicu tingginya kasus penyakit akibat bakteri maupun virus berbahaya. Diare merupakan salah satu gejala klinis yang umum terjadi ketika manusia atau hewan terserang suatu agen penyakit. Diare banyak menimbulkan masalah dan terjadi secara terus menerus di semua daerah di Indonesia.
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses menjadi cair (Djojoningrat 2006). Diare dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme antara lain bakteri, virus, dan parasit lainnya seperti jamur, cacing, dan protozoa. Beberapa bakteri penyebab diare adalah Enteropatogenik Escherichia coli (EPEC) dan Salmonella Enteritidis (Mustopa 1999). Gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi kedua bakteri ini memiliki kesamaan yaitu mual, muntah, dan nyeri abdominal. Kemudian timbul diare cair dengan volume yang cukup besar, ada kalanya tinja mengandung darah, sakit kepala, demam, dan adanya perasaan lemah (Lesmana 2006). Diare merupakan penyakit yang mematikan apabila tidak cepat ditangani dengan baik.
Tingginya angka kejadian diare di dunia khususnya Indonesia menyebabkan keresahan di masyarakat dan pemerintah. Tidak hanya kasus diare, peyebaran penyakit influenza yang berasal dari burung (flu burung) juga sempat menyita perhatian publik. Menurut VSF-CICDA (2005) flu burung (avian influenza) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang bisa mengenai unggas. Sifat virus ini sangat berbahaya karena dapat membunuh seluruh unggas di area usaha peternakan, cepat menyebar ke area peternakan lain, dan dapat menyebabkan kematian pada manusia. Virus influenza sendiri termasuk dalam famili Orthomyxoviridae yang terdiri dari 3 tipe yaitu A, B, dan C. Virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan penyakit pada
manusia dengan gejala yang ringan dan tidak fatal sehingga tidak terlalu menjadi masalah. Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat menginfeksi unggas yang merupakan inang alaminya (Nainggolan 2006). Berdasarkan patogenitasnya virus AI dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) dan Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI). Kasus flu burung yang saat ini dikhawatirkan di Indonesia adalah virus influenza A subtipe H5N1 yang digolongkan dalam Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) (Wibawan et al. 2009).
Tindakan preventif berupa vaksinasi atau pengebalan pasif dianggap sebagai langkah yang paling optimal dalam upaya pencegahan terhadap infeksi oleh suatu agen penyakit. Salah satu caranya diberikan suatu substansi pengebal tubuh yang mengandung zat antibodi. Antibodi ini dapat digunakan untuk menangkal berbagai penyakit infeksi termasuk diare dan flu burung. Antibodi terdiri dari beberapa imunoglobulin (Ig) yang merupakan substansi pertama yang diidentifikasi sebagai molekul dalam serum yang mampu menetralkan sejumlah mikroorganisme penyebab infeksi (Mustopa 1999).
Telur merupakan produk perunggasan yang sangat akrab, banyak digemari, dan telah menjadi bahan makanan masyarakat. Telur mempunyai nilai gizi yang tinggi, komposisi nutrisi lengkap, dan mudah dicerna. Selain sebagai bahan pangan yang bermanfaat, telur dapat pula dijadikan sebagai media untuk memproduksi antibodi (Mustopa 1999). Antibodi spesifik sebagai respon vaksinasi yang ada dalam darah ditransfer secara efektif ke dalam kuning telur yang disiapkan untuk melindungi anak ayam pada hari-hari pertama setelah menetas (maternal antibody). Penggunaan telur ayam sebagai pabrik biologis penghasil immunoglobulin yolk (IgY) sangat menjanjikan karena telur dapat dengan mudah diproduksi secara massal, relatif murah, dan mudah didapat. Selain itu, ayam memiliki sistem kekebalan tubuh atau imunitas yang cukup berkembang sehingga sangat responsif terhadap antigen yang memaparnya. Keunggulan lainnya adalah IgY dapat diperoleh dari telur dengan konsisten menjaga animal welfare, tanpa harus menyakiti hewan, serta jumlah antibodi yang dihasilkan oleh ayam petelur lebih banyak dibandingkan dengan antibodi hewan model lainnya (Wibawan et al. 2009).
Tindakan pencegahan maupun pengobatan terhadap suatu penyakit melalui pemberian antibodi (IgY) dalam telur ayam sampai saat ini masih terbatas dalam skala laboratorium. Sebagai bentuk aplikasi pemberi antibodi dapat dilakukan secara oral dengan mengkonsumsi telur positif mengandung IgY spesifik. Antibodi dalam telur agar dapat diberikan secara oral harus melewati beberapa tahapan yang dapat menurunkan aktivitas antibodi seperti denaturasi akibat pemanasan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana penurunan aktivitas IgY anti diare dan anti flu burung akibat proses pemanasan atau perebusan telur.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tahan antibodi (IgY) spesifik terhadap Escherichia coli, Salmonella Enteritidis, dan H5N1 pada telur ayam setelah diberi perlakuan pemanasan bertingkat. Telur ayam yang diujikan merupakan telur koleksi positif mengandung antibodi anti diare dan anti flu burung. Deteksi keberadaan IgY pada kuning telur setelah proses pemanasan dilakukan dengan metode imunodifusi dan uji hambat hemaglutinasi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi keberadaan dan daya tahan antibodi spesifik Escherichia coli, Salmonella Enteritidis, dan H5N1 pada telur ayam yang diberi perlakuan pemanasan bertingkat. Serta untuk merancang dan memproduksi telur khasiat three in one (anti diare dan anti flu burung) sebagai kemungkinan aplikasi makanan fungsional dan nilai tambah telur konsumsi baik dari sisi manfaat maupun sisi ekonomi.