• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.11 Fasilitas dan Peralatan

a. Bangunan Puskesmas

Puskesmas Sei Agul dibangun tahun 1972 diareal tanah seluas 397.75 M2 ( 18,5 x 21,5 M2) dengan luas bangunan 16 x 14,5 M2. Pada tahun 2006 puskesmas Sei Agul mendapat perbaikan dan sampai sekarang kondisinya dalam keadaan baik.

b. Tata Ruang

Puskesmas Sei Agul mempunyai beberapa ruangan yaitu :

- Ruang tunggu - Ruang Suntik - Klinik Sanitasi - Ruang Kartu - Ruang Immunisasi - Laboratorium - Poli Umum - Kamar Obat dan Gudang -Ruang TU/Komputer - Poli Gigi - Kamar Obat - Ruang Pertemuan - Ruang Dokter - Ruang KIA/KB/Gizi

Gambar 3.3 Tata Ruang Puskesmas Sei Agul

c. Sarana Penunjang

Sarana penunjang puskesmas yaitu alat bantu yang dimiliki puskesmas untuk mendukung pelaksanaan kegiatan program puskesmas yang mencakup alat transportasi, sarana komunikasi dan informasi, sumber energi dan lain-lain.

1. Transportasi

Puskesmas Sei Agul memiliki 1 unit mobil Puskesmas Keliling Roda-4, kondisi dalam keadaan baik dan berfungsi. Puskesmas juga memiliki 5 unit kenderaan R-2 yaitu sepeda motor yang kondisinya dalam keadaan baik dan berfungsi.

2.Komunikasi dan Informasi

Di puskesmas sudah dipasang pesawat telephnone dengan nomor 061-6614032, sehingga puskesmas sudah bisa berkomunikasi dengan baik

RUANG DOKTER POLIGIGI

R.IMUNISASI POLI UMUM

RUANG SUNTIK KAMAR OBAT

KAMAR MANDI GUDANG OBAT

K.MANDI DAPUR

RUANG TUNGGU RUANG KARTU RUANG PERTEMUAN KLINIK SANITASI R.KIA/KB GIZI R.KOMPUTER LAB/R.TB

antar lintas sektoral. Puskesmas juga memiliki 3 unit komputer yang dilengkapi dengan email dan internet yang sangat membantu dalam pembuatan laporan dan pelaksanaan kegiatan program puskesmas. Kondisi komputer saat ini dalam keadaan baik dan berfungsi.

3.Sumber Energi * PLN

Sumber energi yaitu daya yang menggerakkan peralatan dan untuk penerangan yang dimiliki oleh puskesmas. Puskesmas mendapatkan pasokan energi listrik dari PT.PLN dengan kapasitas 5.500 watt dapat membantu puskesmas dalam menyelesaikan tugas-tugas rutin.

* Genset

Puskesmas juga memiliki genset sebagai sumber energi, kondisinya dalam keadaan rusak dan tidak berfungsi. Mesin Genset ini memiliki daya + 7.000 watt.

B. Fasilitas Administrasi

Perlengkapan yang dimiliki oleh puskesmas Sei Agul dalam menjalankan peranannya agar terlaksananya laporan administrasi yang baik antara lain meja, kursi, lemari arsip, 3 unit komputer, 3 printer, 1 mesin fotocopy, kartu berobat pasien, buku catatan arsip, kartu laporan, buku laporan kegiatan, kartu KIA/KB, buku bendahara.

C. Fasilitas Alat Kesehatan

1. Poliklinik set 2. Bidan Kit/Dafton 3. Imunisasi Kit 4. Dental Unit 5. Dental set 6. Laboratorium set

7. Freezer untuk Ice Bac-type FCW 20 Ek 8. Freezer untuk Vaccne RW 4 Ek

9. Vaccine carier

10. Timbangan dewasa 11. Timbangan bayi D. Fasilitas Obat – obatan

Puskesmas Sei Agul dalam rangka menjalankan tugas-tugas pokoknya memulihkan kesehatan dan pengobatan penyakit didukung oleh perlengkapan obat-obatan antara lain :

1. Obat-obat Generik yang terdiri dari

a. Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi nonsteroid, Antipirai b. Anastetik dan Anti Infeksi

d. Disinfektan dan Antiseptik Gigi & Mulut

e. Obat Mata, Obat Saluran cerna, Obat Saluran napas h. Dan lain sebaginya.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan dengan teknik wawancara dan observasi untuk dideskripsikan sebagai jawaban dari permasalahan yang sedang diteliti. Data yang diperoleh tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun permasalahan utama yang akan disajikan dalam bab ini yaitu efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat di Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Sei Agul Kecamatan Medan Barat

4.1 Pelaksanaan Wawancara

Wawancara dilaksanakan mulai tanggal 17 Oktober 2016 sampai dengan 28 Oktober 2016. Pelaksanaan wawancara dilakukan di Puskesmas Sei Agul yang terletak di Jalan Karya II No. 54, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, yang merupakan tempat penelitian ini berlangsung. Wawancara ini dilakukan kepada Pegawai Puskesmas yang memahami secara mendalam terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

Dalam melakukan wawancara pada penelitian kali ini, ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti yaitu antara lain, pertama-tama peneliti menghubungi pihak tata usaha Puskesmas Sei Agul untuk membuat perjanjian kapan wawancara

tersebut akan dilakukan. Setelah mendapatkan waktu yang tepat, peneliti mulai mengunjungi para informan untuk melakukan wawancara. Wawancara dengan Kepala Puskesmas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Bagian Loket (Pendaftaran Berobat) dan Perawat yang berlangsung selama 4 hari, sementara wawancara dengan masyarakat pengguna Kartu Indonesia Sehat yang menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas dilakukan selama 7 hari.

Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan tipe wawancara berstruktur. Dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun disesuaikan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. Namun dalam pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan. 4.2 Identitas Informan

4.2.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Identitas informan penelitian yang dilakukan di Kantor Puskesmas Sei Agul mengenai efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam pelayanan kepada masyarakat dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas laki-laki dan kelas perempuan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Hasil Penelitian 2016 No Jenis

Kelamin

Frekuensi (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 4 28.5%

2 Perempuan 10 71.5%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keseluruhan informan berjumlah 14 orang, dimana informan berjenis kelamin perempuan memiliki persentase lebih besar dibandingkan dengan informan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan hampir seluruh pegawai yang ada di Kantor Imigrasi yang merupakan informan kunci dari penelitian ini berjenis kelamin perempuan. 4.2.2. Identitas Informan Berdasarkan Usia

Melihat adanya variasi usia dari informan penelitian ini, maka peneliti mengelompokkannya dalam 4 (empat) kelas. Adapun keempat kelas tersebut dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Identitas Informan Berdasarkan Usia

Sumber: Hasil Penelitian 2016

Berdasarkan tabel di atas dari keseluruhan informan yang berjumlah 14 orang, frekuensi informan terbesar ada pada informan dengan usia antara 40-49 tahun karena usia tersebut dianggap sebagai usia paling layak untuk memberikan jawaban terhadap pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat yang ada di Puskesmas Sei Agul Kota Medan.

NO Usia (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)

1 20-29 2 14,2 %

2 30-39 4 28,5%

3 40-49 6 42,8 %

4 50-59 2 14,2%

4.2.3 Identitas Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Dalam penelitian ini penulis mengklasifikasikan identitas informan menjadi tiga (3) bagian yaitu jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, Sarjana (S1), dan Sarjana (S2). Secara lebih rinci terdapat dalam tabel berikut:

Tabel 4.3 Identitas Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan NO Tingkat Pendidikan Jenjang Persentase (%)

1 SMA 10 71,5 %

2 D3/Sarjana (S1) 3 21,5 %

3 Sarjana (S2) 1 7 %

Jumlah 14 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa informan dengan jenjang pendidikan dengan presentase tertinggi adalah informan dengan jenjang pendidikan SMA dengan presentase sebesar 71,5%. Dengan demikian,informan-informan ini sudah memiliki pengetahuan yang baik terhadap pelaksanaan Kartu Indonesia Sehat di Puskesmas Sei Agul Kota Medan.

4.2.4 Identitas Informan BerdasarkanPekerjaan

Dalam penelitian ini peneliti mengklasifikasikan identitas informan berdasarkan pekerjaan menjadi beberapa bagian. Secara lebih rinci terdapat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan

No Nama Pekerjaan

1 Dr.Hj. Iva Purnama,M.Kes Kepala Puskesmas Sei Agul 2 Dr.Zuhriah Nst Wakil Koordinator I

3 Suhaimi Angkat,S.Sos Ka.Sub.Bagian Tata Usaha 4 Dameria Saragi,Am.K Kepala Loket

(pendaftaran berobat) 5 Puspita Kumala ,Am.Keb Perawat

6 Susilawati Peserta Kartu Indonesia Sehat 7 Sylvi Peserta Kartu Indonesia Sehat 8 Sugiyono Peserta Kartu Indonesia Sehat 9 Tiur Elisabeth S Peserta Kartu Indonesia Sehat 10 Aruka Maulana Peserta Kartu Indonesia Sehat 11 M.Shofi Peserta Kartu Indonesia Sehat 12 Laila Peserta Kartu Indonesia Sehat 13 Ratna Sembirng Peserta Kartu Indonesia Sehat 14 Danawita Rylai Peserta Kartu Indonesia Sehat

Sumber: Hasil Penelitian 2016

4.3 Hasil Wawancara

Metode wawancara yang dipilih oleh penulis adalah metode wawancara berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Namun, di dalam prosesnya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

4.3.1 Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sei Agul

Efektivitas dalam suatu organisasi menunjukkan pada tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan. Dalam hal ini Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat merupakan salah satu organisasi pemerintahan di bidang kesehatan yang memiliki tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang melakukan pengurusan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta pencegahan terhadap penyakit. Oleh sebab itu Puskesmas Sei Agul sebagai pelaksana Dinas Kesehatan harus memberikan informasi serta fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat, seperti keterangan yang disampaikan oleh Ibu Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul Medan Barat yang menjelaskan secara umum efektivitas pelaksanaan program KIS di Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :

Kartu Indonesia Sehat ini adalah kebijakan dari pusat dek, yang mengeluarkan adalah bapak Presiden Jokowi melalui Nawacita, kami disini hanyalah pelaksana dilapangan saja, format pelayanan dari KIS ini adalah sama seperti BPJS tetapi khusus buat KIS adalah untuk orang-orang yang tidak mampu/kategori miskin. Jadi program ini dibuat untuk pelayanan bagi masyarakat yang tidak mampu/dulunya tidak bisa berobat dek. Dari awal berlakunya KIS sudah sangat bisa dibilang efektif karena sangat

Sejalan dengan jawaban Kepala Puskesmas Sei Agul, Bapak Sugiyono salah satu masyarakat pengguna Kartu Indonesia Sehat mengemukakan pendapatnya :

Program KIS ini sudah efektif bang, karena sangat membantu masyarakat yang tidak bisa berobat tapi mempunyai keinginan mau untuk berobat, seperti saya ini masyarakat yang kurang mampu. Semua biaya berobat ditanggung sama pemerintah jadi

saya merasa sangat terbantu sekali.” (Sumber: Hasil wawancara

tanggal 21 Oktober 2016).

Dari dua jawaban diatas, terdapat kesamaan jawaban yang mengatakan bahwa program Kartu Indonesia Sehat ini sudah terlaksana secara efektif dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

Efektivitas merupakan salah satu tanda bahkan suatu syarat mutlak bahwa dalam perencanaan pelaksanaan program dapat meningkatkan kualitas layanan publik. Oleh karena itu setiap proses kegiatan internal atau mekanisme organisasi patut diperhatikan dalam menjalankan suatu penyelenggaraan pelayanan.

Benar adanya bila masyarakat kini menuntut pelayanan prima yang akuntabilitas dan transparan. Selayaknya pemberi layanan perlu diperhatikan dalam tingkat pencapaian kinerja sebagai wujud peningkatan dan reformasi pelayanan publik. Dan juga masyarakat seharusnya lebih peduli lagi terhadap bentuk pelayanan maupun pelanggaran dalam praktik penyelenggaraan layanan publik. Keterlibatan masyarakat dalam mengawasi dan menyampaikan aspirasi

atau keluhan terhadap praktik menjadi faktor penting sebagai umpan balik bagi evaluasi kualitas pelayanan publik dan apakah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan penuturan M.Shofi bahwa pemberi layanan dan masyarakat sebagai pengguna layanan sangat berkaitan dengan layanan publik demi perbaikan kualitas pelayanan publik.

Tingkat pencapaian kinerja pemberi layanan yang baik ternyata dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan mutu layanan. Bermodalkan peran serta masyarakat dalam proses umpan balik ternyata mampu menjawab segala kekurangan dan tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan saat ini. Berdasarkan pendapat yang diberikan Ratna Sembiring, bahwa pemberian pelayanan kesehatan dengan program Kartu Indonesia Sehat yang memenuhi standar minimal perlu diamati. Saat ini masih sering dirasakan, bahwa kualitas layanan minimum belum memenuhi harapan sebagian besar masyarakat. Dan lebih memprihatinkan lagi sebagian besar masyarakat belum memahami secara pasti tentang standar layanan yang seharusnya diterima dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Apalagi masyarakat masih cukup enggan mengadukan jika menerima layanan yang kurang berkualitas. Hal ini berkaitan dengan cara Puskesmas dalam meningkatkan kinerja pegawai dalam pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat seperti yang dijelaskan oleh Dr.Hj Iva Purnama M.Kes selaku Kepala Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :

"dari segi kauntitas jumlah sumber daya manusia di puskesmas sudah sangat memadai, dimana di puskesmas ini terdapat sebanyak 41 pegawai. Dimana kalau tidak salah ada 8 dokter,

dan ada juga tenaga medis baik itu perawat, bidan, tenaga gizi, farmasi. Hal ini sudah sangat membantu puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat. Sementara dari segi kualitas, kualitas sumber daya manusia di puskesmas sudah cukup terampi mulai dari S2 sampai tamat SMA ada. Puskesmas juga dibantu dengan adanya pelatihan terpadu yang dilaksakan oleh Dinas Kesehatan yang sangat membantu pegawai-pegawai kita untuk bisa memberikan pelayanan yang

terbaik.” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).

Dijelaskan diatas bahwa meningkatkan sumberdaya manusia dapat meningkatkan kinerja dan tugas Puskesmas dalam menjalankan tugasnya. Hal sama juga dikemukakan oleh bapak Dr.Zuhriah Nst, selaku Wakil Koordinator I yang menyatakan :

“Ya seperti pendapat Ibu Kepala tadi bahwa dengan pemberian

penjelasan atau pembinaan itulah yang dapat meningkatkan kinerja pegawai. Jadi beliau berharap setiap pegawai lebih bekerja secara profesional dan sepenuh hati. Disini juga kita menerapkan komunikasi dua arah yang memberikan dampak positif terhadap kinerja pegawai kita dan juga setiap pegawai akan diberikan teguran bila melakukan kesalahan yang mungkin saja terjadi.” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).

Dari kedua jawaban diatas menyatakan bahwa pentingnya pembinaan dan sosialisasi serta komunikasi yang baik dapat meningkatkan kinerja pegawai. Juga

setiap pegawai akan diberikan teguran yang sesuai dengan kesalahannya apabila kurang cermat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Wujud dari terlaksananya program yang efektif adalah layanan-layanan memberikan informasi atau pemahaman kepada masyarakat, menjawab segala tuntutan masyarakat atas reformasi pelayanan, dan kemudahan dan kepastian dalam bentuk pelayanannya. Jadi ukuran untuk melihat efektivitas itu ada lima yaitu, pemahaman program, tepat sasaran, tepat waktu, tercapainya tujuan, dan perubahan nyata.

1. Pemahaman Program

Dengan adanya informasi atau kejelasan atas terlaksananya sebuah program akan memudahkan dalam pengaplikasiannya atau pengoperasionalannya. Dan juga, melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir. Masyarakat diharapkan untuk mengerti atas program KIS ini sehingga dapat mewujudkan kepastian layanan dalam pelayanan kesehatan yang berdampak langsung kepada masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul mengenai cara Pihak Puskesmas dalam memperkenalkan program KIS, beliau menyatakan bahwa :

“Seperti yang kita ketahui bersama bahwa program KIS ini

adalah program nasional, dan sosialisasinya juga sudah secara nasional baik itu melalui bapak Presiden yang mensosialisasikan langsung maupun melalui Ibu Mentri Kesehatan melalui BPJS pusa baik dari media massa, media cetak maupun media elektronik, secara tidak langsung juga masyarakat sudah

mengetahui dan paham apa itu KIS dan siapa yang layak mendapatkan KIS tersebut, namun namanya juga sosialisasi tidak ada yang sempurna, pasti ada saja kalangan bawah tidak tau informasi tentang KIS, nah kami pihak puskesmas bersama pihak kecamatan melakukan sosialisasi kerumah-rumah masyarakat sekaligus mendata kriteria masyarakat yang layak mendapatkan

KIS ini.” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).

Hal yang sama juga dijelaskan oleh Ibu Danawati Rylai yang merupakan peserta pengguna KIS menjelaskan bahwa :

“Saya mengetahui program Kartu Indonesia ini dari berita di tv,

bahwa program ini adalah program layanan kesehatan seperti askes yang sudah terlebih dahulu ada, namun yang membedakan ya KIS ini adalah buat masyarakat miskin dan tidak mampu. Kita yang miskin ini merasa terbantu sekali dek seperti disama ratakan dengan orang-orang yang mampu jadinya dalam hal

pelayanan kesehatan.” (Hasil wawancara tanggal 23 Oktober

2016).

Berbeda dengan bapak Aruka Maulana yang merupakan peserta pengguna KIS yang menjelaskan bahwa :

Saya tidak tau apa itu Kartu Indonesia Sehat, saya pikir cuma kartu biasa saja yang semua orang juga bisa mendapatkannya, tapi cukup terkejut juga ketika dibagikan pihak kelurahan kerumah saya dan mendapatkan penjelasan tidak semua orang

bisa mendapatkan karu ini, merasa bersyukur sekali saya karena kami masyarakat miskin dan tidak mampu ini ternyata

diperhatikan oleh bapak Presiden kita.” (Hasil wawancara

tanggal 23 Oktober 2016).

Dari ketiga jawaban diatas terlihat perbedaan pendapat dimana Ibu Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei agul lebih melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan sistem jemput bola, sementara itu ibu Danawita Rylai yang mengetahui program KIS melalui televisi. Juga bapak Aruka Maulana yang tidak mengetahui tentang program ini tetapi sangat bersyukur ketika mendapatkan KIS dan mendapatkan penjelasan tentang manfaat KIS dari pihak Kelurahan.

Terkait dengan program Kartu Indonesia yang disosialisasikan Puskesmas Sei Agul juga bertujuan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan tahapan prosedur yang jalani dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin pengguna KIS seperti yang dijelaskan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul bahwa :

“Masyarakat yang mau berobat ke puskesmas baik itu peserta BPJS, KIS maupun berobat menggunakan kartu puskesmas, biasanya langsung saja mendatangi ruang kartu untuk mendaftar berobat dan dilakukan verifikasi berkas untuk melihat apakah terdaftar sebagai masyarakat Kecamatan Medan Barat apa tidak, jika tidak terdaftar maka akan dikenakan biaya tambahan untuk berobat, jadi disini tidak ada yang namanya lama menunggu karena biasanya semua sudah terdata dan terdaftar. Kemudian

bisa menunggu untuk dipanggil sesuai dengan jenis keluhan atau pengobatan, disini kita ada ruang dokter, ruang imunisasi, ruang suntik, poli gigi, poli umum, klinik sanitasi, ruang KIA/KB dan gizi yang mana semua tadi bisa dipakai untuk pengguna KIS dan setelah selesai berobat bisa menunggu untuk mendapatkan obat yang semuanya gratis disini. kemudian bagi pengguna KIS jikalau ingin melakukan rujukan, puskesmas dengan senantiasa memberikan surat rujukan yang mana pengguna KIS diberikan keleluasaan dalam memilih rumah sakit rujukan yang masih

dalam cakupan menerima Kartu Indonesia Sehat.” (Hasil

wawancara tanggal 17 Oktober 2016).

Hal yang sama juga dijelaskan ibu Dameria Saragi, Am.K selaku Kepala Loket pendaftaran Puskesmas Sei Agul yang menyatakan :

“kalau mengenai prosedur tata cara berobat di puskesmas, singkatnya yang pertama itu masyarakat bisa mendaftar dimeja loket pendaftaran terkait apa datang ke puskemas,bisa saja mau berobat, konsultasi, minta surat kesehatan, surat sakit, atau mau minta rujukan rumah sakit. Nah kemudian menunggu sebentar karena ada verifikasi sedikit dan nantinya dipanggil sesuai dengan keluhannya tadi, setelah itu baru menunggu lagi diruang tunggu untuk mendapatkan obat Kalau mengenai pengguna KIS, sama saja dengan masyarakat tadi karena umumnya ya seperti

itu prosedur yang harus ditaati dan diikuti dek.” (Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016).

Sejalan dengan Kepala Sub Tata Usaha, ibu Susilawati selaku pengguna Kartu Indonesia Sehat memberikan pendapat yaitu :

“Pertama ya mendaftar ke loket menggunakan kartu KIS nya dek, terus menunggu sebentar untuk dipanggil, seperti sekarang ini anak saya yang sakit demam jadi saya bawa berobat dengan menggunakan kartu KIS, setelah itu diperiksa sama dokternya, lalu dikasi obat sama perawat, kemudian selesai dan sudah bisa pulang dan tidak dipungut biaya apapun, kalau anak saya ini tadinya demam tinggi saya bisa juga mengajukan berobat kerumah sakit dari puskesmas ini melalui surat rujukan, jadi sangat membantu sekali KIS ini dek.” (Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016).

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa informan menyatakan bahwa tahapan dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap pengguna Kartu Indonesia Sehat sama yaitu dimulai dari meja loket pendaftaran dengan membawa persyaratan lengkap beserta penjelasan keluhan atau sakit yang sedang dialami. Setelah itu bisa mendapatkan pengobatan dan mendapatkan obat dari puskesmas.

Berdasarkan observasi dan catatan lapangan, penulis melihat umumnya masyarakat yang hendak berobat ke puskesmas tidak dibebani oleh biaya maupun lamanya kepengurusan berkas atau antrian dalam mendapatkan layanan kesehatan.

2. Sasaran

Pemahaman para pelaksana kebijakan terhadap tujuan/sasaran dari program Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu faktor penting penentu berjalannya program dengan baik dan tepat sasaran. Hal ini berkaitan tentang pemahaman informan mengenai kepesertaan program Kartu Indonesia Sehat di wilayah kerja puskesmas Sei Agul, seperti yang dijelaskan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :

“menurut saya yang bisa mendapatkan KIS itu adalah masyarakat yang kurang mampu, atau dalam hal ini adalah masyarakat yang miskin, setau saya yang mendata masyarakat yang bisa mendapat KIS ini adalah Lurah masing” dan di teruskan ke dinas kesehatan kota atau provinsi sampai keluarnya KIS ini dan dapat di terima masyarakat yg layak mendapatkan” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).

Sama halnya dengan Kepala Puskesmas, jawaban lain atas pertanyaan tersebut disampaikan oleh Bapak dr.Zuhriah Nst selaku Wakil Koordinator I Puskesmas Sei Agul :

“KIS ini kan hampir sama dengan BPJS dek, tapi yang membedakan iuran KIS di tanggung pemerintah, nah kalau BPJS bisa semua orang yang mendaftar, kalau KIS beda lagi, yang bisa

Dokumen terkait