• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Dalam Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) (Studi pada Puskesmas Sei Agul Kec. Medan Barat Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Dalam Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) (Studi pada Puskesmas Sei Agul Kec. Medan Barat Kota Medan)"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Akib, Haedar dan Tarigan, Antonius. 2008. Artikulasi Konsep Implementasi Kebijakan: Perspektif, Model Dan Kriteria Pengukurannya, Jurnal Kebijakan Publik

Arthur G. GedeMahmudiManajemen Kinerja Sektor Publik (Mahmudi, 2005:92).ian Organization Theory and Design (Gedeian, 1991:61).

Atmanti H. D. 2005. Investasi Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan. Jurnal Dinamika Pembangunan. 2 (1) : 30-39.

Azwar, A, 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Bharata, 2004:1. Dasar-dasar Pelayanan Prima. Jakarta: Elex Media. Komputindo.

Brownedan Wildavsky. 2004. (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70)

Charles O. Jones. Pengantar Kebijakan Publik, Alih Bahasa Dwi Joko Supriyono. Gibson, James,L., John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly.Jr. 1993.

Organizations,Behavior, Structure, and Process. The McGraw Hill Companies Inc. New York. .

Handoko T. Hani, 2000, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi II, Cetakan Keempat Belas, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Hannan, M., and Freeman, J., 1977. “The population ecology of organization”. American Journal of Sociology, Vol. 82, 929-964.

Jones, Denny A. 1996.Principles and Prevention of Corrosion. New York: Mcmillan Publishing Company .

Korten, David C. ,2001, Menuju Abad ke-21:Tindakan Sukarela dan Agenda Global, Jakarta (terjemahan), Yayasan Obor Indonesia.

Lubis, Hari. S.B. dan Martani Husaini. 1987. Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro), Pusat Antar Universitas Ilmu-ilmu Sosial Universitas Indonesia, Jakarta.

Mahmudi, 2005:92. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Moenir. (1992:119).Sarana dan

Prasarana.([Online].Tersedia:http://id.shvoong.com/writing-and-

(2)

M.R. Khairul Muluk. 2009. Peta Konsep Desentralisasi & Pemerintahan Daerah. ITS Press : Surabaya.

Nurdin, Muhammad, (2004), Kiat Menjadi Guru Profesional, Prismasophie, Jogyakarta.

produktivitas. UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta. Hal. 35; 97-101;

Purba, Amir, Dewi Kurniawati, Fatmawaty Lubis, Dayana, dan Haris Wijaya. (2006).“Pengantar Ilmu Komunikasi”. Pustaka Bangsa Press, Medan

Rohman, A., 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sianipar. 1998. Manajemen Pelayanan Masyarakat.Jakarta: LAN.

Siti Erna Latifi Suryana. 2009. Implementasi Kebijakan tentang Pengujian kendaraan bermotor. Tesis pada Sekolah PascaSarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Stoner, James A.F & Edward Freeman. 1996. Manajemen jilid I. Alih bahasa Alexander Sindoro. PT. Prenhallindo, Jakarta.

Sugiyono, 2005 : 55. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Produktivitas. UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta. Hal. 35; 97-101;

Wijaya. (2006).“Pengantar Ilmu Komunikasi”. Pustaka Bangsa Press, Medan

Undang-Undang

UU Nomor 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional UU Nomor 24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 101 tahun 2011 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan

(3)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran umum Kecamatan Medan Barat 3.1.1 Letak dan Geografis

Kecamatan Medan Barat terdiri atas 6 kelurahan dengan luas wilayahnya 5,40 km2 m. Kecamatan Medan Barat adalah salah satu daerah jasa dan perniagaan di Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah 70.771 Jiwa (2012). Di Kecamatan Medan Barat ini terdapat sebuah bengkel khusus kereta api yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia Eksploitasi Sumatera Utara (PT.KAI-ESU). Selain itu di Kecamatan Medan Barat ini banyak terdapat industri-industri kecil dan menengah yang menjadi unggulannya seperti : Bika Ambon/Roti/Kue Kering, Tepung Ikan, Pengolahan Kopi, Minyak Goreng dari CPO, Makanan Ternak.

Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri, di Kecamatan Medan Barat ini terdapat 39 unit usaha industri besar,menegah & kecil. Sebagaian besar penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang seperti: Batak, Tionghoa, Minang, Aceh dan Jawa sedangkan suku asli Suku Melayu Deli 30% saja.

Kecamatan Medan Barat dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia

(4)

3.1.2 Iklim

Wilayah Kecamatan Medan Barat memiliki iklim tropis dengan rata-rata setiap bulannya kelembaban sekitar 84%. Curah hujan sekitar antara 30-340 mm dengan periode tertinggi pada bulan Agustus-September, hari hujan perbulan sekitar 8-26 hari dengan periode hari hujan besar pada bulan Agustus-September. Penyinaran matahari rata-rat 51% kecepatan udara rata-rata 1.10m/dtk dan tingkat penguapan sekitar 3,74 mm/hari. Temperature udara minimum 23,7derajat Celcius dan maksimum 32,2 derajat Celcius.

3.2 Gambaran Umum Puskesmas Sei Agul 3.2.1 Sejarah Singkat Puskesmas Sei Agul

Puskesmas Sei Agul didirikan pada tahun 1972 yang diresmikan oleh Gubernur KDH Sumut tanggal 1 Agustus 1972 sebagai Pusat Kesehatan Masyarakat dibawah naungan Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas Sei Agul merupakan puskesmas non perawatan yang hanya melayani pasien berobat jalan dan rujukan karena Puskesmas Sei Agul tidak memiliki fasilitas rawat inap. Pasien yang memerlukan perawatan lebih lanjut dan memerlukan rawat inap akan dirujuk ke RS terdekat. Puskesmas Sei Agul memiliki kode puskesmas 1275140203.

3.2.2.Letak

(5)

meliputi dua Kelurahan yaitu Kelurahan Karang Berombak dan Kelurahan Sei Agul.

Puskesmas Sei Agul terletak di Jl. Karya II No. 54 Lingkungan XI Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat. Puskesmas Sei Agul memiliki satu buah puskesmas pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Sei Agul yang terletak di Jl. Danau Singkarak Gg. Saudara Lingkungan I Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat.

Luas wilayah kerja Puskesmas Sei Agul adalah 196 Ha yang wilayah kerjanya mencakup 2 kelurahan yang berbeda dengan 35 lingkungan, adapun wilayah kerja Puskesmas Sei Agul yaitu : Kelurahan Karang Berombak dengan luas areal 94 Ha dan terdiri dari 19 lingkungan dan Kelurahan Sei Agul luas areal 102 Ha dan terdiri dari 16 lingkungan, dengan memiliki batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Pulo Brayan dan Helvetia ( Kab.Deli Serdang) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sei Putih Barat

Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Glugur Kota/Kelurahan Silalas Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Helvetia Timur

3.2.3 Jangkauan Pelayanan Puskesmas ke Kelurahan Terjauh

(6)

sektoral berjalan lancar dengan memanfaatkan sarana yang ada ditiap-tiap lingkungan seperti Kantor Lurah, Posyandu, Kepala Lingkungan dan sarana-sarana penunjang lainnya misalnya : Mesjid, gereja, sekolah-sekolah.

3.2.4 Jangkauan ke fasilitas Rujukan Terdekat

Fasilitas rujukan terdekat dari Puskesmas Sei Agul adalah RS Sufina Aziz. RS Sufina Aziz berjarak + 500 M dari Puskesmas Sei Agul dan waktu tempuh + 10 menit. Rumah sakit ini dapat dijangkau dengan mudah dengan alat transportasi umum baik kenderaan Roda-2, Roda-3 maupun Roda-4.

3.2.5 Keadaan Administrasi (Pemerintahan)

Puskesmas Sei Agul terletak dikota Medan di Kecamatan Medan Barat dikepalai oleh seorang Camat dan memiliki 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Karang Berombak dan Kelurahan Sei Agul. Setiap Kelurahan dikepalai oleh seorang lurah dengan perangkat kelurahan.

3.3 Visi dan Misi Puskesmas 3.3.1 Visi Puskesmas

Adalah mewujudkan kecamatan sehat 2010 merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya.

3.3.2 Misi Puskesmas

(7)

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu dan keluarga dan masyarakat beserta lingkungan diwilayah kerjanya

3.4 Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas Sei Agul

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung

memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Jenis pelayan kesehatan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah :

a. Upaya promosi kesehatan b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f. Upaya pengobatan

(8)

3.5 Wilayah kerja Puskesmas Sei Agul Medan

(9)

3.6 Keadaan Demografi Tabel 3.1 Data Penduduk

No Uraian Kel.Kr.Berombak Kel. Sei Agul Jumlah

1. Jumlah Penduduk 20227 20556 40783

2. Laki-laki 9989 10054 20043

3. Perempuan 10238 10502 20740

4. Jumlah KK 4688 4764 9452

Sumber : Hasil Penelitian 2016

Tabel 3.2 Data Penduduk Menurut Kelompok Umur

No Umur

Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur terbanyak adalah kelompok umur 15 – 45 tahun dan yang paling sedikit pada kelompok < 1 Tahun.

Tabel 3.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat

(10)

6. Sarjana 1383 1378 2761 7 Sumber : Hasil Penelitian 2016

Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah terbanyak adalah berpendidikan SLTA

Tabel 3.4 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

NO Jenis

Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah terbanyak adalah penduduk dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta .

(11)

3.7 Data Sarana Kesehatan

Tabel 3.6 Data Sarana Kesehatan Lingkungan

No Sarana Kelurahan Jumlah

tor/Sekolah/Gudang dll 239 100 329

(12)
(13)
(14)

14. Guru UKS Terlatih - SD

- SMP

0 0

1 0

1 0 15. Dokter

- Dokter Kecil - Dokter Remaja

100 65

95 0

195 65 Sumber : Hasil Penelitian 2016

(15)

Gambar 3.2. Struktur Organisasi Puskesmas Sei Agul

3.9 Standar Pelayanan Puskesmas Sei Agul

a. Lama Pelayanan tiap penderita perloket

(16)

Loket pendaftaran maksimal : 3 Menit

Poli Umum : 5-10 Menit

Poli Gigi : 5- 30 Menit

Poli KIA : 5-30 Menit

b. Jadwal Pelayanan

Poli Umum : Senin – Sabtu Poli Gigi : Senin – Sabtu

Poli KIA : Senin – Sabtu

c. Waktu Pelayanan Jam pelayanan

Senin – Sabtu : 08.00 – 18.00

3.10 Ketenagaan

Puskesmas didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh para sumber daya manusia yang ada di puskesmas. Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Sei Agul , tenaga kesehatan yang ada sebanyak 41 orang.

(17)

Tabel 3.9 Penyebaran tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sei Agul tahun 2016

No Ketenagaan Pendidikan Jenis Jumlah Ket

(18)

Bidan P 1 PNS

4 Perawat D3 Keperawatan P 2 PNS

5 Tenaga Gizi D3 Gizi P 1 PNS

6 Farmasi SAA P 1 PNS

Jumlah 12 Total 41 Sumber : Hasil Penelitian 2016

3.11 Fasilitas dan Peralatan A.Fasilitas Gedung a. Bangunan Puskesmas

Puskesmas Sei Agul dibangun tahun 1972 diareal tanah seluas 397.75 M2 ( 18,5 x 21,5 M2) dengan luas bangunan 16 x 14,5 M2. Pada tahun 2006 puskesmas Sei Agul mendapat perbaikan dan sampai sekarang kondisinya dalam keadaan baik.

b. Tata Ruang

Puskesmas Sei Agul mempunyai beberapa ruangan yaitu :

(19)

Gambar 3.3 Tata Ruang Puskesmas Sei Agul

c. Sarana Penunjang

Sarana penunjang puskesmas yaitu alat bantu yang dimiliki puskesmas untuk mendukung pelaksanaan kegiatan program puskesmas yang mencakup alat transportasi, sarana komunikasi dan informasi, sumber energi dan lain-lain.

1. Transportasi

Puskesmas Sei Agul memiliki 1 unit mobil Puskesmas Keliling Roda-4, kondisi dalam keadaan baik dan berfungsi. Puskesmas juga memiliki 5 unit kenderaan R-2 yaitu sepeda motor yang kondisinya dalam keadaan baik dan berfungsi.

2.Komunikasi dan Informasi

Di puskesmas sudah dipasang pesawat telephnone dengan nomor 061-6614032, sehingga puskesmas sudah bisa berkomunikasi dengan baik

RUANG DOKTER POLIGIGI

R.IMUNISASI POLI UMUM

RUANG SUNTIK KAMAR OBAT

KAMAR MANDI GUDANG OBAT

K.MANDI DAPUR

RUANG TUNGGU RUANG KARTU RUANG

PERTEMUAN

KLINIK SANITASI

R.KIA/KB GIZI

R.KOMPUTER

(20)

antar lintas sektoral. Puskesmas juga memiliki 3 unit komputer yang dilengkapi dengan email dan internet yang sangat membantu dalam pembuatan laporan dan pelaksanaan kegiatan program puskesmas. Kondisi komputer saat ini dalam keadaan baik dan berfungsi.

3.Sumber Energi * PLN

Sumber energi yaitu daya yang menggerakkan peralatan dan untuk penerangan yang dimiliki oleh puskesmas. Puskesmas mendapatkan pasokan energi listrik dari PT.PLN dengan kapasitas 5.500 watt dapat membantu puskesmas dalam menyelesaikan tugas-tugas rutin.

* Genset

Puskesmas juga memiliki genset sebagai sumber energi, kondisinya dalam keadaan rusak dan tidak berfungsi. Mesin Genset ini memiliki daya + 7.000 watt.

B. Fasilitas Administrasi

Perlengkapan yang dimiliki oleh puskesmas Sei Agul dalam menjalankan peranannya agar terlaksananya laporan administrasi yang baik antara lain meja, kursi, lemari arsip, 3 unit komputer, 3 printer, 1 mesin fotocopy, kartu berobat pasien, buku catatan arsip, kartu laporan, buku laporan kegiatan, kartu KIA/KB, buku bendahara.

C. Fasilitas Alat Kesehatan

(21)

1. Poliklinik set 2. Bidan Kit/Dafton 3. Imunisasi Kit 4. Dental Unit 5. Dental set

6. Laboratorium set

7. Freezer untuk Ice Bac-type FCW 20 Ek 8. Freezer untuk Vaccne RW 4 Ek

9. Vaccine carier

10. Timbangan dewasa 11. Timbangan bayi D. Fasilitas Obat – obatan

Puskesmas Sei Agul dalam rangka menjalankan tugas-tugas pokoknya memulihkan kesehatan dan pengobatan penyakit didukung oleh perlengkapan obat-obatan antara lain :

1. Obat-obat Generik yang terdiri dari

a. Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi nonsteroid, Antipirai

b. Anastetik dan Anti Infeksi

d. Disinfektan dan Antiseptik Gigi & Mulut

e. Obat Mata, Obat Saluran cerna, Obat Saluran napas

(22)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan dengan teknik wawancara dan observasi untuk dideskripsikan sebagai jawaban dari permasalahan yang sedang diteliti. Data yang diperoleh tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun permasalahan utama yang akan disajikan dalam bab ini yaitu efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat di Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Sei Agul Kecamatan Medan Barat

4.1 Pelaksanaan Wawancara

Wawancara dilaksanakan mulai tanggal 17 Oktober 2016 sampai dengan 28 Oktober 2016. Pelaksanaan wawancara dilakukan di Puskesmas Sei Agul yang terletak di Jalan Karya II No. 54, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, yang merupakan tempat penelitian ini berlangsung. Wawancara ini dilakukan kepada Pegawai Puskesmas yang memahami secara mendalam terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

(23)

tersebut akan dilakukan. Setelah mendapatkan waktu yang tepat, peneliti mulai mengunjungi para informan untuk melakukan wawancara. Wawancara dengan Kepala Puskesmas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Bagian Loket (Pendaftaran Berobat) dan Perawat yang berlangsung selama 4 hari, sementara wawancara dengan masyarakat pengguna Kartu Indonesia Sehat yang menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas dilakukan selama 7 hari.

Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan tipe wawancara berstruktur. Dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun disesuaikan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. Namun dalam pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan. 4.2 Identitas Informan

4.2.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Identitas informan penelitian yang dilakukan di Kantor Puskesmas Sei Agul mengenai efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam pelayanan kepada masyarakat dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas laki-laki dan kelas perempuan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Hasil Penelitian 2016 No Jenis

Kelamin

Frekuensi (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 4 28.5%

2 Perempuan 10 71.5%

(24)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keseluruhan informan berjumlah 14 orang, dimana informan berjenis kelamin perempuan memiliki persentase lebih besar dibandingkan dengan informan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan hampir seluruh pegawai yang ada di Kantor Imigrasi yang merupakan informan kunci dari penelitian ini berjenis kelamin perempuan. 4.2.2. Identitas Informan Berdasarkan Usia

Melihat adanya variasi usia dari informan penelitian ini, maka peneliti mengelompokkannya dalam 4 (empat) kelas. Adapun keempat kelas tersebut dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Identitas Informan Berdasarkan Usia

Sumber: Hasil Penelitian 2016

Berdasarkan tabel di atas dari keseluruhan informan yang berjumlah 14 orang, frekuensi informan terbesar ada pada informan dengan usia antara 40-49 tahun karena usia tersebut dianggap sebagai usia paling layak untuk memberikan jawaban terhadap pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat yang ada di Puskesmas Sei Agul Kota Medan.

NO Usia (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)

1 20-29 2 14,2 %

2 30-39 4 28,5%

3 40-49 6 42,8 %

4 50-59 2 14,2%

(25)

4.2.3 Identitas Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Dalam penelitian ini penulis mengklasifikasikan identitas informan menjadi tiga (3) bagian yaitu jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, Sarjana (S1), dan Sarjana (S2). Secara lebih rinci terdapat dalam tabel berikut:

Tabel 4.3 Identitas Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan

NO Tingkat Pendidikan Jenjang Persentase (%)

1 SMA 10 71,5 %

2 D3/Sarjana (S1) 3 21,5 %

3 Sarjana (S2) 1 7 %

Jumlah 14 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa informan dengan jenjang pendidikan dengan presentase tertinggi adalah informan dengan jenjang pendidikan SMA dengan presentase sebesar 71,5%. Dengan demikian,informan-informan ini sudah memiliki pengetahuan yang baik terhadap pelaksanaan Kartu Indonesia Sehat di Puskesmas Sei Agul Kota Medan.

4.2.4 Identitas Informan BerdasarkanPekerjaan

(26)

Tabel 4.4 Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan

No Nama Pekerjaan

1 Dr.Hj. Iva Purnama,M.Kes Kepala Puskesmas Sei Agul 2 Dr.Zuhriah Nst Wakil Koordinator I

3 Suhaimi Angkat,S.Sos Ka.Sub.Bagian Tata Usaha 4 Dameria Saragi,Am.K Kepala Loket

(pendaftaran berobat) 5 Puspita Kumala ,Am.Keb Perawat

6 Susilawati Peserta Kartu Indonesia Sehat 7 Sylvi Peserta Kartu Indonesia Sehat 8 Sugiyono Peserta Kartu Indonesia Sehat 9 Tiur Elisabeth S Peserta Kartu Indonesia Sehat 10 Aruka Maulana Peserta Kartu Indonesia Sehat 11 M.Shofi Peserta Kartu Indonesia Sehat 12 Laila Peserta Kartu Indonesia Sehat 13 Ratna Sembirng Peserta Kartu Indonesia Sehat 14 Danawita Rylai Peserta Kartu Indonesia Sehat

Sumber: Hasil Penelitian 2016

4.3 Hasil Wawancara

(27)

4.3.1 Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sei Agul

Efektivitas dalam suatu organisasi menunjukkan pada tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan. Dalam hal ini Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat merupakan salah satu organisasi pemerintahan di bidang kesehatan yang memiliki tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang melakukan pengurusan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta pencegahan terhadap penyakit. Oleh sebab itu Puskesmas Sei Agul sebagai pelaksana Dinas Kesehatan harus memberikan informasi serta fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat, seperti keterangan yang disampaikan oleh Ibu Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul Medan Barat yang menjelaskan secara umum efektivitas pelaksanaan program KIS di Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :

Kartu Indonesia Sehat ini adalah kebijakan dari pusat dek, yang

mengeluarkan adalah bapak Presiden Jokowi melalui Nawacita,

kami disini hanyalah pelaksana dilapangan saja, format

pelayanan dari KIS ini adalah sama seperti BPJS tetapi khusus

buat KIS adalah untuk orang-orang yang tidak mampu/kategori

miskin. Jadi program ini dibuat untuk pelayanan bagi masyarakat

yang tidak mampu/dulunya tidak bisa berobat dek. Dari awal

berlakunya KIS sudah sangat bisa dibilang efektif karena sangat

(28)

Sejalan dengan jawaban Kepala Puskesmas Sei Agul, Bapak Sugiyono salah satu masyarakat pengguna Kartu Indonesia Sehat mengemukakan pendapatnya :

Program KIS ini sudah efektif bang, karena sangat membantu

masyarakat yang tidak bisa berobat tapi mempunyai keinginan

mau untuk berobat, seperti saya ini masyarakat yang kurang

mampu. Semua biaya berobat ditanggung sama pemerintah jadi

saya merasa sangat terbantu sekali.” (Sumber: Hasil wawancara

tanggal 21 Oktober 2016).

Dari dua jawaban diatas, terdapat kesamaan jawaban yang mengatakan bahwa program Kartu Indonesia Sehat ini sudah terlaksana secara efektif dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

Efektivitas merupakan salah satu tanda bahkan suatu syarat mutlak bahwa dalam perencanaan pelaksanaan program dapat meningkatkan kualitas layanan publik. Oleh karena itu setiap proses kegiatan internal atau mekanisme organisasi patut diperhatikan dalam menjalankan suatu penyelenggaraan pelayanan.

(29)

atau keluhan terhadap praktik menjadi faktor penting sebagai umpan balik bagi evaluasi kualitas pelayanan publik dan apakah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan penuturan M.Shofi bahwa pemberi layanan dan masyarakat sebagai pengguna layanan sangat berkaitan dengan layanan publik demi perbaikan kualitas pelayanan publik.

Tingkat pencapaian kinerja pemberi layanan yang baik ternyata dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan mutu layanan. Bermodalkan peran serta masyarakat dalam proses umpan balik ternyata mampu menjawab segala kekurangan dan tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan saat ini. Berdasarkan pendapat yang diberikan Ratna Sembiring, bahwa pemberian pelayanan kesehatan dengan program Kartu Indonesia Sehat yang memenuhi standar minimal perlu diamati. Saat ini masih sering dirasakan, bahwa kualitas layanan minimum belum memenuhi harapan sebagian besar masyarakat. Dan lebih memprihatinkan lagi sebagian besar masyarakat belum memahami secara pasti tentang standar layanan yang seharusnya diterima dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Apalagi masyarakat masih cukup enggan mengadukan jika menerima layanan yang kurang berkualitas. Hal ini berkaitan dengan cara Puskesmas dalam meningkatkan kinerja pegawai dalam pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat seperti yang dijelaskan oleh Dr.Hj Iva Purnama M.Kes selaku Kepala Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :

"dari segi kauntitas jumlah sumber daya manusia di puskesmas

sudah sangat memadai, dimana di puskesmas ini terdapat

(30)

dan ada juga tenaga medis baik itu perawat, bidan, tenaga gizi,

farmasi. Hal ini sudah sangat membantu puskesmas dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat.

Sementara dari segi kualitas, kualitas sumber daya manusia di

puskesmas sudah cukup terampi mulai dari S2 sampai tamat SMA

ada. Puskesmas juga dibantu dengan adanya pelatihan terpadu

yang dilaksakan oleh Dinas Kesehatan yang sangat membantu

pegawai-pegawai kita untuk bisa memberikan pelayanan yang

terbaik.” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).

Dijelaskan diatas bahwa meningkatkan sumberdaya manusia dapat meningkatkan kinerja dan tugas Puskesmas dalam menjalankan tugasnya. Hal sama juga dikemukakan oleh bapak Dr.Zuhriah Nst, selaku Wakil Koordinator I yang menyatakan :

“Ya seperti pendapat Ibu Kepala tadi bahwa dengan pemberian

penjelasan atau pembinaan itulah yang dapat meningkatkan

kinerja pegawai. Jadi beliau berharap setiap pegawai lebih

bekerja secara profesional dan sepenuh hati. Disini juga kita

menerapkan komunikasi dua arah yang memberikan dampak

positif terhadap kinerja pegawai kita dan juga setiap pegawai

akan diberikan teguran bila melakukan kesalahan yang mungkin

saja terjadi.” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).

(31)

setiap pegawai akan diberikan teguran yang sesuai dengan kesalahannya apabila kurang cermat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Wujud dari terlaksananya program yang efektif adalah layanan-layanan memberikan informasi atau pemahaman kepada masyarakat, menjawab segala tuntutan masyarakat atas reformasi pelayanan, dan kemudahan dan kepastian dalam bentuk pelayanannya. Jadi ukuran untuk melihat efektivitas itu ada lima yaitu, pemahaman program, tepat sasaran, tepat waktu, tercapainya tujuan, dan perubahan nyata.

1. Pemahaman Program

Dengan adanya informasi atau kejelasan atas terlaksananya sebuah program akan memudahkan dalam pengaplikasiannya atau pengoperasionalannya. Dan juga, melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir. Masyarakat diharapkan untuk mengerti atas program KIS ini sehingga dapat mewujudkan kepastian layanan dalam pelayanan kesehatan yang berdampak langsung kepada masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul mengenai cara Pihak Puskesmas dalam memperkenalkan program KIS, beliau menyatakan bahwa :

“Seperti yang kita ketahui bersama bahwa program KIS ini

adalah program nasional, dan sosialisasinya juga sudah secara

nasional baik itu melalui bapak Presiden yang mensosialisasikan

langsung maupun melalui Ibu Mentri Kesehatan melalui BPJS

pusa baik dari media massa, media cetak maupun media

(32)

mengetahui dan paham apa itu KIS dan siapa yang layak

mendapatkan KIS tersebut, namun namanya juga sosialisasi tidak

ada yang sempurna, pasti ada saja kalangan bawah tidak tau

informasi tentang KIS, nah kami pihak puskesmas bersama pihak

kecamatan melakukan sosialisasi kerumah-rumah masyarakat

sekaligus mendata kriteria masyarakat yang layak mendapatkan

KIS ini.” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).

Hal yang sama juga dijelaskan oleh Ibu Danawati Rylai yang merupakan peserta pengguna KIS menjelaskan bahwa :

“Saya mengetahui program Kartu Indonesia ini dari berita di tv,

bahwa program ini adalah program layanan kesehatan seperti

askes yang sudah terlebih dahulu ada, namun yang membedakan

ya KIS ini adalah buat masyarakat miskin dan tidak mampu. Kita

yang miskin ini merasa terbantu sekali dek seperti disama

ratakan dengan orang-orang yang mampu jadinya dalam hal

pelayanan kesehatan.” (Hasil wawancara tanggal 23 Oktober

2016).

Berbeda dengan bapak Aruka Maulana yang merupakan peserta pengguna KIS yang menjelaskan bahwa :

Saya tidak tau apa itu Kartu Indonesia Sehat, saya pikir cuma

kartu biasa saja yang semua orang juga bisa mendapatkannya,

tapi cukup terkejut juga ketika dibagikan pihak kelurahan

(33)

bisa mendapatkan karu ini, merasa bersyukur sekali saya karena

kami masyarakat miskin dan tidak mampu ini ternyata

diperhatikan oleh bapak Presiden kita.” (Hasil wawancara

tanggal 23 Oktober 2016).

Dari ketiga jawaban diatas terlihat perbedaan pendapat dimana Ibu Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei agul lebih melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan sistem jemput bola, sementara itu ibu Danawita Rylai yang mengetahui program KIS melalui televisi. Juga bapak Aruka Maulana yang tidak mengetahui tentang program ini tetapi sangat bersyukur ketika mendapatkan KIS dan mendapatkan penjelasan tentang manfaat KIS dari pihak Kelurahan.

Terkait dengan program Kartu Indonesia yang disosialisasikan Puskesmas Sei Agul juga bertujuan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan tahapan prosedur yang jalani dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin pengguna KIS seperti yang dijelaskan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul bahwa :

“Masyarakat yang mau berobat ke puskesmas baik itu peserta

BPJS, KIS maupun berobat menggunakan kartu puskesmas,

biasanya langsung saja mendatangi ruang kartu untuk mendaftar

berobat dan dilakukan verifikasi berkas untuk melihat apakah

terdaftar sebagai masyarakat Kecamatan Medan Barat apa tidak,

jika tidak terdaftar maka akan dikenakan biaya tambahan untuk

berobat, jadi disini tidak ada yang namanya lama menunggu

(34)

bisa menunggu untuk dipanggil sesuai dengan jenis keluhan atau

pengobatan, disini kita ada ruang dokter, ruang imunisasi, ruang

suntik, poli gigi, poli umum, klinik sanitasi, ruang KIA/KB dan

gizi yang mana semua tadi bisa dipakai untuk pengguna KIS dan

setelah selesai berobat bisa menunggu untuk mendapatkan obat

yang semuanya gratis disini. kemudian bagi pengguna KIS

jikalau ingin melakukan rujukan, puskesmas dengan senantiasa

memberikan surat rujukan yang mana pengguna KIS diberikan

keleluasaan dalam memilih rumah sakit rujukan yang masih

dalam cakupan menerima Kartu Indonesia Sehat.” (Hasil

wawancara tanggal 17 Oktober 2016).

Hal yang sama juga dijelaskan ibu Dameria Saragi, Am.K selaku Kepala Loket pendaftaran Puskesmas Sei Agul yang menyatakan :

“kalau mengenai prosedur tata cara berobat di puskesmas,

singkatnya yang pertama itu masyarakat bisa mendaftar dimeja

loket pendaftaran terkait apa datang ke puskemas,bisa saja mau

berobat, konsultasi, minta surat kesehatan, surat sakit, atau mau

minta rujukan rumah sakit. Nah kemudian menunggu sebentar

karena ada verifikasi sedikit dan nantinya dipanggil sesuai

dengan keluhannya tadi, setelah itu baru menunggu lagi diruang

tunggu untuk mendapatkan obat Kalau mengenai pengguna KIS,

(35)

itu prosedur yang harus ditaati dan diikuti dek.” (Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016).

Sejalan dengan Kepala Sub Tata Usaha, ibu Susilawati selaku pengguna Kartu Indonesia Sehat memberikan pendapat yaitu :

“Pertama ya mendaftar ke loket menggunakan kartu KIS nya dek,

terus menunggu sebentar untuk dipanggil, seperti sekarang ini

anak saya yang sakit demam jadi saya bawa berobat dengan

menggunakan kartu KIS, setelah itu diperiksa sama dokternya,

lalu dikasi obat sama perawat, kemudian selesai dan sudah bisa

pulang dan tidak dipungut biaya apapun, kalau anak saya ini

tadinya demam tinggi saya bisa juga mengajukan berobat

kerumah sakit dari puskesmas ini melalui surat rujukan, jadi

sangat membantu sekali KIS ini dek.” (Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016).

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa informan menyatakan bahwa tahapan dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap pengguna Kartu Indonesia Sehat sama yaitu dimulai dari meja loket pendaftaran dengan membawa persyaratan lengkap beserta penjelasan keluhan atau sakit yang sedang dialami. Setelah itu bisa mendapatkan pengobatan dan mendapatkan obat dari puskesmas.

(36)

2. Sasaran

Pemahaman para pelaksana kebijakan terhadap tujuan/sasaran dari program Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu faktor penting penentu berjalannya program dengan baik dan tepat sasaran. Hal ini berkaitan tentang pemahaman informan mengenai kepesertaan program Kartu Indonesia Sehat di wilayah kerja puskesmas Sei Agul, seperti yang dijelaskan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :

“menurut saya yang bisa mendapatkan KIS itu adalah

masyarakat yang kurang mampu, atau dalam hal ini adalah

masyarakat yang miskin, setau saya yang mendata masyarakat

yang bisa mendapat KIS ini adalah Lurah masing” dan di

teruskan ke dinas kesehatan kota atau provinsi sampai keluarnya

KIS ini dan dapat di terima masyarakat yg layak mendapatkan”

(Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).

Sama halnya dengan Kepala Puskesmas, jawaban lain atas pertanyaan tersebut disampaikan oleh Bapak dr.Zuhriah Nst selaku Wakil Koordinator I Puskesmas Sei Agul :

“KIS ini kan hampir sama dengan BPJS dek, tapi yang

membedakan iuran KIS di tanggung pemerintah, nah kalau BPJS

bisa semua orang yang mendaftar, kalau KIS beda lagi, yang bisa

mendapatkan KIS hanya orang tertentu saja yg sudah di data

sebagai orang yang bisa di katakan kurang mampu dek” (Hasil

(37)

Senada dengan Wakil Koordinator, Ibu Tiur Elisabeth yang merupakan pasien yang berobat menggunakan Kartu Indonesia Sehat menyatakan bahwa :

“Program KIS sudah tepat sasaran, karena sangat membantu

masyarakat yang mau berobat apalagi masyarakat yang kurang

mampu seperti kami-kami inilah dek yang mendapatkan KIS ini,

bisa dikatakan yang kurang mampu atau apalah itu namanya,

terkejut juga waktu di bagikan ini ke rumah, terkejutnya ya merasa

bersyukur dan terbantu lah kami dengan adanya KIS ini. Semua

biaya berobat ditanggung sama pemerintah jadi saya merasa

sangat terbantu.” (Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016).

Dari kutipan hasil wawancara dapat diketahui bahwa efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin berkacamata dari tepatnya sasaran itu sendiri sudah menjawab kebutuhan pelayanan yang dituntut masyarakat. Dalam hal ini pihak

3. Tepat Waktu

Kesesuaian penggunaan waktu dalam pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat akan mempengaruhi efektivitasnya program tersebut. Dengan perancangan terhadap proses pelaksanaan program tersebut maka akan dapat mengukur terhadap kesesuaian waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya.

(38)

“Kalau berbicara mengenai waktu ya relatif dek, pengurusan

atau penanganan tiap pasien kan berbeda. Kami disini

menargetkan penanganan pertama itu antara rentang waktu

15-20 menit selesai, Contohnya saja apabila ada peserta KIS yang

cuma sakit biasa saja seperti demam, flu, mual, itu

penanganannya cepat bisa sekitar 20 menit sudah selesai sampai

si pasien mendapatkan obat dan pulang kerumah. Tetapi itu

berbeda terhadap penanganan pasien KIS dengan sakit berat

seperti DBD, diare, kecelakaan lalu lintas Dsb yang

membutuhkan rawat inap bagi pasien, karena di puskesmas ini

belum disediakan ruangan untuk rawat inap dan harus

melakukan rujukan kerumah sakit padahal proses penanganan

nya harus cepat dilakukan, ini adalah salah satu kendala dek di

puskesmas ini terkait dengan tepat waktu karena pelayanan

kesehatan itu menyangkut waktu juga, apabila lama diproses ya

nyawa bisa terancam.” (Hasil wawancara tanggal 17 Oktober

2016).

Sama halnya dengan Kepala Puskesmas, Puspita kumala, Am.Keb selaku perawat di Puskesmas Sei Agul menyatakan :

“kalau dirata-ratakan, 1 orang pasien itu mulai dari pendaftaran

sampai mengambil obat biasanya sekitar 15 sampai 20 menitan,

kami selaku pegawai puskesmas bekerja sudah sesuai standar

(39)

membeda-bedakan pasien berobat menggunakan akses yang mana, apalagi

KIS yang notabene diperuntukkan buat masyarakat miskin, bagi

kami bekerja semaksimal mungkin tanpa melihat status sudah

sangat puas.” (Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016).

Kemudian Ibu Laila yang merupakan pasien pengguna Kartu Indonesia Sehat menyatakan bahwa :

“Biasanya saya berobat pagi menjelang siang dek karena habis

mengantar anak sekolah, saya punya penyakit jantung yang

sudah lama tidak saya periksa karena masalah biaya, kemudian

ketika saya dapat KIS pertama kali, saya coba berobat ke

puskesmas, Alhamdulillah tidak sampai menunggu lama setelah

berkonsultasi dengan dokter, saya diberikan rujukan kerumah

sakit pringadi dan sampai sekarang saya mudah saja kalau mau

berobat dan prosesnya cepat gak sampe nunggu lama, bisa

langsung berobat ke rumah sakit besar.” (Hasil wawancara

tanggal 23 Oktober 2016).

(40)

Puskesmas Sei Agul, hal ini dikarenakan sarana dan prasarana yaitu sistem rawat inap di puskesmas Sei Agul belum ada sehingga tidak memungkinkan bagi pasien yang membutuhkan perawatan medis yang cepat dan perawatan medis lanjutan dapat dilakukan di Puskesmas Sei Agul dan harus meneruskan ke rumah sakit melalui sistem rujukan.

4. Tercapainya Tujuan

Keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan tercapai, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target konkrit. Terkait dengan tahapan perencanaan pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat di Puskesmas Sei Agul sudah dijalankan oleh pihak Puskesmas Sei Agul.

Terkait dengan hal tersebut Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :

“Sesuai dengan Peraturan Presiden No.19 tahun 2016 tentang

Jaminan Kesehatan dalam rangka penerapan jaminan kesehatan

bagi semua warga negara Indonesia maka dibentuklah satu

program nasional yaitu KIS yang merangkul masyarakat yang

tergolong miskin dan tidak mampu agar bisa mendapatkan

layanan kesehatan yang ditanggung pemerintah. Dari isi perpres

tadi saja sudah bisa kita simpulkan dek kalau tujuan utamanya itu

(41)

masyarakat miskin. Yang dulunya masyarakat tidak mampu itu

kan iri terhadap masyarakat sejahtera yang bisa berobat kemana

saja, sekarang dengan adanya KIS jadi mudah-mudahan

kesenjangan di pelayanan kesehatan itu tidak ada lagi dek.”

(Hasil wawancara tanggal 17 Oktober 2016).

Hal serupa diungkapkan oleh Ibu Sylvi selaku pengguna KIS yang mengatakan bahwa :

“kalau saya melihat tujuan dari KIS ini dek sangat bagus,

yaitu untuk merangkul semua masyarakat tidak mampu

seperti ibu sekarang ini untuk tidak takut buat berobat

karena biaya berobat sudah ditanggung oleh pemerintahan

pak Jokowi, saya sangat bangga dengan negara yang

memperdulikan kami ini agar semuanya sama tidak ada

perbedaan dalam memperoleh jaminan kesehatan, kalau

dulu kan kita mau berobat hitung-hitungan dulu dirumah

karena pasti banyak kena biaya, jadi diurungkan dulu

niatnya biarlah uang buat berobat tadi untuk kebutuhan

anak sekolah, kalau sakit kan masih bisa ditahan. Kalau

sekarang mah beda sekali tidak sungkan untuk berobat

apalagi ke rumah sakit untuk opname atau operasi.” (Hasil

(42)

Sehubungan dengan jawaban diatas, Ibu Susilawati juga mengutarakan pendapatnya:

“Kalau saya berpendapat pelaksanaan program itu sudah

tercapailah tujuannya. Melihat dari pelayanan yang saya

dapatkan yang tidak membutuhkan waktu yang lama ketika

berobat adalah sebuah bukti dari usaha dalam pencapaian

program itu. Namun di lingkungan tempat saya tinggal dek di

danau poso tidak semua masyarakat yang mendapatkan KIS ini

walaupun mereka tergolong sudah dan miskin.” (Hasil wawancara tanggal 23 Oktober 2016).

Kesimpulan hasil wawancara diatas bahwa berdasarkan pendapat dari informan keseluruhan bahwa tujuan pelaksanaan ini tercapai dalam rangka penerapan jaminan kesehatan bagi semua warga negara Indonesia. Dari pernyataan diatas, mengemukakan bahwa tujuan adanya program Kartu Indonesia Sehat ini adalah memberikan pelayanan kesehatan yang merata agar tidak ada lagi kesenjangan supaya masyarakat tidak mampu atau miskin dapat merasakan manfaat dari jaminan kesehatan.

5. Perubahan Nyata

(43)

atas pelayanan perlu adanya perbandingan antara sebelum adanya program dan setelah adanya program. Sehingga dapat diukur bila pelaksanaan program tersebut memberikan efek atau dampak bagi terselenggaranya suatu bentuk pelayanan maupun memberikan perubahan nyata bagi masyarakat, seperti yang dijelaskan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul yang menyatakan bahwa :

“Melalui program KIS ini, saya mengharapkan masyarakat sadar

akan kesehatan. Terus terang sudah banyak program pemerintah

di bidang kesehatan yang sangat membantu masyarakat kurang

mampu, saya selaku Kapus sangat bersyukur karena masyarakat

terbantu dan banyak merasa bahwa pemerintah memperhatikan

mereka. Terkait dengan program, KIS ini memberikan pengaruh

besar terhadap kesadaran masyarakat khususnya masyarakat

kurang mampu bahwa sekarang tidak usah malu buat berobat ke

rumah sakit karena memikirkan masalah biaya karena itu semua

ditanggung oleh pemerintah jadi tidak usah malu dan harus

berobat karena kesehatan itu sangatlah penting.” (Hasil

wawancara tanggal 17 Oktober 2016).

Hal serupa diungkapkan oleh Ibu Ratna selaku pengguna KIS yang mengatakan bahwa :

“Selama saya berobat pake KIS ini dek belum pernah rujukan,

masih berobat di sini saja, perubahan nyata yang saya rasakan

(44)

belanja bulanan lah dengan tidak keluar uang untuk berobat, trus

orang puskesmas nya pun baik dan ramah, obat yang di kasih pun

bagus semua tidak ada yg rusak atau kadarluarsa dek” (Sumber:

Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2016).

Sejalan dengan Ibu Ratna, ibu Tiur Elisabeth selaku pengguna Kartu Indonesia Sehat memberikan pendapat yaitu :

“Perubahan yang sangat saya rasakan itu dekku adalah seperti

sekarang ini saya sudah mau melahirkan, selama ini saya contol

kerumah sakit melalu rujukan puskesmas dan tidak ada biaya

yang dipungut padahal saya orang tidak mampu harusnya

berpikir buat berobat kerumah sakit, tapi adanya KIS sangat

membantu saya, sekarang ini saya mau minta surat rujukan

karena saya mau melahirkan sekitar 6 hari lagi jadi mau minta

surat rujukan rumah sakit tempat saya di operasi nantinya dan

lagi-lagi itu tidak ada biaya yang dibebankan kepada saya,

sungguh sangat membantu sekali KIS ini.” (Sumber: Hasil

wawancara tanggal 23 Oktober 2016).

(45)

4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Di Puskesmas Sei Agul

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam pelayanan kesehatan yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat yang meliputi:

1. Faktor-Faktor Pendukung

Sumber daya sarana merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama dan/atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, Jika sarana dikaitkan dengan prasarana dapat dimaknai sebagai seperangkat alat yang dapat digunakan dalam suatu proses kegiatan baik sebagai alat pembantu maupun alat utama yang digunakan untuk mencapai tujuan. Terkait dengan hal tersebut Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul menyatakan bahwa :

“Pada dasarnya kelengkapan sarana dan prasarana pada bagian

ini sudah memadai. Karena pada setiap bagian sudah memiliki

peeralatan masing-masing, Tapi yang namanya sarana dan

prasarana kan pasti ada umurnya jadi kedepannya mungkin ya

perlu adanya perbaikan lah ya contohnya alat-alat di

laboratorium kan mudah rusak, ya kalau bisa juga kekurangan

kita di Puskesmas ini belum bisa berobat rawat inap karena

bangunan kita ini kan masih lantai satu dan renovasi nya juga

sudah lama dilakukan dari tahun 2006 tidak ada lagi renovasi

(46)

pihak Dinas Kesehatan bisa segera di tambah lah ruangan di sini

demi kenyamanan pasien ketika berobat.” (Hasil wawancara

tanggal 17 Oktober 2016).

Masih terkait dengan pertanyaan yang sama, Suhaimi Angkat,S.Sos sebagai Kepala Tata Usaha Puskesmas menerangkan bahwa:

“Menurut saya perlengkapan di Puskesmas ini sudah memadai

atau bisa dikatakan layak lah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat akan kesehatan, contoh nya ya kita itu memiliki

poliklinik set, bidan kit/dafton, imunisasi kit, dental unit, dental

set, laboratorium set. freezer untuk ice bac-type FCW 20 Ek,

Freezer untuk Vaccne RW 4 Ek, Vaccine carier, Timbangan

dewasa, kalau dari sarana menurut saya sudah baik tetapi yang

namanya puskesmas ya ginilah dek kami masih kalah sama rumah

sakit-rumah sakit, maksudnya disini belum ada cek laboratorium,

jadi kalau mau cek laboratorium harus ke puskesmas darussalam

dulu karena disana ada alatnya. Dan lagi kita belum bisa rawat

inap.” (Hasil wawancara tanggal 19 Oktober 2016).

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Puskesmas Sei Agul sudah cukup memadai dan memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pasien untuk berobat. Walaupn kedepannya perlu ada beberapa penambahan atau perbaikan demi meningkatkan pelayanan bagi pasien.

(47)

dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2005:9). Untuk mengetahui hal-hal yang mendukung lainnya bisa dilihat dari kesiapan atau keprofesionalan pegawai Puskesmas dalam melayani masyarakat. Dalam hal ini Puspita Kumala ,Am.Keb yang merupakan perawat menyatakan:

“Kinerja para pegawai di puskesmas sudah sesuai dengan

tupoksinya masing-masing, dimana mereka bekerja berdasarkan

nota tugas yang dikeluarkan oleh KAPUS (Kepala Puskesmas),

selain itu kami selalu mangadakan rapat Lokakarya Mini setiap

bulan di minggu ke-2 terkait dengan kinerja pegawai dan

keluhan-keluhan dari pegawai sehingga semua pegawai dapat

diawasi kinerjanya dengan sangat baik.” (Hasil wawancara

tanggal 19 Oktober 2016).

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kinerja seluruh pegawai puskesmas Sei Agul dapat dikatakan baik, karena mereka bekerja sesuai dengan tupoksinya masing-masing dan berdasarkan nota tugas yang dikeluarkan oleh KAPUS (Kepala Puskesmas).

2. Faktor Penghambat

(48)

hambatan dan tantangan yang harus dihadapi dalam menciptakan efektivitas penyelenggaraan pelayanan, seperti yang dikemukakan oleh Ibu Dr.Hj Iva Purnama selaku Kepala Puskesmas Sei Agul mengenai hambatan dan tantangan didalam pelaksanaan program KIS, beliau menyatakan bahwa :

“Kalau hambatan ya pasti ada beberapa ya, misalnnya pasien

yang tidak sabar dalam mengantri untuk daftar berobat padahal

lagi ramai atau lagi jam istirahat. Namun kami selalu

memberitahukan kepada pasien untuk bersabar dalam mengantri,

dan kami juga membantu pasien terkait kartu KIS yang

bermasalah atau rusak. Kami menghimbau pasien agar

melaporkan kepada BPJS Kesehatan atau Kelurahan agar kartu

tersebut bisa dipakai kembali. Kemudian kekurangan dari

peralatan puskesmas yang belum terlalu lengkap semisal tes

laboratorium dan belum ada nya sistem rawat inap membuat

puskesmas ini hanya bekerja semaksimal mungkin agar bisa

memberikan pelayanan yang terbaik” (Hasil wawancara tanggal

17 Oktober 2016).

Sementara itu Dr.Zuhriah Nst yang merupakan wakil Koordinator I menyatakan:

“Masalah yang pernah terjadi di Puskesmas ini yaitu peserta

pengguna KIS pernah balik lagi ke Puskesmas karena Rumah

Sakit tempat rujukan tidak menerima padahal dari data BPJS

(49)

pengguna kartu KIS, ada lagi permasalahan yang mana masih

banyak masyarakat yang mengeluh tidak mendapatkan KIS

padahal dia tergolong susah/tidak mampu dan mereka datang ke

Puskesmas untuk meminta jawaban padahal peserta JKN-KIS ini

di data oleh kelurahan yang berkoordinasi dengan BPJS, kalau

ada kesilapan bisa mendatangi kelurahan dan bertanya dan jika

terbukti sebagai masyarakat yang kurang mampu maka petugas

kelurahan dapat berkoordinasi dengan BPJS agar mengeluarkan

KIS, jadi masih bisa kok masyarakat mendapatkan KIS dengan

aktif langsung menanyakan dan menagih karena KIS ini adalah

hak semua warga Negara Indonesia sebagai tanggung jawab

Negara dalam memberikan kesejahteraan sosial (Hasil wawancara tanggal 19 Oktober 2016).

Kemudian Ibu Layla sebagai peserta KIS menyatakan :

“Kalau hambatannya sih ya antrian mau daftar berobat yang

cukup panjang pada saat jam padat, karena kan kita ikut program

KIS jadi kalau mau berobat harus ngantri cek kartu dulu baru

bisa berobat enggak seperti berobat mandiri tinggal lapor apa

sakitnya langsung ditunjuk polinya. dan masalah yang lain

adalah ada keluarga saya yang susah sekali hidupnya tetapi tidak

mendapatkan KIS, coba adek telusuri nanti ya kenapa bisa ada

orang yang memang layak dapat tapi tidak diberikan Kartu

(50)

Sementara itu ibu Ratna Sembirng menjelaskan:

“Kekurangan nya ya cuma di sini tidak ada rawat inap, kan kalau

sakit demam dan sebagainya bisa d rawat di sini tidak harus

opname kerumah sakit karna lebih enak disini lebih kenal

orang-orangnya dan tidak harus jauh-jauh jalan ke rumah sakit. (Hasil

wawancara tanggal 22 Oktober 2016).

(51)

BAB V

ANALISIS DATA

Dalam bab ini peneliti akan melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang disajikan dalam bab sebelumnya. Adapun analisa yang dilakukan adalah teknik analisa kualitatif dengan metode deskriptif dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informasi sesuai rumusan masalah dalam penelitian ini.

Dari seluruh data dan informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui studi pustaka, wawancara dengan informan yang diharapkan mewakili seperti dari Kepala Puskesmas, Wakil Koordinator I Puskesmas, Kepala loket, Kepala Tata Usaha, Perawat dan Masyarakat pengguna KIS yang melakukan pengobatan di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat. Data yang telah diperoleh oleh penulis telah disusun secara sistematis pada bab sebelumnya, baik melalui wawancara, observasi di lokasi penelitian, dan juga data sekunder berupa berkas maupun catatan-catatan yang diperoleh penulis dilapangan sebagai data pendukung dari penelitian ini.

(52)

5.1 Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat dalam Pelayanan Kesehatan

(53)

mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga membuat semua masyarakat merasakan manfaat jaminan negara tentang kesehatan.

Gambaran dari pelaksanaan program yang efektif adalah program yang dilaksanakan dapat dipahami oleh masyarakat, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya tujuan, dan adanya perubahan nyata.

5.1.1 Pemahaman Informan mengenai Program Kartu Indonesia Sehat

Pelaksanaan program yang dijalankan oleh suatu lembaga/organisasi pemerintahan harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat. Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, program Kartu Indonesia Sehat adalah program nasional dibidang kesehatan dalam rangka mencapai jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia pada tahun 2019.

(54)

Barat jadi mengetahui dan sadar bahwa pemerintah melalui Kartu Indonesia Sehat peduli terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu dengan menjamin pengguna Kartu Indonesia Sehat mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dengan masyarakat lainnya.

5.1.2 Ketepatan Sasaran

Sesuai dengan Perpres No 16 tahun 2016 ayat 1 menyatakan bahwa Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoreh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebuhrhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Penerima bantuan iuran Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai program Jaminan Kesehatan. Berdasarkan Perpres No 16 peserta JKN-KIS adalah fakir miskin dan masyarakat tidak mampu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara dan observasi.

(55)

agar dapat memenuhi kebutuhan dasar layak yang akan sangat menentukan kualitas hidup warga negara. Dengan demikian pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat tidak mampu dalam memperoleh kemudahan dalam pelayanan.

5.1.3 Tepat Waktu

(56)

Hasil penelitian pada indikator ini menunjukkan hasil yang efektif tetapi belum maksimal, terlihat dari mayoritas informan yang menyatakan bahwa jangka waktu proses mendapatkan pelayanan kesehatan bagi peserta KIS sudah sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati dan diinformasikan, Namun didalam proses agar suatu pelayanan itu bisa tepat waktu belum bisa terlaksana dengan baik di Puskesmas Sei Agul, hal ini dikarenakan sarana dan prasarana yaitu sistem rawat inap di puskesmas Sei Agul belum ada sehingga tidak memungkinkan bagi pasien yang membutuhkan perawatan medis yang cepat dan perawatan medis lanjutan dapat dilakukan di Puskesmas Sei Agul dan harus meneruskan ke rumah sakit melalui sistem rujukan.

5.1.4 Tercapainya Tujuan

(57)

dalam Jaminan Kesehatan Nasional dimana semua masyarakat wajib mendapat perlindungan kesehatan termasuk juga masyarakat miskin yang menjadi program JKN-KIS.

Berdasarkan wawancara dengan informan, maka dapat dilihat bahwa tujuan dari program KIS adalalah untuk menjamin kesehatan seluruh masyarakat Indonesia yang tergolong miskin, namun bagi ruang lingkup pihak Puskesmas lebih mengarah kepada menjamin kesehatan seluruh masyarakat Kecamatan Medan Barat.

(58)

5.1.5 Perubahan Nyata

Perubahan atau reformasi merupakan salah satu bentuk berhasil atau tidaknya suatu program dilaksanakan. Suatu program dapat dikatakan efektif apabila program tersebut dapat berjalan dengan baik serta dapat memberikan hasil yang nyata kepada kelompok sasaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa keseluruhan informan yang adalah pengguna Kartu Indonesia Sehat merasakan ada perubahan nyata atas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat terhadap pelayanan kesehatan. Bagi Puskesmas sebagai pengelola, Kartu Indonesia Sehat mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan adil bagi kelompok sasaran. Bagi masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran menilai mereka merasa puas dengan hasil pelayanan dan program-program yang diberikan oleh puskesmas sehingga tidak ada batasan-batasan ketika masyarakat miskin atau tidak mampu untuk mau mendapatkan pelayanan kesehatan. Dengan adanya program Kartu Indonesia Sehat ini, pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan kurang mampu dapat lebih dirasakan manfaatnya.

5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Di Puskesmas Sei Agul

1. Faktor Pendukung

(59)

1. Tersedianya fasilitas yang cukup lengkap untuk melayani masyarakat miskin pengguna KIS seperti tersedianya komputer/laptop, printer, meja, kursi, Wi-Fi(internet), poliklinik set, bidan kit/dafton, imunisasi kit, dental unit, dental set, laboratorium set. freezer untuk ice bac-type FCW 20 Ek, Freezer untuk Vaccne RW 4 Ek, Vaccine carier, Timbangan dewasa,

Berbagai fasilitas tersebut berfungsi dalam menunjang pelayanan kesehatan pada masyarakat pengguna Kartu Indonesia Sehat yang telah ditetapkan berdasarkan standar operasional prosedur dalam mewujudkan kepuasan pelayanan kesehatan pada masyarakat.

2. Dokter, pegawai serta perawat yang berpengalaman dan memiliki kemampuan/keahlian yang baik dibidangnya masing-masing membuat kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat pengguna KIS dapat dipenuhi dengan semaksimal mungkin, serta komunikasi dua arah yang baik antara atasan dan bawahan dan komunikasi antara pelayan kesehatan dengan masyarakat membuat kinerja puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan secara keseluruhan dapat berjalan dengan baik.

2. Faktor Penghambat

(60)

memuaskan masyarakat dalam menyikapi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat tersebut.

Tahapan pelaksanaan suatu program merupakan tahapan yang paling krusial dalam mencapai keberhasilan dari suatu program. Melalui tahapan ini akan diberikan suatu gambaran apa yang menjadi penyebab berhasilnya atau tidaknya suatu kebijakan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan dari program atau kebijakan tersebut. Faktor penghambat ini dibagi menjadi dua yaitu faktor penghambat yang berasal dari internal Puskesmas Sei Agul dan faktor yang berasal dari eksternal Puskesmas Sei Agul.

(61)
(62)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Efektivitas pelaksanaan program Kartu Indonesia Sehat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Sei Agul maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Program JKN-KIS di Puskesmas Sei Agul kecamatan Medan Barat sudah berlangsung dari awal tahun 2015 dimana program ini diluncurkan serentak oleh Pemerintah Pusat di seluruh Indonesia dan hingga saat ini penyelenggaraan Program Kartu Indonesia Sehat di Puskesmas Sei Agul sudah berjalan sesuai dengan peraturan serta pedoman pelaksanaanya. Terlihat dari adanya komitmen atau kebijakan dari Puskesmas Sei Agul, alur pelayanan yang sudah mengikuti prosedur, hingga peraturan pelaksana yang dibentuk untuk mendukung penyelenggaraan program.

(63)

pelaksana Kartu Indonesia Sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan guna mendukung efektivitas dari program tersebut dinilai telah memadai terlihat dari sarana dan sumberdaya manusia yang dimiliki serta terlihat dari kepuasan pasien peserta Kartu Indonesia Sehat ketika menggunakan Kartu Indonesia Sehat di Puskesmas Sei Agul.

3. Berbagai kendala yang dihadapi Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat antara lain adalah belum lengkapnya fasilititas rawat inap bagi pasien di Puskesmas Sei Agul membuat masyarakat di wilayah kerja Puskesmas harus mengajukan rujukan kerumah sakit terdekat agar bisa melakukan rawat inap. Banyak juga masyarakat yang belum mendapatkan KIS membuat masyarakat menyalahkan Puskesmas Sei Agul. Padahal Sejatinya Puskesmas Sei Agul merupakan unit pelaksana tugas Dinas Kesehatan dalam hal pelayanan Kesehatan, sedangkan yang melakukan pendataan dan membagikan Kartu Indonesia Sehat adalah Kelurahan yang mana kepling/ketua RT melakukan survei terlebih dahulu. Ada juga kendala masyarakat kurang pengetahuan/sosialisasi akan manfaat KIS padahal sudah mendapatkan KIS.

6.1.2 Saran

Berdasakan penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyadari betapa penting dan berartinya Kartu Indonesia Sehat dalam mewujudkan terciptanya pelayanan kesehatan yang merata bagi semua masyarakat Indonesia. Oleh karena itu penulis menyarankan :

(64)

a. Agar pihak Puskesmas Sei Agul kedepannya lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan kesehatan, terutama bagi masyarakat tidak mampu pengguna KIS.

b. Semakin meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia agar dalam pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama pengguna KIS dapat berjalan sebaik mungkin.

c. Selalu sabar dalam menangani pasien yang berobat dan tetap membantu pasien peserta KIS yang belum paham tentang banyaknya manfaat yang bisa dirasakan dari Kartu Indonesia Sehat.

2. Kecamatan Medan Barat

Kecamatan Medan Barat harus lebih memperhatikan pendataan calon peserta Kartu Indonesia Sehat. Hal tersebut sangat penting agar masyarakat yang mendapatkan KIS adalah masyarakat yang benar-benar tidak mampu supaya nantinya program KIS ini bisa berjalan dengan tepat guna dan tepat sasaran.

3. Dinas Kesehatan Kota Medan

(65)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bentuk penelitian deskriptif dengan analisis data kualitatif. Menurut Nawawi (2005: 64) bahwa bentuk deskriptif yaitu bentuk penelitian yang memusatkan perhatian pada masalahmasalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat.

2.3 Informan Penelitian

(66)

1. Informan kunci (key informan) yakni mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang di teliti, yang pada penelitian ini adalah Kepala Puskesmas Sei Agul.

2. Informan utama yakni mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang sedang di teliti, yaitu masyarakat peserta Kartu Indonesia Sehat yang menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Sei Agul.

3. Informan tambahan yakni mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang di teliti. Pada penelitian ini yang menjadi informan tambahan adalah Staf pengelola program BPJS-Kesehatan Puskesmas Sei Agul, Dokter dan Pegawai dan Perawat Puskesmas Sei Agul.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrumen sebagai berikut :

(67)

b. Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala- gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data- data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan- bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku- buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

(68)

2.5. Teknik Analisis Data

Gambar

Gambar 3.1 Wilayah kerja Puskesmas Sei Agul Medan
Tabel 3.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tabel 3.5 Data Agama Penduduk
Tabel 3.6 Data Sarana Kesehatan Lingkungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. Universitas