• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fasilitas dan Utilitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

7. Fasilitas dan Utilitas

Fasilitas dan utilitas yang disediakan sudah cukup beragam, namun jumlah yang disediakan tidak mencukupi kebutuhan pengguna. Selain itu, setiap bentukan fasilitas yang disediakan terlalu formal dan dirasa kurang menyatu satu sama lain dalam segi konsep material dan bentukan desain. Oleh karena itu, kesatuan material dan penambahan fasilitas seperti tempat duduk, tempat sampah, lampu, dan lainnya perlu ditingkatkan dari segi jumlah dan bentukan desain untuk memperkuat konsep taman serta lebih menarik pengunjung.

8. Visual

Loidl H dan Benard S (2003) membagi kemampuan seseorang dalam melihat karya seni secara sempurna dengan sudut pandang vertikal dan horizontal. Sudut pandang pejalan kaki secara horizontal sebesar 60o, sedangkan secara vertikal sebesar 30o (Gambar 22). Sudut pandang ini perlu diperhatikan dalam penataan patung. Penjelasan lebih lanjut mengenai analisis visual dapat diperjelas melalui Gambar 23 yang lebih membahas analisis good view dan bad view.

Sumber: Loidl H dan Benard S (2003)

Gambar 22 Sudut pandang pejalan kaki terhadap karya seni Aspek Seni

1. Elemen Seni dan Estetika

Taman Sektor Barat merupakan bagian dari elemen non-alami yang sengaja dibuat oleh manusia, bentukan desain yang ditampilkan hanya menyelaraskan dengan topografi yang relatif datar yaitu dengan menggunakan pola geometrik. Menurut Andrea (2012), setiap bentukan elemen memberikan kesan tersendiri dari segi fungsi dan estetikanya. Dari segi estetika baik elemen lunak (soft material) maupun elemen keras (hard material) sebaiknya tetap diperhatikan demi menjaga keutuhan desain yang ditampilkan.

35 Ga mbar 23 P eta ana li sis visual

36

2. Karya Seni

Bentukan patung pada Taman Sektor Barat masih dirasa kurang kuat, diantaranya peletakan Patung Moh. Husni Thamrin dan artwork berupa bambu dari tembaga yang dinamakan Air Mancur Pesona Monas, berdasarkan pengamatan keduanya tidak memiliki hubungan yang spesifik. Oleh karenanya, dibutuhkan satu konsep menarik yang menyatukan setiap elemen-elemen taman. 3. Prinsip Desain

Berdasarkan pengamatan di lapang mengenai prinsip-prinsip desain yang digunakan pada tapak, diperoleh analisis seperti yang tercantum pada Tabel 10. Tabel 10 Analisis prinsip-prinsip desain pada tapak

No. Prinsip Desain Analisis Sintesis Gambar 1 Harmony

(selaras)

Keberadaan air mancur yang berada ditengah tapak merupakan pottensi kuat sebagai penyelaras tapak Tetap mempertahankan keberadaan air mancur dan sebaiknya menjadi ruang inti 2 Contrast (kontras) Kontras utama di Taman Sektor Barat maupun di taman monas adalah Tugu Monas yang menjadi

centre of attention Taman Sektor Barat merupakan kesatuan Taman Monas, oleh karenanya pandangan ke arah Tugu Monas 3 Repetition (ulangan) Penataan vegetasi berulang dapat berpotensi sebagai background karya seni Tetap mempertahankan keberadaan glodogan tiang sebagai background karya seni 4 Unit (kesatuan)

Kesatuan pada tapak kurang terlihat

Membuat konsep baru yang menguatkan keberadaan axis

antara Tugu Monas dan Tugu Monas, penggunaan konsep kemerdekaan dirasa dapat menjadi alternatif 5 Balance (seimbang)

Setiap bagian tapak menunjukan

keseimbangan dalam bentuk softscape dan

hardscape

Keseimbangan ini sebaiknya

dipertahankan dan dikembangkan

37 Tabel 10 Analisis prinsip-prinsip desain pada tapak (lanjutan)

No. Prinsip Desain Analisis Sintesis Gambar

6 Simplicity

(sederhana)

Kesederhanaan tapak terlihat pada

hamparan rumput dan plaza-plaza yang memberi kesan formal Sebaiknya tapak tetap dibuat sesederhana mungkin dengan pola geometrik yang terkesan formal 7 Emphasis (aksentuasi) Aksentuasi tetap terfokus pada Tugu Monas Tetap mempertahankan axis dan aksentuasi yang ada 8 Scale (proporsi) Pembagian ruang kurang jelas Sebaiknya diperlukan penataan ruang pada tapak

Sumber gambar: dokumentasi pribadi, 2013 Aspek Sosial

1. Pengelola

Bentuk pengelolaan yang dilakukan Suku Dinas Pertamanan Jakarta Pusat terhadap Taman Monas mengacu pada buku panduan perencanaan awal yang disusun oleh pihak perencana dan berdasarkan persetujuan Gubernur Surjadi Soedirdja (1995). Dalam buku panduan yang berjudul “Rencana Tapak dan Pedoman Pembangunan Fisik Taman Medan Merdeka”, tertulis beberapa pakem perencanaan yang harus dipertahankan atau tidak.

Mengenai tata letak setiap ruang, baik Ruang Agung, Sektor Utara, Sektor Timur, Sektor Selatan, maupun Sektor Barat tidak dapat dirubah letak posisinya. Hal ini juga berlaku pada pintu masuk utama pada Jalan Silang Merdeka, karena akan berpengaruh terhadap lingkungan tapak yang merupakan pusat pemerintahan Indonesia. Pada Sektor Barat, pola yang digunakan tetap harus menggunakan pola geometrik, namun bentukan pola-pola yang sekarang dapat dirubah dan diperbaiki. Selain itu, setiap sektor sudah ditentukan pemanfaatanya, seperti Ruang Agung tempat bagi wisatawan yang ingin masuk kedalam Tugu Monas dan mempelajari sejarah kemerdekaan Indonesia. Sektor Utara yang berfungsi untuk acara kenegaraan dengan sistem keamanan yang ketat, Sektor Selatan sebagai area konservasi vegetasi dan satwa. Sedangkan, Sektor Barat yang merupakan area seni dan pertunjukan.

Pintu masuk Taman Sektor Barat terdapat pada bagian paling timur taman ini, beberapa pintu masuk juga disediakan dari arah Jalan Silang Merdeka yang juga memudahkan pengunjung memasuki tapak ini. Dalam tapak terdapat zona

38

konservasi yang tidak dapat dirubah baik dari segi tata letak maupun vegetasi eksistingnya. Pada Sektor Barat juga terdapat sebuah kolam air mancur menari yang cukup luas yang merupakan zona inti yang tidak dapat dirubah. Zona inti dimaksudkan agar setiap pengunjung yang masuk ke dalam sektor dapat langsung dari area pelataran Medan Merdeka. Hal-hal yang disebutkan dalam Master Plan tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam mendesain tapak.

2. Pengguna

Monas yang menampilkan display patung dirasa kurang mempengaruhi tingkat kesadaran responden terhadap keberadaan patung tersebut, hanya 37% responden yang menyadari keberadaan patung-patung tersebut (Gambar 24 (a)). Dari 37% responden yang menyadari keberadaan patung-patung di Taman Monas, hanya 18% yang mengatakan kondisi patung-patung tersebut dalam kondisi baik, 57% mengatakan cukup baik, dan 25% mengatakan patung-patung tersebut dalam kondisi kurang baik (Gambar 24 (b)). Kondisi patung dikatakan baik, jika setiap bagian dari tubuh patung masih utuh dan pelapis patung tidak terkelupas. Kondisi Monas yang kental akan konsep kemerdekaan Indonesia kurang diimbangi oleh apresiasi masyarakat terhadap benda-benda seni bersejarah di Monas, hal ini mencetuskan ide untuk merancang Taman Patung di Taman Monas.

Gambar 24 (a) Tingkat kesadaran responden dan (b) persepsi responden terhadap patung-patung di Taman Monas

Sebanyak 92% dari 60 responden menyetujui rencana ini. Beberapa dari mereka menambahkan bahwa rancangan ini akan menambah nilai artistik Monas dengan menambahkan unsur sejarah perjuangan kemerdekaan dan tentunya menambah minat wisatawan untuk berkunjung ke Monas. Fungsi-fungsi yang sebaiknya ditampilkan menurut persepsi dominan responden yang mengatakan adanya fungsi aktif dan pasif, yang didukung oleh data kuantitatif sebanyak 31 responden. Sebanyak 18 responden mengatakan patung hanya dapat ditampilkan dengan fungsi pasif (patung hanya sebagai display) dan 8 responden lainnya mengatakan hanya dengan fungsi aktif (dapat digunakan untuk beraktifitas). Persepsi ini diperjelas dalam diagram yang ditunjukan pada Gambar 25.

Gambar 25 (a) Persepsi responden terhadap perancangan dan (b) fungsi yang sebaiknya terdapat pada patung-patung yang akan dipamerkan

39 Konsep

Konsep Dasar

Sejarah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia yang memberikan pelajaran kehidupan. Dengan mempelajari sejarah, manusia akan mendapatkan gambaran tentang kehidupan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau. Kehidupan dan peristiwa-peristiwa tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman hidup saat ini dan masa yang akan datang. Salah satu sejarah yang dapat dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia adalah sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya.

Perjalanan sejarah Indonesia dilalui dengan beberapa kali penjajahan oleh bangsa asing seperti Portugis, Belanda, Jepang, dan bangsa lain. Penjajahan yang paling mendekati era kemerdekaan yaitu pada era pendudukan Jepang yang berlangsung dari tahun 1942 sampai tahun 1945. Pada era tersebut, Indonesia mengalami masa-masa paling sulit yang diwarnai dengan perubahan-perubahan penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Namun, berkat era kependudukan Jepang inilah, akhirnya Indonesia dapat mewujudkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini akan memperkuat konsep Taman Monas yang juga mengusung kemerdekaan sebagai konsep utama.

Konsep dasar Taman Sektor Barat ini mengangkat mengenai era perjuangan rakyat Indonesia menuju kemerdekaan. Pengangkatan konsep ini, disesuaikan dengan konsep kemerdekaan Indonesia pada keseluruhan Taman Monas. Konsep ini menekankan pada unsur-unsur sejarah yang menceritakan bagaimana para pejuang Indonesia berjuang menuju kemerdekaannya, serta menyajikan hal-hal penting yang terjadi pada era tersebut. Konsep ini menekankan pada unsur seni dan sejarah, khususnya tahun 1942 hingga 1945, dengan harapan dapat mengingatkan kembali memori masa perjuangan dan meningkatkan semangat kemerdekaan bagi pengunjung. Selain itu, konsep ini diharapkan menjadikan Taman Patung Sektor Barat sebagai pendukung keberadaan Tugu Monas dan sebagai pendukung sektor lainnya.

Konsep Desain

Konsep desain menjadi dasar landasan dalam pengembangan pola dan penggunaan elemen lanskap yang dapat diterapkan pada tapak. Pola-pola yang dipilih dalam konsep desain dapat membentuk karakter tapak, baik dalam pembagian zona, pola sirkulasi, penataan vegetasi maupun secara visual.

Semangat perjuangan masyarakat Indonesia terhadap kemerdekaan disimbolkan dengan bambu runcing. Hal ini sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada tahun 1941, ketika itu Kiai Noer (Putera Kiai Subchi) yang mengusulkan pada pasukan Hizbullah-Sabilillah yang dipimpin oleh Kiai Subchi untuk mempersenjatai diri melawan penjajah dengan cucukan (bambu yang diruncingkan ujungnya). Bambu dipilih karena merupakan senjata sederhana yang mudah diperoleh dan dibuat. Pamor penggunaan bambu terkenal saat memasuki era pendudukan Jepang (1942-1945), dalam beberapa kali peperangan bambu runcing digunakan para pejuang dan berhasil memenangkan peperangan hingga akhirnya kemerdekaan Indonesia tercapai. Dalam beberapa peperangan yang dimenangkan oleh para pejuang, maka beredarlah pepatah “Hanya dengan bambu

40

Atas dasar kepamorannya pada era pendudukan Jepang, bambu runcing yang merupakan simbol kekuatan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia diangkat menjadi konsep desain pada taman ini. Bambu runcing yang biasa disandingkan dengan bendera merah putih, memberikan makna-makna tertentu. Penjabaran makna-makna yang terkandung dalam bambu runcing dapat diaplikasikan dalam lima bagian dan ditransformasikan pada Gambar 26:

a. bendera merah putih pada bambu runcing sebagai pembentuk karakter pada tapak. Pada beberapa ruang akan menampilkan transformasi warna merah dan putih bendera.

b. bambu runcing, menghasilkan garis-garis tegas yang dapat ditransformasikan menjadi pola geometrik.

c. pola utuh bambu runcing dapat dikembangkan dalam bentukan karya seni. d. bentukan bambu runcing dapat dikembangkan dalam bentukan hardscape

dan juga dapat menambahkan kebun bambu pada area tertentu.

e. gradasi warna hijau yang dihasilkan pada bambu runcing, mendasari pemilihan warna vegetasi pada tapak.

Sumber gambar: www.google.com

41 Konsep Ruang dan Aktivitas

Penataan ruang pada tapak didasarkan pada analisis dan sintesis aspek fisik dan biofisik tapak yang disesuaikan dengan aktifitas dominan yang dilakukan pengunjung. Penataan ruang dibagi menjadi tiga zonasi yaitu Zona Penerimaan, Zona Display, dan Zona Konservasi. Zona Penerimaan memiliki dua sub zona yang terdiri dari Plaza Penerimaan sebagai pintu masuk utama dan Lorong Sejarah sebagai ruang transisi menuju sub zona selanjutnya. Patung-patung ditata dalam Zona Display yang didalamnya terdapat sub zona yang saling berhubungan, yaitu Plaza Kerakyatan, Plaza Perjuangan, Ampiteater 1 dan 2, Plaza Siluet Pejuang, Air Mancur Kemerdekaan, Plaza Perdamaian, dan Plaza Kebangsaan. Sedangkan, pada Zona Konservasi, vegetasi-vegetasi eksisting dipertahankan pada Area Konservasi Vegetasi dengan penambahan Kebun Jarak (Ricinus communis, vegetasi utama yang ditanam paksa pada era pendudukan Jepang) dan Kebun Bambu (Bambussa sp., untuk memperkuat konsep desain yang menggunakan bambu runcing). Selain itu, terdapat Area Konservasi Satwa untuk menjadi habitat satwa yang telah ada dan juga mendatangkan satwa lain dengan penggunaan pemilihan vegetasi pengundang satwa. Area ini didominasi oleh burung. Untuk lebih memahami pergerakan yang diharapkan dari pengunjung dalam menelusuri tapak, maka dibutuhkan sebuah sequence. Dari setiap pergerakan pengunjung, diharapkan menghasilkan aktifitas dalam pergerakan aktif dan pasif. Aktif berarti pengunjung dapat bergerak dengan bebas dalam berekreasi dan bersosialisasi, sedangkan pasif, pengunjung diharapkan menjadi penikmat dari karya seni ada. Penataan konsep ruang, sequence, dan aktifitas dapat dilihat pada Gambar 27.

42

Setiap zonasi yang terbagi atas beberapa ruang yang menyediakan berbagai fasilitas yang disesuaikan berdasarkan analisis aspek sosial dengan memperhatikan kebutuhan ruang terhadap aktifitas dan fasilitas. Keterangan mengenai penataan ruang dan fungsi ruang terhadap aktifitas pengguna dapat di jelaskan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Penataan ruang, aktifitas, dan fasilitas

Zonasi Elemen Ruang Aktifitas Fasilitas Zona

Penerimaan

Plaza Penerimaan Penyambutan, tempat berkumpul

Signage, vegetasi

display, papan informasi Lorong Sejarah Mencari dan

mendapatkan informasi

Papan informasi, pergola, papan-papan interpretasi sejarah Zona Display Air Mancur

Kemerdekaan

Menikmati karya seni Patung pada water feature, permainan

lighting

Plaza Kerakyatan Menikmati karya seni Patung, hamparan rumput

Plaza Perjuangan Menikmati karya seni Patung, vegetasi display

Ampiteater 1 dan 2 Menikmati pertunjukan karya seni, berisitirahat

Tempat duduk panjang

Plaza Siluet Pejuang Menikmati karya seni Patung, permainan

lighting

Plaza Perdamaian Menikmati karya seni Patung, vegetasi display

Plaza Kebangsaan Menikmati karya seni Patung, hamparan rumput

Zona Konservasi

Area Konservasi Satwa Main bersama burung-burung

Plaza, rumah burung

Area Konservasi Vegetasi Berjalan-jalan, piknik, mengenal vegetasi Beragam vegetasi eksisting

Kebun Jarak dan Kebun Bambu

Berjalan-jalan, mengenal vegetasi

Vegetasi jarak dan bambu

Konsep Vegetasi

Fungsi vegetasi dalam seni karya patung dapat memberi peranan penting, menurut Booth (1983), vegetasi dapat memberikan dua fungsi terhadap karya seni yaitu sebagai foreground dan background. Penggunaan vegetasi sebagai

foreground adalah dengan meletakkan vegetasi di depan atau di jarak tertentu

terhadap karya seni, sedangkan fungsi background menempatkan vegetasi tepat berada di belakang karya seni yang dipamerkan (Gambar 28 dan 29).

43

Gambar 29 Fungsi vegetasi sebagai background (Booth 1983)

Menurut Booth (1983), vegetasi juga dapat digunakan untuk melengkapi tapak dengan berbagai fungsi yang dimilikinya. Salah satu fungsi yang dimiliki vegetasi dalam tapak adalah sebagai pembentuk ruang atau disebut dengan enclosured vegetation. Beberapa kriteria fungsi vegetasi yang termasuk ke dalam enclosured vegetation yaitu open space, canopied space, vertical space, open

horizontal space, dan enclosed horizontal space. Bentukan enclosured vegetation

(Booth 1983) dapat diperjelas pada Gambar 30.

Gambar 30 Enclosured vegetation

Berikut merupakan penjelasan kriteria fungsi vegetasi (Booth 1983);

a. open space merupakan area dalam tapak yang tidak ditutupi dengan vegetasi

tinggi, biasanya hanya dipenuhi dengan rerumputan.

b. canopied space merupakan area dalam tapak yang tertutupi oleh vegetasi-

vegetasi penaung, ruang ini dapat meningkatkan kenyamanan saat cuaca sangat panas.

c. vertical space merupakan area yang dikelilingi oleh vegetasi yang

menjulang keatas, sehingga area tersebut terkesan tinggi.

d. open horizontal space merupakan area terbuka dengan tatanan vegetasi yang

ketinggiannya tidak beragam, biasanya menggunakan vegetasi display, dan akan memberi kesan luas dengan jangkauan view lebih jauh.

44

e. enclosed horizontal space merupakan area tertutup dengan tatanan vegetasi

yang ketinggiannya tidak beragam, memberi kesan sempit.

Berdasarkan analisis vegetasi dan teori Booth (1983) mengenai enclosured vegetation, jika dipolakan pada tapak dapat ditunjukan pada Gambar 31.

Gambar 31 Konsep enclosured vegetation Konsep Sirkulasi

Menurut Booth (1983), bentukan pola sirkulasi dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu casual, controlled, dan nervous (Gambar 32). Jika diadaptasi dengan bentukan bambu runcing, maka pola geometrik yang dimaksud akan lebih mengarah pada pola controlled yang terkesan lebih tegas.

Gambar 32 Pola sirkulasi menurut Booth (1983)

Pada aplikasi pola sirkulasi didominasi oleh pola controlled, menonjolkan pola geometrik yang ditransformasikan dari bentukan bambu runcing. Konsep pola sirkulasi ini dapat ditunjukan pada Gambar 33. Jenis sirkulasi pada tapak dibagi menjadi tiga diperjelas pada Tabel 12.

45 Tabel 12 Jenis sirkulasi

Jenis Sirkulasi Pengertian Lebar Jalur Dimensi Sirkulasi

primer

Sirkulasi utama pejalan kaki pada tapak

> 7.2 meter Sirkulasi sekunder Sirkulasi yang menghubungkan sirkulasi primer ke sirkulasi lainnya pada tapak, sirkulasi ini dapat dilalui dua sampai empat orang

2.4 meter

Sirkulasi tersier

Sirkulasi yang menghubungkan antar ruang dan hanya dapat dilalui oleh satu atau dua orang

1.2 meter

Pintu masuk utama berada pada welcome area, dan tersedia beberapa pintu masuk lainnya yang dapat diakses melalui jalur Jalan Silang Merdeka yaitu pada bagian utara dan selatan tapak. Selain itu, pada beberapa titik terdapat titik kritis yang merupakan suatu spot dimana terjadi pertemuan persilangan sirkulasi pengunjung. Pada spot ini biasanya cenderung membuat pengunjung keluar dari jalur utama untuk menghindari jalur yang padat. Hal ini mendasari konsep sirkulasi dengan beberapa jalur alternatif berupa sirkulasi tersier yang akan mengarahkan ke jalur utama, sehingga pengunjung tetap dapat menikmati keseluruhan alur cerita tapak

Konsep Penataan Patung

Penataan patung merupakan pengembangan konsep desain yang dipadukan dengan konsep ruang dan sirkulasi, patung-patung yang dipamerkan memiliki alur cerita yang membawa pengunjung terus menikmati Taman Patung ini. Tapak ini mempunyai tujuh spot penataan patung yang saling berhubungan. Konsep ini ditekankan pada Tugu Monas yang tetap menjadi point of interest tapak dengan mengusung konsep borrowing view (Gambar 34).

46

Konsep Visual

Penataan patung-patung yang dipamerkan disesuaikan dengan teori Loidl H dan Benard S (2003) yang menyatakan bahwa penglihatan pengguna pejalan kakiterhadap suatu objek secara horizontal field sebesar 60o dan vertical field sebesar 30o. Kaidah penggunaan sudut-sudut ini diberlakukan pada semua karya seni yang ditampilkan pada setiap sub ruang.

Konsep visual ini membagi tapak menjadi tiga ketegori area, yaitu area display patung, area hijau, dan area air. Area display patung merupakan spot-spot yang memamerkan patung-patung didalamnya. Area hijau merupakan spot yang didalamnya merupakan konservasi baik vegetasi maupun satwa. Sedangkan yang terakhir merupakan area air, yaitu spot dimana terdapat sebuah kolam air mancur yang besar dengan permainan kecepetan air dan lighting dimalam hari. Pembagian konsep visual ini juga mempertimbangkan konsep ruang yang telah dibuat, gambaran visual dan konsep suasana yang ingin dimunculkan pada tapak disajikan pada Gambar 35.

Gambar 35 Konsep visual

Block Plan

Pada tahap perancangan setiap konsep dan pengembangannya di overlay dalam sebuah konsep yang dinamakan block plan. Setiap konsep yang sudah dijabarkan sebelumnya dipadukan dalam satu tatanan desain. Adapun konsep yang dipadukan yaitu konsep ruang, enclosured vegetation, sirkulasi, penataan patung, dan visual. Visualisasi mengenai penjabaran setiap konsep yang dipadukan dan menghasilkan block plan dapat dilihat pada Gambar 36.

47 Ga mbar 36 Bloc k plan

48

Desain

Desain Taman Patung di Taman Monas ini terletak tepat pada Sektor Barat dengan luas sebesar 16.7 Ha. Berdasarkan Teori Booth (1983), dalam mendesain suatu lanskap sebaiknya memperhatikan elemen-elemen dasar lanskap seperti landform, plant material, pavement, site structure, dan water.

Elemen Desain Dasar

1. Landform (Bentukan Lahan)

Berdasarkan hasil analisis topografi, tapak yang tergolong pada topografi datar tetap mengaplikasikan gaya taman formal yaitu French Rennaisance Garden dengan pola geometrik yang menonjol. Pola geometrik yang digunakan merupakan transformasi dari bentukan bambu runcing yang aplikasi bentuknya dapat dilihat pada Gambar 37.

Gambar 37 Aplikasi landform datar dan pola geometrik pada tapak

Menurut Booth (1983), untuk memecah kemonotonan tapak diperlukan bentukan vertikal. Dalam aplikasi pada tapak, Tugu Monas merupakan pemecah kemonotonan bagi Taman Monas. Selain itu, Patung Air Mancur Kemerdekaan menjadi bentukan vertikal lain sebagai pemecah kemonotonan yang diletakkan pada zona inti. Aplikasi bentukan vertikal ini diperlihatkan oleh Gambar 38.

49 2. Plant Material (Material Tanaman)

Menurut Booth (1983), vegetasi dapat berfungsi sebagai pembentuk ruang, seperti yang telah dijelaskan pada analisis dan konsep vegetasi, maka secara desain, Gambar 39 dapat memperlihatkan aplikasi vegetasi sebagai pembentuk ruang. Vegetasi pembentuk ruang diantaranya enclosed horizontal space,

canopied space, open space, open horizontal space, dan vertical space.

Sedangkan pada pemanfaatan vegetasi terhadap patung dibagi menjadi 2 jenis yaitu sebagai background dan foreground, seperti dijelaskan pada Gambar 40.

Gambar 39 Aplikasi enclosured vegetation

Gambar 40 Aplikasi vegetasi sebagai background dan foreground 3. Pavement (Jalur Perkerasan)

Pola yang diaplikasikan pada tapak mengikuti jenis pola perkerasan controlled (Booth 1983). Pola controlled, lazim digunakan pada tapak datar yang memberi kesan tegas, kaku, dan menonjolkan kesan man made yang kuat. Pola ini dipadukan dengan pola transformasi dari bambu runcing yang dapat diperjelas melalui Gambar 41.

Dokumen terkait