• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Taman Patung di Taman Monas, Jakarta Pusat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain Taman Patung di Taman Monas, Jakarta Pusat."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN TAMAN PATUNG DI TAMAN MONAS,

JAKARTA PUSAT

ERNA DELIANA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Taman Patung di Taman Monas, Jakarta Pusat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

(4)

ABSTRAK

ERNA DELIANA. Desain Taman Patung di Taman Monas, Jakarta Pusat. Dibimbing oleh DEWI REZALINI ANWAR.

Penyajian patung-patung menggunakan berbagai elemen desain secara fisik, dengan menggabungkan antara seni dan lanskap. Salah satu elemen tersebut dapat berupa Taman Kota yang juga berfungsi sebagai sarana sosial dan rekreasi bagi masyarakat. Taman Monas merupakan salah satu Taman Kota yang menampilkan berbagai patung di sekitar lanskapnya. Kondisi saat ini, menunjukan kondisi yang buruk pada patung-patung yang disajikan, hal ini selaras dengan buruknya apresiasi masyarakat terhadap patung-patung tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis keberadaan dan aktifitas di Taman Monas, menyusun konsep, dan merancang Taman Patung pada Taman Monas. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode deskripsi secara kuantitatif dan kualitatif. Metode yang dilakukan, menghasilkan konsep dasar berupa era kependudukan Jepang yang terjadi pada tahun 1942 sampai tahun 1945, dengan

konsep desain berupa “bambu runcing”. Penelitian ini menghasilkan siteplan yang dilengkapi dengan ilustrasi 3D yang diperjelas dengan gambar detil. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang Arsitektur Lanskap, menjadi bahan masukan bagi pengelola Taman Monas sebagai area display patung, serta sebagai bahan referensi Taman Patung bagi kota-kota lain di Indonesia.

Kata kunci: desain lanskap, patung, taman kota, Taman Monas

ABSTRACT

ERNA DELIANA. Sculpture Park Design at Monas Park, Central Jakarta. Supervised by DEWI REZALINI ANWAR.

The sculptures utilize a variety of physical design elements to meet their objectives in combining between arts and landscape. One of physical design elements could be a Park which is utilized by citizen as a social and recreational facility. As we known, Monas Park has sculptures displayed area. Nowadays, the sculptures are in bad conditions, as bad as an appreciation from the citizens. The study aims to identify and analyze the existence of activities on Monas Park, and also creating a new concept and designing the sculpture park at Monas Park. Furthermore, the study will analyzed by description methods of quantitative and qualitative description. Those analyzing would be produced a concept of the history of Indonesian people to fight for independent (1942-1945), with “bambu

runcing” as a design concept. In addition, the design result will be explained by

siteplan, 3D visualization, and details. This study are expected to be able to

enhance student’s skill in landscape architecture design, to create new concept of

sculpture park which can be a reference for the stakeholder, to develop the park’s function, and to be a reference sculpture park for other cities in Indonesia.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DESAIN TAMAN PATUNG DI TAMAN MONAS, JAKARTA PUSAT

ERNA DELIANA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Desain Taman Patung di Taman Monas, Jakarta Pusat Nama : Erna Deliana

NIM : A44090067

Disetujui oleh

Dewi Rezalini Anwar SP M A Des Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara M Agr Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Syukur alhamdulillah, penulis ucapkan kekhadirat Allah S.W.T berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah Perancangan Lanskap, dengan judul Desain Taman Patung di Taman Monas Jakarta Pusat. Skripsi penelitian ini berisi tentang hasil penelitian dalam upaya meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya seni dan meningkatkan fungsi ruang terbuka di Taman Monas sebagai area display karya seni, khususnya patung. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi pengelola dan kota-kota lain di Indonesia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dewi Rezalini Anwar selaku pembimbing dan penghargaan penulis sampaikan kepada pihak-pihak dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, serta staf-staf Suku Dinas Jakarta Pusat yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Almarhumah Ibu, kakak-kakak, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Disamping itu, terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dedi Yusmadi dan Ibu Ita Shintawati yang telah bersedia membantu penulis dari segi moril dan finansial dalam menyelesaikan studi S1 di Institut Pertanian Bogor.

Demikian skripsi penelitian ini dibuat, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

Kerangka Pikir ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Desain ... 3

Seni ... 3

Taman Patung ... 4

Taman Monumen Nasional... 4

METODOLOGI ... 6

Lokasi dan Waktu ... 6

Batasan ... 6

Alat dan Bahan ... 6

Metode ... 7

Tahapan... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

Kondisi Umum ... 10

Analisis dan Sintesis ... 26

Konsep ... 39

Desain ... 47

SIMPULAN DAN SARAN ... 77

Simpulan ... 79

Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN ... 81

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Alat dan bahan penelitian ... 7

Tabel 2 Jenis, sumber, dan kegunaan data ... 8

Tabel 3 Rekapitulasi luas Monas 2012 ... 11

Tabel 4 Jenis vegetasi pada tapak ... 12

Tabel 5 Jenis satwa pada tapak ... 14

Tabel 6 Data iklim bulanan tahun 2012 ... 16

Tabel 7 Karya seni yang dipamerkan di Taman Monas ... 21

Tabel 8 Penggunaan prinsip-prinsip desain pada tapak ... 22

Tabel 9 Jumlah kunjungan Monas per tahun ... 24

Tabel 10 Analisis prinsip-prinsip desain pada tapak ... 36

Tabel 11 Penataan ruang, aktifitas, dan fasilitas ... 42

Tabel 12 Jenis sirkulasi ... 45

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pikir ... 2

Gambar 2 Peta lokasi penelitian ... 6

Gambar 3 Lima sektor utama Taman Monas ... 11

Gambar 4 Drainase dan sistem hidrologi pada tapak: (a) dan (b) saluran pembuangan (drainase), (c) saluran irigasi, (d) reservoir pembuangan air hujan, (e) bak penampungan, dan (f) sistem air mancur ... 17

Gambar 5 Aksesibilitas pada tapak (a) gerbang masuk, (b) jalur utama, Silang Merdeka, (c) dan (d) jalur pejalan kaki, (e) tangga, dan (f) jalur refleksi ... 17

Gambar 6 Peta sirkulasi tapak ... 18

Gambar 7 Fasilitas dan utilitas pada tapak: (a) bangku taman, (b) papan informasi, (c) toilet, (d) taman bermain, (e) jam, (f) listrik koin, (g) jaringan listrik, dan (h) tempat sampah ... 19

Gambar 8 Peta visual tapak ... 20

Gambar 9 Pengelolaan dan pemeliharaan oleh suku dinas (a) pembersihan, (b) penyiraman, (c) pemangkasan, (d) pengetrikan, (e) perbaikan hardscape, dan (f) perbaikan paving ... 23

Gambar 10 (a) Jumlah kunjungan dan (b) waktu kunjungan rata-rata ... 24

Gambar 11 (a) Lokasi dan (b) sektor yang paling sering dikunjungi ... 24

Gambar 12 Peta inventarisasi ... 25

Gambar 13 Sektor Utara ... 26

Gambar 14 Sektor Timur ... 27

Gambar 15 Sektor Selatan ... 27

(15)

Gambar 17 Peta eksisting Sektor Barat ... 29

Gambar 18 Penggunaam French Renaissance Style pada tapak ... 30

Gambar 19 Tugu Monas sebagai pemecah kemonotonan ... 30

Gambar 20 Peta analisis vegetasi ... 32

Gambar 21 Peta analisis aksesibilitas dan sirkulasi ... 33

Gambar 22 Sudut pandang pejalan kaki terhadap karya seni ... 34

Gambar 23 Peta analisis visual ... 35

Gambar 24 (a) Tingkat kesadaran responden dan (b) persepsi responden terhadap patung-patung di Taman Monas ... 38

Gambar 25 (a) Persepsi responden terhadap perancangan dan (b) fungsi yang sebaiknya terdapat pada patung-patung yang akan dipamerkan ... 38

Gambar 26 Konsep desain ... 40

Gambar 27 Konsep ruang dan sequence ... 41

Gambar 28 Fungsi vegetasi sebagai foreground (Booth 1983) ... 42

Gambar 29 Fungsi vegetasi sebagai background (Booth 1983) ... 43

Gambar 30 Enclosured vegetation ... 43

Gambar 31 Konsep enclosured vegetation ... 44

Gambar 32 Pola sirkulasi menurut Booth (1983) ... 44

Gambar 33 Konsep sirkulasi ... 44

Gambar 34 Konsep penataan patung ... 45

Gambar 35 Konsep visual ... 46

Gambar 36 Block plan ... 47

Gambar 37 Aplikasi landform datar dan pola geometrik pada tapak ... 48

Gambar 38 Aplikasi bentukan vertikal ... 48

Gambar 39 Aplikasi enclosured vegetation ... 49

Gambar 40 Aplikasi vegetasi sebagai background dan foreground ... 49

Gambar 41 Aplikasi pola sirkulasi ... 50

Gambar 42 Aplikasi site structure ... 50

Gambar 43 Aplikasi elemen air ... 50

Gambar 44 Rencana penanaman ... 54

Gambar 45 Siteplan dan perspektif keseluruhan ... 55

Gambar 46 Potongan tampak A-A' ... 57

Gambar 47 Potongan tampak B-B' ... 58

Gambar 48 Zona Penerimaan ... 59

Gambar 49 Detil signage ... 60

Gambar 50 Detil Lorong Sejarah ... 61

Gambar 51 Zona Display (Segmen A) ... 62

Gambar 52 Zona Display (Segmen B) ... 63

Gambar 53 Zona Display (Segmen C) ... 64

Gambar 54 Detil Patung Alih Kekuasaan Rakyat ... 65

Gambar 55 Detil Patung Romusha ... 66

Gambar 56 Detil Ampiteater ... 67

Gambar 57 Detil Dinding Siluet Pejuang ... 68

Gambar 58 Detil Air Mancur Kemerdekaan ... 69

Gambar 59 Detil Patung Perdamaian ... 70

Gambar 60 Detil Patung Kebangsaan ... 71

(16)

Gambar 62 Detil rumah burung ... 73

Gambar 63 Detil papan interpretasi ... 74

Gambar 64 Detil tempat duduk ... 75

Gambar 65 Detil tempat sampah ... 76

Gambar 66 Detil lampu taman ... 77

Gambar 67 Detil penanaman ... 78

Gambar 68 Detil penanaman ... 78

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Form kuisioner penelitian ... 81

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seni dapat memberikan pengaruh positif bagi kehidupan manusia. Menurut Suzanne K. Langer dalam Kartika (2004), seni merupakan kreasi bentuk simbolis perasaan manusia yang diperoleh berdasarkan pengalaman emosionalnya dan bukan buah pikiran semata. Terdapat beberapa cabang seni yang diungkapkan melalui media diantaranya seni musik, seni gerak, seni sastra, seni teater, dan seni rupa. Seni rupa seperti patung, pada umumnya merupakan karya seni dalam wujud fisik, salah satu medianya adalah ruang terbuka (Read 2000). Ruang terbuka yang dapat digunakan sebagai display karya seni dapat berupa taman kota. Seni yang terdapat di taman kota umumnya mencerminkan kota tersebut, baik dari segi budaya, sejarah, maupun kesenian yang menjadi ciri khas (Sekiguchi 1966).

Taman kota merupakan penyusun ruang kota yang dipahami sebagai ruang terbuka publik yang berisi berbagai unsur alam dan pemandangan yang dikombinasikan oleh keragaman vegetasi, aktifitas penggunanya, dan beberapa unsur buatan yang disediakan sebagai fasilitas sosial dan rekreasi, baik aktifitas aktif maupun pasif. Taman kota mempunyai banyak fungsi yang saling berkaitan yaitu fungsi hidrologis, ekologis, kesehatan, rekreasi, dan estetika. Ditinjau dari fungsi estetikanya, taman kota dapat berfungsi sebagai media display karya seni, khususnya patung.

Taman Monumen Nasional (Taman Monas) merupakan taman kota yang memiliki luas 80 Ha dan dibangun pada masa kolonial Belanda. Taman ini bernilai sejarah dan memamerkan karya seni di kawasan Jakarta Pusat (Aprilia 2012). Adapun karya seni yang dipamerkan di Taman Monas seperti air mancur menari, relief perjuangan kemerdekaan, patung tokoh-tokoh penting, vas bunga raksasa dengan relief garuda, serta peletakan pohon langka dan unik yang menjadi simbol perwakilan 33 provinsi di Indonesia (Heri 2008).

Saat ini, Taman Monas dimanfaatkan sebagai ruang terbuka untuk melakukan aktifitas sosial dan rekreasi. Aktifitas sosial yang dilakukan pengguna diantaranya berkumpul, duduk-duduk, dan istirahat. Selain itu, pemerintah dan swasta juga sering mengadakan acara-acara untuk menunjang aktifitas sosial, diantaranya tabligh akbar, panggung, pameran, perayaan-perayaan, dan lain sebagainya. Sedangkan, aktifitas rekreasi berupa kegiatan olahraga, refleksi, melihat-lihat karya seni, berfoto, dan bersantai. Aktifitas sosial dan rekreasi didukung oleh keberadaan berbagai karya seni yang dipamerkan di taman, pengguna dapat bermain sekaligus mempelajari sejarah.

(18)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. mengidentifikasi dan menganalisis keberadaan Taman Monas dan aktifitas pengguna di atasnya, khususnya pada area display patung,

2. menyusun konsep Desain Taman Patung di Taman Monas, dan 3. merancang Taman Patung di Taman Monas, Jakarta Pusat.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. menambah karya baru dalam perancangan di bidang Arsitektur Lanskap, 2. menjadi bahan masukan bagi pengelola Taman Monas untuk meningkatkan

fungsi ruang terbuka pada Taman Monas sebagai area display patung, dan 3. menjadi bahan referensi Taman Patung bagi kota-kota lain di Indonesia.

Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian ini memberikan gambaran setiap langkah yang sebaiknya ditempuh dalam penelitian, diawali oleh latar belakang permasalahan hingga hasil akhir berupa Desain Taman Patung di Taman Monas. Kerangka pikir penelitian dapat diperjelas dalam Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir

Taman Monas

Pemanfaatan Ruang Terbuka

Area Display Patung

Persyaratan Area Display Patung

 Vegetasi dan Satwa

 Topografi dan Kemiringan

 Iklim dan Kenyamanan

 Tanah dan Hidrologi

 Aksesibilitas dan Sirkulasi

 Fasilitas dan Utilitas

 Visual

 Elemen Seni dan Estetika

 Karya Seni

 Prinsip Desain

 Pengelola

 Pengguna

Aspek Fisik dan Biofisik Aspek Seni Aspek Sosial

Konsep Taman Patung di Taman Monas

(19)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Desain

Desain secara etiomologi, diserap dari bahasa Italia, designo yang secara gramatikal berarti gambar. Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata desain bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, desain berarti proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru. Sedangkan sebagai kata benda, desain digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata. Desain dalam arsitektur lanskap merupakan perluasan dari perencanaan tapak yang termasuk dalam prosesnya, tetapi pada desain lebih ditekankan pada seleksi komponen-komponen desain, jenis-jenis vegetasi, dan kombinasi lalinnya sebagai pemecahan masalah terhadap kendala-kendala di dalam rencana tapak. Sumber bentuk yang sangat penting pada desain lanskap adalah raut tapaknya sendiri yang dipertegas oleh batas tapak dan topografinya, serta berasal dari perkiraan fungsi atau kegunaan yang diinginkan (Laurie 1984).

Menurut Simond (2006), desain dalam arsitektur lanskap ditujukan pada penggunaan volume dan ruang yang memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna, dan kualitas. Semuanya dapat diekspresikan dan diakomodasikan ke dalam fungsi-fungsi yang ingin dicapai sehingga dapat memberikan dampak yang berbeda pada psikologis manusia. Dalam desain lanskap, terdapat beberapa prinsip yang mendasari yaitu harmony (selaras), contrast (kontras), unity (kesatuan), balance (seimbang), repetition (ulangan), simplicity (sederhana), emphasis (aksentuasi), dan scale (proporsi) (Kartika 2004).

Seni

(20)

4

Taman Patung

Patung adalah karya seni tiga dimensi yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dengan bentukan yang beragam. Alasan mengapa patung dikatakan sebagai salah satu karya seni rupa tiga dimensi itu dikarenakan patung mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi (volume) serta dapat dilihat/dipandang dan dinikmati dari segala arah (Kusuma 1990). Menurut Hasan (2003), patung diciptakan untuk memenuhi kebutuhan batin atau dinikmati keindahannya saja. Dengan kata lain, patung menurut fungsinya masuk dalam kategori karya seni rupa murni. Di Indonesia, kerajinan patung sudah ada sejak dulu dan berkembang hingga sekarang, jenis dan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan patung beragam. Patung dapat diciptakan dengan membentuk atau menggabungkan bahan-bahan seperti logam, kaca, atau kayu. Selain berbahan keras, bahan lainnya untuk membuat patung dapat berupa tanah liat, plastik polimer, dan logam yang lebih lunak. Berbagai bahan seni tersebut disesuaikan pada setiap bentukan patung yang ingin diciptakan. Karya seni patung yang diciptakan juga dapat dinikmati dari segi nilai keindahan yang terkandung.

Menurut Read (2000), secara umum berdasarkan pembuatnya seni patung dikategorikan sebagai berikut:

1. Patung religi, selain dapat dinikmati keindahannya tujuan utama dari pembuatan patung ini adalah sebagai sarana beribadah, bermakna relijius. 2. Patung monumen, keindahan dan bentuk patung yang dibuat sebagai

peringatan peristiwa bersejarah atau jasa seorang pahlawan.

3. Patung arsitektur, keindahan patung dapat dinikmati dari tujuan utama patung yang ikut aktif berfungsi dalam konstruksi bangunan.

4. Patung dekorasi, untuk menghias bangunan atau lingkungan taman. 5. Patung seni, patung seni untuk dinikmati keindahan bentuknya.

6. Patung kerajinan, hasil dari para pengrajin. Keindahan patung yang dibuat selain untuk dinikmati juga sengaja untuk dijual.

Patung sebagai bagian dari karya seni, membutuhkan media dalam penciptaannya. Taman dapat menjadi media untuk menempatkan koleksi karya seni. Penempatan di taman selain mempertimbangkan keindahan patung juga dibutuhkan kejelian dalam memadukan karya seni seperti patung. Ketelitian dalam menonjolkan keindahan patung kadang-kadang memerlukan perhatian tersendiri. Sebuah koleksi patung di lokasi taman dapat disebut sebagai Taman Patung (Rahman 2012).

Taman Monumen Nasional

(21)

5 Taman Monumen Nasional atau biasa disebut Taman Monas, dibangun pada masa kolonial Hindia Belanda yang pada awalnya disebut Koningsplein (Lapangan Raja). Pada masa itu terdapat banyak pohon gambir, sehingga masyarakat pribumi menamai lapangan tersebut dengan sebutan Lapangan Gambir. Lapangan Gambir berubah nama pada masa penjajahan Jepang, menjadi Lapangan Ikada yang merupakan singkatan dari Ikatan Atletik Djakarta. Soekarno yang memprakarsai pembangunan Monumen Nasional setinggi 132 meter pada tahun 1961 itu, mengubah nama Lapangan Ikada menjadi Medan Merdeka. Beliau menginginkan suatu simbol bagi perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Seiring dengan pembangunan Monas, Medan Merdeka berubah namanya menjadi Lapangan Monas dan kemudian menjadi Taman Monas.

Meninjau dari pemanfaatan dan penataannya, Taman Monas terdiri atas dua zona yaitu Taman Medan Merdeka dan Ruang Agung. Pada zona Taman Medan Merdeka terdapat pohon pelindung besar, taman, kolam pantulan Monumen Nasional serta air mancur. Zona ini membentang dari pagar pembatas di tepi Medan Merdeka hingga lajur pejalan kaki di sekeliling Taman Monas. Sedangkan Ruang Agung merupakan kawasan yang bertujuan memperkuat kesan keagungan saat memandang Monumen Nasional. Keberadaan pohon besar atau hambatan visual lainnya tidak diijinkan di zona ini. Zona ini terdiri dari lapangan rumput, plaza dari susunan batu, serta taman disekeliling Monas yang dipenuhi bunga dan tanaman hias beraneka warna.

Menurut Kepres No. 25 tahun 1995, ditinjau dari tata letaknya, Taman Monas terbagi atas lima Sektor yang mempunyai ciri khas masing-masing. Lima sektor tersebut yaitu Ruang Agung, Sektor Utara, Sektor Timur, Sektor Selatan, dan Sektor Barat. Ruang Agung berada dipusat dan diruang inilah terdapat Tugu Monas yang didalamnya terdapat diorama sejarah kemerdekaan Indonesia. Tugu Monas merupakan suatu bangunan monumental yang dibuat untuk mengenang perjalanan sejarah panjang bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaannya. Wujud dan rancangan bangunan secara keseluruhan merupakan simbolisasi dari angka keramat 17-8-1945, hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Keberadaan Monas diharapkan menjadi tonggak bagi kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang, dengan tidak melupakan keterkaitan dengan masa lalunya (Affendi 1998).

Sektor Utara yang berada pada bagian utara tapak, merupakan pintu satu-satunya menuju Tugu Monas. Pada ruang ini dikhususkan untuk pemanfaatan sedikit kegiatan, sehingga tetap menjaga keamanan Istana Negara dan Makamah Konstitusi yang berbatasan langsung pada sektor ini. Selanjutnya, Sektor Timur yang setengah tapaknya merupakan Stasiun Gambir dengan fungsi utama sebagai area olahraga. Sektor Selatan yang dikhususkan sebagai area konservasi vegetasi dan satwa terutama rusa totol (Axis axis). Sedangkan, sektor terakhir yaitu Sektor Barat menjadi area pertunjukan dimana didalamnya terdapat air mancur menari. Pada tahun 2005, setiap sektor diisi dengan peletakkan karya seni berupa patung-patung yang sengaja didatangkan dari luar Monas.

(22)

6

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Monas yang berlokasi di Jalan Pelataran Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Tapak ini memiliki luas sebesar 80 Ha yang berbatasan langsung dengan Jalan Medan Merdeka Utara di sebelah utara, Jalan Medan Merdeka Timur di sebelah timur, Jalan Medan Merdeka Selatan di sebelah selatan, dan Jalan Medan Merdeka Barat di sebelah barat. Selain itu, Taman Monas dibagi menjadi lima sektor yaitu Ruang Agung, Sektor Utara, Sektor Timur, Sektor Selatan, dan Sektor Barat. Setiap sektor dipisahkan oleh Jalan Silang Merdeka yaitu Jalan Silang Merdeka Timur Laut, Jalan Silang Merdeka Tenggara, Jalan Silang Merdeka Barat Daya, dan Jalan Silang Merdeka Barat Laut. Batas tapak dapat diperjelas melalui Gambar 2.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama enam belas bulan, dimulai pada minggu pertama bulan Februari 2013 dan berakhir pada minggu keempat bulan Mei 2014. Jadwal tersebut meliputi satu bulan persiapan penelitian, empat bulan pelaksanaan inventarisasi tapak, tiga bulan analisis-sintesis, tiga bulan pelaksanaan perencanaan, dan lima bulan untuk kegiatan perancangan, serta penyusunan skripsi.

Batasan

Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan Taman Monas seluas 80 Ha yang dibatasi oleh Jalan Pelataran Merdeka dan difokuskan pada area terbuka, khususnya pada area display patung. Batasan akhir penelitian berupa siteplan yang diperjelas dengan gambar potongan tampak, 3D visual, dan detil penjelasnya.

Alat dan Bahan

(23)

7 Tabel 1 Alat dan bahan penelitian

Alat Penelitian Penggunaan Sumber

Hardware

Kamera digital Dokumentasi Pribadi

GPS Delineasi dan pengecekan lapang Dept. ARL IPB Alat ukur Pengukuran dimensi tapak Dept. ARL IPB Laptop Input data dan pengolahan data Pribadi

Alat gambar Pengolahan data secara freehand Pribadi

Software

Microsoft Office 2010 Pengolahan data dan penyusunan laporan Instalisasi pada laptop

AutoCAD 2007 Pengolahan data spasial Instalisasi pada laptop

SketchUp Pro 8 Pengolahan data dalam proses perancangan Instalisasi pada laptop

Adobe Photoshop CS4 Pengolahan data dalam proses perancangan Instalisasi pada laptop Bahan Penelitian Penggunaan Sumber Peta Taman Monas Acuan inventarisasi dan analisis Sukdin Jakpus Bahan pustaka Studi literatur Perpustakaan IPB Kuisioner Bahan data sosial Survei data sosial

Metode

Metode yang digunakan selama kegiatan penelitian Desain Taman Patung di Taman Monas ini melalui beberapa kegiatan, diantaranya:

1. Inventarisasi

Inventarisasi merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan langsung pada tapak. Pada kegiatan ini, dilakukan dua pengamatan yaitu pengamatan tapak dengan survei dan pengamatan sosial dengan penyebaran kuisioner. 1) Pengamatan langsung pada tapak dilakukan untuk memperoleh data fisik,

biofisik, dan seni. Kegiatan ini dilakukan pada beberapa waktu yang berbeda, seperti pagi, siang, sore, malam, hari kerja, dan hari libur, serta pada saat acara tertentu.

2) Penyebaran kuisioner ditujukan kepada 30 responden khusus mahasiswa/ dosen/ ahli seni yang bergerak di bidang seni/ arsitektur/ arsitektur lanskap secara online dan 30 responden umum secara offline. Responden juga mencakup pengelola dan pengguna Taman Monas. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan data sosial terhadap sudut pandang dan kebutuhan pada Desain Taman Patung.

2. Analisis dan Sintesis

Kegiatan analisis dilakukan dengan metode pembahasan hasil dari kondisi umum dan menghasilkan block plan. Tahapan ini membutuhkan pendekatan dalam tiga aspek yaitu aspek biofisik, seni, dan sosial.

1) Aspek biofisik

(24)

8

Aspek vegetasi dan satwa, topografi dan kemiringan, tanah dan hidrologi, fasilitas dan utilitas, serta aksesibilitas dan sirkulasi dianalisis secara deskriptif dan spasial. Sedangkan, aspek visual dianalisis secara spasial yang diperjelas secara deskriptif dengan menggunakan dua kategori yaitu

good view dan bad view. Data-data yang dianalisis dibutuhkan sebagai

bahan pertimbangan dalam penataan patung beserta lanskapnya. 2) Aspek seni

Pendekatan ini dianalisis dengan pertimbangan kondisi berbagai elemen seni, estetika, karya seni, dan prinsip desain. Data diperoleh dengan survei tapak dengan sudut pandang peneliti, wawancara serta penyebaran kuisoner kepada mahasiswa seni dan arsitektur lanskap yang disajikan dalam bentuk analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Selain itu, sebagai acuan, literatur mengenai seni dan patung dibutuhkan dalam mengolah data.

3) Aspek sosial

Aspek sosial dianalisis dengan pertimbangan sudut pandang pengguna dan pengelola berdasarkan kegiatan dan emosional yang diperoleh dalam Desain Taman Patung di Taman Monas. Analisis ini akan berpengaruh terhadap penataan fasilitas dan utilitas yang disediakan pada tapak. Selain itu, dalam penataan patung akan mempertimbangkan aktifitas, perilaku, dan kebutuhan emosional pengunjung terhadap tapak.

3. Desain

Kegiatan ini menggunakan data sintesis berupa block plan yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan Desain Taman Patung. Hasil dari kegiatan mendesain berupa siteplan yang dilengkapi dengan gambar potongan tampak, 3D visual, dan detil penjelasnya.

Tahapan

Tahapan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh Desain Taman Patung di Taman Monas adalah:

1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah, penyusunan proposal, kolokium, dan melakukan perijinan penelitian.

2. Pengumpulan Data

Tahap kedua melakukan identifikasi terhadap data-data yang diperlukan sebagai bahan analisis. Data-data yang dikumpulkan berupa, data fisik, biofisik, seni, dan sosial. Jenis, sumber, dan kegunaan data dapat diperjelas melalui Tabel 2.

Tabel 2 Jenis, sumber, dan kegunaan data

No. Jenis/aspek

data Unit data

Kategori

data Sumber data Analisis

Kegunaan

Koordinat Primer Biofisik Biofisik 3 Luas tapak m2 Primer

dan sekunder

(25)

9 Tabel 2 Jenis, sumber, dan kegunaan data (lanjutan)

No. Jenis/aspek

1 Iklim dan kenyamanan

Suhu oC Sekunder BMKG Biofisik Menentukan kenyamanan Kecepatan

angin

knot Sekunder BMKG Biofisik Menentukan penataan

BMKG Biofisik Menentukan penataan patung Kelembaban % RH Sekunder BMKG Biofisik Menentukan

penataan patung Curah hujan mm/tahun Sekunder BMKG Biofisik Menentukan

penataan

BMKG Biofisik Analisis drainase, struktur dan fasilitas 5 Jenis tanah Satuan

kesuburan

Sekunder Suku Dinas Pertamanan

Jam Primer Survei Sosial Mengetahui kebutuhan ruang 3 Lama

kunjungan

(26)

10

Tabel 2 Jenis, sumber, dan kegunaan data (lanjutan)

No. Jenis/aspek

3. Pengolahan Data

Pada tahap ini, dilakukan pengolahan terhadap data yang telah dikumpulkan dengan beberapa proses seperti analisis-sintesis, menyusun konsep, dan merancang Taman Patung. Analisis-sintesis dilakukan untuk menemukan potensi dan kendalanya, dimana hasil akhir tahap ini adalah sintesis berupa block plan yang merupakan solusi dari permasalahan dan pemanfaatan potensi tapak. Selanjutnya, penyusunan konsep berupa konsep dasar, konsep desain, dan konsep pengembangan, yang nantinya akan masuk pada tahapan desain. Pada hasil akhir proses desain ini adalah siteplan, 3D visual, potongan tampak, dan detil gambar sebagai penjelas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Aspek Fisik dan Biofisik 1. Regulasi

Taman Monas merupakan taman kota yang berada tepat di jantung Kota Jakarta. Menurut Pasal 1 ayat 11 UU No.8 tahun 2007 tentang ketertiban umum, taman kota adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari ruang terbuka hijau kota yang mempunyai fungsi tertentu, ditata dengan serasi, lestari dengan menggunakan material taman, material buatan, dan unsur-unsur alam dan mampu menjadi areal penyerapan air. Dalam konsep UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, taman kota merupakan ruang terbuka hijau publik. Lebih jelasnya Pasal 29 Ayat (1) menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat. Taman kota harus dapat mengakomodasi setiap kegiatan penggunanya dengan fasilitas yang memadai. 2. Lokasi dan Batas Tapak

(27)

11

Sumber: Heri (2008)

Gambar 3 Lima sektor utama Taman Monas

Pada setiap bagian mempunyai kekhasan sendiri, yaitu Ruang Agung dengan tugu utama yang menjadi ikon Indonesia, di dalamnya terdapat diorama perjuangan kemerdekaan dan menyajikan pemandangan seluruh Jakarta, Sektor Utara yang menghadap langsung Istana Negara dan Makamah Agung, berbagai kegiatan olahraga pada Sektor Timur, kandang Rusa totol di Sektor Selatan, serta air mancur menari dengan permainan lighting di Sektor Barat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Suku Dinas, diperoleh Rekapitulasi Luas Monas, data kuantitas sofscape dan hardscape tahun 2012, yang ditunjukan pada Tabel 3. Tabel 3 Rekapitulasi luas Monas 2012

Ruang

Sumber: Suku Dinas Jakarta Pusat (2012) 3. Vegetasi dan Satwa

(28)

12

Tabel 4 Jenis vegetasi pada tapak

No. Nama latin Fungsi arsitektur Lokasi sektor Gambar

1 Acalypha

2 Albizia falcataria

(jeunjing)

Penutup tanah Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

4 Bauhinia purpurea

(bunga kupu-kupu)

Display Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

6 Canna sp

(kana)

Display Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

7 Callistemon vimenalis

(sikat botol)

Display Sektor Selatan, dan Barat

9 Cordia sebestana

(jatimas)

10 Cyperus rotundus

(rumput teki)

Penutup tanah Sektor Timur, Selatan, dan Barat

(29)

13 Tabel 4 Jenis vegetasi pada tapak (lanjutan)

No. Nama latin Fungsi arsitektur Lokasi sektor Gambar 11 Dracena sp

Display Sektor Utara, Selatan, dan

(30)

14

Tabel 4 Jenis vegetasi pada tapak (lanjutan)

No. Nama latin Fungsi arsitektur Lokasi sektor Gambar 20 Roystonea regia

(palem raja)

Pengarah Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

21 Samanea saman

(trembesi)

Penaung dan peneduh

Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

22 Syzygium oleina

(pucuk merah)

Pembatas, pengarah, dan

display

Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

Sumber gambar: dokumentasi pribadi (2013)

Keberadaan vegetasi yang beragam menjadi habitat bagi satwa di Taman Monas, baik satwa yang sengaja didatangkan maupun satwa yang datang dengan sendirinya. Semua satwa di bawah ini menyebar di setiap sektor Taman Monas, kecuali satwa Axis axis (rusa totol) yang hanya dapat ditemui di Sektor Selatan. Satwa yang ada di Taman Monas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jenis satwa pada tapak

No. Nama Latin Nama Lokal Famili Gambar 1 Apis indica Lebah Apidae

2 Appias libythea Kupu-kupu Pieridae

(31)

15 Tabel 5 Jenis satwa pada tapak (lanjutan)

No. Nama Latin Nama Lokal Famili Gambar 3 Axis axis Rusa totol Cervidae

4 Camponotus caryae Semut hitam Formicidae

5 Felis silvestris catus Kucing kampung

Felidae

6 Goura sp. Burung dara Columbidae

7 Passer montanus Burung gereja Passeridae

Sumber gambar: www.google.com (2013) 4. Topografi dan Kemiringan

Secara geografis, Taman Monas berada diantara koordinat 6°10 28 LS dan

106°49 44 BT. Letak geografis inilah yang menyebabkan Taman Monas berada

tepat di pusat Wilayah DKI Jakarta yang secara umum merupakan dataran rendah, dengan permukaan tanah kurang dari 10 mdpl yang termasuk dalam kategori topografi datar dengan sudut elevasi kemiringan 0-8% (5 m) (Riyanto 2009). 5. Iklim dan Kenyamanan

(32)

16

rata-rata sebesar 73.9 %, dengan kelembaban tertinggi dan terendah pada bulan Januari (79.7%) dan bulan Juni (67.0%). Intensitas penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar 87.6% dan terendah terjadi pada bulan Januari sebesar 32.4%, dengan rata-rata penyinaran 57.9% per tahun. Selain itu, kecepatan angin rata-rata adalah 4.9 knot, dengan kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Maret dengan 5.7 knot dan terendah sebesar 4.5 knot pada bulan Februari, September, dan November tahun 2012. Tabel 6 menjelaskan data mengenai iklim dan kenyamanan kondisi pada tapak.

Tabel 6 Data iklim bulanan tahun 2012

Jenis data

Sumber: BMKG Pusat, 2012 6. Tanah dan Hidrologi

Berdasarkan Badan Pusat Penelitian Tanah (2013), jenis tanah pada kawasan Jakarta Pusat dikategorikan sebagai tanah urugan karena tingkat pembangunan yang tinggi sehingga menutupi tanah asli yang berjenis tanah aluvial. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah dengan tingkat kesuburan yang tinggi, yang mendukung kehidupan berbagai vegetasi di atasnya (Munir 1995). Selain itu, sistem hidrologi juga berperan penting pada kehidupan vegetasi di tapak. Pada setiap bagian di tapak terdapat sistem hidrologi dengan saluran air yang diantaranya masih berfungsi dengan baik, seperti saluran pembuangan (drainase), saluran irigasi, reservoir penampungan air hujan, bak penampungan, dan sistem air mancur (Gambar 4). Sistem drainase yang digunakan pada umumnya menggunakan sistem drainase tertutup.

7. Aksesibilitas dan Sirkulasi

(33)

17 utama, tersedia sirkulasi pejalan kaki dengan variasi lebar jalan antara 2 meter hingga 7 meter. Gerbang Masuk (Gambar 5a) dapat diakses melalui Jalan Silang Merdeka (Gambar 5b) yang mempunyai lebar 54 meter dengan median jalan 12.7 meter. Jalan Silang dapat dilalui kendaraan bermotor, sedangkan para pejalan kaki dapat menggunakan jalur pedestrian lingkar sektor selebar 5 meter (Gambar 6).

Gambar 4 Drainase dan sistem hidrologi pada tapak: (a) dan (b) saluran pembuangan (drainase), (c) saluran irigasi, (d) reservoir pembuangan air hujan,

(e) bak penampungan, dan (f) sistem air mancur

(34)

18

Ga

mbar

6 P

eta sirkula

si t

apa

(35)

19 8. Fasilitas dan Utilitas

Pada dasarnya Taman Monas telah dilengkapi dengan fasilitas dan utilitas yang lengkap, namun jumlah yang diperlukan dalam beberapa fasilitas masih dirasa kurang (berdasarkan pengamatan dan pendapat pengunjung), dapat dilihat pada Gambar 7. Sedangkan, utilitas kabel dan pipa telah ditata, dan juga pompa air untuk penyiraman rumput, air mancur, dan toilet umum.

Gambar 7 Fasilitas dan utilitas pada tapak: (a) bangku taman, (b) papan informasi, (c) toilet, (d) taman bermain, (e) jam, (f) listrik koin, (g) jaringan listrik, dan

(h) tempat sampah 9. Visual

Secara visual, taman ini terlihat cukup terawat dan dipenuhi pepohonan hijau di setiap sektornya, maka tidak heran jika masyarakat menyebutnya sebagai hutan kota. Pada bagian yang mendekati Ruang Agung penggunaan pohon tinggi dikurangi agar Tugu Monas tetap menjadi point of interest, konsep ini mempengaruhi setiap bentukan sektor. Beberapa spot dapat menjadi good view yang menarik, namun beberapa spot dapat menjadi bad view, terutama saat ada acara yang dilaksanakan di Taman Monas. Bad view biasanya ditunjukkan dengan banyaknya sampah yang tertumpuk di suatu sisi, akibat dari kurangnya tempat sampah yang disediakan pengelola dan kurangnya kesadaran penguna akan kebersihan, serta akibat keberadaan PKL. Sebaran visual pada tapak ditunjukkan pada Gambar 8.

Aspek Seni

1. Elemen Seni dan Estetika

Desain dalam proses pembuatan taman perlu melakukan pemilihan dan penataan secara detil pada elemen-elemennya, agar taman dapat mempunyai nilai fungsional dan estetika yang baik. Menurut Andrea (2012), elemen taman dapat diklasifikasikan menjadi:

a) Berdasarkan jenis dasar elemen: 1) Elemen alami (terbuat secara alami) 2) Elemen non alami (buatan)

(36)

20

Ga

mbar

8 P

eta visua

l tap

(37)

21 b) Berdasarkan kesan yang ditimbulkan:

1) Elemen lunak (soft material), Taman Monas memiliki berbagai vegetasi dan satwa. Selain itu, pada Sektor Utara, Barat, dan Timur terdapat elemen air berupa air mancur dengan permainan lighting di malam hari.

2) Elemen keras (hard material) seperti paving, pagar, patung, pergola, bangku taman, kolam, lampu taman, dan sebagainya.

c) Berdasarkan kemungkinan perubahan:

1) Elemen mayor (elemen yang sulit diubah), seperti sungai, gunung, pantai, hujan, kabut, suhu, kelembaban udara, radiasi matahari, angin, petir, dan sebagainya.

2) Elemen minor (elemen yang dapat diubah), seperti sungai kecil, bukit kecil, tanaman, dan sebagainya serta elemen buatan manusia.

2. Karya Seni

Suzanne K. Langer (2006) mengatakan bahwa karya seni adalah suatu bentuk ekspresi yang diciptakan bagi ekspresi kita melalui indera atau pencitraaan, dan apa yang diekspresikan merupakan perasaan insani. Bentuk ekspresi dalam karya seni rupa, patung dapat dikatakan sebagai karya seni. Adapun karya seni yang terdapat di Taman Monas terdiri dari dua kategori yaitu patung dan air mancur. Berikut data dan lokasi penyebarannya (Tabel 7).

Tabel 7 Karya seni yang dipamerkan di Taman Monas

No. Lokasi Karya Seni

1 Sektor Utara Patung Pangeran Diponegoro Air Mancur Menari

2 Sektor Timur Patung Peringatan Raden Ajeng Kartini

Patung Chairil Anwar

3 Sektor Selatan Patung Ikada Kandang Rusa Totol

4 Sektor Barat Patung Moh. Husni Thamrin Air Mancur Pesona Monas

(38)

22

3. Prinsip Desain

Menurut Kartika (2004), suatu karya seni seharusnya senantiasa memperhatikan unsur pendukung karya seni dengan memperhatikan prinsip-prinsip desain seperti harmony, contrast, unity, balance, simplicity, repetition,

emphasis, dan scale. Tabel 8 berikut ini menunjukan kondisi tapak yang

dikorelasikan dengan prinsip-prinsip desain:

Tabel 8 Penggunaan prinsip-prinsip desain pada tapak

No. Prinsip

Desain Pengertian Kondisi Eksisting Gambar 1 Harmony longifolia yang tertata sejajar dan terdapat di setiap Sektor Barat

(39)

23 Tabel 8 Penggunaan prinsip-prinsip desain pada tapak (lanjutan)

No. Prinsip

Desain Pengertian Kondisi Eksisting Gambar 6 Simplicity

evergreen, dan pola geometrik pada oleh tipe dan besarnya bidang, warna, tekstur,

Sumber: dokumentasi pribadi (2013) Aspek Sosial

1. Pengelola

Taman Monas dikelola secara langsung oleh Suku Dinas Pertamanan Jakarta Pusat yang berlokasi di Jalan Tanah Abang I. Pemeliharaan yang dilakukan berupa penyapuan, pengetrikan, penyiraman, pemberantasan hama, pengecatan, dan perbaikan kerusakan baik hardscape maupun softscape (Gambar 9). Berdasarkan penuturan bagian Staf Seksi Perencanaan di Suku Dinas, Diana Siscayati, pemeliharaan dilakukan dengan ketentuan waktu, yaitu setiap hari, tri wulan, dan kondisional.

Gambar 9 Pengelolaan dan pemeliharaan oleh suku dinas (a) pembersihan, (b) penyiraman, (c) pemangkasan, (d) pengetrikan, (e) perbaikan hardscape, dan

(40)

24

2. Pengguna

Taman Monas merupakan ikon utama Indonesia dan berlokasi di pusat jantung Jakarta, sehingga banyak wisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung. Taman Monas masih menjadi tempat wisata favorit yang tak pernah sepi setiap harinya, baik hari kerja maupun hari libur. Menurut Rini Hariyani (Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Monas), kunjungan Monas melonjak setiap ahunnya. Hal ini dibuktikan berdasarkan data statistik yang menunjukan jumlah kunjungan Monas per tahun yang ditunjukan pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah kunjungan Monas per tahun

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Kunjungan

(orang)

664.212 708.739 888.392 1.242.470 1.057.951 1.100.000 1.303.028

Sumber: UPT Monas (2012)

Berdasarkan hasil kuisioner, dari 60 responden, sebanyak 38 orang mengunjungi Taman Monas kurang dari lima kali kunjungan dalam setahun, 13 orang sebanyak 5-10 kali kunjungan, dan 9 orang dengan kunjungan lebih dari 10 kali (Gambar 10a). Dari 60 responden tersebut, sekitar 8% melakukan kunjungan pada hari kerja, 59% pada hari libur, 17% saat ada acara di Monas, dan 16% lainnya pada waktu yang tidak tentu (Gambar 10b). Waktu rata-rata yang dibutuhkan responden kurang lebih 2 jam.

Gambar 10 (a) Jumlah kunjungan dan (b) waktu kunjungan rata-rata

Sebagai tempat wisata, Monas memiliki spot-spot yang digunakan untuk beraktifitas, sebanyak 48% pengunjung tertarik pada Tugu Monas, 36% memilih beraktifitas di taman, kegiatan olahraga pun dipilih 10% pengunjung, dan 6% pengunjung memilih spot lainnya (Gambar 11a dan 11b). Selain itu, pengunjung juga berhak menikmati karya-karya menarik yang dipamerkan. Persepsi responden terhadap karya yang paling menarik didominasi oleh Tugu Monas, Taman Monas, dan Air Mancur Menari. Sektor Utara menjadi sektor utama yang paling sering dikunjungi, karena di sektor ini ada pintu menuju Tugu Monas, sebanyak 40% pengunjung mengakuinya. Sektor selanjutnya yang lebih sering dikunjungi adalah Sektor Barat sebanyak 32% responden. Persentase ini dapat dilihat pada Gambar 11(b).

(41)

25

Ga

mbar

12 P

eta inve

nt

ar

(42)

26

Analisis dan Sintesis

Gambaran Umum per Sektor

Pada bagian ini, dilakukan analisis deskritif secara umum menilai kelayakan per sektor untuk dijadikan sebagai Taman Patung. Sedangkan, pada bagian topografi, iklim dan kenyamanan, fasilitas dan utilitas, kondisi keempat sektor mempunyai karakteristik yang sama. Berikut merupakan penjabaran mengenai potensi dan kendala per sektor;

1. Sektor Utara

Sektor ini berbatasan dengan Makamah Agung dan Istana Negara di bagian utara, sistem keamanan bangunan tersebut sangat tinggi, sehingga mempengaruhi bentukan desain pada sektor ini. Salah satu sistem keamanan daerah ini adalah tidak diperbolehkannya aksi pengambilan foto ke arah Istana Negara maupun sepanjang Jalan Merdeka Utara. Terlihat pada tapak, bentukan desain sangat kaku dan perencana tidak menambahkan elemen-elemen tertentu yang dapat menimbulkan banyak kegiatan pengunjung karena dikhawatirkan akan mengganggu keamanan Jalur Merdeka Utara. Pada bagian selatan sektor ini, terdapat sebuah pintu masuk menuju Tugu Monas yang kerap kali dipenuhi pengunjung. Pintu masuk ini merupakan pintu masuk satu-satunya menuju Tugu Monas sehingga area ini ramai didatangi oleh pengunjung dan para pedagang. Selain itu, area ini juga menjadi tempat pemberhentian kereta wisata Monas yang menyebabkan tingkat keramaian yang tinggi. Oleh karena itu, sebagai sintesis, Sektor Utara ini tidak dapat dirancang sebagai Taman Patung. Kondisi Sektor Utara secara umum ditunjukan pada Gambar 13.

Gambar 13 Sektor Utara 2. Sektor Timur

(43)

27

Gambar 14 Sektor Timur

3. Sektor Selatan

Sektor Selatan menjadi tapak yang menarik di Taman Monas, karena pada sektor ini terdapat kandang Rusa totol dibagian timur tapak dan berbagai pohon tinggi terdapat disini, sehingga menjadi sektor yang paling nyaman dikunjungi, namun keberadaan pohon-pohon ini justru menghalangi pandangan terhadap Tugu Monas yang memang merupakan ikon yang paling utama dari Taman Monas. Selain itu, sektor ini juga mempunyai pintu masuk dari lahan parkir sehingga kurang nyaman jika dijadikan taman patung dengan pertimbangan bising dan polusi yang lebih banyak yang dapat mempercepat rusaknya patung-patung yang akan dipamerkan. Gambar 15 menunjukan kondisi umum Sektor Selatan.

Gambar 15 Sektor Selatan 4. Sektor Barat

(44)

28

paling baik untuk dijadikan tapak Taman Patung. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara terhadap Pengelola di Suku Dinas, Aryoga, dan Diana (2013) yang mengatakan bahwa Sektor Selatan sudah terdapat kandang rusa, Sektor Timur lebih dikenal sebagai sektor berolahraga, Sektor Utara tidak diperbolehkan untuk banyak aktifitas, hanya sektor ini yang memang lebih mempunyai nilai seni yang tinggi yang dapat menunjang Taman Patung yang akan dibuat.

Gambar 16 Sektor Barat

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada setiap sektor, maka Sektor Barat menjadi tapak yang paling layak untuk dijadikan Taman Patung sebagai penunjang minat pengunjung dalam menikmati keindahan Tugu Monas. Oleh karena itu, analisis berikutnya hanya akan membahas Sektor Barat. Menurut Simonds, J.O. (2006), analisis perancangan perlu mempertimbangkan beberapa data karakteristik tapak, yaitu (a) topografi, kemiringan, dan tanah, (b) softscape

dan hardscape, (c) hidrologi, drainase, air, lahan basah, dan dataran banjir, (d)

karakter visual, (e) iklim, orientasi tapak, dan naungan, (f) karakter tapak sekitarnya, (g) aksesibilitas, potensi, dan pola sirkulasi, (h) utilitas, (i) zonasi tapak, (j) kendala pengembangan tapak, serta (k) peraturan dan persyaratan terkait pada tapak. Data karakteristik tersebut dikelompokan dalam tiga aspek yaitu aspek fisik dan biofisik, aspek seni, dan aspek sosial.

Aspek Fisik dan Biofisik 1. Lokasi Tapak

(45)

29

Ga

mbar

17 P

eta

eksis

ti

ng S

ektor Bar

(46)

30

2. Topografi dan Kemiringan

Menurut Booth (1983), karakter topografi yang datar dapat menentukan bentukan desain pada tapak. Bentukan desain pada tapak yang paling tepat untuk taman bertopografi datar adalah menggunakan French Renaissance Style, gaya taman formal secara langsung akan membentuk vista dan axis yang panjang pada tapak. Selain itu, taman dengan topografi datar lebih diutamakan menggunakan pola geometrik pada sirkulasi, agar terkesan formal, kaku, dan seimbang. Pola geometrik inilah yang dapat dipertimbangkan dan diadopsi untuk pola sirkulasi pada Taman Sektor Barat (Gambar 18).

Gambar 18 Penggunaam French Renaissance Style pada tapak

Kondisi topografi tapak yang datar, memungkinkan pengguna untuk dapat melihat tapak dengan jangkauan horizontal yang luas. Pada bagian tengah tapak kemiringan 0% dan memiliki visibilitas langsung ke arah Tugu Monas, hal ini merupakan potensi yang tinggi dan dapat dimaksimalkan sebagai area display karya seni patung dan berpotensi sebagai ruang inti.

Taman Sektor Barat ini menjadi bagian dari sebuah axis panjang antara Tugu Monas, Air Mancur Menari, Jalan Merdeka Barat, dan Museum Nasional. Hal ini merupakan potensi yang dapat memperkuat pada bagian konsep taman dengan mengusung konsep sejarah.

Booth (1983) juga mengatakan bahwa tipe topografi datar akan menimbulkan kesan stabil, netral, damai, dan seimbang. Tapak yang datar dapat dikatakan sebagai tapak yang ideal dan dapat dikembangkan secara maksimal. Namun, tapak yang datar dapat memberi kesan monoton jika tidak dipadukan dengan elemen-elemen vertikal. Salah satu elemen vertikal yang menonjol dan menjadi point of interest pada Taman Monas adalah Tugu Monas (Gambar 19). Keberadaan Tugu Monas sebagai Taman Monas merupakan potensi yang dapat dimaksimalkan dalam desain.

(47)

31 3. Iklim dan Kenyamanan

Standar kenyamanan pada ruang terbuka dapat ditentukan dengan rumus THI (Thermal Humadity Index) yaitu:

Dengan, T = 28.3oC RH = 73.9 %

Maka, THI (Taman Monas) = 0,8(28.3) + (73.9 x 28.3 /500) = 22.64 + 4.18274

= 26.82

THI pada Taman Monas menunjukan angka sebesar 26.82 yang masih dibawah jangkauan batas kenyamanan sebesar < 27 dan masih dikatakan nyaman (Pratiwi 2010). Namun, untuk meningkatkan kenyamanan pengguna dibutuhkan ameliorasi iklim dengan penambahan vegetasi penaung. Terkait dengan patung, perubahan iklim dapat mempengaruhi pemilihan dan penggunaan material pada patung di ruang terbuka. Menurut Kartika (2004), material yang dapat digunakan dalam pembuatan patung dapat berupa tanah liat, lilin, kayu, bambu, batu padas, batu andesit, tembaga, dan lain sebagainya. Pada tapak dengan kondisi iklim dan curah hujan yang cukup tinggi, penggunaan material tembaga dan batu lebih diutamakan. Oleh karena itu, bahan baku utama yang akan digunakan adalah batu yang cukup aman dengan kondisi iklim dan cuaca pada tapak.

4. Vegetasi

Vegetasi pada tapak sudah cukup baik, dalam penataannya vegetasi didominasi oleh jenis pohon tinggi. Berdasarkan kriteria fungsi vegetasi, terdapat tiga jenis yaitu vegetasi display, penaung, dan pengarah. Penjelasan tiga fungsi ini dapat dilihat pada Gambar 20. Berdasarkan Master Plan dari Suku Dinas Pertamanan Jakarta Pusat, vegetasi paling barat pada tapak merupakan zona konservasi yang harus dipertahankan. Area ini juga berpotensi sebagai area konservasi satwa baik yang sudah ada maupun satwa-satwa yang sengaja didatangkan dengan pemilihan vegetasi yang tepat. Perancangan pun tidak dapat banyak menggunakan semak, hal ini mempertimbangkan perawatan yang sebaiknya seminimal mungkin terhitung pada korelasi jumlah pekerja dengan luasan tapak. Selain itu, penataan vegetasi sebaiknya dapat diolah lagi dengan penyesuaian terhadap konsep taman yang akan direncanakan.

5. Aksesibilitas dan Sirkulasi

Taman Monas dikelilingi oleh pusat pemerintahan dan ekonomi yang mempermudah akses menuju Taman Sektor Barat. Taman ini dapat diakses melalui Jalan Silang Merdeka Barat Laut dan Barat Daya yang keduanya merupakan akses utama Taman Monas. Aksesibilitas pada dua jalan utama ini dapat menggunakan kendaraan bermotor, sedangkan dalam tapak sirkulasi hanya dapat dipergunakan oleh pejalan kaki. Taman Monas yang sudah ada saat ini merupakan hasil perencanaan pihak perencana bersama Gubernur Sujardi Soedirdja pada tahun 1997, ada beberapa bentukan desain yang tidak dapat dirubah. Salah satunya bentukan pola sirkulasi di Taman Sektor Barat yang sudah ditetapkan dengan pola geometrik. Pola geometrik inilah yang akan tetap dipertahankan dan diimprovisasi. Analisis aksesibilitas dan sirkulasi dapat diperjelas pada Gambar 21.

(48)

32

Ga

mbar

20 P

eta

ana

li

sis

ve

ge

(49)

33

Ga

mbar

21 P

eta

ana

li

sis

a

ksesibil

it

as dan

(50)

34

6. Hidrologi dan Tanah

Taman Sektor Barat memiliki tipe saluran drainase terbuka dan tertutup, yang secara umum keduanya sudah berfungsi dengan baik. Sistem drainase terletak disetiap sisi-sisi jalur pedestrian dan berfungsi mengalirkan air keluar menuju bagian selatan tapak. Sistem drainase yang baik ini didukung dengan keberadaan vegetasi yang dapat meyerap air hujan sehingga tidak terjadi run off. Sehingga, tidak ada perbaikan berarti yang perlu dilakukan.

7. Fasilitas dan Utilitas

Fasilitas dan utilitas yang disediakan sudah cukup beragam, namun jumlah yang disediakan tidak mencukupi kebutuhan pengguna. Selain itu, setiap bentukan fasilitas yang disediakan terlalu formal dan dirasa kurang menyatu satu sama lain dalam segi konsep material dan bentukan desain. Oleh karena itu, kesatuan material dan penambahan fasilitas seperti tempat duduk, tempat sampah, lampu, dan lainnya perlu ditingkatkan dari segi jumlah dan bentukan desain untuk memperkuat konsep taman serta lebih menarik pengunjung.

8. Visual

Loidl H dan Benard S (2003) membagi kemampuan seseorang dalam melihat karya seni secara sempurna dengan sudut pandang vertikal dan horizontal. Sudut pandang pejalan kaki secara horizontal sebesar 60o, sedangkan secara vertikal sebesar 30o (Gambar 22). Sudut pandang ini perlu diperhatikan dalam penataan patung. Penjelasan lebih lanjut mengenai analisis visual dapat diperjelas melalui Gambar 23 yang lebih membahas analisis good view dan bad view.

Sumber: Loidl H dan Benard S (2003)

Gambar 22 Sudut pandang pejalan kaki terhadap karya seni Aspek Seni

1. Elemen Seni dan Estetika

(51)

35

Ga

mbar

23 P

eta

ana

li

sis

(52)

36

2. Karya Seni

Bentukan patung pada Taman Sektor Barat masih dirasa kurang kuat, diantaranya peletakan Patung Moh. Husni Thamrin dan artwork berupa bambu dari tembaga yang dinamakan Air Mancur Pesona Monas, berdasarkan pengamatan keduanya tidak memiliki hubungan yang spesifik. Oleh karenanya, dibutuhkan satu konsep menarik yang menyatukan setiap elemen-elemen taman. 3. Prinsip Desain

Berdasarkan pengamatan di lapang mengenai prinsip-prinsip desain yang digunakan pada tapak, diperoleh analisis seperti yang tercantum pada Tabel 10. Tabel 10 Analisis prinsip-prinsip desain pada tapak

No. Prinsip Desain Analisis Sintesis Gambar

1 Harmony

background karya seni bentuk softscape dan

hardscape

Keseimbangan ini sebaiknya

dipertahankan dan dikembangkan

(53)

37 Tabel 10 Analisis prinsip-prinsip desain pada tapak (lanjutan)

No. Prinsip Desain Analisis Sintesis Gambar

6 Simplicity

Sumber gambar: dokumentasi pribadi, 2013 Aspek Sosial

1. Pengelola

Bentuk pengelolaan yang dilakukan Suku Dinas Pertamanan Jakarta Pusat terhadap Taman Monas mengacu pada buku panduan perencanaan awal yang disusun oleh pihak perencana dan berdasarkan persetujuan Gubernur Surjadi Soedirdja (1995). Dalam buku panduan yang berjudul “Rencana Tapak dan Pedoman Pembangunan Fisik Taman Medan Merdeka”, tertulis beberapa pakem perencanaan yang harus dipertahankan atau tidak.

Mengenai tata letak setiap ruang, baik Ruang Agung, Sektor Utara, Sektor Timur, Sektor Selatan, maupun Sektor Barat tidak dapat dirubah letak posisinya. Hal ini juga berlaku pada pintu masuk utama pada Jalan Silang Merdeka, karena akan berpengaruh terhadap lingkungan tapak yang merupakan pusat pemerintahan Indonesia. Pada Sektor Barat, pola yang digunakan tetap harus menggunakan pola geometrik, namun bentukan pola-pola yang sekarang dapat dirubah dan diperbaiki. Selain itu, setiap sektor sudah ditentukan pemanfaatanya, seperti Ruang Agung tempat bagi wisatawan yang ingin masuk kedalam Tugu Monas dan mempelajari sejarah kemerdekaan Indonesia. Sektor Utara yang berfungsi untuk acara kenegaraan dengan sistem keamanan yang ketat, Sektor Selatan sebagai area konservasi vegetasi dan satwa. Sedangkan, Sektor Barat yang merupakan area seni dan pertunjukan.

(54)

38

konservasi yang tidak dapat dirubah baik dari segi tata letak maupun vegetasi eksistingnya. Pada Sektor Barat juga terdapat sebuah kolam air mancur menari yang cukup luas yang merupakan zona inti yang tidak dapat dirubah. Zona inti dimaksudkan agar setiap pengunjung yang masuk ke dalam sektor dapat langsung dari area pelataran Medan Merdeka. Hal-hal yang disebutkan dalam Master Plan tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam mendesain tapak.

2. Pengguna

Monas yang menampilkan display patung dirasa kurang mempengaruhi tingkat kesadaran responden terhadap keberadaan patung tersebut, hanya 37% responden yang menyadari keberadaan patung-patung tersebut (Gambar 24 (a)). Dari 37% responden yang menyadari keberadaan patung-patung di Taman Monas, hanya 18% yang mengatakan kondisi patung-patung tersebut dalam kondisi baik, 57% mengatakan cukup baik, dan 25% mengatakan patung-patung tersebut dalam kondisi kurang baik (Gambar 24 (b)). Kondisi patung dikatakan baik, jika setiap bagian dari tubuh patung masih utuh dan pelapis patung tidak terkelupas. Kondisi Monas yang kental akan konsep kemerdekaan Indonesia kurang diimbangi oleh apresiasi masyarakat terhadap benda-benda seni bersejarah di Monas, hal ini mencetuskan ide untuk merancang Taman Patung di Taman Monas.

Gambar 24 (a) Tingkat kesadaran responden dan (b) persepsi responden terhadap patung-patung di Taman Monas

Sebanyak 92% dari 60 responden menyetujui rencana ini. Beberapa dari mereka menambahkan bahwa rancangan ini akan menambah nilai artistik Monas dengan menambahkan unsur sejarah perjuangan kemerdekaan dan tentunya menambah minat wisatawan untuk berkunjung ke Monas. Fungsi-fungsi yang sebaiknya ditampilkan menurut persepsi dominan responden yang mengatakan adanya fungsi aktif dan pasif, yang didukung oleh data kuantitatif sebanyak 31 responden. Sebanyak 18 responden mengatakan patung hanya dapat ditampilkan dengan fungsi pasif (patung hanya sebagai display) dan 8 responden lainnya mengatakan hanya dengan fungsi aktif (dapat digunakan untuk beraktifitas). Persepsi ini diperjelas dalam diagram yang ditunjukan pada Gambar 25.

(55)

39 Konsep

Konsep Dasar

Sejarah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia yang memberikan pelajaran kehidupan. Dengan mempelajari sejarah, manusia akan mendapatkan gambaran tentang kehidupan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau. Kehidupan dan peristiwa-peristiwa tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman hidup saat ini dan masa yang akan datang. Salah satu sejarah yang dapat dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia adalah sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya.

Perjalanan sejarah Indonesia dilalui dengan beberapa kali penjajahan oleh bangsa asing seperti Portugis, Belanda, Jepang, dan bangsa lain. Penjajahan yang paling mendekati era kemerdekaan yaitu pada era pendudukan Jepang yang berlangsung dari tahun 1942 sampai tahun 1945. Pada era tersebut, Indonesia mengalami masa-masa paling sulit yang diwarnai dengan perubahan-perubahan penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Namun, berkat era kependudukan Jepang inilah, akhirnya Indonesia dapat mewujudkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini akan memperkuat konsep Taman Monas yang juga mengusung kemerdekaan sebagai konsep utama.

Konsep dasar Taman Sektor Barat ini mengangkat mengenai era perjuangan rakyat Indonesia menuju kemerdekaan. Pengangkatan konsep ini, disesuaikan dengan konsep kemerdekaan Indonesia pada keseluruhan Taman Monas. Konsep ini menekankan pada unsur-unsur sejarah yang menceritakan bagaimana para pejuang Indonesia berjuang menuju kemerdekaannya, serta menyajikan hal-hal penting yang terjadi pada era tersebut. Konsep ini menekankan pada unsur seni dan sejarah, khususnya tahun 1942 hingga 1945, dengan harapan dapat mengingatkan kembali memori masa perjuangan dan meningkatkan semangat kemerdekaan bagi pengunjung. Selain itu, konsep ini diharapkan menjadikan Taman Patung Sektor Barat sebagai pendukung keberadaan Tugu Monas dan sebagai pendukung sektor lainnya.

Konsep Desain

Konsep desain menjadi dasar landasan dalam pengembangan pola dan penggunaan elemen lanskap yang dapat diterapkan pada tapak. Pola-pola yang dipilih dalam konsep desain dapat membentuk karakter tapak, baik dalam pembagian zona, pola sirkulasi, penataan vegetasi maupun secara visual.

Semangat perjuangan masyarakat Indonesia terhadap kemerdekaan disimbolkan dengan bambu runcing. Hal ini sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada tahun 1941, ketika itu Kiai Noer (Putera Kiai Subchi) yang mengusulkan pada pasukan Hizbullah-Sabilillah yang dipimpin oleh Kiai Subchi untuk mempersenjatai diri melawan penjajah dengan cucukan (bambu yang diruncingkan ujungnya). Bambu dipilih karena merupakan senjata sederhana yang mudah diperoleh dan dibuat. Pamor penggunaan bambu terkenal saat memasuki era pendudukan Jepang (1942-1945), dalam beberapa kali peperangan bambu runcing digunakan para pejuang dan berhasil memenangkan peperangan hingga akhirnya kemerdekaan Indonesia tercapai. Dalam beberapa peperangan yang dimenangkan oleh para pejuang, maka beredarlah pepatah “Hanya dengan bambu

(56)

40

Atas dasar kepamorannya pada era pendudukan Jepang, bambu runcing yang merupakan simbol kekuatan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia diangkat menjadi konsep desain pada taman ini. Bambu runcing yang biasa disandingkan dengan bendera merah putih, memberikan makna-makna tertentu. Penjabaran makna-makna yang terkandung dalam bambu runcing dapat diaplikasikan dalam lima bagian dan ditransformasikan pada Gambar 26:

a. bendera merah putih pada bambu runcing sebagai pembentuk karakter pada tapak. Pada beberapa ruang akan menampilkan transformasi warna merah dan putih bendera.

b. bambu runcing, menghasilkan garis-garis tegas yang dapat ditransformasikan menjadi pola geometrik.

c. pola utuh bambu runcing dapat dikembangkan dalam bentukan karya seni. d. bentukan bambu runcing dapat dikembangkan dalam bentukan hardscape

dan juga dapat menambahkan kebun bambu pada area tertentu.

e. gradasi warna hijau yang dihasilkan pada bambu runcing, mendasari pemilihan warna vegetasi pada tapak.

Sumber gambar: www.google.com

(57)

41 Konsep Ruang dan Aktivitas

Penataan ruang pada tapak didasarkan pada analisis dan sintesis aspek fisik dan biofisik tapak yang disesuaikan dengan aktifitas dominan yang dilakukan pengunjung. Penataan ruang dibagi menjadi tiga zonasi yaitu Zona Penerimaan, Zona Display, dan Zona Konservasi. Zona Penerimaan memiliki dua sub zona yang terdiri dari Plaza Penerimaan sebagai pintu masuk utama dan Lorong Sejarah sebagai ruang transisi menuju sub zona selanjutnya. Patung-patung ditata dalam Zona Display yang didalamnya terdapat sub zona yang saling berhubungan, yaitu Plaza Kerakyatan, Plaza Perjuangan, Ampiteater 1 dan 2, Plaza Siluet Pejuang, Air Mancur Kemerdekaan, Plaza Perdamaian, dan Plaza Kebangsaan. Sedangkan, pada Zona Konservasi, vegetasi-vegetasi eksisting dipertahankan pada Area Konservasi Vegetasi dengan penambahan Kebun Jarak (Ricinus communis, vegetasi utama yang ditanam paksa pada era pendudukan Jepang) dan Kebun Bambu (Bambussa sp., untuk memperkuat konsep desain yang menggunakan bambu runcing). Selain itu, terdapat Area Konservasi Satwa untuk menjadi habitat satwa yang telah ada dan juga mendatangkan satwa lain dengan penggunaan pemilihan vegetasi pengundang satwa. Area ini didominasi oleh burung. Untuk lebih memahami pergerakan yang diharapkan dari pengunjung dalam menelusuri tapak, maka dibutuhkan sebuah sequence. Dari setiap pergerakan pengunjung, diharapkan menghasilkan aktifitas dalam pergerakan aktif dan pasif. Aktif berarti pengunjung dapat bergerak dengan bebas dalam berekreasi dan bersosialisasi, sedangkan pasif, pengunjung diharapkan menjadi penikmat dari karya seni ada. Penataan konsep ruang, sequence, dan aktifitas dapat dilihat pada Gambar 27.

(58)

42

Setiap zonasi yang terbagi atas beberapa ruang yang menyediakan berbagai fasilitas yang disesuaikan berdasarkan analisis aspek sosial dengan memperhatikan kebutuhan ruang terhadap aktifitas dan fasilitas. Keterangan mengenai penataan ruang dan fungsi ruang terhadap aktifitas pengguna dapat di jelaskan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Penataan ruang, aktifitas, dan fasilitas

Zonasi Elemen Ruang Aktifitas Fasilitas Zona

Penerimaan

Plaza Penerimaan Penyambutan, tempat berkumpul

Signage, vegetasi

display, papan informasi Lorong Sejarah Mencari dan

mendapatkan

Menikmati karya seni Patung pada water feature, permainan

lighting

Plaza Kerakyatan Menikmati karya seni Patung, hamparan rumput

Plaza Perjuangan Menikmati karya seni Patung, vegetasi display

Ampiteater 1 dan 2 Menikmati pertunjukan karya seni, berisitirahat

Tempat duduk panjang

Plaza Siluet Pejuang Menikmati karya seni Patung, permainan

lighting

Plaza Perdamaian Menikmati karya seni Patung, vegetasi display

Plaza Kebangsaan Menikmati karya seni Patung, hamparan rumput

Zona Konservasi

Area Konservasi Satwa Main bersama burung-burung

Fungsi vegetasi dalam seni karya patung dapat memberi peranan penting, menurut Booth (1983), vegetasi dapat memberikan dua fungsi terhadap karya seni yaitu sebagai foreground dan background. Penggunaan vegetasi sebagai

foreground adalah dengan meletakkan vegetasi di depan atau di jarak tertentu

terhadap karya seni, sedangkan fungsi background menempatkan vegetasi tepat berada di belakang karya seni yang dipamerkan (Gambar 28 dan 29).

Gambar

Gambar 1 Kerangka pikir
Tabel 2 Jenis, sumber, dan kegunaan data
Gambar 3 Lima sektor utama Taman Monas
Tabel 4 Jenis vegetasi pada tapak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meningkatkan nilai Taman Monas baik secara estetika, biologis, maupun ekologis, termasuk nilai pendidikan dan penelitian, maka pada tahun 2003 ditempatkan

Modus responden menyatakan sering berpartisipasi pada acara RT/RW di taman dengan IQV ≤ 0,5 Tidak Terpenuhi Tingkat frekuensi partisipasi masyarakat dalam perawatan taman

Dari penelitian dan proses desain Re-Desain Interior Teater Taman Ismail Marzuki di Jakarta Pusat dengan Gaya Kontemporer dan Konsep Green Design’ dengan tema ‘United in Experience’

Taman olahraga Kejapanan yang berada di Desa Kejapanan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur memiliki luas 11.644m 2. Konsep desain taman adalah desain

Analisis regresi linier digunakan untuk menilai hubungan antara faktor suhu udara maupun faktor kelembaban dengan luas kanopi pohon tiap grid dalam taman yang

Modus responden menyatakan sering berpartisipasi pada acara RT/RW di taman dengan IQV ≤ 0,5 Tidak Terpenuhi Tingkat frekuensi partisipasi masyarakat dalam perawatan taman

Ice Skating di Sky Rink merupakan terbesar di Asia tenggara dengan luas 1,248 m2, dengan fasilitas utama yang disediakan oleh pihak pengelola Mall Taman Anggrek

Lokasi pendugaan kandungan biomassa dan serapan karbon di Taman Hutan Kampus IPB berada pada koordinat 6032’44” LS dan 106043’5” BT dengan luas areal yang tertanam adalah 0,09 ha..