• Tidak ada hasil yang ditemukan

fasilitas peribadatan 1 C.Fasilitas Kritis : fasilitas kesehatan 1,5 fasilitas pendidikan 1,5

Lingkungan (10) Kawasan hijau

bakau 1

pemakaman 3

lain-lain/semak dan rawa 1,5

ruang terbuka 2,5

tanah kosong diperuntukan 2

Setelah dilakukan pembobotan, kemudian dihitung skoring berdasar acuan pembuatan peta bencana dari BNPB, dan dari keempat komponen nilai skor tersebut di formulasikan sebagai indekkerentanan dengan 3 klasifikasi yaitu rendah, sedang, tinggi berdasar analisis SIGdan formula sebagai berikut :

Tabel 4. Nilai bobot kerentanan, modifikasi Peraturan Kepala BNPB No12 tahun 2012

Peta Indek Kerentanan

17 Sedangkan untuk pembuatan peta kapasitas adaptasi banjir rob,berdasarkan pada Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012, dimana komponen utamanya adalah sebagai berikut :

1. Aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana 2. Peringatan dini dan kajian risiko bencana

3. Pendidikan kebencanaan

4. Pengurangan faktor risiko dasar

5. Pembangunan kesiapsiagaan pada seluruh lini

Dari kelima komponen tersebut memberikan dasar dalam menentukan parameter kapasitas banjir rob dengan keterbatasan sumber data yang ada. Kemudian atas dasar tersebut, didapat lima parameter kapasitas pada bencana banjir rob sebagai berikut :

Jumlah tenaga kesehatan

Kapasitas ini didasarkan atas komponen aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana dan pengurangan faktor risiko. Asumsi tersebut dapat dijelaskan bahwa penempatan tenaga kesehatan haruslah disesuaikan kondisi demografi dan sosial penduduk suatu wilayah yang ditetapkan oleh suatu aturan dalam sebuah kelembagaan. Jadi parameter ini dipilih untuk menjadi penilaian dalam indikator kapasitas banjir rob. Data parameter ini diambil dari BPS kota Jakarta Utara dalam Jakarta Utara dalam Angka 2012.

Jumlah sarana kesehatan

Seperti halnya pada parameter jumlah tenaga kesehatan, jumlah sarana kesehatan dipilih atas dasar komponen kapasitas yang sama yaitu komponen aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana dan pengurangan faktor risiko. Sumber data juga diperoleh sama dengan parameter diatas yaitu Jakarta Utara dalam Angka 2012.

Sosialisasi banjir rob

Parameter kapasitas ini dipilih sebagai pencerminan komponen pendidikan kebencanaan, peringatan dini, dan pengurangan faktor risiko. Data yang diambil berdasarkan laporan BPBD Provinsi DKI Jakarta.

Perolehan bantuan

Parameter kapasitas ini dipilih sebagai pencerminan komponen pengurangan faktor risiko, dan aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana. Data yang diambil berdasarkan laporan BPBD Provinsi DKI Jakarta.

Adanya posko darurat

Parameter kapasitas ini dipilih sebagai pencerminan komponen pembangunan kesiapsiagaan atas bencana, dan pengurangan faktor risiko. Data yang diambil berdasarkan laporan BPBD Provinsi DKI Jakarta.

Kelima parametertersebut kemudian ditentukan klasifikasi dan rumusan total kapasitas banjir rob dengan hasil seperti pada Tabel 5.

18

Komponen Kapasitas

Kelas Kapasitas Bobot

(%)

Rendah Skor Sedang Skor Tinggi Skor

Jumlah Tenaga Kesehatan < 10 orang 1 11-20 orang 3 > 20 orang 5 20 Jumlah Sarana Kesehatan

< 10 buah 1 11-20 buah 3 > 20 buah 5 20

Sosialisasi Bencana

Tidak Ada 1 - - Ada 3 20

Perolehan Bantuan

Tidak Ada 1 - - Ada 3 20

Posko Tanggap Darurat

Tidak Ada 1 - - Ada 3 20

Untuk membuat klasifikasi risiko banjir rob dari hasil pemetaan ancaman,kerentanan, dan kapasitas banjir rob, berdasarkan pada Peraturan Kepala BNPB No.2 tahun 2012,digunakan matriks dengan rumusan VCA (VulnerabilityCapacity Analysis), sebagaimana Gambar 5.:

Kerentanan/Kapasitas (V/C)

Kapasitas (C)

Tinggi Sedang Rendah

Kerentanan ( V) Rendah Sedang Tinggi Bahaya x Kerentanan/Kapasitas (H x V/C) Kerentanan/Kapasitas (V/C)

Rendah Sedang Tinggi

Ancaman Bahaya (H) Rendah Sedang Tinggi keterangan rendah sedang tinggi

Gambar 5. Matriks penentuan kelas kerentanan dan risiko Analisis Spasial

Data Spasial merupakan data yang menunjuk posisi geografi dimana setiap karakteristik memiliki satu lokasi yang harus ditentukan dengan cara yang unik.

Tabel 5. Nilai bobot kapasitas, berdasarkan Peraturan Kepala BNPB No2 tahun 2012

Peta Indek Kapasitas Adaptasi

Banjir Rob

= ( (0,2*skor tenaga kesehatan) + (0,2* skor sarana kesehatan) + (0,2* skor sosialisasi bencana) + (0,2* skor bantuan) +

19 Untuk menentukan posisi secara absolut berdasar sistem koordinat. Untuk area kecil, sistem koordinat yang paling sederhana adalah grid segiempat teratur. Untuk area yang lebih besar, berdasarkan proyeksi kartografi yang umum digunakan (Tuman,2001).Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan menganalisis sistem seperti analisis statistik dan overlay yang disebut analisis spasial. Analisis dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering digunakan dengan istilah analisis spasial ,tidak seperti sistem informasi yang lain yaitu dengan menambahkan dimensi ‘ruang (space)’ atau geografi. Kombinasi ini menggambarkan attribut-attribut pada bermacam fenomena seperti umur seseorang, tipe jalan, dan sebagainya, yang secara bersama dengan informasi seperti dimana seseorang tinggal atau lokasi suatu jalan (Keele,1997).

Analisisspasial dilakukan dengan mengoverlaydua peta yang kemudian menghasilkanpeta baru hasil analisis (Tuman,2001).Salah satu cara dasar untuk membuat ataumengenali hubungan spasial melalui prosesoverlay spasial. Overlay Spasial dikerjakandengan melakukan operasi join danmenampilkan secara bersama sekumpulan datayang dipakai secara bersama atau beradadibagian area yang sama. Hasil kombinasimerupakan sekumpulan data yang baru yangmengidentifikasikan hubungan spasial baru.Overlay petamerupakan proses penggabungan dua peta tematikdengan area yang sama dan menghamparkansatu dengan yang lain untuk membentuk satulayer peta baru. Kemampuan untukmengintegrasikan data dari dua sumbermenggunakan peta merupakan kunci dari fungsianalisis Sistem Informasi Geografi.

20

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kenaikan Muka Air Laut

Berdasarkan analisis data pasang surut bulanan dengan rata-rata setiap tahun dari stasiun Tanjung Priok yang di olah dengan least square linier regression terhadap nilai distribusi bivariate selama rentang 27 tahun pengamatan (1984 – 2011), menunjukkan adanya kecenderungan kenaikan muka air laut di perairan Teluk Jakarta, dengan persamaan y = 0,0588x + 212,83, maka kenaikan muka air laut per tahun didapatkan sekitar 0,71 cm/tahun. Trend kenaikan muka air laut tahunan dihitung dari data pasang surut bulanan, sebagaimana Gambar 6.

Gambar 6. Grafik pasang surut St. Tanjung Priok tahun 1984-2011

Data kenaikan muka air laut yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan penelitian Nicco Plamonia, (2010) dikemukakan bahwa kenaikan muka di sekitar teluk Jakarta sebesar 0,575 cm/th.Hasil proyeksipada tahun 2030, tahun 2040 dan tahun 2050 ditunjukkan sebagaimana Gambar 7.

Gambar 7. Grafik proyeksi kenaikan muka air laut 2050 Tahun

21 Pada Gambar 7., hasil proyeksi pada tahun 2030 kenaikan muka laut mencapai 275,15cm pada tahun 2040 pada angka 282,21cm dan tahun 2050 muka laut 289,27cm. Secara umum kenaikan muka laut yang terjadi di Teluk Jakarta disebabkan oleh faktor global dan faktor lokal. Faktor global yang berpengaruh adalah adanya penambahan masa air akibat mencairnya es di kutub utara dan selatan yang diakibatkan oleh kenaikan suhu atmosfer secara global atau global warming(Molenaar, 2008).

Pasang Surut Perairan Teluk Jakarta

Data input merupakan data elevasi pasang surut harian selama 24 jam yang didapatkan dari buku Daftar Pasang Surut Tahun 2012 yang diterbitkan oleh Dishidros dalam kurun waktu 1 Januari 2012 s/d 15 Januari 2012. Hasil pemrosesan data didapatkan konstanta pasut di teluk Jakarta sebagaimana yang tertera pada Tabel 6.

Tabel 6.Konstanta pasang surut di Teluk Jakarta

KONSTANTA AMPLITUDO (cm) FASA (°)BEDA

M2 5,16 217,52 S2 1,89 -18,19 N2 0,86 246,56 K2 2,57 151,11 K1 32,5 50,62 O1 12,53 72,79 P1 8,06 -25,86 M4 1,25 237,39 MS4 1,08 71,84 SO 59,65 -

Dari nilai konstanta pada Tabel 6. maka di didapatkan nilai bilangan Fromzahl sebagaimana persamaan berikut ;

BilanganFromzahl = 6,387, berarti F > 3, maka tipe pasang surut di kawasan teluk Jakarta termasuk tipe pasang surut harian tunggal. Hasil ini sesuai dengan penelitian Indriani (2010), yang menunjukkan bahwa tipe pasang surut sekitar Pelabuhan Tanjung Priok yaitu harian tunggal dengan nilai bilangan formzahl 3,44. Demikian halnya berdasarkan penelitian Newyeara (2013), diperolehtipe pasang surut yang sama yaitu harian tunggal. Bilangan Formzahl :5.25316, hal ini menunjukkan bahwa perairan Jakarta Utara mengalami satu hari terjadi satu kali

22

air pasang dan satu kali air surut.Elevasi penting didapatkan dari pengolahan sebagaimana pada Tabel 7.

Tabel 7.Elevasi-elevasi penting Teluk Jakarta

Nilai Elevasi - elevasi Penting Diikatkan Pada MSL (cm)

Highest Water Spring (HWS ) 59.73

Mean High Water Spring (MHWS) 49.84

Mean High Water Level (MHWL) 33.37

Mean Sea Level (MSL ) 0

Mean Low Water Level (MLWL) -31.57

Mean Low Water Spring (MLWS) -46.82

Lowest Water Spring (LWS ) -56.13

Analisis Threshold Banjir Rob

Hasil analisis threshold didapatkan hasil sebagaimana berikut,

Gambar 8. Elevasi muka air pasang surut tahun 2007

23 Gambar 10. Elevasi muka air pasang surut tahun 2009

Gambar 11. Elevasi muka air pasang surut tahun 2010

24

Dari ke 5 gambar grafik dapat kita lihat elevasi muka air tahun 2007 sampai tahun 2011, Spring Tide terjadi 3 kali setiap tahunnya, yaitu pada awal tahun (Januari & Awal Februari), pertengahan tahun (Mei - Juli), dan akhir tahun (Akhir Oktober - Desember). Dari data runut waktu elevasi muka air laut tersebut didapatkan elevasi-elevasi penting yang dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data kejadian rob yang tercatat oleh beberapa media

Bulan Tahun Pasut (cm) Tempat Kejadian rob

23 Agustus 2007 43.39 Muara Baru

25 November 51.91 Muara Baru

20 Desember 40.75 Muara Baru

8 Mei 2008 50.71 Sukarno hatta

2 Juni 50.16 Penjaringan dan Muara Kamal

14 November 51.03 Muara Baru

1 Desember 55.05 Tanjung Priok dan Muara Baru

14 Desember 58.84 Tanjung Priok dan Muara Baru

11 Januari 2009 55.97 Penjaringan dan Muara baru, Muara kapuk

9 Februari 43.70 Ancol, Marunda

12 Mei 53.25 Muara Kamal, Muara kapuk, Kapuk raya

14 Oktober 23.81 Marunda

19 Oktober 31.85 Muara Baru

5 November 52.39 Marunda, Kamal raya

2 Desember 54.39 Tanjung Priok

1 Januari 2010 58.13 Tanjung Priok

29 Januari 50.54 Pademangan

13 Februari 39.96 Muara Baru

15 Juni 52.91 Tanjung Priok

24 Juni 50.67 Muara Baru

3 Januari 2011 53.43 Tanjung Priok

17 Januari 51.23 Muara Baru

31 Oktober 52.28 Tanjung Priok, Muara Baru, Muara Angke

25 November 50.67 Pantai Mutiara, Pluit, Penjaringan

23 Desember 51.39 Tanjung Priuk, Muara Baru

Kejadian banjir rob rata rata terjadi pada kisaran bulan Januari – Februari (7 kejadian), Mei – Juli (5 kejadian), dan Oktober – Desember (12 kejadian), dengan lokasi meliputi Kecamatan Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, dan Cilincing. Dari Tabel 8.di atas, dapat kita lihat bahwa dari data kejadian banjir yang tercatat di media, kejadian rob dengan ketinggian pasut tertinggi terjadi pada tanggal 14 Desember 2008 dengan ketinggian elevasi muka air akibat pasut 58.84 cm, sedangkan kejadian rob dengan ketinggian pasut terendah terjadi pada tanggal 14 Oktober 2009 dengan ketinggian elevasi muka air akibat pasut 23.81 cm. Rata- rata ketinggian Pasut pada tanggal tersebut adalah 49.32 cm. Dari 25 kejadian banjir rob yang tercatat, terdapat total 19 kejadian (76%) yang diikuti oleh ketinggian pasang tinggi di atas nilai MHWS (Mean High Water Spring).

25 Analisis Spasial Banjir Rob Jakarta Utara

Digital Elevasi Model Jakarta Utara dari Lidar

Hasil DEM dari pengolahan data Lidar ditunjukkan pada Gambar 13., dengan sebaran nilai ketinggian -13 sampai 15 m diatas permukaan laut, kemudaian pada Gambar 14. dilakukan pengkelasan ketinggian untuk simulasi genangan banjir rob dengan 5 kelas yaitu -13 s/d 0,5 m; 0,5 s/d 1,5 m; 1,5 s/d 2 m; 2 s/d 3 m; 3 s/d 5 m. Sebagian besar ketinggian permukaan Jakarta Utara berada di bawah 1 m.

Gambar 13. Data Digital Elevasi Model dari Lidar

Dalam peta Gambar 14. terlihat kelas pada ketinggian antara 1,5m -2m sebagian berada di Kecamatan Kelapa Gading, jadi elevasi di Jakarta Utara semakin menjauhi garis pantai semakin tinggi .Hal ini berarti kondisi pesisir Jakarta Utara secara topografi mempunyai potensi besar terendam terhadap ancaman banjir rob.

26

Untukmengidentifikasi profil topografi dari masing-masing kecamatan yang berada di kawasan pesisir Jakarta Utara, maka digunakan software Global Mapper 11, yang hasilnyaditunjukkan pada Gambar 15.

Kecamatan Pademangan Kecamatan Penjaringan

Kecamatan Tanjung Priok Kecamatan Koja

Kecamatan Cilincing Kecamatan Kelapa gading

Gambar 15. Profil topografi kecamatan di Jakarta Utara

Profil topografi Kecamatan Pademangan jika ditarik garis sejauh 5 km dari arah timur ke barat maka, umumnya areanya bergelombang dan sebagian besar ketinggian areanya dibawah dari 1 m, hal ini sangat besar peluang akan terjadinya banjir rob jika didukung kondisi pasang surut atau kenaikan muka laut yang setiap tahunnya meningkat. Untuk Kecamatan Penjaringan topografi rata-rata datar dengan pengambilan garis sejauh 11.4 km dari Timur ke Barat, namun kondisi ketinggian areanya dominan dibawah 0 m, jadi potensi besar untuk terjadinya genangan banjir rob di kecamatan ini, bahkan sudah menjadi langganan adanya rob karena tpikal topografi sangat mempengaruhi.

Kecamatan Tanjung Priok, profil topografi proses pengambilan garis dari titik tepi pantai menuju ke darat sejauh 6 km, meski dominan ketinggian areanya

27 di bawah 1 m, karena ada areanya sebagian yang tinggi ke arah darat. Kejadian banjir rob pada sebagian tempat, pernah terjadi dan di area ini sering adanya aktivitas bongkar muat barang dari pelabuhan.

Profil topografi Kecamatan Koja, ditarik garis dari tepi pantai kearah darat sejauh 4.19 km menunjukkan daerah yang cenderung datar, dengan rata-rata ketinggian dibawah 1 m, terdapat sebagian daerah yang mengalami banjir rob. Pada Kecamatan Cilincing profil topografi diambil garis sejauh sekitar 7km, dari arah tepi garis pantai menuju ke arah darat. Kecenderungan areanya datar namun cukup luas yang berada pada ketinggian 2.5 m dn jarang terjadi adanya banjir Rob. Untuk kecamatan Kelapa Gading satu-satunya kecamatan yang tidak berada di tepi pantai teluk Jakarta, kondisi profil topografi cukup bergelombang, pengambilan garis profil sepanjang 4 km menunjukkan rata-rata ketinggian berada pada 2 m, sebagian kecil ada daerah yang terimbas banjir rob.

Mengacu pada Klasifikasi ancaman bahaya banjirberdasarkan Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012, maka dari data Citra Lidar dibagi menjadi tiga kelas yaitu rendah dengan genangan air setinggi kurang dari 0,75 meter, sedang dengan genangan air setinggi antara 0,75-1,5 meter, dan tinggi dengan genangan air setinggi lebih dari 1,5 meter, dan hasilnya seperti pada Gambar 16.

Gambar 16. Klasifikasi banjir rob berdasar Perka BNPB No 2 Tahun 2012 Dengan analisis SIG berbasis area kelurahan maka dari Gambar 16.didapatkan hasil peta bahaya banjir rob sebagaimana pada Gambar 17.

28

Gambar 17. Peta bahaya banjir rob Jakarta Utara berdasar Perka BNPB No 2 Th 2012 Penggunaan Lahan Jakarta Utara

Proses pengolahan data Citra Quickbird, digunakan klasifikasi unsupervised atau disebut klasifikasi tak terawasi, dan klasifikasi yang dihasilkan adalah sebanyak 19 kelas, di pesisir Jakarta Utara beserta masing-masing luasannya, yaitu sebagaimana pada Gambar 18., Gambar 19. dan Tabel 9.

29 Pada Gambar 19.Peta penggunaan lahan Jakarta Utara, dari sisi luasan area di dominasi oleh kelas pemukiman, dalam klasifikasi pemukiman ini dibagi menjadi 2 kelas yaitu perumahan teratur dan perumahan tidak teratur.

No Penggunaan lahan Area (ha)

1 bakau 188 2 fasilitas kesehatan 24 3 fasilitas pemerintahan 237 4 fasilitas pendidikan 53 5 fasilitas peribadatan 5 6 industri pengolahan 135 7 kawasan industri 666

8 lain-lain/semak dan rawa 814

9 pasar 87

10 pemakaman 72

11 pergudangan 533

12 perikanan 459

13 perkantoran/perdagangan/jasa 463 14 pertanian tanah basah 756

15 perumahan teratur 4832

16 perumahan tidak teratur 884 17 prasarana transportasi 339

18 ruang terbuka 749

19 tanah kosong diperuntukan 895 Gambar 19. Peta Penggunaan Lahan Jakarta Utara

30

Pada Tabel 9. lima kelas paling luas adalah perumahan teratur 4832 ha, tanah kosong 895 ha, perumahan tidak teratur 884 ha, semak dan rawa 814 ha dan pertanian lahan basah 756 ha. Hal ini menggambarkan bahwa pemukiman di Jakarta Utara sangat padat yang berarti jumlah penduduknya juga besar. Jadi selain dari sisi topografi dari sisi sosial kependudukan Jakarta Utara juga merupakan daerah potensi besar terancam terhadap bahaya banjir rob.

AncamanBanjir Rob terhadap Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan digunakan untuk menentukan parameter kerentanan secara spasial. Kelas perumahan adalah kategori penggunaan lahan yang paling luas di dalam area penelitian ini, jika dibandingkan dengan kategori yang lain. Perumahan teratur menempati luasan yan terbesar di Jakarta Utara. Umumnya perumahan yang teratur mengindikasikan kualitas perumahan yang bagus dan mempunyai pendapatan sedang hingga pendapatan tinggi. Demikian sebaliknya perumahan yang tidak teratur mengindikasikan kualitas perumahan yang kurang bagus dan pendapatan rendah hingga pendapatan sedang. Kelompok ini termasuk kelompok paling rentan dibandingkan dengan perumahan yang teratur. Disamping itu, terdapat penggunaan lahan yang berperan sangat penting yaitu daerah bisnis dan perkantoran, yang mengindikasikan pesisir Jakarta memegang peranan penting untuk aktivitas ekonomi dan bisnis di Kota Jakarta. Lahan yang tepat berada di depan garis pantai juga digunakan sebagai areal bisnis termasuk pelabuhan dan kawasan industri. Peningkatan kegiatan industri di daerah ini menyebabkan meningkatnya pengambilan air tanah untuk aktivitas industri. Dan hal ini juga mengakibatkan amblesan tanah pada daerah pesisir, maka semakin rentan daerah tersebut terhadap kejadian banjir.

Untuk mengetahui area penggunaan lahan yang diperkirakan terendam maka dilakukan analisis tumpang tindih. Tumpang susun antara peta bahaya banjir rob dan peta penggunaan lahan digunakan untuk melihat dampak banjir. Penggunaan lahan yang terkena dampak banjir dapat dihitung berdasarkan simulasi setiap kedalaman genangan banjir. Simulasi pertama, simulasi bahaya rendah banjir rob dengan ketinggian kurang dari 0,75m. Simulasi kedua bahaya sedang ketinggian 0,75-1,5m dan simulasi ketiga bahaya tinggi dengan ketinggian lebih dari 1,5m. Ketiga simulasi tersebut diaplikasikan untuk menghitung penggunaan lahan yang terpengaruh banjir.

Area yang terdampak banjir dari total penggunaan lahan masing-masing simulasi, ditunjukkan dalam Gambar 20. dan Tabel 10.

31 Pada Tabel 10. menunjukkan bahwa pada kelas perumahan teratur mengalami luas genangan yang cukup signifikan dari simulasi I luas daerah perumahan teratur hanya 1614 ha, kemudian simulasi II menjadi luas genangan 4571 ha dan pada simulasi III luasan yang tergenang hingga 6735 ha. Permasalahan sosial kependudukan ini seharusnya menjadi perhatian oleh pemerintah setempat terkait dengan keberadaan perumahan yang sangat padat di Jakarta Utara. Sebagai contoh dengan pembatasan ijin akan pembangunan perumahan di Jakarta Utara, atau pembangunan perumahan model vertikal/rumah susun. Berikutnya kelas perkantoran yang mempunyai luas area yang terkena dampak cukup besar, dari 356 ha kemudian 588 ha dan 709 ha. Kelas kedua ini mewakili permasalahan ekonomi yang menjadi terancam dengan kejadian banjir rob.

Pada Tabel 10. bagian simulasi III terdapat beberapa kelas penggunaan lahan yang luas areanya melampaui dari luas area penggunaan lahan yang ada di Jakarta Utara, sebagai contoh pada kelas tanah kosong diperuntukkan, luas area di Jakarta Utara 895 ha, sedangkan pada luas area simulasi III mencapai 942 ha. Hal ini terjadi karena proses pengolahan pada data citra LIDAR melebihi luas dari area Jakarta Utara, hal ini menunjukkan bahwa ada sebagian penggunaan lahan di Jakarta Utara jika terjadi banjir dengan kriteria yang tinggi maka penggunaan lahan tersebut akan tenggelam.

0,000 1000,000 2000,000 3000,000 4000,000 5000,000 6000,000 7000,000

Rendah Sedang Tinggi

Gambar 20. Grafik Penggunaan Lahan Jakarta Utara yang terkena dampak banjir 3 simulasi Area (ha)

32

No Penggunaan Lahan (rendah)/haSimulasiI (sedang)/haSimulasi II Simulasi III (tinggi)/ha

1 bakau 44 175 182 2 fasilitas kesehatan 2 9 26 3 fasilitas pemerintahan 64 211 372 4 fasilitas pendidikan 2 22 53 5 fasilitas peribadatan 0 2 8 6 industri pengolahan 11 132 260 7 kawasan industri 209 537 725

8 lain-lain/semak dan rawa 322 610 833

9 pasar 49 196 381

10 pemakaman 0,5 7 25

11 pergudangan 19 272 591

12 perikanan 95 600 978

13 perkantoran/perdagangan/jasa 356 589 709

14 pertanian tanah basah 31,5 371 605

15 perumahan teratur 1615 4571 6736

16 perumahan tidak teratur 266 1204 2193

17 prasarana transportasi 18 123 200

18 ruang terbuka 111 566 749

19 tanah kosong diperuntukan 267,5 711 942

Tabel.10. Luas area Penggunaan Lahan Jakarta Utara dan sekitarnya yang terkena dampak banjir

33 Gambar 21. dan Gambar 22. terlihat perbedaan yang cukup signifikan dampak genangan bahaya rendah dan bahaya sedang, area penggunaan lahan pada simulasi pertama tergenang sekitar 35% dan pada simulasi kedua sudah mencapai 80%. Pada Gambar 21. daerah yang mengalami genangan terus menerus adalah di kelurahan Kamal Muara, Kapuk Muara, Pluit, Penjaringan, Ancol dan Pademangan. Hal ini terjadi karena area daerah tersebut secara geografis mempunyai ketinggian wilayah yang rendah dan berada paling dekat dengan pantai, sedang pada Gambar 22. daerah yang terhindar dari genangan adalah kelurahan Kelapa Gading Barat, kelapa Gading Timur, Pegangsaan Dua, Sukapura dan sekitar Rorotan, secara geografis kelurahan tersebut berada di daerah yang tinggi dan jauh dari garis pantai. Pada Gambar 23. area genangan sudah mencapai 90%, dan hampir merendam seluruh kelurahan di Jakarta Utara. Gambar 22. Peta Penggunaan Lahan Jakarta Utara terkena dampakbanjir ketinggian 0,75-1,5m

34

Lahan pertanian, ruang terbuka, lahan kosong yang ditempati oleh manusia untuk hidup menyebabkan semakin tingginya kerentanan daerah pesisir dari bahaya bencana banjir rob. Pada umumnya daerah yang mendekati dengan pantai mempunyai elevasi yang lebih rendah daripada daerah lain. Daerah dengan elevasi permukaan tanah lebih rendah akan lebih terkena dampak kedalaman banjir dan genangan. Jadi kerentanan banjir rob terhadap kelas penggunaan lahan yang berada di area ketinggian yang rendah mempunyai risiko lebih tinggi daripada area dengan ketinggian yang lebih tinggi.

Analisis Kerentanan Jakarta Utara Kerentananan 4 Komponen

Setelah pemilahan data tabulasi BPS yang tercatat dalam buku Jakarta Utara dalam angka tahun 2013, kemudian dilakukan pembobotan dan skoring pada komponen kerentanan sosial, berikutnya dilakukan analisis SIG dan hasilnya seperti pada Gambar 24.

Pada Gambar 24., terlihat indek kerentanan sosial secara spasial dengan warna semakin gelap semakin tinggi tingkat kerentanan sosialnya. Lokasi kerentanan sosial yang tinggi berdasar klasifikasi analisis spasial berada pada kelurahan Semper Barat, Rawa Badak Selatan, Warakas dan Lagoa. Parameter sosial yang diolah untuk menentukan kerentanan sosial yaitu kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio kelompok umur dan rasio orang cacat pada masing-masing kelurahan. Parameter kerentanan sosial yang paling menentukan adalah kepadatan penduduk, karena di empat kelurahan tersebut tercatat angka kepadatan penduduk yang tinggi. Jadi semakin tinggi kepadatan penduduk suatu wilayah dari sisi kerentanan sosial maka semakin rentan wilayah tersebut.

35 Untuk peta kerentanan ekonomi disajikan sebagaimana Gambar 25., Kelurahan Ancol dan Kelurahan Penjaringan mempunyai indek kerentanan ekonomi tinggi. Parameter kerentanan ekonomi yang berpengaruh adalah pada penggunaan lahan perkantoran, perdagangan/jasa yang cukup luas di kedua

Dokumen terkait