• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fasilitas dan Infrastruktur wilayah

Dalam dokumen BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI KOTA JAYAPURA (Halaman 31-39)

2.4. Aspek Daya Saing Daerah

2.4.2. Fasilitas dan Infrastruktur wilayah

Sarana prasarana perkotaan merupakan aspek yang sangat penting dalam mengelola kawasan perkotaan. Ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan sangat menentukan dalam pengembangan suatu kota. Sarana perkotaan meliputi sarana pendidikan, kesehatan, permukiman, perdagangan, sarana perhubungan darat, serta sarana rekreasi dan olah raga. Prasarana perkotaan meliputi prasarana permukiman; prasarana perhubungan; prasarana jaringan, yang terdiri dari jaringan drainase perkotaan, jaringan irigasi, serta jaringan utilitas lainnya; serta prasarana persampahan dilihat dari segi aksesibilias, kualitas maupun cakupan pelayanannya, kondisi sarana dan prasarana di Kota Jayapura saat ini sudah cukup baik dan mulai tersebar secara merata di setiap Distrik. Gambar 2.15 Perkembangan Jumlah KK Miskin Tahun 2006 dan 2009 Sumber : Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Jayapura, 2010

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 41 a. Perumahan dan Permukiman

Pada umumnya Penduduk Kota Jayapura memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan rumah yang sehat dan layak.Hal ini ditandai dengan meningkatnya kesadaran penduduk untuk membangun rumah yang dilengkapi dengan dokumen izin membangun yang sah.

Pada tahun 2005, proporsi rumah penduduk dibangun dengan IMB hanya sekitar 406 unit telah berkembang menjadi 539 unit pada tahun 2009 (kenaikan 24.68%). Di lain pihak, ada peningkatan proporsi rumah tangga yang telah memiliki atau menyewa rumah sendiri dari 83.03% pada tahun 2008 menjadi 91.67% pada tahun 2009.

Hingga tahun 2008

rumah penduduk yang berlantai bukan tanah telah mencapai 90% dan telah memenuhi syarat

“sehat” mencapai

88.89%, sedangkan

proporsi luas wilayah

permukiman yang

tertata mencapai 99.90%

hingga tahun 2009.

Adapun KDB (Koefisien Dasar Bangunan) daerah

permukiman yang

tertata meningkat signifikan menjadi 520 pada tahun 2009 dari hanya 352 pada tahun 2005. Angka tersebut dapat dikatakan memadai karena telah berada di atas rata-rata pertumbuhan sebesar 448 selama 5 tahun terakhir.Pembangunan kawasan permukiman diarahkan ke Distrik Jayapura Selatan, Heram, Abepura, dan Muara Tami, dengan perkiraan kebutuhan lahan hingga tahun 2027 seluas 4,095.15 ha untuk 1163,505 unit rumah.

Untuk mendukung penataan pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Jayapura, maka berdasarkan RTRW Kota Jayapura Tahun 2008, dipertimbangkan membatasi pengembangan permukiman dan perumahan secara sporadis sebagai upaya konservasi air. Hal tersebut, selanjutnya dipedomani dalam penyusunan advice zoning dan advice planning pengembangan perumahan dan permukiman secara memadai. Bahkan di dalam dokumen RTRW, dijelaskan pengaturan tentang alokasi luas lahan untuk ukuran rumah besar, sedang dan kecil dengan perbandingan 1 : 3 : 6, di mana luas

lahan, masing-masing : untuk rumah besar adalah 600 m2, rumah sedang seluas 400 m2,

dan rumah kecil seluas 200 m2.

b. Air Bersih

Dalam rangka peningkatan pelayanan dasar, Pemerintah Kota Jayapura telah memberikan kontribusi yang bermakna bagi tersedianya air bersih dengan memelihara sumber air minum sehingga debit air yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Jayapura Nomor : 12 Tahun 2007 Tentang Pengawasan Kualitas Air. Antara lain dilakukan melalui penataan sistem utilitas lingkungan dan penatagunaan tanah dan air secara maksimal dengan mempertimbangkan fakor keseimbangan ekologis dan kelestarian alam. Adapun sumber air tanah di Kota Jayapura, sebagian besar termasuk tipe uncounfined aquifer (sumber air tanah dengan permukaan air tanah bebas).Kebutuhan akan air bersih oleh masyarakat yang bermukim di Kota Jayapura sangat meningkat seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, pada tahun 2008 masyarakat masih menggunakan Air Ledeng

Tabel 2.39. Kondisi Tata Permukiman dan Perumahan

2005 2006 2007 2008 2009

Banyaknya pembangunan rumah yang mengurus IMB

406 692 533 565 539

Proporsi rumah tangga yang memiliki/menyewa rumah

- - - 83.03 91,67

Persentase rumah penduduk

berlantai bukan tanah

- - - 90 -

Persentase rumah yang tidak penuhi syarat sehat

- 50 50 50 88.89

Persentase luas permukiman yang tertata

- - - - 99.9

Terpeliharanya KDB daerah

permukiman

352 405 472 492 520

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 42

untuk kebutuhan air bersih sangat banyak yaitu 68,91 %. Sedangkan kebutuhan air bersih dengan menggunakan Air dalam

kemasan dan Mata air adalah alternative terbanyak kedua. Sedang untuk kebutuhan air bersih yang paling rendah adalah bersumber

pada peman-faatan air sungai. Adapun

kapasitas produksi air minum hingga tahun 2009 sebanyak 14,389 m3 dengan rasio pelanggan terhadap jumlah penduduk adalah 11,08.

Atas kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten

Jayapura dalam mengoptimalkan pelayanan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), maka hingga tahun 2009 dapat dilayani kebutuhan rumah tangga dalam penyediaan air bersih. Hingga tahun 2009, kapasitas produksi air minum yang dikelola oleh PDAM

sebanyak 14,389 m3 dengan rasio pelanggaan terhadap jumlah penduduk baru mencapai

sekitar 11.08 %. Rasio tersebut, masih tergolong rendah. Tetapi jika dibandingkan dengan konsumsi rumah tangga, maka terlihat persentasenya menjadi jauh lebih besar, yakni sekitar 68.91 %. Tampak bahwa sebagian besar rumah tangga mengkonsumsi air bersih dan layak minum yang diperoleh dari air kemasan dan air leding yang disediakan oleh PDAM. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa masih terdapat rumah tangga (22.27 %) yang menggunakan air yang bersumber dari air tanah dengan menggu-nakan : pompa air, sumur tanah, mata air, air hujan, dan jenis lainnya. Selanjutnya, Pemerintah Kota telah memfasilitas penyediaan air minum dengan menggunakan pipa

gips dengan kapasitas 7,816 m, breoncaptering 3 unit, reservoir 11 unit, hydrant umum

52 unit, sumur bor 21 unit dan disertai dengan pengaman intake sebanyak 10 unit. Atas kerjasama dengan UNICEF, dalam tahun 2008/2009, Pemerintah Kota Jayapura, telah menyelesaikan 100 % kegiatan pengelolaan Air Minum dan Penyehatan lingkungan (AMPL-BM) di Kelurahan Gurabesi dan Kelurahan Hamadi serta kegiatan lain yang berhubungan dengan air dan lingkungan. Selain itu, diselenggarakan pula kegiatan rehabilitasi sarana dan prasarana air minum dalam bentuk pemasangan pipa gip 6.478,84 M’, Broncaptering, Reservoar, HU di Kelurahan Wahno, Bukit Barisan, Buper ke Kampung Buton, Enggros, Sumber Air Hedam, Holtekamp, Gurabesi, Tanjung Ria dan Polimak.

c. Pelayanan Listrik

Dalam rangka peningkatan pelayanan listrik di Kota Jayapura, maka Pemerintah Kota Jayapura terus mendorong kerjasama dengan PLN (Perusahaan Listrik Negara) untuk menyediakan penerangan listrik bagi rumah tangga. Hingga tahun 2009, daya terpasang meningkat sebesar 88.82 % di atas rata-rata pertumbuhan yang diikuti dengan meningkatkan persentase rumah tangga pengguna yang mencapai 98.58 %. Kondisi tersebut, berbanding terbalik dengan perubahan jumlah rumah tangga yang menggunakan sumber energi penerangan non PLN, lilin, minyak tanah, dan kayu bakar. Artinya, kebutuhan penggunaan listrik PLN yang dilayani meningkat seiring meningkatnya daya terpasang. Meningkatnya rumah tangga pengguna listrik PLN sebagai konsekwensi dari pertumbuhan permukiman baru, terutama di sekitar Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, Distrik Heram. Tetapi, masih ada 1.42% rumah

Tabel 2.40. Pesentase Rumah Tangga Per Sumber Air Minum , 2008

No Sumber Air Minum 2008

1 Air Dalam Kemasan 8,82

2 Leding 68,91 3 Pompa 5,53 4 Sumur 3,63 5 Mata Air 8,41 6 Air Sungai 0,24 7 Air Hujan 3,26 8 Lainnya 1,2 TOTAL 100,00

Sumber : PSDP Kota Jayapura 2009.

Gambar 2.20 Gambar 2.16.

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 43

tangga yang belum terlayani. Dengan makin meningkatnya kebutuhan rumahtangga yang dilayani, disertai dengan kebutuhan pusat-pusat perdagangan dan perhotelan yang makin bertumbuh kian pesat, sementara kapasitas terpasang tak memadai, maka karena adanya keterbatasan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Yarmokh dan Waena pihak PLN telah menempuh kebijakan pemadaman bergilir sambil berupaya menuntaskan tuntasnya rencana penambahan daya dengan kapasitas mesin pembangkit yang baru, termasuk rencana memfungsikan PLTU di Holtecamp dan PLTA di Skouw. Peran pemerintah Kota dalam penyediaan prasarana dan sarana penerangan terutama pada penyediaan dana penunjuang untuk meningkatkan dan memelihara penerangan jalan umum dan penerangan di sejumlah prasarana umum seperti pasar dan terminal.Penyedia pelayanan listrik di Kota Jayapura terutama berasal dari PLN Cabang

Jayapura, dan sumber-sumber

pembangkit lain yang dimiliki oleh perusahaan rumah tangga.Dari data tahun 2007 terlihat bahwa pembangkit tenaga listrik yang terbanyak terdapat di Pusat Kota– Yarmoch yaitu ada 14 pembangkit listrik, dengan 19.159 pelanggan. Secara keseluruhan PLN kota

Jayapura memiliki 39.652

pelanggan dengan daya terpasang adalah 51.557. Adapun kebutuhan penerangan bagi masyarakat Kota Jayapura yang menggunakan listrik PLN sangat meningkat. Hal ini terlihat dari persentase sumber

penerangan, adalah sebanyak

98,58% menggunakan listrik PLN sebagai sumber penerangan, walau masih ada juga masyarakat yang, menggunakan sumber lain seperti; Listrik Non PLN (0,26%), Solar Cell, Lilin (0,39%) Bahan Bakar Minyak Tanah (0,67%), dan Kayu Bakar (0,01%).

Selama 5 tahun terakhir telah diupayakan pembangunan dan pemanfatan prasarana dan sarana pembangkit energi, seperti pembangunan JTM (Jaringan Tegangan Menengah) di Distrik Muara Tami, atas

kerjsama dengan PLN untuk

membangun PLTU di Holtecamp dan PLTA di Skouw. Dengan kapasitas sebesar 3,676 kwh pada tahun 2008, meningkat menjadi 5,731 kwh pada

tahun 2008. Sementara itu,

dibandingkan antara panjang jaringan dengan luas wilayah Kota Jayapura,

tampak mengalami pertambahan

sebanyak hampir 12 % dari tahun 2005 hingga 2008. Hal tersebut berarti bahwa setiap peningkatan kapasitas listrik selalu diikuti secara konsisten dengan bertambahan panjang jaringan yang dibangun.Adapun produksi PLN yang dibangkitkan mengalami peningkatan dari 181,574 kwh pada tahun 2005 menjadi 258,066 kwh pada tahun 2007, tetapi sedikit menurun pada tahun 2008 menjadi 225,698 kwh. Pergerakan grafik pertumbuhan yang sama terjadi untuk produksi PLN yang dialirkan dan dijual. Artinya, terjadinya penurunan kapasitas produksi PLN yang dibangkitkan dan dialirkan sejak

Tabel. 2.41. Perkembangan Daya Terpasang PLN dan Persentase Pengguna Penerangan

Capaian

2005 2006 2007 2008

Daya terpasang (KVA) RT pengguna : 45397 45870 45870 53718 Listrik PLN 58.53 57.23 57.66 98.58 Listrik non PLN 2.87 2.91 2.91 0.26 Penerangan lilin 9.47 9.52 9.54 0.39 BBMTanah 20.55 20.63 20.50 0.67 Kayu Bakar 8.58 9.71 9.39 0.10

Sumber : BPS Kota Jayapura, 2010 Tabel 2.42. Banyaknya Pembangkit Tenaga Listrik Per

Wilayah, 2010 Lokasi Sumber

Penerangan

Pembangkit

Tenaga Listrik Pelanggan

Daya Terpasang

Jayapura-Waena 11 20.493 101.229.442

Jayapura Yarmooch 14 19.159 102.461.252

JUMLAH 25 39.652 203.690.694

Sumber : Kantor PLN Wilayah X Cabang Jayapura

Gambar 2.18

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 44

tahun 2008. Bila dicermati, tampak adanya penurunan kapasitas layanan terjadi pada semua jenis sasaran, termasuk untuk penerangan jalan menjadi hanya 0.09% pada tahun 2008 dari semula 2,9% pada tahun 2005. Kondisi yang sama terjadi pada layanan PLN untuk kebutuhan sosial. Sebaliknya, justru terjadi kenaikan pada jenis layanan usaha, kantor pemerintah, industri, dan untuk kebutuhan rumah tangga.

Penerangan lampu jalan umum dan lampu hias, telah terpasang sebagai aksesoris kota pada titik-titik penting di sepanjang jalan utama pada jalur dari pusat kota ke arah Pasir-2 dan ke arah Abepura dan Waena. Atas kerjasama dengan PLN direalisasikan

pengerjaannya dengan volume yang telah mencapai 6.74 %.Tetapi pada titik-titik tertentu di kawasan rawan kejahatan belum seluruhnya dapat terjangkau. Tidak kurang dari 1,000 titik LPJU dan lampu hias yang telah dibangun hingga tahun 2009 meliputi seluruh wilayah Kota Jayapura hingga ke

Muara Tami. Pengembangan

ketenagalistrikan dalam program listrik masuk kampung, telah diadakan dan dipasang Mesin Genset di beberapa kampung di Distrik Muara Tami dan Waena. Hingga tahun 2009, tidak kurang dari 200 KK yang telah menikmati penerangan dari Mesin Genset di Distrik Muara Tami dan Waena dengan kapasitas terpasang antara 1,500 watt sampai 5,000 watt yang dialirkan kepada unit-unit rumah tangga.

Terkait dengan pertambangan, Hingga saat ini potensi yang dapat dikelola, masih sangat terbatas. Eksplorasi kandungan sumberdaya alam bawah tanah dan laut, belum dilakukan secara intensif dan menyeluruh. Adapun potensi tambang dipermukaan tanah berupa galian C, berupa : (1) Pasir Besi seluas 26,000 ha, yang tersebar di sekitar kawasan Waena, Angkasa, Base G, Kaki Pegunungan Cyclop; (2) Batu Gamping/ Karang dan Pasir Batu seluas 32,000 ha di sekitar kawasan Entrop, Polimak, Tanah Hitam, Koya Koso, Koya Barat, Koya Tengah, dan Moso; (3) Bentonit seluas 1,000 ha terdapat di wilayah Nafri, Koya Barat, Koya Timur, Koya Tengah, Holtecamp, dan Koya Koso; dan (4) Tanah Liat seluas 28,000 ha di Holtecamp dan Koya Koso. Pengendalian penambangan, diusahakan melalui program pembinaan dan pengawasan penambangan bahan galian C dan pendulang liar; penertiban kegiatan pertambangan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan : misalnya di kawasan nafri, padang bulan, dan entrop, serta penyusunan peta daerah rawan bencana alam geologi.

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 45 d. Transportasi

Untuk meningkatkan pelayanan transportasi dalam kota dan antar wilayah di Kota Jayapura,ditunjang dengan ketersediaan infrastruktur perhubungan. Terdapat 3 jalan negara sepanjang 50 km, jalan provinsi sepanjang 38.50 km,

dan jalan kota

sepanjang 369.74 m.

Panjang jalan

tersebut belum

mengalami

penambahan ruas

jalan efektif dari tahun 2005 hingga tahun 2008. Tetapi, kini Pemerintah Kota Jayapura telah membuka dan membangun jalan

alternatif pada ruas jalan yang

menghubungkan ruas jalan Paldam-Kodam ke Kantor Walikota, dan jalur Skyland-Kotaraja-Camp Wolker Waena ke

Buper Waena sepanjang 12.3 km.

Beberapa ruas jalan yang menghubungkan

wilayah antar dan inter

kampung/kelurahan masih terdapat

kondisi jalan dengan permukaan tanah dan kerikil. Hingga tahun 2009, masih terdapat sekitar 33.03 km yang berupa permukaan tanah dan 63,03 km berkerikil. Pada tahun 2005, telah tertersedia 5 lokasi terminal angkutan darat, yaitu :

terminal lama seluas 3,750 m2,

terminal entrop seluas 18,112

m2, terminal Abepura seluas

1,751 m2, terminal Yotefa

Kotaraja seluas 11,851 m2, dan

tempat parkir di Taman Mesran

seluas 5,000 m2 yang masih

difungsikan efektif hingga

tahun 2009, kecuali terminal di Pasar Entrop yang sementara dipindahkan ke depan PTC Entrop. Selain itu, Pemerintah

masih memberikan konsesi

sementara terhadap areal

pemberhentian sementara di Expo Waena, Padang Bulan, dan di depan Kantor Pos

Abepura untuk mengatasi

keterbatasan lahan untuk

membangun terminal tetap di sekitar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di pusat kota Jayapura, Abepura, dan Waena. Keberadaan lokasi pemberhentian sementara di expo Waena dimaksudkan sebagai terminal transit bagi penumpang dari arah sentani untuk

Tabel 2.43. Status dan Kondisi Jalan dan Jembatan

Sat Capaian 2006 2007 2008 2009 2010 Panjang jalan Jalan Negara Km 50 50 50 50 50 Jalan Provinsi Km 38,50 38,50 38,50 38,50 38,50 Jalan Kota Km 369,74 369,74 369,74 369,74 369,74

Kondisi jalan Kota

Baik Km 322,45 318,45 314,45 326,45 337,04 Rusak sedang Km 58,79 56,79 37,79 33,05 31,15 Rusak berat Km 11,50 11,50 17,50 10,24 9,24 Permukaan jalan Aspal Km 282,32 283,02 283,72 286,12 297,32 Kerikil KM Km 62,05 62,05 61,7 63,03 62,03

Tanah dan lainnya Km 37,46 37,46 36,76 33,03 31,03

Sumber : BPS dan Dinas Perhubungan Kota Jayapura, 2011. Diolah.

Tabel 2.44. Banyaknya Kendaraan yang Beroperasi

2005 2006 2007 2008 2009

Mobil Plat Hitam

Ukuran Kecil 7,977 9,701 9,328 8,803 10,821

Ukuran Sedang 834 805 788 742 873

Ukuran Besar 2,296 2,215 2,120 1,996 2,283

Jumlah 11,107 12,721 12,236 11,541 13,977

Mobil Plat Kuning

Ukuran Kecil 3,840 3,489 3,408 10,768 10,941

Ukuran Sedang 1,350 1,303 1,261 1,754 1,767

Ukuran Besar 93 87 80 219 258

Jumlah 5,283 4,879 4,749 12,741 12,966

Mobil Plat Merah

Ukuran Kecil 2,042 1,977 2,018 1,886 1,660 Ukuran Sedang 123 118 94 92 98 Ukuran Besar 13 80 90 94 115 Jumlah 2,178 2,175 2,202 2,072 1,873 TOTAL 18,568 19,775 19,187 26,354 28,816 Sepeda Motor*) 52779 58959 38712 41598 41598

Sumber : UPPD SAMSAT Jayapura, 2010. Diolah. *) BPS Kota Jayapura, 2009

Tabel 2.45. Media Informasi Pembangunan yang Digunakan

2006 2007 2008 2009 2010 Website Madding Map 2 1 2 1 3 2 3 2 3 2 Media Cetak Populer

Nasional Lokal 4 4 4 5 4 8 4 8 4 8 Tabloid Bulanan Warta

Kota Jayapura - - - 1 1 Media Elekronik Radio Siaran Televisi Lokal 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 Sumber : Dinas Kominfo Kota Jayapura, 2011

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 46

meminimalisasi kemacetan arus lalu lintas di kawasan Abepura. Adapun jembatan yang terus dibangun dan dipelihara hingga tahun

2009, telah mencapai 17 unit yang tersebar hingga ke wilayah Distrik Muara Tami.

Berkenaan dengan areal perparkiran, tampak tidak memadai, selain keterbatasan lahan

parkir, juga disebabkan oleh masih

kurangnya kedisiplinan pemakai kendaraan. Hal ini menjadi salah satu sumber kemacetan arus lalu lintas, sekalipun telah diantisipasi dengan membagi arus lalu lintas menjadi 2

arah di Abepura dan Jalan Sam Ratulangi Jayapura. Peningkatan aksessibilitas transportasi dalam rangka peningkatan

pelayanan publik, dikaitkan dengan

optimalisasi fungsi dan utilitas perkotaan. Dikaitkan dengan beban kota yang semakin sarat, maka Pemerintah Kota Jayapura memberikan perhatian serius terhadap

pemeliharaan parasana dan sarana

tranportasi.

Secara periodik dilakukan pemeliharaan

jalan pada ruas utama dan antar

kampung/kelurahan dengan total

keseluruhan sepanjang 10,913m, misalnya di kelurahan Imbi, Bhayangkara, Argapura Bawah (masing-masing sepanjang 500m), Jeruk Nipis sepanjang 238 m, Vim Tanah Hitam sepanjang 375 m, di detroit sepanjang 400 m, jalan kesehatan 750 m. Demikian juga di Jaya Asri, Komplek Klinik Hewan 1.100 m, dan Jalan ke BTN Pemda; Kampung Waena sepanjang 300 m, jalan masuk ke BTN Kamp Key, hingga jalan lingkungan di Koya Barat, Koya Timur. Di distrik Muara Tami, umumnya merupakan jalan kota dan provinsi yang telah di aspal. Sedangkan

jalur transportasi antara kampung masih terdapat sebagian kecil jalan berupa tanah keras dan kerikil. Adapun jumlah kendaraan yang beroperasi, mengalami peningkatan tiap tahunrata-rata kenaikan per tahun adalah 12.56% atau 55.19% dibandingkan antara tahun 2005, dan 2009.Sebagian besar terdiri dari mobil berukuran kecil, seperti:

sedan, jeep, minibus. Mobil pribadi (plat hitam) lebih banyak dibanding dengan mobil usaha (plat kuning) dan mobil dinas (plat merah) dalam 5 tahun terakhir.

Pada tahun 2008 dan 2009, ditunjukkan adanya peningkatan yang tajam jumlah kendaraan umum yang beroperasi, baik jenis microbus, maupun jenis jeep/kijang dan bus besar. Hingga tahun 2009, di Kota Jayapura, memiliki tingkat kepadatan yang sangat tinggi, di mana dibanding antara panjang jalan yang ada (dalam kondisi baik dan rusak) dengan jumlah kendaraan (mobil), maka dicapai rasio sebesar 12.83 %. Artinya bahwa setiap 12.83 km panjang jalan, terdapat 1 unit mobil. Jika kendaraan roda-2 (sepeda motor), maka rasionya menjadi 5.25 %, di mana setiap 5.25 km panjang jalan, terdapat 1 unit mobil atau sepeda motor. Hal ini menunjukkan kecenderungan yang makin mengarah kepada kepadatan yang tinggi, apalagi jika hanya memperhitungkan panjang

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 47

jalan utama yang ada di sekitar wilayah pertumbuhan sepanjang jalur dari Waena-Abepura-Hamadi-Pusat Kota-Tanjung Ria tanpa mempertimbangkan akses jalan antar kampung menuju ke Distrik Muara Tami.

Untuk meningkatkan pelayanan transportasi laut, dilakukan pendataan dan pembinaan terhadap : 9 unit perusahaan pelayaran, 16 unit perusahaan EMKL, 5 unit perusahaan bongkar-muat, pelayanan jasa kapal (penambangan ke dermaga, pemandu kapal, kapal tunda), jasa barang (di dermaga dan di gudang), serta pelayanan jasa alat bongkar muat (mekanik dan non-mekanik). Selain itu, dilakukan deteksi penggunaan dermaga untuk kepentingan sendiri (DUKS) yang dikelola oleh pihak Pertamina dan perusahaan perikanan. Adapun pelabuhan utama untuk kepentingan bongkar-muat barang dan penumpang sebanyak 2 unit di Weref dan Porasko. Pemerintah Kota Jayapura telah menjajagi kerjasama Tri-Party dengan Pemerintah Kabupaten Jayapura dan PT Pelindo Makassar untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pelabuhan di Kota. Hal ini dilakukan karena makin meningkatnya volume bongkar-muat peti kemas. Selain itu, atas kerjasama dengan pihak PLN, dirancang pembangunan pelabuhan tertutup di Holtecamp untuk melayani kebutuhan bongkar muat batu bara dan sumber energi lainnya. Adapun frekwensi kapal barang dan kapal penumpang yang berlabuh di pelabuhan Weref dan Porasko cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2005 tercatat sebanyak 745 kali, tetapi pada tahun 2008 hanya 501 kali atau penurunan sebesar (32.75 %).

Hal ini disebabkan oleh menurunnya frekwensi kedatangan kapal penumpang dan kapal pesiar. Sebagaimana diketahui bahwa PT. Pelni, seringkali melakukan penyesuaian rute kapal penumpang yang berakibat berkurangnya kapal penumpang yang berkunjung ke Kota Jayapura. Sementara la-yanan kapal perintis ke berbagai kabupaten di Papua melalui pelabuhan Porasko, terus meningkat. Terkait dengan fungsi pelabuhan Weref sebagai pelabuhan bongkar-muat, dalam kurun waktu 2005-2009, mengalami penurunan. Pada tahun 2005, bahan makanan, bahan strategis, dan bahan migas, yang dibongkar mengalami penurunan pada tahun 2008. Penurunan drastis terjadi pada bahan migas yang mencapai 76.22 %. Hal itu disebabkan berkurangnya permintaan masyarakat terhadap bahan pokok dari luar serta meningkatnya volume produksi pertanian, peternakan, dan perikanan di Kota Jayapura. Sementara penurunan volume bongkaran bahan migas, lebih disebabkan oleh terjadinya krisis BBM dalam tahun 2006 sampai tahun 2008.

e. Telekomunikasi dan Informatika

Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa pos hingga ke pedalaman, atas kerjasama dengan PT Pos Indonesia, telah difasilitasi Kantor Pos Pembantu sebanyak 1(satu) unit di Distrik Muara Tami, sehingga masyarakat di wilayah itu dapat mengakses komunikasi surat-menyurat, paket barang, dan bahkan di bidang keuangan : bantuan langsung tunai, pembayaran rekening listrik dan telepon, serta jasa keuangan lainnya. Rasio rata-rata layanan jasa pos per 10,000 penduduk sebesar 112.447. Artinya, Kantor

Pos yang tersedia 1 unit tersebut rata-rata tahun melayani sebanyak

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 48

11,245penduduk.Tahu n 2005-2009, pelayanan jasa pos (lalu lintas surat pos, wesel, dan paket pos) semakin

meningkat dari

2,200,823 layanan pada Tahun 2005 menjadi 2,524,440 layanan pada tahun 2008. Adapun layanan jasa telepon otomat

mengalamipeningkata n jumlah sambungan selama lima tahun ini.

Dari tahun 2005

dengan 19,992

sambungan meningkat

jadi 22,239 sambun-gan telepon pada tahun 2008. Rasio jumlah sambun-gan telepon dan jumlah penduduk mengalami pe-ningkatan dari tahun 2005 itu 9.17% meningkat menjadi 9.41% pada tahun 2008. Demikian juga dengan usaha warnet, rasio per 10.000 penduduk, meningkat dari 11.66 tahun 2005 menjadi 239.45 pada 2009, yang berarti setiap 1 unit usaha warnet, rata-rata melayani sebanyak 2,346 penduduk. Layanan jasa telepon selluler dilakukan oleh PT. Telkomsel dan PT Satelindo sebagai provider resmi. Selain dalam bentuk dokumen tertulis, data dan informasi pembangunan yang bersifat dinamisdisediakan dan dipublikasikan untuk kepentingan publik,melalui website : http://www.kotajayapura.go.id dan http://www.bappedakotajayapura.org

,

media cetak dan elektronik.Dengan demikian akses masyarakat terhadap informasi pembangunan, menjadi lebih memadai, sehingga dapat meningkatkan jalinan komunikasi antara

masyarakat dan pemerintah secara transparan, lancar dan jujur.Adapun media cetak

milik Pemerintah Kota Jayapura (”Warta Kota Jayapura”), terbit bulanan sejak tahun 2009 dengan oplah 6,000 exampler.

Dalam dokumen BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI KOTA JAYAPURA (Halaman 31-39)

Dokumen terkait