• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI KOTA JAYAPURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI KOTA JAYAPURA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 10

BAB 2

GAMBARAN UMUM KONDISI KOTA JAYAPURA

2.1. Aspek Geografi Dan Demografi

Analisis pada aspek geografi dan demografi mengambarkan mengenai lokasi dan

wilayah, potensi pengembangan wilayah dan kerentanan wilayah terhadap

bencana. Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain mencakup

perubahan penduduk, komposisi dan populasi masyarakat secara keseluruhan

dan masyarakat tertentu pada Kota Jayapura.

a. Karateristik lokasi dan wilayah

1. Luas dan batas wilayah administrasi

Kota Jayapura mempunyai luas 940 Km2 (0.23 % dari luas daratan Provinsi

Papua), terletak di tepian Teluk Humbolt atau Yos Sudarso pada ketinggian 0-<700 m di atas permukaan laut (dpl).

Kota Jayapura secara administrasi berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Lautan Pasifik

Sebelah Selatan : Kabupaten Keerom

Sebelah Timur : Negara Papua New Guinea

Sebelah Barat : Distrik Depapre Kabupaten Jayapura

2. Letak dan kondisi geografis

Kota Jayapura berada pada posisi equatorial antara 130o-141o Bujur Timur dan

1o27’-3o49’ Lintang Selatan. Dengan kondisi atau kawasan meliputi, daerah

pesisir, daratan rendah, perbukitan dan daerah pegunungan. 3. Topografi

Kota Jayapura memiliki topografi yang relatif bervariasi, di mana terdapat sejumlah dataran rendah dan pantai, juga terdapat perbukitan dan gunung-gunung, di mana terdapat 40 persen di antaranya tidak layak huni karena merupakan daerah perbukitan yang terjal dengan tingkat kemiringan 40 derajat, berawa-rawa dengan statistik konservasi (hutan lindung).

Kondisi lahan di Kota Jayapura, dibedakan menjadi 3 bagian yaitu daerah limitasi, daerah kendala dan daerah Potensi. Daerah Limitasi adalah daerah yang sama sekali tidak dapat dikembangkan atau diolah karena keterbatasan fisik alami, daerah ini memiliki kriteria: kemiringan lereng > 40 persen, keasaman tanah pH < 5 atau pH > 7, ketinggian tempat >1500 m dpl, curah hujan > 5000mm/tahun, daerah ini tergenang terus. Daerah Kendala adalah daerah yang sulit dikembangkan karena batasan fisik alami namun mengembangkannya diperlukan biaya besar dan teknologi yang maju, dengan kriteria: Kemiringan lereng 15 – 40 persen, keasaman tanah pH 5,1 - 7, daerah ini tergenang secara periodik. Sementara itu, daerah potensi adalah daerah yang dapat dikembangkan tanpa ada hambatan kondisi fisik alami, dengan kriteria: Kemiringan lereng < 15 persen, keasaman tanah pH netral, curah hujan 2.000-2.500 mm/tahun, daerah ini tidak tergenang.

(2)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 11 4. Geologi

Kota Jayapura memiliki potensi bahan galian golongan B dan golongan C. golongan B diantaranya berupa pasir besi yang terdapat di waena, angkasa dan Base-G dengan luasan ± 8.000 ha; dan nikel yang terdapat di sepanjang kaki pengunungan cycloop dengan luasan ± 18.000 ha. Golongan C diantaranya adalah batu gamping/batu karang yang terbesar di daerah entrop, polimak, tanah hitam, koyo koso, koya barat, moso dan koya tengah; pasir dan batu (sirtu) tersebar di daerah pasir II, waena, padang bulan dan yoka dengan luas keseluruhan ± 32.000 ha; bentonit terdapat di daerah Nafri dengan luasan ± 1000 ha, tanah liat/batu lempung terdapat di daerah Nafri, Koya Timur, Koya Barat, Koya Tengah, Holtekamp dan Koya Koso dengan luasan ± 28.000 ha; dan pasir besi terdapat di daerah angkasa dan waena dengan luasan ± 12.000 ha. Bahan galian ini tersebar sesuai dengan kondisi geologi (morfologi, stratigrafi dan struktur geologi) daerah Kota Jayapura. Eksploitasi bahan galian golongan B dan C di Kota Jayapura telah dilakukan oleh perorangan maupun perusahaan berbadan hokum, namun kontribusi terhadap pendapatan asli daerah Kota Jayapura dan pengelolaan lingkungan tambang belum optimal.

Dengan jumlah usaha yang cukup banyak dan luas lahan yang dikelola cukup besar maka kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak negatif seperti : kerusakan dan pencemaran lingkungan sekitar daerah kegiatan, rusaknya daerah-daerah konservasi dan daerah tangkapan hujan, bencana geologi seperti banjir, gerakan tanah/longsor dan erosi/sedimentasi dan menurunnya kualitas dan muka air tanah sehingga menyebabkan berkurangnya debit air permukaan. Untuk meminimalisasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, maka perlu disusun suatu system pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian yang berwawasan lingkungan.

5. Hidrologi

Untuk menjaga keberlanjutan ketersediaan air tanah di wilayah Kota Jayapura, maka perlu pengelolaan dan pemanfaatan alam secara optimal dan tidak menimbulkan dampak terhadap air tanah itu sendiri. Sumber air tanah di Kota Jayapura ada yang termasuk tipe “uncounfined aquifer” atau sumber air tanah dengan permukaan air tanah bebas. Air tanah pada sumber dangkal ini berasal dari aii “meteoric”(air hujan) yang mengisi formasi aquifer bagian pangkal dan fan. Di samping itu juga terhadap sumber air dalam dengan tipe “confined aquifer”.

Penggunaan air bersih di Kota Jayapura digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (masak, minum, mandi, cuci, dll), untuk kebutuhan industri dan kebutuhan lain. Untuk keperluan tersebut, masyarakat pada umumnya menggunakan air sumur, mata air, dan sumber dari PDAM. Sedangkan untuk keperluan pengairan sawah digunakan sumber air yang berasal dari Ingar ataupun limpahan air yang berasal dari mata air. Sistem pengelolaan dan pemanfaatan sumber air perlu dibatasi guna menjaga kelestariannya. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menjaga serta membatasi pembangunan pada kawasan-kawasan lindung.

(3)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 12

Adapun sungai-sungai yang mengalir di Kota Jayapura terdiri dari :

No. Nama Sungai Panjang (m) Lebar (m) Kedalaman (m)

1 Sungai APO 2,151 9 4,5 2 Sungai Anafree 3,763 20 5,6 3 Sungai Hanyaan 2,413 6,3 4 4 Sungai Entrop 1 0,935 8,5 3,5 5 Sungai Entrop 2 4,068 5,05 2,5 6 Sungai Entrop 3 1,706 2,5 2,5 7 Sungai Dok IX 2,512 4 2,5

8 Sungai Dok VII 1,733 8 4,5

9 Sungai Acai 2,245 12,5 4,5 10 Sungai Siborogonyi 11,619 12 4,5 11 Sungai Mati 2,358 3 2,5 12 Sungai Tami 45,5 43,5 6,5 13 Sungai Kojabu 13,008 35 8 14 Sungai Onabu 11,512 9,56 5,3 15 Sungai Hubari 6,935 15 45 16 Sungai Temani 11,566 9,56 5,421

Sementara itu terdapat sungai lintas kabupaten / Kota yang melintas Kabupaten /Kota, yaitu :

No. Nama Sungai Daerah yang

dilintasi

Ukuran (besaran) ruas sungai di wilayah kabupaten/ Kota Jayapura Panjang

(m)

Lebar (m) Kedalaman (m)

1 Sungai Tami Distrik Muara Tami

dan Distrik Skyland

45,5 43,5 6,5 2 Sungai Kamwolker/ Kojabu Waena / Kab. Jayapura 13,008 35 8

3 Sungai Onabo Waena / Kab.

Jayapura

11,512 9,56 5,3

4 Sungai Hubari Waena / Kab.

Jayapura

6,935 15 45

5 Sungai Temani Waena / Kab.

Jayapura

11,566 9,56 5,421

6. Klimatologi

Kota Jayapura beriklim tropis basah dengan suhu minimum 29o C dan

maksimum 31,8o C, curah hujan rata 146 mm/ht. Kelembaban udara

rata-rata 80,42 %. Variasi curah hujan antara 45-255 mm/th dengan jumlah hari hujan

rata-rata bervariasi antara 148-175 hari hujan per tahun. Suhu tara-rata 29o C-31,8o

C, musim hujan dan musim kemarau tidak teratur. Kelembaban udara rata-rata bervariasi antara 79% - 81% di lingkungan perkotaan sampai daerah pinggiran kota keadaan iklim seperti ini sangat menunjang bidang pertanian dan peternakan.

7. Penggunaan lahan

Kawasan lindung berfungsi utama melindungi kelestarian sumberdaya alam, sumberdaya buatan, serta nilai budaya dan sejarah bangsa. Di kawasan ini tidak diperkenanakan adanya aktifitas atau kegiatan budidaya yang dapat mengurangi atau merusak fungsi lindungnya, kecuali digunakan untuk meningkatkan fungsi lindungnya. Kawasan lindung di Kota Jayapura, baik dalam konteks internal

(4)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 13

wilayah maupun regional, harus membentuk suatu kesatuan yang secara sinergis memberikan perlindungan dari daerah hulu hingga hilir, tanpa di batasi oleh batasan-batasan administratif. Kriteria yang dipergunakan untuk menentukan kawasan lindung ini didasarkan pada Keppres No. 32 Tahun 1980. Berdasarkan kriteria tersebut, maka kawasan lindung yang terdapat di Kota Jayapura adalah hutan lindung, kawasan perlindungan setempat, suaka alam dan cagar budaya, serta kawasan rawan bencana.

Untuk pengelolaan kawasan budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk menghindari konflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan sasaran yang diinginkan dari pengelolaan kawasan budidaya adalah :

1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

2. Terhindarinya konflik pemanfaatan sumberdaya dengan pengertian pemanfaatan ruang yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kehidupan yang memberikan keuntungan terbesar pada masyarakat.

Pengelolaan kawasan budidaya dilakukan secara seksama dan berdaya guna

bagi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan budidaya dengan

mempertimbangkan aspek teknis serta aspek-aspek keruangan. Untuk itu, dalam penetapan kegiatan-kegiatan budidaya dibutuhkan pertimbangan teknis sektoral dan kriteria keruangan, yaitu ukuran yang digunakan untuk penentuan suatu kawasan yang ditetapkan untuk kegiatan budidaya. Kriteria teknis sektoral adalah ukuran untuk menentukan bahwa pemanfaatan ruang untuk suatu kegiatan dalam kawasan memenuhi ketentuan-ketentuan teknis, daya dukung, kesesuaian lahan, dan bebas bencana alam.

Kawasan budidaya yang dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari : 1. Kawasan hutan produksi terbatas,

2. Kawasan pertanian, 3. Kawasan pertambangan, 4. Kawasan peruntukan industry, 5. Kawasan pariwisata, dan 6. Kawasan permukiman

(5)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 14 2008 (ha) 2012 (ha) 2017 (ha) 2022 (ha) 2027 (ha)

6.387.60 9.872.13 13.356.66 16.841.19 20.325.72 143.53 160.81 178.09 195.37 212.64 34.40 43.80 53.20 62.60 72.00 96.39 102.78 109.17 115.56 121.95 82.85 93.70 104.55 115.40 126.25 151.30 176.60 201.89 227.19 252.49 5.326.41 6.740.68 8.154.95 9.569.22 10.983.49 12.00 22.00 22.00 22.00 22.00 6.50 20.00 20.00 20.00 20.00 19.568.27 15.528.37 11.488.47 7.448.57 3.408.67 15.00 15.00 20.00 20.00 20.00 31.824.25 32.775.87 33.708.98 34.637.10 35.565.21 2246 2246 2246 2246 2246 561.2 561.2 561.2 561.2 561.2 6431.78 6431.78 6431.78 6431.78 6431.78 1650 1650 1650 1650 1650 8217.72 8217.72 8217.72 8217.72 8217.72 43.069.05 42.117.43 41.184.32 40.256.20 39.328.09 62175.75 61224.13 60291.02 59362.9 58434.79 94000 94000 94000 94000 94000

Sumber : Hasil Analisis, 2007 Hutan lindung pegunungan djar Hutan lindung abepura

63103.87 94000 561.2 6431.78 1650 Terminal

Hutan produksi terbatas Pemakaman Jumlah Kawasan Lindung 8217.72 43.997.17 6.50 23.608.17 15.00 30.896.13 2246 90.00 72.00 126.00 Pertanian, perkebunan dan peternakan 3.912.14

12.00

Tabel 2.1. Penggunaan Lahan Kondisi thn 2007 (ha) 2.903.07 126.25 25.00 Kawasan Budidaya Perumahan Perumahan Kesehatan ;

Taman dan lapangan olahraga Kantor pemerintahan

Perdagangan dan jasa Pelabuhan laut Pola Ruang

Cagar alam pegunungan cycloop Taman wisata teluk yotefa Lahan cadangan

Jumlah Total

Arahan hutan lindung dan sepadan

b. Potensi Pengembangan Wilayah

Dilihat dari luas wilayah Distrik Muara Tami merupakan distrik terluas yakni 626.7 km2 atau sekitar 66.70 % dari total luas Kota Jayapura, jika dilihat jumlah penduduk tahun 2010 didiami 11.137 jiwa, tidak sebanding luas wilayah Distrik Muara Tami, hal ini diakibatkan wilayah paling timur Kota Jayapura sekaligus merupakan daerah perbatasan yang sebagian besar masih di huni penduduk Eks transmigrasi. Kondisi demikian semakin memicu pemerintah Kota Jayapura untuk terus mengarahkan pembangunan ke wilayah timur mengingat potensi yang cukup besar utamanya budi daya perikanan, pertanian dan pariwisata dengan tujuan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar yang secara otomatis mempengaruhi pendapatan asli daerah.

c. Wilayah Rawan Bencana

Berdasarkan kondisi dan perkembangan saat ini Kota Jayapura berfungsi dan berperan sebagai pusat pengumpul, pusat pelayanan dan pusat pendistribusian segala kebutuhan penduduk baik wilayah kota sendiri (hinterland), maupun daerah – daerah pedalaman, apabila dikaitkan dengan semua fungsi tersebut tentu tidak semuanya memberikan dampak posistif tetapi dampak negatif dengan semuanya itu terpusat dikota otomatis beban kota semakin tinggi hal ini mengakibatkan timbulnya beberapa masalah sosial, maupun masalah bencana antara lain bencana banjir yang setiap tahunnya terjadi hal ini akibat kurangnya tempat resapan air. Sementara kawasan rawan longsor terdapat diwilayah yang kondisi permukaan tanahnya mudah longsor karena terdapat zona bergerak akibat patahan atau pergeseran, sama halnya dengan bencana abrasi terdapat diwilayah pesisir pantai yang luasannya berkurang karena gerusan gelombang air laut saat ini terdapat 27,58 km panjang pantai yang rawan abrasi. Sedangkan rawan bencana kebakaran akibat jumlah

(6)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 15

penduduk tidak sebanding dengan area pemukiman yang terkesan sembrawut dan padat dan ditambah sarana jalan tidak tersedianya untuk sampai ketempat kejadian. d. Demografi

Berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010 penduduk Kota Jayapura berjumlah menjadi 256,705 jiwa. Laju pertumbuhan selama 5 tahun terakhir sebesar 2,44% per tahun, dengan tingkat pertumbuhan tertinggi pada tahun 2010 yaitu 10.71%. Bila dihitung selama 10 tahun terakhir, ditemukan angka yang lebih tinggi, yakni 4,16%. Pertumbuhan penduduk tertinggi di Distrik Muara Tami, yakni 5,1% dan terendah di D i s t r i k J a y a p u r

a Selatan, hanya 1,2%. Tingginya laju pertumbuhan itu lebih disebabkan oleh meningkatnya arus migrasi masuk. Adapun tingkat kepadatan penduduk Kota Jayapura pada tahun 2010 adalah 278 jiwa per km2, dengan tingkat kepadatan terendah di Distrik Muara Tami, yaitu 18 jiwa per km2, sedangkan tingkat kepadatan tertinggi di distrik Jayapura Selatan, yaitu 1,542 jiwa per km2. Menurut data hasil sensus tahun 2010, sex ratio penduduk Kota Jayapura sebesar 114, yang berarti bahwa penduduk laki-laki 14 % lebih banyak dibanding penduduk perempuan.Adapun rata-rata banyaknya rumah tangga yang menempati satu rumah tangga (2010) adalah 4 orang.

Pendataan demografi berbasis kampung tahun 2008 yang tujuan untuk mengetahui penduduk Papua secara keseluruhan sekaligus jumlah penduduk yang etnis papua dan non papua dengan menggunakan beberapa indikator yang terukur dan akurat, dari hasil pendataan tersebut didapatkan hasil bahwa penduduk Papua secara keseluruhan berjumlah 106,568 jiwa, atau sekitar 43% dan non Papua 134.992 jiwa atau 57 % dari jumlah penduduk Kota Jayapura236.456 jiwa dengan laju pertumbuhan 2,44%

2.2. Aspek Kesejahtraan Masyarakat

aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.

2.2.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Kontribusi Kota Jayapura dalam perekonomian Provinsi Papua adalah paling besar. Pada tahun 2009, pendapatan per kapita Kota Jayapura sebesar Rp. 10,74 juta per kapita. Sedangkan Provinsi Papua diperkirakan sebesar Rp.5,28 juta per kapita untuk tahun yang sama. Dibandingkan dengan pendapatan per kapita di tingkat Provinsi, maka Pendapatan perkapita Kota Jayapura tampak lebih tinggi. Meskipun ukuran pendapatan per kapita saat ini masih diperdebatkan dalam menghitung tingkat kesejah-teraan suatu

Tabel 2.2. Pertumbuhan,Kepadatan Penduduk dan Rerata Rumah Tangga di Kota Jayapura per Distrik Tahun 2008-2010

No Distrik

Jumlah Penduduk Kepada tan

Jml RT Rerata Agt RT

2008 2009 2010

Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita 2010 2010 2010

Jayapura Utara 33.101 31.878 33.909 32.656 34.457 30.582 25,34 15.643 4.24 Jayapura Selatan 33.768 29.133 34.592 29.844 35.375 31.562 25,56 15.391 4.35 Abepura 33.750 29.155 34.574 29.866 39.135 34.022 28,52 17.007 4.39 Muara Tami 6.656 4.314 6.818 4.419 5.928 5.209 4,34 2.846 3.99 Heram 18.198 16.503 18.642 16.906 21.692 18.743 16,23 11.409 3.72 Jumlah 125.473 110.983 128.534 113.691 136.587 120.118 100.00 62.296 4.20 Sumber : BPS Kota Jayapura, 2011.

(7)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 16

wilayah, namun paling tidak dari indikator ini dapat dikatakan bahwa

tingkat kesejahteraan

wilayah di Kota Jayapura

masih lebih tinggi

dibandingkan tingkat

Provinsi Papua secara

menyeluruh. Dan hal

tersebut juga

mengindikasikan bahwa

produktifitas ekonomi

wilayah di Kota Jayapura jauh lebih baik dibandingkan kabupaten lain di Provinsi Papua.

Selama ini sektor tersier menjadi pondasi

perekonomian wilayah Kota Jayapura.

Kontribusinya dalam menciptakan PDRB hingga tahun 2009 adalah sebesar 42.67% berada jauh di atas sektor sekunder sebesar 18.05%, dan sektor primer sebesar 7.78 %.Kota Jayapura dari tahun 2005–2008 didominasi oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor bangunan.Peranan keempat sektor tersebut sangat diandalkan dalam pembentu-kan PDRB Kota Jayapura.Bila dilihat peranan sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor listrik dan air minum serta jasa-jasa terlihat mengalami penurunan sejak tahun 2005 hingga 2008.

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, tampak adanya perkembangan perekonomian Kota

Jayapura yang ditunjukkan dengan peningkatan PDRB (ADhB dan ADhK). Untuk PDRB (ADhB) pada tahun 2009, menjadi 5.62 trilyun rupiah lebih yang mengalami rata-rata perkembangan selama 5 tahun sebesar 596.44 milyar rupiah atau 50.66 %. Tetapi bila dibandingkan dengan Tahun 2005, maka perkembangannya menjadi 2,98 trilyun atau

224.07%. Sementara itu, untuk PDRB (ADhK2000) mengalami rata-rata perkembangan

selama 5 tahun terakhir sebesar 177,76 milyar rupiah atau 15.10 %, di mana pada tahun 2009 dicapai PDRB (ADhK) sebesar 2,60 trilyun rupiah lebih dan pada tahun 2005 hanya sebesar 1,71 trilyun rupiah. Dibanding tahun 2005, maka perkembangannya pada tahun 2009 menjadi 888,81 milyar rupiah lebih (75.50 %).

62,95 0,46

2,29 34,29

Jasa Telepon Selular Jasa Air Bersih

Perhotelan Jasa Penyiaran TV

(8)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 17 Tabel 2.5. Nilai Kontribusi Sektor Terhadap PDRB atas Harga Konstan Kota

JayapuraTahun 2007 – 2010 (Juta Rupiah)

SEKTOR 2007 2008 2009 2010

Pertanian 184,146 193,795 203,038 219,044

Pertmbangan Dan Penggalian 13,684 15,442 16,652 18,058

Industri Pengolahan 101,455 107,501 115,110 124,102

Listrik Dan Air Minum 18,707 19,190 20,089 20,897

Bangunan 441,234 518,918 615,721 738,775

Perdagangan, Hotel Dan Restoran 360,397 394,665 438,648 485,563

Pengangkutan Dan Komunikasi 401,691 458,597 525,115 606,791

Keuangan, sewa dan Jasa Perush. 242,087 281,118 466,044 332,724

Jasa-Jasa 423,915 539,766 721,804 823,766

Sumber : BPS PDRB Kota Jayapura, 2011

Tabel 2.4. Perkembangan Perekonomian Makro Kota Jayapura, 2006-2010.

Sat Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 PDRB (ADH Berlaku) Perkembangan Laju Pertumbuhan Rp % % 3,249,658.36 276.03 23.19 4,026,207.22 341.99 23.90 5,000,476.33 424.74 24.20 5,620,211.29 477.38 18.01 8,010,377.38 640.80 17.51 PDRB (Konstan) Perkembangan Laju Pertumbuhan Rp % % 1,932,147,38 164.12 12.76 2,171,251.17 184.43 12.38 2,367,599.32 201.10 9.04 2,602,292.20 221.04 9.18 3,369,972.58 286.23 9.18 PDRB/perkapita (ADhB) Perkembangan Laju Pertumbuhan Rp % % 15,202,866.69 224.87 15.47 18,666,275.9 276.10 22.78 20,617,390.8 304.96 10.45 2,3199,567.7 324.34 14.47 31,204,602,1 461.56 10.89 Laju Pertumbuhan Produk

Regional (ADh K 2000) Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier % % % % 12.76 4.99 13.64 13.69 13.17 4.66 13.71 14.24 9.01 4.13 9.64 9.44 9.18 3.37 9.38 9.86 9.18 4.73 9.38 9.86 Investasi PMDN Investasi PMA Laju Investasi Rp Rp % 318,140 63,280 9.25 318,140 63,200 10.25 298,940 57,200 13.90 1.954.929 57,280 - 2.499.210 1,205,008 - Indeks Gini - 0.22 0.23 0,23 0,23 Konsumsi Pemerintah Rp 412,156 534,042 603,398 632,540 636,930

Sumber : BPS PDRB Kota Jayapura, 2011.

a. Pertumbuhan PDRB

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 sebesar 7,93 persen, dimana sektor bangunan merupakan sektor mengalami pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 19,99 persen, hal ini disebabkan potensi Kota Jayapura sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan yang semakin meningkat menuntut adanya peningkatan pembangunan, sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertum-buhan 15,55 persen menempati urutan kedua yang mengalami pertumbuhan terbesar. Perumbuhan negatif dialami sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan sebesar -28,61 persen hal ini dikarenakan adanya penurunan nilai tambahan pada subsektor bank sebesar 44,33 persen. Secara series selama kurun waktu 4 tahun yaitu dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, sektor pengangkutan dan komunikasi mempunyai tren yang cukup baik karena pertumbuhannya selalu meningkat walaupun tidak terlalu tinggi sementara sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pertumbuhannya sangat fluktuatif.Dengan demikian, sektor bangunan dan pengangkutan, komunikasi sangat mendominasi struktur ekonomi Kota Jayapura, disusul sektor jasa, perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor-sektor lainnya.Sementara pertumbuhan ekonomi terhadap harga berlaku Kota Jayapura yang berasal dari sektor bangunan 3,94 persen atau sebesar 1.897,785,195,19. Setelah itu yang kedua sektor jasa-jasa 3,27 persen atau sebesar 1.710,540,90 selanjutnya adalah sektor Pengankutan dan komunikasi 2,62 persen, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air minum serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor dengan sumbangan terkecil masing –masing sebesar 0,05 persen 0,03 persen dan -4,27 persen.

(9)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 18 Tabel 2.6.Nilai dan Kontribusi Sektor Terhadap PDRB atas Harga Berlaku Kota

JayapuraTahun 2007 – 2010 (juta rupiah)

SEKTOR 2007 2008 2009 2010

Pertanian 263,835 286,304 310,907 341,400

Pertmbangan Dan Penggalian 23,358 28,182 32,336 37,523

Industri Pengolahan 173,874 195,444 220,810 251,620

Listrik Dan Air Minum 26,217 27,536 29,045 30,764

Bangunan 717,603 952,148 1,322,98 1,897,78

Perdagangan, Hotel Dan Restoran 804,624 995,804 1,209,69 1,452,31

Pengangkutan Dan Komunikasi 867,252 1,047,37 1,256,54 1,552,47

Keuangan, sewa dan Jasa Perush. 446,439 594,264 1,046,67 765,959

Jasa-Jasa 692,488 998,359 1,387,47 1,710,54

Sumber : BPS PDRB Kota Jayapura, 2011

Nilai kontribusi dari masing – masing sektor tahun 2010 mengalami kenaikan dibanding tahun 2009 hal ini dipengaruhi iklim perekonomian di Kota Jayapura cukup baik dan tingkat produktifitas penduduk dalam menghasilkan barang dan jasa cukup tinggi dan berkualitas sasaran ini perlu dicapai dalam pelaksanaan pembangunan agar kesejahtraan masyarakat meningkat, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 dilihat dari PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 17,51 persen namun pertumbuhan itu tidak bisa dijadikan jaminan bahwa produktifitas penduduk tahun 2010 lebih besar dibandingkan tahun 2009 karena masih dipengaruhi oleh faktor inflasi.

Tabel 2.7.Perkembangan Kontribusi Sektordalam PDRB atas Harga Berlaku(Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kota JayapuraTahun 2007 – 2010

SEKTOR 2007 2008 2009 2010

Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk

Pertanian 8,88 4,54 8,52 5,22 8,59 4,77 9,81 7,88

Pertmbangan Dan Penggalian 16,48 6,29 20,65 12,85 14,74 7,84 16,04 8,44

Industri Pengolahan 17,30 6,61 12,41 5,96 12,98 7,08 13,95 7,81

Listrik Dan Air Minum 6,20 4,55 5,03 2,58 5,48 4,69 5,92 4,02

Bangunan 23,77 15,91 32,68 17,61 38,95 18,65 43,45 19,99

Perdagangan, Hotel Dan Restoran 22,04 9,09 23,76 9,51 21,48 11,14 20,06 10,70

Pengangkutan Dan Komunikasi 27,90 13,54 20,77 14,17 19,97 14,50 21,16 15,55

Keuangan, sewa dan Jasa Perush. 64,03 48,28 33,11 16,12 76,13 65,78 -26,82 -28,61

Jasa-Jasa 10,79 4,44 44,17 32,05 38,98 28,95 23,82 14,13

Sumber : BPS PDRB Kota Jayapura, 2011

Secara makro kegiatan ekonomi suatu daerah secara umum dapat diketahui dari kemanpuan daerah itu sendiri dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan bagi kebutuhan hidup masyarakatnya, yang diindikasikan dengan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ). Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan produksi rill dan pekembangan harga/inflasi karena dipengaruhi oleh perubahan jumlah produksi dan perubahan harga. Perekonomian Kota Jayapura menunjukkan tren positif, sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 yang cukup berarti baik dari PDRB atas dasar harga berlaku maupun PDRB atas dasar harga konstan, hal ini terlihat tabel 2.13 gambaran besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah sehingga mencerminkan dan kontribusi dalam perekonomian Kota Jayapura, sektor perekonomian yang menjadi kontributor utama pada tahun 2010 adalah sektor bangunan yang manpu meningkatkan pertumbuhannya walaupun kecil dengan kontribusi sebesar 43,45 di ikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 23,82, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 21,16, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20,06, sementara sektor – sektor lain kontribusinya masih relatif kecil terhadap perekonomian Kota Jayapura.

(10)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 19 Tabel 2.8.Pertumbuhan Kontribusi Sektordan PDRB atas Harga Berlaku(Hb) dan

Harga Konstan (Hk)Kota JayapuraTahun 2007 – 2010

SEKTOR 2010 2010

Hb Hk

Pertanian 9,81 7,88

Pertmbangan Dan Penggalian 16,04 8,44

Industri Pengolahan 13,95 7,81

Listrik Dan Air Minum 5,92 4,02

Bangunan 43,45 19,99

Perdagangan, Hotel Dan Restoran 20,06 10,70

Pengangkutan Dan Komunikasi 21,16 15,55

Keuangan, sewa dan Jasa Perusahaan -26,82 -28,61

Jasa-Jasa 23,82 14,13

Sumber : BPS PDRB Kota Jayapura, 2011

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku sebesar 17,51 persen dari setiap sektor mencerminkan tingkat produktivitas penduduk tahun 2010 lebih besar dibandingkan tahun 2009, dalam menghasilkan barang dan jasa di suatu daerah pada suatu periode, untuk mengetahui pertumbuhan secara rill, maka digunakan PDRB atas dasar harga konstan, secara berturut – turut penyumbang terbesar ada pada sektor bangunan 43,45 harga berlaku, 19,99 dari harga konstan, sementara kedua dan seterusnya sektor jasa-jasa, pengangkutan dan perdagangan,hotel dan restoran 20,06 dan harga konstan 10,70

Tabel 2.9. Perkembangan Kontribusi Sektordalam PDRB atas Harga Berlaku(Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kota JayapuraTahun 2007 – 2010

SEKTOR 2007 2008 2009 2010

Pertanian 8,88 4,54 8,52 5,22 8,59 4,77 9,81 7,88

Pertmbangan Dan Penggalian 16,48 6,29 20,65 12,85 14,74 7,84 16,04 8,44

Industri Pengolahan 17,30 6,61 12,41 5,96 12,98 7,08 13,95 7,81

Listrik Dan Air Minum 6,20 4,55 5,03 2,58 5,48 4,69 5,92 4,02

Bangunan 23,77 15,91 32,68 17,61 38,95 18,65 43,45 19,99

Perdagangan, Hotel Dan Restoran 22,04 9,09 23,76 9,51 21,48 11,14 20,06 10,70

Pengangkutan Dan Komunikasi 27,90 13,54 20,77 14,17 19,97 14,50 21,16 15,55

Keuangan, sewa dan Jasa Perush. 64,03 48,28 33,11 16,12 76,13 65,78 -26,82 -28,61

Jasa-Jasa 10,79 4,44 44,17 32,05 38,98 28,95 23,82 14,13

Sumber : BPS PDRB Kota Jayapura, 2011

b. Laju Inflasi

Laju inflasi terjadi akibat adanya kenaikan harga barang dan jasa yang ditunjukkan menurut uraian kelompok pengeluaran diantaranya bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olah raga, transportasi dan komunikasi serta dan jasa keuangan. Tahun 2010 inflasi mencapai 4,48 lebih tinggi dari tahun 2009 dikarenakan Kenaikan ini ditunjukkan oleh perubahan indeks pada kelompok tertentu

Tabel 2.10.Nilai Inflasi Rata- Rata Kota JayapuraTahun 2007 – 2010

Uraian 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata Pertumbuhan

Inflasi Kota Jayapura 10,35 12,55 1,92 4,48 7,93

(11)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 20 2.2.2. Kesejahteraan Sosial

a. Kesejahteraan Sosial

Penanganan penyandang masalah sosial dalam 5 tahun terakhir ini, tampak semakin me-nunjukkan intensitasnya yang tinggi melalui pembinaan anak-anak terlantar, anak jalanan, korban narkoba, lansia, penyandang cacat, wanita tuna susila, pembinaan pelintas batas dan eks narapidana, pemberdayaan perempuan, penanggulangan dan rehabilitasi korban bencana, perlindungan bagi masyarakat miskin, dan rehabilitasi sosial daerah kumuh. Secara kualitatif, telah dicapai sasaran :

(a) Berkurangnya penyandang masalah sosial; (b) Menurunnya angka penduduk miskin;

(c) Terbantunya masyarakat miskin melalui bentuk stimulan; dan (d) Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang keutamaan gender dan anti kekerasan rumah tangga.

Selama 5 tahun

terakhir semakin

digalakkan kegiatan

penyantunan penyandang cacat, tuna susila, anak nakal dan korban narkoba, anak jalanan, anak nakal, dan anak putus sekolah, pencegahan dan penanggulangan

HIV/AIDS, dan memberi bantuan kepada Panti asuhan dalam kerangka kerjasama kemitraan membina PMS. Kemajuan yang berarti dicapai

dalam hal penanganan masyarakat miskin.

Pemerintah Kota Jayapura, memberikan berbagai stimulan kepada penduduk miskin untuk meningkatkan kapasitas berusaha. Berbagai langkah strategis yang ditempuh, antara lain memanfaatkan program pemberdayaan masyarakat di tiap distrik dan kelurahan/kampung melalui program PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP), PNPM Mandiri Respek dan DP2K serta Program Pemberdayaan Distrik. Dalam rangka peningkatan peran perempuan, Pemerintah Kota Jayapua telah menyelenggarakan berbagai program, di antaranya PSKS, Pelayanan KIE, P2TP2, peningkatan pemahaman dan kesadaran tentang pengutamaan gender dan anti kekerasan rumah tangga yang telah dilaksanakan merupakan bentuk dukungan langsung kepada perempuan untuk aktivitas yang dilakukan sebagai petani, aktivis politik dan pegawai pemerintah. Dalam hal peningkatan partisipasi perempuan di berbagai sektor kehidupan, sesungguhnya telah mengalami peningkatan yang signifikan, tetapi jika dibanding dengan peranan pria di lembaga politik dan pemerintahan, tampak peran perempuan masih sangat rendah. Dalam bidang pemerintahan, hanya mencapai sekitar 28% dibanding dengan pria dalam tahun 2009. Demikian halnya dalam bidang politik dengan persentase hanya sebesar 7 %.

Gamba r 2.18.

(12)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 21

Dari data tersebut terlihat bahwa di tahun 2010 terdapat kurang lebih 5.797 orang atau 2,26% dari jumlah penduduk Kota Jayapura yang masuk kategori penyandang permasalahan sosial, dengan rincian sebagaimana tabel tersebut diatas. Kondisi ini cukup memprihatinkan, karena masih terdpat waregan kota yang memerlukan perhatian serius untuk dibina menjadi lebih baik.

Sementara itu panti asuhan yang terdapat di Kota Jayapura berjumlah 12 buah yang tersebar di semua distrik sebagaimana tergambar di tabel berikut :

Tabel ... Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kota Jayapura Tahun 2010

No . Jenis PMKS DISTRIK Jumlah Jayapura Utara Jayapura Selatan

Abepura Heram Muara Tami 1 Anak Balita Terlantar 13 10 14 11 11 59

2 Anak Terlantar 44 67 54 19 74 258

3 Penyandang Cacat 56 90 120 40 70 376 4 Penyandang Cacat Eks Penderita Penyakit Kronis 6 12 33 16 5 72 5 Wanita Rawan Sosial Ekonomi 126 124 105 70 68 493 6 Lanjud Usia Terlatar 91 69 79 126 29 394 7 Lanjud Usia Korban Tindak Kekerasan 0 0 3 24 0 27

8 Anak Jalanan 12 24 16 4 0 56

9 Anak Nakal 14 2 72 63 0 151

10 Anak Putus Sekolah 99 138 179 70 116 602 11 Anak Korban Tidak Kekerasan 3 1 9 0 0 13

12 Tuna Susila 0 10 0 0 0 10

13 Gelandangan 0 29 0 4 0 33

14 Pengemis 0 0 1 7 0 8

15 Bekas Narapidana 2 37 28 36 14 117 16 Korban Penyalahgunaan Napza 10 6 15 5 2 38

17 Penyandang HIV/AID 0 2 0 0 1 3

18 Keluarga Fakir Miskin 214 93 453 227 145 1132 19 Keluarga Berumah Tidak Layak Huni 340 149 484 167 126 1266 20 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 0 6 30 4 19 59

21 Keluarga Rentan 16 11 41 51 1 120

23 Korban Bencana Alam 0 5 43 38 0 86 24 Korban Bencana Alam Sosial Lainnya 12 15 8 17 0 52 25 Masyarakat yang Tinggal di Daerah Rawan Bencana 80 28 23 30 8 169 26 Pekerja Migran Terlantar 2 0 0 24 5 31 27 Perintis Kemerdekaan 16 17 38 0 5 76

28 Bencana Sosial 11 0 5 17 0 33

29 Penduduk Perbatasan 2 2 20 20 0 44 30 Anak,Wanita,dan Lanjud Usia yang Menjadi Korban

Tindak Kekersan atau perlakuan salah

0 5 4 5 0 14

31 Keluarga Pahlawan Nasional 0 0 5 0 0 5

J u m l a h 5.797

Sumber : Dinas Sosial Kota Jayapura, 2011

Tabel ... Daftar Panti Asuhan Yang Ada di Jayapura tahun 2012

NO. NAMA PANTI ASUHAN ALAMAT NAMA KETUA

1 2 3 4

1 PELAGI Jln. Abepura, Distrik Abepura Wenda Itaar 2 MUHAMMADYAH Jln.Gerilyawan Abepura, Distrik Abepura Ismail Malawat 3 R U T H Jln. Pantai Enggros, Distrik Abepura Andreas Endama 4 E L I S A Jln. Baru Tanah Hitam Abepura Yopi Mabel 5 LAHAI ROI II Jln. Kali Hanyaan Entrop, Distrik Jayapura Selatan Ruth Pidjer, SE 6 ROADHATUL JANNAH Jln. Baru Tembus Melati No. 14 Abepura Drs. H. Sukri 7 PUTRA BALIM YALIMO Jln. Yoka Waena, Distrik Heram Soleman Heselo 8 ASAEKO Jln. Malareks Perumas I, Distrik Heram Theis Wopari 9 HUMANIA Jln. Manalagi Ardipura III No. 8 Jayapura H u m a n 10 DORKAS Jln. Padang Bulan Abepura, Distrik Heram Mika Wally 11 KASIH SEJAHTERA Jln.Salak Koyan Timur, Distrik Muara Tami Pdt. Lince Lamba 12 AL FURQON Jln. Muspaco Kelapa Dua Entrop Rasman, S. Hi

(13)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 22 b. Keagamaan

Kehidupan umat beragama di Kota Jayapura menunjukkan derajat kualitasnya yang semakin baik guna mendukung terciptaya tanah damai.Seperti diketahui bahwa dilihat dari anutan agama masing-masing, maka umat beragama sesuai dengan keyakinannya masing-masing mengalami pertambahan dari tahun ke tahun yang menggem-birakan.Pertambahan tersebut bergerak simetris dengan pertumbuhan penduduk, baik karena pengaruh migrasi maupun kelahiran.Tampak bahwa hingga tahun 2008, terjadi peningkatan jumlah penganut agama dengan persentase pertambahan tertinggi (75.75% penganut agama Budha).Tetapi jika dilihat dari angka nominal, maka pertambahan tertinggi adalah penganut agama protestan.Peningkatan tersebut diikuti dengan bertambahnya sarana peribadatan dengan persentase tertinggi pada gereja protestan,

disertai dengan makin banyaknya

rohaniawan yang dibina.Secara kualitatif analisis tentang kualitas kehidupan be-ragama dalam men-ciptakan Kota Jayapura sebagai tanah damai dan meningkatkan ke-rukunan hidup beragama dapat dibuktikan

secara konkrit.Berbagai kegiatan yang

dilakukan telah menyentuh kebutuhan

masyarakat penganut agama

masing-masing. Pembinaan, prasarana dan sarana gedung Gereja, Mesjid, Kuil, Vihara serta kelengkapan sarana pendukung keagamaan,

kegiatan keagama-an, dan kehidupan

keagamaan berjalan secara baik selama lima tahun terakhir ini.

Dalam upaya meningkatkan kualitas

kehidupan umat beragama, Pemerintah Kota Jayapura memfasilitasi berbagai program dan kegiatan penting, termasuk di antaranya adalah menyelenggarakan kegiatan pertemuan tokoh-tokoh agama guna membangun kehidupan harmonis antar umat beragama. Hal ini didukung dengan Keputusan Walikota Jayapura Nomor : 28 Tahun 2007 tentang Pembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Jayapura. Masyarakat telah dengan penuh kesadaran membangun toleransi dan kerukunan kehidupan beragama, baik dalam kerangka hubungan secara internal sesuai keyakinan masing-masing, maupun dalam hubungan yang bersifat lintas agama, serta dalam konteks hubungannya dengan pemerintah.Wujud konkritnya dapat dilihat dari perilaku positif yang ditunjukkan oleh masyarakat pada perayaan hari-hari raya besar masing-masing, dengan saling menghormati dan bahkan saling berkunjung dan bersilahturami antar sesama.

Kondisi ini mengindikasikan bahwa keberadaan sektor tersier di Kota Jayapura lebih banyak berperan menjadi sektor komplemen bagi pengembangan sektor-sektor industri di luar Papua. Kota Jayapura memberi andil terhadap struktur ekonomi Provinsi Papua sekitar 33.62% jika diukur berdasarkan PDRB Non Tambang Harga Konstan 2000, jauh melampaui Kabupaten Merauke sebesar 16.67% dan Kabupaten Jayapura sebesar 9.77% untuk tahun yang sama. Terlebih lagi bila dibandingkan dengan daerah-daerah pedalaman dan pegunungan seperti Kabupaten Tolikara, Pegunungan Bintang dan Yahukimo, andil Kota Jayapura masih sangat jauh lebih besar.

Tabel 2.47. Perkembangan Pembangunan Keagamaan Tahun 2005 dan 2010 2005 2010 % Pemeluk Agama Islam 83,934 95,506 2.91 Protestan 90,326 118,981 25.23 Katolik 31,138 45,109 5.79 Hindu 1,878 1,569 (4.79) Budha 1,060 1,845 75.75 Tempat Peribadatan Mesjid 101 120 15.84 Musholla 30 44 33.33 Gereja Protestan 135 270 65.93 Gereja Katolik 28 17 7.14 Kopel - 21 - Vihara 1 3 0.00 Pura 2 1 0.00 Cetya - 1 - Rohaniawan Dibina Islam 229 445 94.32 Protestan 166 582 119.88 Katolik 89 263 96.63 Hindu 6 6 0.00 Budha 3 7 133.33

Sumber : LKPJ Walikota Jayapura, 2005 & 2009 BPS Kota Jayapura, 2011

(14)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 23 2.2.3. Seni Budaya dan Olahraga

Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, berbagai organisasi kepemudaan telah dibina dalam rangka terbentuknya generasi muda yang beriman dan bertaqwa. Pembinaan tersebut, diarahkan pada peningkatan kemampuan anggotanya, antara lain melalui pelaksanaan diklat kepemimpinan secara regular setiap tahun. Demikian halnya dengan pembinaan Pramuka untuk meningkatkan keterampilan anggotanya, penyelenggaraan Raimuna, dan Jambore Nasional. Hingga tahun 2009, tercatat tidak kurang dari 1,000 anggota pramuka yang aktif terlibat dalam berbagai event hingga ke tingkat nasional baik pada jenjang : siaga, penegak, dan pandega, maupun pembinanya. Keberhasilan pembinaan kepramukaan ditandai dengan adanya penghargaan pada tahun 2009 dan dari Ketua Kwartir Nasional dan dari Presiden RI (Dharma Bhakti Pramuka).

Dalam hal pembinaan keolahragaan, telah dicapai prestasi olah raga dengan sangat memadai (terutama sepakbola), yang telah mampu menyandang predikat terbaik dan menyumbang atlit dalam

berbagai event

nasional/internasional. Berbagai penghargaan yang

telah diperoleh atas

prestasinya di berbagai

cabang olahraga olahraga. Sebagaimana diketahui bahwa dalam 5 tahun ini, tercatat berbagai keberhasilan olahraga prestatif, misalnya : pada tahun 2006 di Kota Jayapura adalah Juara II Copa Dji Sam Soe Persipura Jayapura, Juara I pada Event Indonesia Super League (ISL) periode 2010-2011, 8 besar Nasional Persipura Usia-23 Tahun, Juara II kejurda Bulutangkis di Timika, juara II perorangan Taruna Putra Piala Rudi Hartono di Timika, Juara II Umum kejurda Tinju Junior di Jayapura dan Juara umum Kejurda Bina Raga Senior/Yunior di Jayapura.

Guna menjamin terselenggaranya

kegiatan kepemudaan dan

keolahragaan di Kota Jayapura, telah

difasilitasi ketersediaan dan

peningkatan mutu prasarana dan sarananya, antara lain dibangunnya Gedung Olah Raga (yang dapat difungsikan juga sebagai Gedung Perempuan) di Kotaraja, sejak tahun 2007. Selain itu dilakukan rehabilitasi lapangan sepakbola Trikora dan pembuatan pagar keliling, lapangan basket dan lapangan volli di Distrik Abepura, serta menyediakan alat-alat olahraga yang diperlukan. Untuk pembinaan pemuda di bidang kesenian, telah difasilitasi beberapa group kesenian dan peningkatan gedung dan sanggar seni. Hingga tahun 2010, terdapat 18 grup kesenian di Kota Jayapura yang dikelola oleh para pemuda. Jumlahnya meningkat dibanding tahun 2006 hanya terdapat sebanyak 14 grup. Adapun gedung dan sanggar seni yang terdapat di Kota Jayapura pada 2010 sebanyak 9 unit, meningkat dibanding tahun 2006 sebanyak 7 unit.

Tabel 2.13. Perkembangan Unit Kesenian dan Klub Olahraga

2006 2007 2008 2009 2010 Grup kesenian Gedung/Sanggar KlubOlahraga 14 7 26 16 7 26 16 7 26 18 9 27 18 9 27 Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga, Kota Jayapura, 2011.

Tabel 2.14. Pembinaan dan Pengawasan Obyek Wisata

2008 2009 2010 Bilyard 7 6 6 Ketangkasan 4 3 4 Gelanggaang Renang 1 2 2 Pemancingan 4 6 6 Padang Golf 1 1 1 Pondok Wisata 1 1 1 Fitnes 7 10 10 Salon Kecantikan 57 59 59 Pangkas Rambut 25 39 39 Pantai 6 6 6

Agen Perjln Wisata 3 39 39

Hotel 7 72 72

Rest/Wrng-Makan 1 259 259 Bar, Diskotik, Karauke 1 32 36

Panti Pijat 1 32 32

Souvenier / Cindramata 1 10 10

Jasa Impreasariat 5 5 5

(15)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 24

Kota Jayapura memiliki potensi obyek wisata yang memadai, terutama jenis wisata pantai. Hingga saat ini obyek wisata pantai yang telah dikembangkan terdapat di Pantai Base-G, Pantai Dok II, dan Pantai Hamadi. Potensi lainnya yang masih perlu digarap terdapat di kawasan Nafri dan Skow. Selain itu, dikembangkan pula jenis wisata agro di kawasan Koya Barat dan Koya Timur (kolam pemancingan). Dalam rangka pengembangan kepariwisataan tersebut, telah dijalin kerjasama kemitraan dengan pihak masyarakat adat, swasta lokal dan nasional, antara lain ditandai dengan penyediaan lahan dan investasi bagi pembangunan dan rehabilitasi obyek wisata di Pantai Hamadi dan Pantai Base-G. Pengembangan pariwisata didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana kepariwisataan yang kian meningkat dari tahun ke tahun, termasuk akses jangkauan ke lokasi obyek pariwisata. Oleh karena itu, dilakukan pembinaan dan pengawasan kawasan pariwisata dan fasilitas penunjangnya secara optimal. Hingga tahun 2010, di Kota Jayapura telah berkembang berbagai prasarana penunjang seperti : Bilyard, Ketangkasan, Gelanggang Renang, Pemancingan, Padang Golf, Pondok Wisata, Fitnes, Salon Kecantikan, Pangkas Rambut, Agen Perjalanan Wisata, Hotel,

Restoran/Warung Makan, Bar, Diskotik, Karauke, Panti Pijat, Toko

Souvenier/Cindramata, dan Jasa Impreasariat. Sementara itu, seni dan budaya lokal sebagai salah satu komoditi pariwisata potensial terus dibina dan dikembangkan. Pembinaan dan pelestarian seni budaya lokal dengan mengutamakan seni budaya Port Numbay menunjukkan adanya kemajuan berarti.Demikian halnya dengan kegiatan promosi budaya lokal; festival seni; dan pelestarian benda situs dan kawasan cagar budaya yang menunjukkan peningkatan dari tahun 2006-2010.Semuanya ini didukung oleh meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pengembangan pariwisata sebagai pendukung kehidupan aspek-aspek ekonomi, serta mulai digalangnya pelestarian terhadap nilai-nilai dan kultur masyarakat sebagai asset pariwisata.

2.3. Aspek Pelayanan Umum

Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah Kota Jayapura dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat. Aspek pelayanan umum ini menjelaskan tentang perkembangan kinerja yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kota Jayapura dalam bentuk urusan wajib dan urusan pilihan. 2.3.1. Urusan Pelayanan Wajib

Urusan pelayanan wajib merupakan urusan pemerintah yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar.

a. Pendidikan

a.1. Angka Partisipasi Sekolah

Derajat keberhasilan pembangunan pendidikan di Kota Jayapura, antara lain dapat ditelusuri dari perkembangan angka partisipasinya (APK dan APM). Data menunjukkan bahwa dalam tahun

2010, pencapaian

APM SD adalah 94.07

SMP 92.67, SLTA

88.17, sementara APK

SD 113.99, SLTP

122.11, dan APK SLTA

116.98. Berkenaan

dengan pencapaian

prestasi kelulusan dan nilai rata-rata kelulusan, tampak terlihat bahwa dalam tahun 2010, proporsi kelulusan pada jenjang SD/MI mencapai 99.61% dan SMP/MTs. 96.07%. Sementara pada jenjang SMA hanya 79.27% dan SMK 88.90%.Adapun nilai rata-rata kelulusan berdasarkan standar nasional di atas angka 6 pada semua jenjang pendidikan

Tabel 2.15. APM/APK Jenjang Pendidikan Dasar-Menengah,2010

Jumlah APM APK

Penduduk Murid Seluruh Murid

SD/MI/SDLB 7-12 THN 7-12 THN 31,419 94.07 113.99 4,834 25,954 SMP/MTS/SMP LB 13-15 THN 13-15 THN 12,600 92.67 122.11 9,100 3,500 SLTA/MA 16-18 THN 16-18 THN 12,763 88.17 116.98 10,063 2,700

(16)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 25

bahkan pada jenjang SMP hampir mencapai angka 7 (6.96) dan SMK 6.9. Capaian tersebut masih diikuti dengan angka putus sekolah yang tertinggi pada jenjang SMK, yakni 1.14 dan terendah pada jenjang SD, yakni 0.14. Pendidikan non-formal (PLS), telah di kembangkan program kejar paket (A,B,C) dan program pemberantasan buta aksara. Adapun murid setara dengan Paket A,B, dan C, tersebar ke semua Distrik, dengan ketersediaan tutor yang cukup memadai. Adapun penduduk Kota Jayapura yang telah mengikuti program Paket (A,B,C) ini hingga 2010 sudah mencapai jumlah 8,794 orang atau sekitar 3.72 % dari total penduduk Kota Jayapura tahun 2010. Hal ini mengindikasikan adanya keberhasilan pemerintah Kota Jayapura dalam meningkatkan status dan kualifikasi pendidikan masyarakat menjadi lebih baik dalam 2 tahun terakhir. Dalam tahun 2010, jumlah peserta belajar pada paket A tercatat sebanyak 507 orang, Paket B sebanyak 833 orang, dan paket C sebanyak 1,040. Sementara angka PABF mencapai 839. Adapun angka melek huruf hingga tahun 2010 telah mencapai 99.27%, berarti masih terdapat 0.73% dari jumlah penduduk yang masih buta huruf. Aspek lainnya adalah angka rata-rata lama sekolah di Kota Jayapura adalah 10.86, yang berarti bahwa rata-rata penduduk kota Jayapura berpendidikan antara kelas 1 dan 2 SMTA.

a.2. Ketersediaan sekolah / penduduk usia sekolah

Hingga Tahun 2010, di Kota Jayapura terdapat 92 unit

SD/MI/SDLB, 34 unit

SLTP, 21 unit SMA/MA, 12 unit SMK. Adapun jumlah siswa SD/MI/SDLB adalah 31.419 siswa dan jumlah gurunya sebanyak 1.444 orang, sedangkan jumlah siswa SMP/MTS/ SMPLB adalah 12.600 siswa dan jumlah gurunya sebanyak 777 Orang jumlah siswa SMA/MA sebanyak 8.126 siswa dan jumlah gurunya berjumlah 711 Orang, kemudian jumlah siswa SMK adalah 4.637 siswa dan banyaknya guru yaitu 556 Orang. Dengan kondisi tersebut, dapat diketahui bahwa : (1) rasio murid terhadap sekolah adalah 79.71 pada jenjang SD, dan 118.81 pada jenjang SLTP, serta 181.87 pada jenjang SMU dan 116.20 pada jenjang SMK. Adapun rasio murid terhadap guru, jenjang SD, lebih tinggi dari pada jenjang SMP, SMU dan SMK, yaitu 104,40 dan terendah senilai 30,61 pada jenjang SMK. Sedangkan rasio guru terhadap sekolah tertinggi pada jenjang SMK, yaitu 44,33 dan terendah pada jenjang SD, yaitu 16,85.

a.3. Sarana Pendukung (Laboratorium dan Perpustakaan)

Terkait dengan penyediaan

sarana laboratorium dan

perpustakaan sekolah tampak masih sedikit dengan rata-rata

sekolah yang memiliki

laboratorium MIPA, Bahasa dan IPS yang rendah

Tabel 2.18. Persentase Rata-rata Pemilikan Lab. dan Perpustakaan sekolah, Tahun 2010

MIPA IPS Bahasa Komputer Multi*)

Media Perpustakaan

SD 0 0 0 0 0 0.65

SMP 15.63 2.63 22.5 10 3 0.80

SMU 36.46 4.17 33.33 66.67 3 0.79

SMK 22.92 0 41.67 100 3 100

Sumber : Dinas P dan P Kota Jayapura, 2011*) Banyaknya Unit Sekolah Tabel 2.16. Jumlah dan Rasio Guru, Murid, dan Sekolah, Tahun 2010

Jenjang Sekolah Murid Jumlah Guru M/S G/S Rasio M/G

TK 44 4,555 211 92.96 4.63 23.22

SD 92 31,419 1,444 79.71 16.85 104.40

SMP 34 12,600 777 118.81 18.73 77.27

SMU 21 8,126 711 181.87 18.55 48.79

SMK 12 4,637 556 116.20 44.33 30.61

(17)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 26 b. Kesehatan

Dalam rangka pembangunan

kesehatan, Pemerintah Kota

Jayapura, terus melakukan berbagai penyediaan ketenagaan, perbaikan prasarana pelayanan dan sarana

medis, penyediaan obat-obatan,

peningkatan gizi masyarakat,

imunisasi, pemberantasan penyakit menular, dan peningkatan kualitas sanitasi lingkungan. Hingga tahun 2010, di Kota Jayapura terdapat 6

unit rumah sakit, 9 Puskesmas, 23 Puskesmas Pembantu, 11 Puskesmas Keliling, 158 Posyandu, dan 3 polindes.

Adapun rasio puskesmas/pustu per 10,000 penduduk adalah 7,340. Rasio dokter per 100,000 penduduk pada tahun 2010 adalah 10.2 dan rasio paramedis per 100.000 penduduk adalah 125,42, serta rasio dokter per puskesmas/ pustu adalah 2.22 dan rasio paramedis per puskesmas adalah 11.89. Dengan rasio dokter per 100,000 penduduk sebesar 10.2, berarti masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan rasio idealnya sebesar 40 (menurut Ditjen P2MPL, 2004).

Adapun jumlah tenaga medis dan non-medis binaan Pemerintah Kota Jayapura yang bekerja di berbagai Puskesmas dan pusat pelayanan administrasi kesehatan sebanyak 427 orang yang terdiri dari Dokter (umum dan gigi) sebanyak 31 orang, sarjana kesehatan 23 orang, bidan 65 orang, perawat 166 orang. Selain itu, dibantu pula oleh ahli gizi 36 orang, sanitarian 29 orang, apoteker 11 orang dan analis laboratorium sebanyak 40 orang. Dengan demikian, terdapat sekitar 94.9 % tenaga medis dan paramedic, dan sisanya (6.1 %) adalah tenaga non-medis.

Selanjutnya, berkenaan dengan produk layanan kesehatan, maka dilihat dari anak balita yang diimunisasi pada tahun 2010, tercatat, masing-masing ada 84 % (campak dan BCG), 78 % (folio), 85 % (DPT/HB3), dan 58 % (TT1). Sedangkan cakupan Balita mendapat kapsul A2 dan cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe, masing-masing sebanyak 98 %, dengan angka kematian bayi sebesar 5.1. Adapun pola penyakit dan angka

kesakitan penderita sakit untuk semua golongan umur dalam tahun 2010, didominasi oleh jenis penyakit ISPA dan terendah penyakit kulit dengan 18,451 kasus.

Tabel 2.19. Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan, 2010

No Jenis Jumlah Keterangan

1 Rumah Sakit 6 Aset Pemprov dan

Swasta

2 Puskesmas 9

3 Puskesmas Pembantu 23 Terdapat 1 unit

Puskesmas Rawat Inap dilengkapi UGD di Distirk Muaratami 4 Puskesmas Keliling 11 5 Polindes 3 6 Posyandu 158*)

7 Upaya Kesehatan Kerja 12*)

8 Taman Obat Keluarga 14*)

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura, 2011 *) Data Tahun 2008

Tabel 2.20. Jumlah Tenaga Medis dan Non Medis, Tahun 2010

No Spesifikasi Tenaga Jumlah

1 Dokter 20 2 Dokter Gigi 7 3 Sarjana Kesehatan 23 4 Bidan 65 5 Ahli Gizi 36 6 Sanitarian 29 7 Perawat 130 8 Apoteker/Ass.Apt 11 9 Analis Laboratorium 40 10 Tenaga Non-Medis 26 Jumlah 427

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura, 2011

Tabel 2.21. Persentase diimunisasi balita, dan cakupan layanan kapsul A2 dan Fe, AKB, Tahun 2010

2010

Angka Kematian Bayi (AKB) 5.1

Persentase Imunisasi Campak 84

Persentase Imunisasi Polio4 78

Persentase Imunisasi BCG 84

Persentase Imunisasi DPT/HB3 85

Persentase Imunisasi TT1 58

Cakupan Balita mendapat kapsul A2 98

Cakupan Ibu hamil mendapat tablet Fe 98 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jayapura, 2011

(18)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 27

Termasuk 10 besar jenis penyakit yang sering diderita adalah penyakit pulpa dan

jaringan perianital,

infeksi jaringan bawah

kulit, infeksi usus,

sistem otot dan

jaringan, gastritis, dan

penyakit mata.

Tampak bahwa jenis

penyakit ISPA

dominan diderita oleh

masyarakat yang

dilayani di semua

puskesmas yang ada. Jenis penyakit dominan lainnya adalah penyakit kulit, rongga mulut, malaria, sistem otot dan jaringan pengikat, tekanan darah tinggi, mata, tuberclosis, kusta dan cacar air. Adapula masyarakat yang menderita penyakit kelamin sebanyak 911 orang (termasuk penyakit saluran kencing). Selanjutnya, tercatat banyaknya kasus demam berdarah dalam tahun 2010 adalah 102 kasus. Adapun tingkat prevalensi malaria adalah 12.8, ISPA 28.9, TBC 0.8, dan HIV/Aids 4.4, sedangkan perkembangan Penderita HIV pada Tahun 2010 telah mencapai 272 kasus yang terdiri dari 35 kasus HIV, dan 212 kasus Aids serta 25 kematian. Sementara itu, penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan tentang HIV/Aids hanya sebanyak 68 orang pada tahun 2010. Dengan demikian, maka sejak tahun 2006 hinga tahun 2010, tercatat penderita dan pengidap penyakit HIV/Aids telah berjumlah 831 orang, di mana 90 orang di antaranya telah meninggal dunia. Dalam upaya pencegahannya, maka sejak tahun 2007 telah dilakukan kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Jayapura untuk memasukkan Pendidikan HIV/Aids di dalam kurikulum pengajaran pada jenjang SLTP dan SLTA.

c. Lingkungan Hidup

Terwujudnya kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya alam dalam periode lima tahun menunjukkan beberapa kemajuan pesat terutama sekali yang berhubungan tingkat kesadaran masyarakat dalam memelihara lingkungan yang baik dari tahun ke

tahun. Namun

demikian, kondisi lahan kritis, bila dilihat dari tahun

2006 itu kurang

lebih 0.05 persen, maka pada

tahun-tahun selanjutnya

semakin menurun tingkat lahan kristis seperti pada tahun 2010 hanya terdapat 0.02 persen saja.

Tabel 2.22. Penduduk berpengatahuan HIV/AIDS, dan Pengguna Kondom, Pengidap HIV/AIDS (2006-2010)

Tahun

Penduduk Usia 15-24 th Terinfeksi HIV/ Aids

Pengguna Kondom

Perbandingan Kondisi

Kota Jayapura

HIV AIDS Mati Jml

2006 45 70 5 28 1 149 2007 56 82 13 1 2008 62 88 35 196 25 406 2009 68 35 212 25 432 2010 984 380 35 231 25 1,655 Jumlah 1.215 712 113 680 167 1,318 Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Kota Jayapura, 2011

*) hingga 30 nopember 2011

Tabel 2.23. Kondisi Kawasan Lindung dan Lahan Kritis

2006 2007 2008 2009 2010

Rasio luas kawasan lindung

terhadap luas daratan 62.16 62.16 62.16 62.16 62.16

Persentase luas kawasan tertutup pepohonan terhadap luas daratan

7.00 5.00 17.00 12.00 12.00

Persentase lahan kritis terkendali

0.03 0.01 0.01 0.02 0.02

(19)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 28

Hal ini menunjukkan bahwa program dan kegiatan yang dijalankan dalam upaya mengatasi lahan kritis berhasil baik, karena adanya dukungan dari masyarakat yang tinggi dalam menjaga dan memeli-hara lingkungan. Sedang rasio luas kawasan lindung tampak stabil yang

mengandung makna bahwa

masyarakat telah memahami pen-tingnya kawasan lindung daratan sebagai proteksi terhadap eksistensi

kehidupan habitat berdasarkan

ekosistemnya dan sebagai pelindung terhadap terjadinya bahaya banjir dan longsor.Tampak adanya kestabilan rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan dam 5 tahun terakhir ini,

yakni berada pada kisaran 62.16 persen. Artinya bahwa hingga tahun 2010, luas kawasan lindung di kota Jayapura sekitar 584,304 ha dari 940,000 ha luas wilayah Kota Jayapura atau sekitar

389,176.30 ha dari

berdasarkan luas kawasan hutan, kawasan lindung, dan kawasan konservasi (626,088 ha) yang meliputi kawasan cagar alam cyclop,

kawasan taman wisata

Youtefa (bougenville),

hutan lindung Abepura, dan hutan lindung pegunungan

Djar. Lebih jauh lagi,

kesadaran masyarakat yang memadai, ditunjukkan pada

akses sanitasi yang

layak.Ada peningkatan

akses sanitasi yang baik pada tahun 2007 (4,079)

dibanding tahun 2006

(4,337). Artinya, bahwa pada tahun 2010, setiap 10,000 penduduk terdapat sekitar 4,337 penduduk yang dapat

mengakses sanitasi yang layak. Angka tersebut lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2006, di mana setiap 10,000 penduduk hanya terdapat 3,000 penduduk dengan akses sanitasi yang layak.

Tabel 2.24. Alokasi Peruntukan Lahan Kota Jayapura

No Jenis Luas

1 Hutan Lindung

Cagar Alam Cyclop 22,500 ha

Hutan Lindung Abepura 560,000 ha

Hutan Lindung Peg. Djar 765,6.25 ha

Hutan Lindung Bougenville 35,931.75 ha

2 Kawasan Resapan Air 10,884.15 ha

3 Kawasan Sekitar Mata Air

Cagar Alam Cyclop 22,500 ha

Hutan Lindung Abepura 560,000 ha

Hutan Lindung Peg. Djar 765,6.25 ha

Hutan Lindung Bougenville 35,931.75 ha

4 Kawasan Cagar Alam dan Cagar Budaya

Taman Wisata Alam 1,675 ha

5 Kawasan Rawan Banjir 4,166.14 ha

6 Kawasan Rawan Longsor 1,262.47 ha

7 Kawasan Rawan Bencana Abrasi (km) 27.58 km

8 Kawasan Pengembangan Budi Daya

Hutan Produksi Terbatas 27,016.19 ha

Kawasan Pertanian 10,983.47 ha Tanaman Pangan 4,292.39 ha Perkebunan 1,641.21 ha Tambak 5,049.87 ha 9 Kawasan Pertambangan Pasir Besi 26,8000 ha

Batu Damping/Karang dan Pasir Batu 32,000 ha

Bentonit 1,000 ha Tanah Liat 28,000 ha 10 Kawasan Kepariwisataan 252.9 ha 11 Kawasan Permukiman 4,095.15 ha 12 Kawasan Perkantoran 126.25 ha 13 Kawasan Perdagangan/jasa 252.49 ha 14 Kawasan pemakaman 20 ha

Sumber : Dokumen RTRW Bappeda Kota Jayapura, 2011

(20)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 29 Guna mendukung percepatan pembangunan, maka pada 2006, Kota Jayapura dibagi ke dalam 6 BWK yaitu : BWK A, B, C, D, E dan F, yang dimaksudkan

sebagai salah satu

pendekatan pembinaan tata ruang kota yang lebih efektif dan efisien. Dalam tahun ini pula, dimulai penyusunan dokumen RTRW Kota Jayapura hingga dapat dituntaskan pada tahun 2008 dengan lahirnya Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2008. Dokumen tersebut merupakan penyempurnaan dari RTRW berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1995.Berdasarkan dokumen RTRW Kota Jayapura Tahun 2008, diketahui peruntukan lahan di Kota Jayapura, yang meliputi kawasanhutan lindung

(Cagar Alam Cyclop, Hutan Lindung Abepura, hutan lindung Pegunungan Djar, hutan

lindung Bougenville), kawasan resapan air dan kawasan sekitar mata air, kawasan cagar alam dan cagar budaya (taman wisata alam), kawasan rawan banjir, kawasan rawan longsor, kawasan rawan bencana abrasi, kawasan pengembangan budi daya (hutan produksi terbatas, kawasan pertanian), kawasan pertambangan (pasir besi, batu damping/karang dan pasir batu, bentonit, tanah liat), kawasan kepariwisataan, kawasan permukiman, kawasan perkantoran, kawasan perdagangan/jasa, serta kawasan pemakaman. Sesuai RTRW, maka untuk dapat mengendalikan dan melindungi lingkungan hidup kota Jayapura secara baik dan terarah dalam kerangka pembangunan, pemerintah Kota Jayapura berupaya secara konsisten mentaati RTRW yang berlaku. Pada tahun 2006 telah disusun dokumen RTRK dan RTBL kota Jayapura yang masing-masing tersedia lingkungan seluas 125 ha dan 75 ha. Pada tahun 2008 sisa lahan untuk RTRK dan RTBL tinggal masing-masing 5 ha. Hal ini berarti bahwa pengembangan lingkungan pada kawasan cepat berkembang lingkungan berjalan dengan pesat dan pengendaliannya berjalan dengan baik sehingga tidak merusak kondisi lingkungan yang telah ditata dengan baik. Adapun kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan perdagangan, kepariwisataan, perkantoran, dan pemakaman terbilang sangat terbatas. Sementara itu, kawasan yang berpotensi banjir cukup banyak dengan adanya kawasan resapan air seluas hampir 11 ha, tetapi di lain pihak memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan sumber mata air dengan adanya kawasan yang terletak di sekitar mata air, yaitu : di sekitar kawasan Cyclop, Abepura, Yotefa, dan pegunungan Djar.

Adapun luas wilayah

produktif sekitar 5.98%, di antaranya wilayah industri sekitar 0.28%, tetapi kawasan

banjir dan kawasan

kekeringan lebih sedikit,

masing-masing 0.08% dan 0.03%. Ketaatan penggunaan

lahan dengan berbagai

peruntukannya mencapai

91.6%, sementara Izin Membangun per satuan bangunan mencapai 26.44%. Selanjutnya, dalam tahun 2008, telah tersusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Distrik Jayapura Selatan dan Distrik Muara Tami, dan pada tahun 2009 telah dilakukan pendataan dan analisis dalam rangka penyusunan RDTR Distrik Abepura dan Distrik Heram, serta

Gamb

Gambar 2.7

Gambar 2.18

(21)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 30

penyusunan buku standar baku mutu lingkungan (air sungai) yang dilanjutkan dengan penyusunan rancangan peraturan daerahnya.

Dalam rangka pengelolaan limbah domestik dan B3, Pemerintah Kota Jayapura telah membangun perangkap limbah di Kali Acai sebanyak 1(satu) unit, yang difungsikan untuk mengamankan Teluk Yotefa dari pencemaran, yang kemudian difungsikan sebagai penahan air yang menimbulkan potensi banjir. Selain itu, dilakukan pengendalian dan Perusakan Lingkungan Hidup melalui pemantauan kualitas lingkungan Pengelolaan B3 dan limbah B3 pada industri, rumah sakit, rumah tangga, termasuk pemantauan kualitas air di 5 distrik.Mengenai persampahan, masih diperlukan upaya lebih lanjut dalam menanggulangi masalahnya. Meski persampahan selalu menjadi masalah serius terutama pada lokasi-lokasi tertentu dan permukiman yang padat penduduk, tetapi terus mengembangkan berbagai langkah strategis dalam rangka penanggulangannya.Penyediaan prasarana dan sarana persampahan terus ditingkatkan, disertai pembangunan lokasi TPS di beberapa titik rawan, serta terus menghimbau keadaran masyarakat untuk selalu disiplin hidup bersih.Untuk mengurangi resiko genangan air atau banjir, di-lakukan perluasan jaringan drainase di daerah pemukiman dan perkotaan.Hingga tahun 2009, perluasan jaringan drainase di permukiman sekitar 35,000 m’ dan pada skala perkotaan sekitar 25,000 m’. Dengan perluasan jaringan tersebut, luas kawasan genangan air di wilayah permukiman dan perkotaan dapat ditekan secara perlahan, menjadi sekitar 215 ha pada tahun 2009, dari sekitar 250 ha pada tahun 2005. Artinya bahwa dalam lima tahun terakhir ini, Pemerintah Kota Jayapura telah dapat

meminimalkan luas areal genangan

air/banjir di Kota Jayapura sekitar 35 ha. d. Ketenagakerjaan

Proporsi jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah penduduk pada tahun 2009, mengalami penurunan yang relative kecil dibandingkan dengan tahun 2006, yakni dari angka persentase sebanyak 49.78% menjadi 49.38%. Sementara itu, persentase pengangguran terbuka pada tahun 2009, menurun menjadi 18.10 % daripada tahun 2006 sebanyak 18.97 %, lebih rendah daripada angka pengangguran di tingkat Provinsi Papua yang mencapai 20.92 % hingga Agustus 2009 (Sakernas, 2009). Sementara itu, struktur tenaga kerja di Kota Jayapura didominasi oleh sektor jasa. Selain berdasarkan PDRB, struktur ekonomi dapat juga diamati berdasarkan tenaga kerja,

dimana pencari kerja yang

ditempatkan secara sektoral pada tahun 2009 memberi kontribusi terhadap total tenaga kerja sebesar 56,38%, diikuti sektor pertanian sebesar 21,36%, sektor industri

sebesar 13,05%, dan sektor

pertambangan dan penggalian

sebesar 9,21%.

Adapun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Jayapura, tidak lebih baik dibandingkan dengan TPAK tingkat Provinsi Papua. TPAK Kota Jayapura sebesar 57.26 % lebih rendah dari pada angka TPAK Provinsi Papua (Sakernas, Agustus 2009), yakni sebesar 67.73 %. Hingga tahun 2009, rasio pengangguran terbuka telah dapat ditekan menjadi 18.10 dari angka 18.97 pada tahun 2006. Artinya bahwa pada tahun 2009

21,36

9,21 13,05 56,38

Pertanian Pertamb&galian Industri Jasa

Gambar 2.14.

(22)

RPJMD Kota Jayapura Tahun 2012-2016 31

tersebut, masih ada sebanyak 42,798 orang berstatus pengangguran terbuka (termasuk penduduk yang bukan angkatan kerja). Angka tersebut, masih lebih baik dibandingkan dengan angka pengangguran di tingkat Provinsi Papua (20.92%). Berarti, terjadi

penurunan jumlah pengangguran

tidak signifikan sejak tahun 2006, yakni dari 18.97 % menjadi 18.10 % pada tahun 2009. Dari segi daya serap tenaga kerja, maka hingga tahun 2009, tampak ditunjukkan elastisitas serapan yang stabil di sektor Perdagangan dan

Hotel, Keuangan, Asuransi, jasa

perusahaan, Jasa Kemasyarakatan,

sosial dan perorangan, sementara sektor pertanian terjadi perbaikan tingkat elastisitas dari 0.36 pada tahun 2006 menjadi 1.00 pada tahun 2009.

Demikian halnya dengan sektor pertambangan dan galian, di mana pada tahun 2006, tercatat derajat elastisitasnya hanya 0.01 yang mengalami perubahan drastis pada tahun 2010 menjadi 1.00. Dari aspek lainnya, banyaknya pencari kerja yang terdaftar mengalami penurunan dari 21,938 orang pada tahun 2006 menjadi hanya 19,963 pada tahun 2010 atau terjadi penurunan sekitar 6.7%, dan bila dibanding dengan tahun 2009, penurunan tersebut menjadi sekitar 6.76%.

Sementara itu, tercatat bahwa pada tahun 2010, jumlah angkatan kerja di Kota Jayapura, mencapai 48,26% yang terdiri dari angkatan kerja yang sudah bekerja sebesar 40.38% dan angkatan kerja yang tidak bekerja sebesar 7.88 %. Sedang penduduk yang bukan angkatan kerja, terdapat sekitar 51.74 %, yang terdiri dari penduduk yang sedang bersekolah sebanyak 18.49%, mengurus rumah tangga sebesar 21.29 %, dan lainnya sebesar 11.96 %. Rasio penduduk bekerja terhadap penduduk yang tidak bekerja semakin dapat ditingkatkan, sehingga dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi dan status sosial masyarakat. Dengan proporsi jumlah penduduk yang bekerja 49.38 %, dan TPAK sebesar 57.26, berarti bahwa masih terdapat sekitar 9% dari jumlah penduduk usia kerja (15-46 tahun) yang tidak bekerja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pasar kerja didominasi oleh penduduk yang terdidik.Hal ini menunjukkan

adanya relevansi terhadap

keberhasilan pembangunan

pendidikan formal pada jenjang pendidikan menengah di Kota Jayapura. Tetapi, di sisi lain

belum berhasil menampung

tenaga kerja terdidik tersebut dalam lapangan kerja formal dan non-formal.

Meningkatnya partisipasi aktif

swasta dalam penciptaan

lapangan kerja dan peningkatan mutu tenaga kerja merupakan suatu indikasi positif dalam rangka pengembangan kemitraan menurunkan angka pengangguran dan peningkatan mutu tenaga kerja.Peranan swasta selama 5 tahun terakhir telah ditunjukkan dengan adanya peningkatan serapan tenaga terja dan pembinaan mutu tenaga kerja secara signifikan.Dalam hal penyerapan tenaga kerja dicatat adanya

partum-buhan serapan dengan rata-rata sekitar 14.33% dalam 5 tahun

terakhir.Persentase pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2009, yakni sebesar 23%

Gamb

Gambar

Tabel 2.1. Penggunaan Lahan
Tabel 2.2. Pertumbuhan,Kepadatan Penduduk dan Rerata Rumah  Tangga  di Kota Jayapura  per Distrik Tahun  2008-2010
Tabel 2.4. Perkembangan Perekonomian Makro Kota Jayapura, 2006-2010.
Tabel 2.7.Perkembangan Kontribusi Sektordalam PDRB atas Harga Berlaku(Hb) dan Harga Konstan (Hk)  Kota JayapuraTahun 2007 – 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demikian juga dengan struktur perekonomian Kota Bitung dapat dilihat bagaimana peranan atau kontribusi dari masing-masing sektor dalam pembentukan total PDRB Daerah.. Semakin

Kontribusi yang disumbangkan sektor perdagangan dalam perekonomian Jawa Barat mengalami kenaikan terus menerus dari tahun 2000 hingga tahun 2003 akan tetapi di

Dari data tahun 2000, kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian Kota Banda Aceh yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (28,87%), kemudian diikuti

Secara umum laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Probolinggo dalam lima tahun terakhir berada pada rentang stagnasi, artinya kondisi perekonomian di Kabupaten

Kondisi perekonomian masyarakat Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran secara umum mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun- tahun sebelumnya, hal ini

Perkembangan jumlah tenaga kerja yang terserap dari sektor industri tahun 2006 hingga tahun 2010 terlihat pada grafik berikut ini:.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, tiga sektor dominan sebagai pemicu roda perekonomian di Kabupaten Malang (dengan kontribusi terhadap total PDRB masing-masing sebesar

Produksi perikanan di Kota Salatiga memiliki kondisi yang cukup baik dibandingkan dengan beberapa sektor pertanian lain jika dilihat dari pertumbuhan dari tahun ke tahun. Perikanan