• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 GAMBARAN UMUM KOTA BANJARBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 2 GAMBARAN UMUM KOTA BANJARBARU"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

GAMBARAN UMUM

KOTA BANJARBARU

2.1

Kondisi Daerah

Kota Banjarbaru adalah salah satu kota di Provinsi Kalimantan Selatan, yang merupakan sebuah kota yang baru dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, berdiri pada tanggal 20 April 1999 berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1999.

Kota Banjarbaru terletak antara 3°25’40” sampai dengan 3°28’37” Lintang Selatan dan 114° 41’22” sampai dengan 114° 54’25” Bujur Timur. Secara administrasi, Kota Banjarbaru mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Kecamatan Martapura (Kab. Banjar)

• Sebelah Selatan : Kabupaten Tanah Laut

• Sebelah Timur : Kecamatan Karang Intan (Kab. Banjar)

• Sebelah Barat : Kecamatan Gambut (Kab. Banjar)

Kota Banjarbaru terdiri dari 20 Kelurahan yang terbagi dalam 5 (lima) Kecamatan dengan luas wilayah sebesar 371,38 Km2. Untuk lebih jelasnya, luas wilayah perkecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Kecamatan/Kelurahan di Kota Banjarbaru dan Luasnya

No. Kecamatan/Kelurahan Luas (km2) Persentase

1. Kecamatan Landasan Ulin 92,42 24,89

Kelurahan Landasan Ulin Timur 18,76

Kelurahan Guntung Payung 15,25

Kelurahan Syamsudin Noor 18,67

Kelurahan Guntung Manggis 39,74

2. Kecamatan Liang Anggang 85,86 23,12

Kelurahan Landasan Ulin Tengah 23,86

Kelurahan Landasan Ulin Utara 19,50

Kelurahan Landasan Ulin Barat 16,15

(2)

No. Kecamatan/Kelurahan Luas (km2) Persentase

3. Kecamatan Cempaka 146,7 39,50

Kelurahan Palam 14,75

Kelurahan Bangkal 29,80

Kelurahan Sungai Tiung 21,50

Kelurahan Cempaka 80,65

4. Kecamatan Banjarbaru Utara 24,44 6,58

Kelurahan Loktabat Utara 14,24

Kelurahan Mentaos 1,62

Kelurahan Komet 2,44

Kelurahan Sungai Ulin 6,14

5. Kecamatan Banjarbaru Selatan 21,96 5,91

Kelurahan Loktabat Selatan 8,58

Kelurahan Kemuning 3,61

Kelurahan Guntung Paikat 2,47

Kelurahan Sungai Besar 7,30

Kota Banjarbaru 371,38 100,00

Sumber :Kota Banjarbaru Dalam Angka Tahun 2016 2.1.1 Geografis

A. Kondisi Topografi

Wilayah Kota Banjarbaru berada pada ketinggian 0–500 m dari permukaan laut, dengan ketinggian 0–7 m (33,49%), 7- 25 m (48,46%), 25- 100 m (15,15%), 100 -250 m (2,55%) dan 250-500 m (0,35 %). Klasifikasi kelerengan Kota Banjarbaru adalah kelerengan 0 -2% mencakup 59,35% luas wilayah, kelerengan 2-8% mencakup 25,72-8% wilayah, kelerengan 8- 15% mencakup 12,02-8% luas wilayah.

B. Kondisi Geologi

Kondisi geologi Kota Banjarbaru berupa kelerengan, kedalaman efektif tanah, dan keadaan erosi tanah dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Klasifikasi kelerengan Kota Banjarbaru adalah :  0-2% yang mencakup 59,35 % luas wilayah

 2-8% yang mencakup 25,78 % wilayah

 8-15% mencakup 12,08 % wilayah.

(3)

kedalaman efektif lebih 90 cm dimana jenis-jenis tanaman tahunan akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

3) Berdasarkan Peta Kemampuan Tanah Skala 1:25.000, erosi tidak terjadi di wilayah Kota Banjarbaru.

4) Berdasarkan Peta Geologi tahun 1970, batuan di Kota Banjarbaru terdiri dari :  Alluvium (Qha) 48,44 %

 Martapura (Qpm) 37,71 %

 Binuang (Tob) 3,64 %

 Formasi Kerawaian (Kak) 2,26 %

 Formasi Pitap 3,47 %

5) Jenis tanah terbentuk dari faktor-faktor pembentuk tanah antara lain: batuan induk, iklim, topografi, vegetasi dan waktu. Tiap jenis tanah mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan antara satu dengan yang lainnya. Karakteristik tanah tersebut misalnya berkaitan tingkat kepekaan nya terhadap erosi, kesuburan tanah, tekstur tanah dan konsistensi tanah.

6) Berdasarkan peta skala 1:50.000 yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1974, wilayah Kota Banjarbaru terdapat 3 kelompok jenis tanah, yaitu :

 Podsolik 63,82 %

 Latosol 6,36 %

 Organosol 29,82 %

C. Kondisi Klimatologi

Seperti pada umumnya kota – kota di Indonesia, Kota Banjarbaru memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dn musim penghujan. Kondisi curah hujan dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Jumlah Curah dan Hari Hujan Menurut Bulan Kalender Tahun 2015

No

. Bulan Jumlah CurahHujan (mm) Jumlah HariHujan

1 Januari 543,8 25

2 Februari 397,7 22

3 Maret 337,8 20

4 April 324,5 14

5 Mei 250,9 12

6 Juni 109,6 12

7 Juli 24,3 3

8 Agustus 38,8 2

9 September -

(4)

No

. Bulan Jumlah CurahHujan (mm) Jumlah HariHujan

11 November 112,4 14

12 Desember 335,9 20

Rata – rata 228,1 13,5

Sumber : Banjarbaru Dalam Angka Tahun 2016 2.1.2 Demografis

Jumlah penduduk Kota Banjarbaru pada tahun 2015 yaitu sebesar 232.927 jiwa, dengan jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Landasan Ulin, yaitu sebesar 60.488 jiwa, dan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Cempaka, yaitu sebesar 32.990 jiwa.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kota Banjarbaru per Kecamatan Tahun 2011-2015

N

o Kecamatan 2011 2012 2013 2014 2015

1 LandasanUlin 53.584 55.283 57.007 58.749 60.488

2 AnggangLiang 35.979 37.175 38.416 39.691 40.992

3 Cempaka 29.397 30269 31.165 32.075 32.990

4 BanjarbaruUtara 44.463 45.829 47.235 48.664 50.108

3 BanjarbaruSelatan 44.087 45.455 46.872 48.321 49.793

Kota Banjarbaru 207.510 214.011 220.695 227.500 234.371

Sumber : Banjrbaru Dalam Angka Tahun 2016

Tabel 2.4 Luas Wilayah Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Kota Banjarbaru

Tahun 2015

No. Kecamatan Luas (km2)

Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk

(/km2)

1 Landasan Ulin 92,42 16.933 60.488 2.661

2 Liang Anggang 85,86 10.559 40.992 477

3 Cempaka 146,70 8.718 32.990 258

4 Banjarbaru Utara 24,44 14.504 48.664 1.991

5 Banjarbaru Selatan 21,96 15.332 49.793 2.267

Jumlah 371,38 66.046 232.927 627

(5)

Penduduk Kota Banjarbaru berdasarkan jenis kelamin tahun 2015 terdiri dari 120.172 laki-laki dan 114.119 perempuan dengan sex ratio 105. Perkembangan penduduk berdasarkan jenis kelamin dan sex ratio tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Kota Banjarbaru Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011-2015

N

o Jenis Kelamin 2011 2012 2013 2014 2015

1 Laki-Laki 106,212 109,589 113,107 116,730 120,172

2 Perempuan 101,298 104,422 107,588 110,770 114,119

Sex Ratio 105 105 105 105 105

Kota Banjarbaru 207.510 214.011 220.695 227.500 234.371

Sumber : Banjarbaru Dalam Angka Tahun 2016

Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir komposisi penduduk Kota Banjarbaru berdasarkan kelompok umur memperlihatkan bahwa kelompok umur >50 tahun merupakan kelompok umur penduduk yang terbanyak dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 28.077 jiwa, sedangkan kelompok umur 45-49 tahun adalah kelompok umur yang paling sedikit dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 13.766 jiwa. Komposisi penduduk Kota Banjarbaru menurut kelompok umur dapat dilihat sebagaimana tabel 2.6

Tabel 2.6 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011-2015

No KelompokUmur 2011 2012 2013 2014 2015 Rata2

1. 0-4 21.039 22.356 22.977 23.520 23.761 22.731

2. 5-9 18.600 18.971 19.570 20.192 21.005 19.668

3. 10-14 20.055 18.911 19.376 19.893 20.476 19.742

4. 15-19 18.426 20.510 20.877 21.276 21.714 20.561

5. 20-24 16.315 21.361 21.658 21.957 22.255 20.709

6. 25-29 17.022 19.115 19.419 19.744 20.095 19.079

7. 30-34 19.974 19.860 20.222 20.585 20.895 20.307

8. 35-39 18.257 18.457 18.986 19.482 19.999 19.036

9. 40-44 15.432 15.755 16.469 17.152 17.788 16.519

10. 45-49 13.395 12.791 13.490 14.211 14.942 13.766

11. >50 25.883 25.924 27.651 29.488 31.441 28.077

Total 207.510 214.011 220.695 227.500 234.371 220.817

(6)

Sebaran penduduk antar kecamatan di Kota Banjarbaru tidak merata. Pada tahun 2015, jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Landasan Ulin yaitu 60.488 jiwa atau sekitar 25,81% dari seluruh penduduk di Kota Banjarbaru dan paling sedikit di Kecamatan Cempaka yaitu sebanyak 32.990 jiwa atau sekitar 14,08% dari seluruh penduduk di Kota Banjarbaru.

2.2

Kondisi Ekonomi Daerah

2.2.1. Struktur Perekonomian

Sektor-sektor yang berperan besar dalam perekonomian Kota Banjarbaru adalah sektor sekunder dan tersier. Sebagaimana terlihat pada tabel 2.7 berikut, dapat dilihat bahwa sektor konstruksi, sektor transportasi dan pergudangan serta sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib merupakan 3 (tiga) sektor utama yang memberikan kontribusi terbesar dalam PDRB Kota Banjarbaru.

Tabel 2.7 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-2015 (Rp. Juta)

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

1. Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan 93.019 96.294 100.422 103.587 105.499

2. Pertambangan dan Penggalian 165.029 178.661 186.432 194.038 200.387 3. Industri Pengolahan 331.599 346.044 358.892 371.861 384.323 4. Pengadaan Listrik dan Gas 5.975 6.553 6.885 8.267 10.640

5. Pengadaan Air 24.491 24.974 25.632 27.565 29.497

6. Konstruksi 554.742 592.920 636.202 685.084 735.925

7.

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

380.400 408.845 441.376 478.120 512.718

8. Transportasi dan Pergudangan 671.775 732.338 790.041 846.168 909.211

9. Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 105.896 111.149 116.777 124.200 132.626

10. Informasi dan Komunikasi 196.516 207.409 219.166 236.746 256.376

11. Jasa Keuangan 65.370 69.540 77.556 81.375 85.369

12. Real Estate 87.938 93.230 99.847 106.815 113.788

13. Jasa Perusahaan 15.772 16.619 17.847 19.100 20.090

14.

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

469.402 497.385 526.384 555.582 603.928

15. Jasa Pendidikan 336.134 352.957 377.727 405.765 436.724

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 112.553 120.497 131.442 139.616 147.890

17. Jasa lainnya 67.009 69.202 70.740 76.852 81.670

PDRB 3.683.6 Sumber : BPS Kota Banjarbaru, 2016

(7)

menggambarkan perkembangan dan kesejahteraan suatu wilayah.PDRB pada studi ini digunakan untuk mengindikasikan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah/wilayah.

PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga yang berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran kontribusi dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

PDRB Kota Banjarbaru tahun 2015 berdasarkan harga konstan tahun 2010 sebesar Rp 4.766.663 milyar , dengan tingkat pertumbuhan rata-rata selama 5 tahun terakhir (2011-2015) sebesar 6,41 persen per tahun. Lebih rinci Pertumbuhan PDRB menurut harga konstan pada lapangan usaha, dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Sektor-sektor ekonomi utama yang mendominasi pertumbuhan Kota Banjarbaru adalah terutama pada sektor-sektor sekunder yaitu sektor Pengadaan Listrik, Gas 12,01 persen, sektor Transportasi dan Pergudangan 7,51 persen , sektor konstruksi 6,92 persen, dan sektor Jasa lainnya.

Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha (Persentase)

N 1 Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 1,47 2,39 3,52 4,29 3,15

1,8

5 2,78 %

2 Pertambangan dan

Penggalian 4,76 4,79 8,26 4,35 4,08

3,2

4,07 5,64 9,67 5,22 18,7 4

7 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

5,98 6,68 7,48 7,96 8,32 7,2

4 7,28 %

8 Transportasi dan

Pergudangan 6,51 7,11 9,02 7,74 7,24

7,4

(8)

N 9 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 6,16 4,26 4,96 6,06 6,36

6,7

Sosial 6,03 7,87 7,06 9,08 6,22

5,9 indikator yang lazim digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan penduduk suatu wilayah adalah dengan pendekatan pengeluaran per kapita dan PDRB per kapita.Data rata-rata pendapatan (Income) per kapita digunakan untuk mendapatkan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah dan waktu tertentu.

Tabel 2.9 PDRB Per Kapita Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015

Tahun

2014 24.768 19.608 10,57 % 3,44 %

2015 27.725 20.338 11,94 % 3,37 %

(9)

Sumber: BPS Kota Banjarbaru 2015, Data Diolah

Perkembangan PDRB perkapita di Kota Banjarbaru selama 4 tahun (2011-2015) semakin meningkat tiap tahunnya dari 18,80 juta rupiah pada tahun 2011 menjadi 27,72 juta rupiah pada tahun 2015, atau tumbuh rata-rata 9,94 persen setiap tahunnya. Namun apabila diukur dalam USD, PDRB perkapita kota Banjarbaru masih termasuk dalam jajaran wilayah berpendapatan menengah kebawah.

Gambar 2.1 Perkembangan PDRB per Kapita Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015 (Rp. Ribu)

2011 2012 2013 2014 2015

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000

17,75118,805 18,33820,403 18,955 19,608 20,338 22,400

24,767

27,725

Sumber : BPS Kota Banjarbaru, 2016

Peningkatan pendapatan per kapita ini diharapkan diikuti dengan pemerataan pendapatan diseluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian tumbuhnya perekonomian tidak hanya dinikmati oleh kalangan-kalangan tertentu saja, tetapi dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Kota Banjarbaru.

Sejak tahun 2010 sampai tahun 2015, komposisi struktur perekonomian sedikit mengalami perubahan. Secara umum ada empat kategori yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB adhb kota Banjarbaru tahun 2015, yaitu kategori transportasi pergudangan sebesar 21,86 persen, kategori Kontruksi sebesar 14,73 persen, kategori administrasi pemerintahan, pertambangan dan jaminan sosial sebesar 13,28 persen, dan kategori perdagangan besar & eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 10,49 persen.

Jika dilihat dari kelompok kategori, maka struktur perekenomian Kota Banjarbaru dibangun atas keunggulan komparatif pada kategori tersier dan memberikan warna lebih terhadap perekonomian dibangding katehori primer dan sekunder. Struktur perekonomian ini sedikit berbeda dengan kabupaten lainnya di

(10)

Kalimantan Selatan. Sampai dengan tahun 2015 struktur perekonomian Kota Banjarbaru masih didominasi oleh peranan kategori tersier dan kategori sekunder, ini karena Kota Banjarbaru merupakan wilayah perkotaan yang didominasi oleh wilayah permukiman dan perkantoran dan tidak memiliki SDA yang berlimpah.

Tabel 2.10 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (persen) di Kota Banjarbaru 2011-2015

No. Sektor 201

1

201

2 2013 2014 2015

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,49 2,36 2,28 2,23 2,14

2 Pertambangan dan Penggalian 4,45 4,49 4,25 4,10 4,02

3 Industri Pengolahan 9,04 8,73 8,24 7,99 7,72

4 Pengadaan Listrik, Gas 0,15 0,13 0,12 0,13 0,17

5 Pengadaan Air 0,69 0,62 0,59 0,60 0,59

6 Konstruksi 14,8

2

14,5

4 14,24 14,53 14,73 7 Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

10,4 0

10,5

6 10,44 10,45 10,49

8 Transportasi dan Pergudangan 18,7

4

19,5

9 21,59 21,79 21,86 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,92 2,77 2,63 2,70 2,62

10 Infromasi dan Komunikasi 5,27 5,12 4,79 4,84 4,60

11 Jasa Keuangan 1,76 1,76 1,83 1,79 1,73

12 Real Estate 2,35 2,30 2,23 2,27 2,18

13 Jasa Perusahaan 0,43 0,41 0,43 0,44 0,43

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

12,7 1

12,9

7 13,08 12,91 13,28

15 Jasa Pendidikan 9,03 8,90 8,64 8,55 8,72

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,97 3,00 2,98 3,01 3,04

Jasa Lainnya 1,78 1,74 1,63 1,68 1,69

PDRB 100 100 100 100 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjarbaru 2015

2.2.3. Distribusi PDRB Kota Banjarbaru

(11)

Gambar 2.2 Distribusi Masing-masing Sektor terhadap PDRB Kota Banjarbaru Tahun 2015

Sektor yang mempunyai peran Distribusi terbanyak terhadap perekeonomian di Kota Banjarbaru yaitu sektor Transportasi dan Pergudangan yang menyumbang 19 persen dari total PDRB di Kota Banjarbaru. Kemudian diikuti sektor Konstruksi sebanyak 15 persen, dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 12,67 persen.

2.3

Infrastruktur

Infrastruktur merupakan salah satu penunjang untuk kawasan industri,di Kota Banjarmasin bisa di katakan mempunyai infrastruktur yang sudah memadai. Namun, ada beberapa infrastruktur yang belum memenuhi ke beberapa wilayah industri yang ada.

(12)

Jalan di Kota Banjarbaru dibagi kedalam tiga kategori yakni Jalan Negara yang peneglolaannya dibawah Pemerintah Pusat, Jalan Provinsi yang kewenangannya berada dibawah Pemerintah Provinsi, dan, Jalan Kabupaten/Kota yang kewenangannya berada dibawah Pemerintah Kabupaten Kota. Berdasarkan tabel dibawah dilihat bahwa selama 4 tahun dari 2011 hingga 2014 tidak terdapat penambahan jalan Negara dan Jalan Kabupaten/Kota di Kota Banjarbaru, sedangkan jalan provinsi sudah bertambah panjang sekitar 30,296 Km.

Kondisi Jalan di Kota Banjarbaru menunjukkan jalan Kabupaten/Kota pada tahun 2011 hingga 2013 mengalami penurunan kondisi jalan baik dari 331,838 Km pada tahun 2011 menjadi 310.254 Km pada tahun 2013 namun dalam 2 tahun terakhir (2013-2015) mengalami peningkatan kualitas jalan yang pada tahun 2015 meningkat menjadi 377, 560 Km.

Tabel 2.11 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan dan Pemerintahan yang Berwenang Mengelolanya di Kota Banjabaru (Km) Tahun 2011-2015

Tahun Baik Sedang Rusak RusakBerat TotalSub

201 1

Jalan Negara 26,500

Jalan Provinsi 19,000

Jalan Kabupaten/Kota 331,838 115,283 62,209 5,845 515,175

201 2

Jalan Negara 26,500

Jalan Provinsi 19,000

Jalan Kabupaten/Kota 329,664 121,249 58,417 5,845 515,175

201 3

Jalan Negara 26,500

Jalan Provinsi 47,296

Jalan Kabupaten/Kota 310,254 84,871 98,185 15,203 515,175

201 4

Jalan Negara 26,500

Jalan Provinsi 47,396 1,900

Jalan Kabupaten/Kota 332,698 90,414 77,590 14,473 515,175

201 5

Jalan Negara 26,500

Jalan Provinsi 49,296

Jalan Kabupaten/Kota 377,560 62,883 59,959 14,773 515,175

Sumber : Banjarbaru Dalam Angka Tahun 2016, diolah

Terdapat 3 jenis perkerasaan jalan Kota Banjarbaru yaitu jalan beraspal, jalan batu dan jalan tanah. Jalan yang sudah beraspal sepanjang 446,004 Km, batu 7,645 Km, dan sisanya berupa jalan tanah 61,526 Km. Panjang jalan kota menurut perkerasan per Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.12 Panjang Jalan Kota Banjarbaru Menurut Jenis Permukaan Per Kecamatan (Km) Tahun 2014

Kecamatan Aspal Batu Kerikil Tanah Jumlah

Landasan Ulin 111,502 - - 13,319 124,821

Liang Anggang 57,810 3,611 - 7,935 69,356

Cempaka 101,138 4.034 - 19,796 124,968

(13)

Banjarbaru

Selatan 86,249 - - 14,611 100,860

Jumlah 446,004 7,645 - 61,526 515,175

Sumber : Banjarbaru Dalam Angka Tahun 2016

2.3.2. Pelabuhan Laut

Pada tahun 2013 barang yang dibongkar di Pelabuan Banjarmasin sebanyak 77.859.112 ton atau naik 14,92 persen. Kenaikan yang terjadi antara lain disebabkan oleh kenaikan bongkar batubara, dimana pada tahun 2012 batubara yang di bongkar hanya 59.988.839 ton,sedangkan pada tahun 2013 mencapai 69.981.275 ton atau naik 16,16 persen.

Tabel 2.13 Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Antar Pulau Per Bulan Di Pelabuhan Banjarmasin Tahun 2013

No Bulan Barang (Ton)

Bongkar Muat

1 Januari 5.924.231 391.512

2 Februari 5.526.940 355.349

3 Maret 6.755.761 359.424

4 April 6.569.588 327.981

5 Mei 7.417.780 468.642

6 Juni 7.075.316 353.361

7 Juli 6.429.432 433.637

8 Agustus 5.441.529 353.565

9 September 6.501.609 291.413

10 Oktber 6.173.739 344.707

11 November 6.806.635 327.262

12 Desember 7.236.552 248.569

Jumlah 2013 77.859.112 4.255.422

Jumlah 2012 67.750.818 4.273.186

Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan 2014

Barang yang di muat di pelabuhan banjarmasin pada tahun 2013 sebesar 4.255.422 ton,lebih rendah 0,42 persen dibanding tahun 2012 sebanyak 4.273.186 ton. Sedangkan untuk jumlah batubara yang di muat pada tahun 2012 sebanyak 2.328.854 ton menjadi 2.685.189 ton pada tahun 2013 atau naik 15,30 persen.

2.3.3. Bandara Udara

(14)

dan jasa dari dan ke Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur.

Tabel 2.14 Arus Lalu Lintas Penumpang Berangkat dari dan Datang Ke Bandar Udara Syamsudin Noor Per Bulan di Tahun 2015

No Bulan Berangkat dari Datang Ke

1 Januari 130.078 142.039

2 Februari 120.670 121.311

3 Maret 128.460 133.100

4 April 133.404 133.709

5 Mei 145.164 145.132

6 Juni 147.922 134.164

7 Juli 174.289 151.744

8 Agustus 139.075 181.539

9 September 139.868 135.167

10 Oktober 156.981 161.083

11 November 145.426 146.781

12 Desember 170.537 153.818

Jumlah/Total 1.731.874 1.739.587

2014 1.820.114 1.816.330

2013 1.930.323 1.918.440

2012 1.829.025 1.802.084

2011 1.501.714 1.486.495

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjarbaru Tahun 2016

Jumlah penumpang pesawat udara yang berangkat dari Bandara Syamsudin Noor tahun 2015 sebanyak 1.731.874 orang dengan jumlah penumpang terbanyak di bulan Desember yaitu sebanyak 170.537 orang. Sedangkan jumlah penumpang yang datang ke Bandara Syamsudin Noor selama tahun sebanyak 1.739.587 orang dengan jumlah penumpang terbanyak di bulan Agustus yaitu sebanyak 181.539 orang.

Selama 4 tahun (2011-2015) jumlah penumpang yang berangkat dari dan datang ke Bandar Udara Syamsudin Noor mengalami peningkatan hingga tahun 2013 yaitu dari 1.501.714 penumpang berangkat dan 1.486.495 penumpang datang pada tahun 2011 meningkat menjadi 1.930.323 penumpang berangkat dan 1.918.440 penumpang datang pada tahun 2013. Namun dalam dua tahun terakhir jumlah penumpang mengalami penurunan hingga 1.731.974 penumpang berangkat dan 1.739.587 penumpang datang.

(15)

Keberadaan telepon membuat jarak bukan menjadi kendala untuk berkomunikasi. Adapun penggunaan telepon rumah saat ini kian menurun, namun perannya digantikan oleh telepon seluler. Apalagi sekarang banyak sekali di pasaran beredar handphone dengan harga yang relatif terjangkau dan operator telekomunikasi pun masing-masing bersaing dengan biaya percakapan dan paket data yang semakin murah. Tabel 2.15 menunjukkan persentase kepemilikan Telepon Seluler Di Kalimantan Selatan Pada Tahun 2013.

Tabel 2.15 Persentase Kepemilikan Telepon Seluler Tahun 2013 N

1 Tanah Laut 93,44 6,56 100

2 Kotabaru 92,21 7,79 100

3 Banjar 92,51 7,49 100

4 Barito Kuala 87,97 12,03 100

5 Tapin 91,19 8,81 100

6 Hulu Sungai Selatan 84,27 15,73 100

7 Hulu Sungai Tengah 76,90 23,10 100

8 Hulu Sungai Utara 89,00 11,00 100

9 Tabalong 93,58 6,42 100

10 Tanah Bumbu 95,98 4,02 100

11 Balangan 87,92 12,08 100

12 Kota Banjarmasin 97,09 2,91 100

13 Kota Banjarbaru 98,49 1,51 100

Kalimantan Selatan 91,73 8,27 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2014, data diolah

Di Kota Banjarbaru sudah lebih dari 90 persen rumah tangga menggunakan telepon seluler. Secara internal kabupaten/kota, Kota Banjarbaru merupakan wilayah dengan persentase rumah tangga terkecil yang tidak pernah menggunakan telepon seluler dibanding kabupaten lain. Hal ini dapat dipahami karena kultur perkotaan dengan kemudahan akses informasi sangat memungkinkan penduduknya untuk lebih banyak memanfaatkan telepon seluler ini.

2.5

Kondisi Industri Secara Umum

2.5.1 Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Industri

Sektor industri pengolahan pada PDRB Kalimantan Selatan tahun 2015 adalah sebesar Rp 384.323 juta rupiah memiliki share kontribusi sebesar 3,35 persen dari total PDRB dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 3,93 persen selama tahun (2010-2015).

(16)

jumlah produksi pada usaha industri mengalami peningkatan masing-masing sebesar 5,67 persen, 22,97 persen, dan 46,68 persen. Peningkatan jumlah investasi dan jumlah produksi sangat signifikan.

Komoditas utama perdagangan di Kalimantan Selatan adalah Batubara, oleh karenanya batubara berperan besar dalam mendorong peningkatan perekonomian. Berdasarkan data BPS, produksi batubara pada tahun 2013 mencapai 163 juta ton. Kabupaten Tabalong/Balangan mempunyai produksi paling besar dibandingkan kabupaten lainnya. Terdapat delapan kabupaten yang sudah melakukan eksploitasi batubara. Selain itu bahan tambang lainnya yang juga diproduksi di Kalimantan Selatan adalah biji besi.

Tabel 2.16 Pertumbuhan Industri Provinsi Kalimantan Selatan 2008-2013

Sumber: Kalimantan Selatan Dalam Angka, BPS

Secara rata-rata dalam periode 2010-2014 sektor industri pengolahan tanpa migas menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sekitar 5.08%.

Gambar 2.4. Grafik Perkembangan Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Nonmigas Tahun 2010-2014

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Non-Migas (%)

(17)

batubara mengalami penurunan mengingat lesunya permintaan dari Negara importer utama seperti China dan India akibat dari melemahnya ekonomi global.

Gambar 2.5. Grafik Kontribusi Sektor Industri Nonmigas terhadap PDRB Tahun 2014

Des-2010Des-2011Des-2012Des-2013Des-2014 12.40

12.60 12.80 13.00 13.20 13.40 13.60 13.80

Kontribusi PDRB Sektor Industri Non-Migas (%)

Sektor industri tanpa migas di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2014 didominasi oleh industri Makanan, Minuman dan Tembakau, disusul dengan industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet dan industri Semen dan Barang Galian bukan Logam berturut-turut masing-masing 62,16%, 15,94% dan 9,32%.

Tabel 2.17 Kontribusi Masing-Masing Cabang Industri dalam Pembentukan PDRB Sektor Industri Tanpa Migas Tahun 2014

No. Kelompok Industri Nilai Tambah (Rp) Persentase

(%)

1 Makanan, Minuman dan Tembakau 7.273,7 62,16

2 Tekstil, BarangKulit dan Alas kaki 85,2 0,73

3 Barang. kayu dan Hasil hutan lainnya. 1.065,2 9,10

4 Kertas dan Barang cetakan 93,4 0,80

5 Pupuk, Kimia dan Barang dari karet 1.865 15,94

6 Semen danBarang Galian bukan logam 1.091 9,32

7 Logam Dasar Besi dan Baja 59,5 0,51

8 Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya 118,1 1,01

9 Barang lainnya 51,3 0,44

Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan 2015 2.5.2 Jumlah Unit Usaha Industri

(18)

Tabel 2.18 Jumlah Unit Usaha Masing-Masing Cabang Industri Tahun 2013

No. Kelompok Industri Jumlah Unit Usaha Persentase

1 Makanan, Minuman dan Tembakau 34 38,64

2 Tekstil, BarangKulit dan Alas kaki 3 3,41

3 Barang. kayu dan Hasil hutan lainnya. 20 22,72

4 Kertas dan Barang cetakan 3 3,41

5 Pupuk, Kimia dan Barang dari karet 17 19,32

6 Semen danBarang Galian bukan logam 1 1,14

7 Logam Dasar Besi dan Baja 2 2,27

8 Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya 8 9,09

9 Barang lainnya 0 0

Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan 2015 2.5.3 Ekspor Produk Industri

Selama 5 (lima) tahun terakhir, kurun waktu 2010-2014 mengalami pertumbuhan yang cukup pesat yaitu sebesar 7,39 persen. Pertumbuhan ini terutama bersumber dari pertumbuhan ekspor produk tambang yaitu Batubara dan Biji Besi, produk Sawit dan Karet Alam. Komoditas tersebut merupakan komoditas utama ekspor Kalimantan Selatan. Selain itu juga produk Perikanan mengalami rata-rata pertumbuhan yang positif. Beberapa komoditas ekspor mengalami perkembangan negatif atau menurun selama 5 (lima) tahun terakhir yaitu komoditas khusus kayu menurun sebesar -6,76 persen dan produk rotan menurun sebesar -48,37 persen. Menurunnya produk ini dipengaruhi oleh karena sulitnya memperoleh bahan baku.

Dilihat dari negara tujuan ekspor komoditas Kalimantan Selatan yang utama adalah negara India,Jepang, Singapore, Hongkong, Philipina, Malaysia dll. Secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 2.19 Negara Tujuan Utama Ekspor Kalimantan Selatan Tahun 2014

No Negara Tujuan Nilai US$ Share

1 India 1,707,628,915.58 28.0%

2 Jepang 1,077,746,289.94 17.7%

3 Singapore 957,982,720.95 15.7%

4 Hong Kong 567,090,329.88 9.3%

5 Philipina 280,520,033.34 4.6%

6 Malaysia 295,671,485.12 4.8%

7 Thailand 271,187,159.90 4.4%

8 China 218,048,552.89 3.6%

9 Spanyol 201,177,679.81 3.3%

10 Taiwan 127,218,525.03 2.1%

11 Lainnya 398,714,078.60 6.5%

6,102,985,771.04 100.0% Sumber: Kalimantan Selatan Dalam Angka, BPS

Ekspor dari Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2014 lebih banyak didominasi oleh ekspor yang berasal dari hasil tambang dengan nilai 6.986,74 Juta US $ atau sekitar 79,70% dari total ekspor tanpa migas.

(19)

No. Kelompok Komoditi Nilai

(Juta US $) Persentase

1 Pertanian 13,23 0,16%

2 Industri 1.735,81 19,80%

3 Pertambangan 6.986,74 79,70%

4 Lainnya 29,81 0,34%

Jumlah 8.765.583 100%

Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan 2015

2.6

Sumber Daya Industri

2.6.1 Sumberdaya Manusia 2.6.1.1 Jumlah Penduduk

Dengan luas wilayah 37.532,52 km2, maka kepadatan penduduk provinsi Kalimantan Selatan adalah 105 jiwa perkilometer persegi dengan laju pertumbuhan penduduk 1,84%.

Menurut kelompok umur, penduduk provinsi Kalimantan Selatan tahun 2014 masih membentuk piramida dengan kelompok umur usia anak dan usia produktif relatif besar, sedangkan berdasarkan lapangan usaha, penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Selatan adalah 1.802.347 pada tahun 2014 masih didominasi penduduk yang bekerja di sektor jasa.

Tabel 2.21 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan Tahun 2014

No Kab/Kota

2 Kotabaru 163.739 150.753 315.492 2.00% 9.422,73 33

3 Banjar 276.936 268.461 545.397 1.72% 4.710,97 116

4

5 Tapin 90.391 88.775 179.166 1.51% 2.174,95 82

6

9 Tabalong 119.767 116.010 235.777 1.77% 3.599,95 65

10

11 Balangan 61.009 60.309 121.318 1.79% 1.819,75 67

(20)

Banjarma sin

13

Kota Banjarbar u

116.730 110.770 227.500 3.11%

328,83

692

Kalimant an Selatan

1.987.127 1.935.663 3.922.790 1.84% 37.530,5

2 105

Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan 2015 * Relatif terhadap tahun 2009

2.6.1.2 Pendidikan

Tingkat Pendidikan dibagi dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dari data pendidikan pada tabel 2.54 dapat dilihat bahwa jumlah murid sekolah dasar paling dominan dibandingkan dengan tingkatan sekolah lain hal ini karena waktu belajar yang lebih lama dibanding sekolah tingkatan lain (6 tahun). Selain itu, data ini juga menunjukkan bahwa jumlah penduduk dibawah 15 tahun masih cukup tinggi di Kalimantan Selatan, yang jika digambarkan berdasarkan kelompok umur akan menggambarkan piramid muda yang besar dibawah dan kecil diatas. Dapat juga dikatakan bahwa Mahasiswa Peguruan Tinggi sudah cukup banyak dengan cukup tingginya jumlah mahasiswa yang ada, yakni sekitar 80.757 orang.

Tabel 2.22 Jumlah Murid Tingkat Sekolah Dasar hingga Mahasiswa Perguruan Tinggi 2013/2014

Tingkat Pendidikan Negeri Swasta Jumlah

Taman Kanak-kanak 4.016 95.315 99.331

Sekolah dasar 367.410 21.135 388.545

Madrasah Ibtidiyah 23.439 43.785 67.224

Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama 99.323 8.395 107.718

Madrasah Tsanawiyah 28.771 39.694 68.465

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 41.214 6.498 47.712

Madrasah Aliyah 14.487 12.596 27.083

Sekolah Menengah kejuruan 29.726 11.355 41.081

Perguruan Tinggi 4.016 95.315 99.331

Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan 2014, Data diolah. 2.6.1.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

(21)

menjadi terdepan dalam pencapaian IPM. Bahkan tak jarang IPM menjadi komoditas yang bisa meningkatkan nilai tawar suatu negara ataupun daerah.

Dalam kurun empat tahun terakhir, capaian pembangunan manusia Kalimantan Selatan secara umum menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Indikasinya adalah semakin meningkatnya angka IPM serta reduksi shortfall atau laju tingkat pencapaian menuju IPM sasaran (IPM ideal =100). Pada tahun 2010, IPM Kalimantan Selatan tercatat sebesar 69,92, sementara di tahun 2013 mencapai 71,74. Komponen yang mengalami kemajuan paling cepat adalah rata-rata lama sekolah, yaitu dari 7,65 di tahun 2010 menjadi 8,01 untuk tahun 2013.

Prestasi ini harus terus dipacu, mengingat capaian komponen tersebut masih jauh dari angka ideal, misalnya rata-rata lama sekolah seharusnya adalah 15 tahun. Begitu juga dengan angka harapan hidup, yang baru mencapai level 64,82 tahun, di mana idealnya adalah 85 tahun.

Selain itu, kesenjangan IPM antar kabupaten pun masih tampak melebar. Ada beberapa daerah yang reduksi shortfallnya sangat signifikan (Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu), sementara daerah lain bergerak moderat seperti Kabupaten Balangan, dan Kabupaten Barito Kuala, padahal angka IPM-nya tergolong rendah.

Kendati demikian, pemangku kepentingan seyogyanya tetap mengeluarkan kebijakan yang bersifat integral, karena aspek lain seperti perbaikan ekonomi, kesempatan kerja termasuk kebebasan berpendapat diyakini memiliki andil yang besar dalam mewujudkan manusia berkualitas.

2.6.1.4 Persentase Lapangan Pekerjaan Utama

Tabel 2.23 Persentase Lapangan Pekerjaan Utama Berdasarkan Sektor Usaha Tahun 2014

Lapangan Pekerjaan Utama

Pertania n

Industr

i Jasa Jumlah

Berusaha Sendiri 19,45 14,98 27,91 22,49

Berusaha dibantu Buruh Tidak

Tetap 28,82 6,09 10,57 17,12

Berusaha dibantu Buruh Tetap 2,08 5,08 2,92 2,93

Buruh/ Karyawan 13,86 54,08 44,97 34,04

Pekerja Bebas 5,77 14,34 3,94 6,32

Pekerja Tak Dibayar 30,02 5,43 9,68 17,11

Total 100 100 100 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan 2015, Data diolah. Catatan :

Sektor Pertanian

Sektor 1 : Pertanian Kehutanan Perburuan dan Perikanan Sektor

Industri

Sektor 2 : Pertambangan dan Penggalian

(22)

Sektor 4 : Listrik Gas dan Air

Sektor 5 : Bangunan Sektor Jasa

Sektor 6 : Perdagangan Besar Eceran Rumah Makan dan Hotel

Sektor 7 : Angkutan Pergudangan dan Komunikasi

Sektor 8 : Keuangan asuransi Usaha Persewaan Bangunan Tanah

dan Jasa Perusahaan

Sektor 9 : Jasa Kemasyarakatan dan Lainnya

Berdasarkan data ketenegakerjaan di atas, dapat dilihat bahwa lapangan kerja di dominasi oleh Buruh/Karyawan dengan presentase sebesar 34,04% atau sekitar sepertiga dari total angkatan kerja yang ada. Untuk sektor pertanian, pekerja tak dibayar adalah yang paling mendominasi lapangan pekerjaan dalam bidang pertanian.Pekerja tidak dibayar disini maksudnya adalah pekerja yang bekerja dalam rangka membantu pemilik usaha, hampir seluruhnya ini diambil dari keluarga dekat seperti anak, ayah dan ibu. Sedangkan untuk sektor Industri dan jasa didominnasi oleh Buruh/Karyawan dengan presentase masing-masing sebesar 54,08% dan 44,97%.

Tabel 2.24 Persentase Lapangan Pekerjaan per-Sektor Per Kabupaten tahun 2014

1 Tanah Laut 48,12 16,32

35,5

4 Barito Kuala 53,02 12,42

34,5 6

5 Tapin 59,82 12,42

27,7 6

6 Hulu Sungai Selatan 44,39 17,58

38,0 4

7 Hulu Sungai Tengah 49,66 14,74

35,6 0

8 Hulu Sungai Utara 40,77 20,82

38,4 1

(23)

8 1

0 Tanah Bumbu 32,02 19,40

48,5

Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan 2015, Data diolah. Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa persentase tenaga kerja berdasarkan sektor usaha di Kalimantan Selatan didominasi oleh sektor pertanian dan Jasa dengan persentase masing-masing sebesar 39,81% dan 44,28%. Sementara sektor industri hanya mendapat porsi sebesar 15,91%. Kabupaten Balangan memiliki porsi yang terbesar dalam sektor pertanian yakni sebesar 71,75%, Kota Banjarbaru memiliki porsi terbesar dalam sektor industri yakni sebesar 24,31% dan Kota Banjarmasin menjadi Wilayah yang memiliki porsi terbesar dalam Industri Jasa yakni sebesar 82,40%.

2.6.1.5 Dependency Ratio

Dependency Ratio merupakan suatu ukuran yang menggambarkan ketergantungan penduduk yang tidak produktif kepada penduduk yang produktif.

Tabel 2.25 Dependency Ratio Kalimantan Selatan Tahun 2010 – 2014 Kelompok

Umur 2010 2011 2012 2013 2014

0-4 356.392 363.118 371.266 407,424 414,646

5-9 366.191 373.102 360.878 369,527 376,079

10-14 333.323 339.493 345.718 343,782 349,876

15-19 327.972 334.209 336.235 331,908 337,792

20-24 324.445 330.614 333.393 333,587 339,499

25-29 341.551 348.032 340.693 334,220 340,142

30-34 323.468 329.592 336.911 332,125 338,008

35-39 305.038 310.804 319.185 319,257 324,915

40-44 258.201 263.078 281.058 286,689 291,770

45-49 208.231 212.170 228.943 237,541 241,751

50-54 164.475 167.580 182.341 186,888 190,201

55-59 105.903 107.903 125.914 135,752 138,159

60-64 80.705 82.235 87.240 90,603 92,208

65-69 54.436 55.468 61.065 61,779 62,871

70-74 39.120 39.865 40.258 41,705 42,441

75+ 37.153 37.861 38.973 41,698 42,432

(24)

Kelompok

Umur 2010 2011 2012 2013 2014

64 tahun)

y Ratio 2.21 2.23 2.20 2.24 2.18

Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan 2014, Data diolah.

Data dependency ratio diatas menunjukkan bahwa tingkat dependency ratio rata-rata penduduk Kalimantan Selatan Antara tahun 2010-2014 berkisar antara 2,18-2,24. Angka 2,18 berarti bahwa setiap satu orang yang produktif menanggung 2,18 penduduk yang tidak produktif. Dependency Ratio diatas menunjukkan bahwa Penduduk Kalimantan Selatan memiliki tingkat dependency ratio yang stabil dalam kurun waktu 2010-2014. Penduduk yang non-produktif sendiri sebagian besar adalah mereka yang berusia dibawah 15 tahun, atau sudah menginjak 15 tahun namun belum produktif karena masih sekolah atau kuliah.

2.6.2 Sumberdaya Alam

Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah. Untuk sektor kehutanan provinsi Kalimantan Selatan memiliki luas Hutan Tetap (139.315 ha), Hutan Produksi (1.325.024 ha), Hutan Lindung (139.315 ha), Hutan Konvensi (348.919 ha) Perkebunan: Perkebunan Negara (229.541 ha).

Hasil utama pertanian provinsi Kalimantan Selatan adalah padi, di samping jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Sedangkan buah-buahan terdiri dari jeruk, pepaya, pisang, durian, rambutan, kasturi dan langsat. Untuk perkebunan adalah kelapa sawit. Untuk Pertambangan didominasi batu bara, di samping minyak bumi, emas, intan, kaloin, marmer, dan batu-batuan. (kalselprov.go.id).

2.6.3 Sumberdaya Pendukung

Pembangunan ekonomi di provinsi Kalimantan Selatan didukung oleh tersedianya infrastruktur antara lain jalan, pelabuhan, airport, air, listrik sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.58.

Tabel 2.26 Infrastruktur Pendukung

No. Infrastruktur 2012 2013 2014

1 Panjang jalan :

a. Nasional (km) 866,15 866,08 866,09

b. Provinsi (km) 851,48 851,9 851,9

2 Jumlah pelabuhan

(pelabuhan) 6 6 6

3 Jumlah bandara (bandara) 4 4 4

4 Penggunaan Air (m3) 96.427.600 102.393.247 102.393.247*

(25)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, 2014 2.6.4 Perkembangan Sumber Daya Industri

Provinsi Kalimantan Selatan memiliki potensi sumber daya industri meliputi tenaga kerja sektor industri, sumber daya alam sebagai bahan baku, lembaga diklat dan litbang serta investasi industri. Perkembangan sumber daya industri tahun 2012-2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.27Perkembangan Sumber Daya Industri Tahun 2012- 2014

No. Sumber Daya Industri 2012 2013 2014

1 Tenaga kerja sektor industri (orang)

184.270 207.773 207.773*

2 Pemanfaatan sumber daya alam terbarukansebagai bahan baku :

Karet (ton) 158.193 180.591 181.785

Kelapa dalam (ton) 29.599 30.629 27.973

Kelapa sawit (ton) 1.024.867 1.148.517 1.220.186

d. kayu (m3) 130.034 330.971 330.971*

e. Perikanan laut (ton) 179.117 133.799 183.428

f. Perikanan darat (ton) 150.502 160.320 181.366

2 Pemanfaatan sumber daya alam tidak terbarukan sebagai bahan baku :

Batubara (ton) 136.862.664 163.815.779 163.815.779*

Bijih Besi (ton) 3.625.185 14.438.915 14.438.915*

3 Lembaga Pendidikan

Pendidikan Tinggi

Jumlah (unit pendidikan) 47 48 48

Kapasitas (orang) 72.088 80.757 74.525

Sekolah Menengah Kejuruan

Jumlah (unit pendidikan) 100 88 105

Kapasitas (orang) 39.440 41.188 41.081

4 Jumlah lembaga Pelatihan (unit

6 Jumlah investasi industri

(Rp.Milyar)

481 2.046 1.917

*data 2013

2.7 Sarana dan Prasarana Industri 2.7.1 Infrastruktur Penunjang

Pembagunan sektor industri didukung dengan ketersediaan infrastruktur penunjang yang meliputi infrastruktur/pengelolaan lingkungan, kawasan industri, lahan untuk industri, dan infrastruktur penunjang (lembaga uji, kawasan berikat, kawasan pergudangan). Perkembangan sarana dan prasarana industri di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2013dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(26)

No. Sarana dan Prasarana Tahun 2014

1 Jumlah Infrastruktur pengelolaan

lingkungan

Limbah padat

-Limbah cair 1

Limbah udara

-2 Jumlah kawasan industri (kawasan industri)

2

3 Jumlah lahan untuk industri (ha) 7.500

4 Infrastruktur Penunjang

lembaga uji (unit)

-kawasan berikat (-kawasan)

-kawasan pergudangan (-kawasan)

-Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan, 2015 2.7.2 Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI)

Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) berperan sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi dalam WPI. WPPI disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut:

 potensi sumber daya alam (agro, mineral, migas);

 Ketersediaan infrastruktur transportasi;

 kebijakan affirmatif untuk pengembangan industri ke luar Pulau

Jawa;

 penguatan dan pendalaman rantai nilai;

 kualitas dan kuantitas SDM;

 memiliki potensi energi berbasis sumber daya alam (batubara, panas

bumi, air);

 memiliki potensi sumber daya air industri

 memiliki potensi dalam perwujudan industri hijau; dan

 kesiapan jaringan pemanfaatan teknologi dan inovasi.

Disamping kriteria umum di atas, daerah yang sudah memiliki pusat-pusat pertumbuhan industri berupa kawasan industri dan yang mempunyai rencana pengembangan kawasan industri yang telah didukung oleh industri pendorong utama (anchor industry) dapat langsung ditetapkan sebagai WPPI. Berdasarkan kriteria dan pertimbangan tersebut, daerah yang ditetapkan sebagai WPPI di Provinsi Kalimantan Selatan adalah daerah Tanah Bumbu – Kotabaru (Termasuk KAPET Batulicin) yang mana kawasan ini dalam WPPI sebagaimana yang tercantum dalam PP no. 14 tahun 2015 tentang RIPIN termasuk dalam WPPI wilayah Kalimantan bagian barat.

(27)

Pembangunan kawasan industri diprioritaskan pada daerahdaerah yang berada dalam WPPI. Daerah-daerah di luar WPPI yang mempunyai potensi, juga dapat dibangun kawasan industri yang diharapkan menjalin sinergi dengan WPPI yang sesuai. Dalam rangka percepatan penyebaran industri keluar Pulau Jawa, pemerintah membangun kawasan-kawasan industri sebagai infrastruktur industri di Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri. Pembangunan kawasan industri sebagai perusahaan kawasan industri yang lebih bersifat komersial didorong untuk dilakukan oleh pihak swasta.

Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM) dilakukan pada setiap wilayah Kabupaten/Kota (minimal sebanyak satu sentra IKM, terutama di luar Pulau Jawa) yang dapat berada di dalam atau di luar kawasan industri. Bagi kabupaten/kota yang tidak memungkinkan dibangun kawasan industri karena tidak layak secara teknis dan ekonomis, maka pembangunan industri dilakukan melalui pengembangan Sentra IKM yang perlu diarahkan baik untuk mendukung industri besar sehingga perlu dikaitkan dengan pengembangan WPPI, maupun sentra IKM yang mandiri yang menghasilkan nilai tambah serta menyerap tenaga kerja.

Perwilayahan industri yang meliputi WPPI, Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan Industri dan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah sebagaimana telah diuraikan di atas, selanjutnya ditampilkan pada setiap WPI sebagaimana disajikan pada Gambar 2.3 dibawah ini:

Gambar 2.6 Perwilayahan Industri pada WPPI wilayah Kalimantan Bagian Barat

2.5 Pemberdayaan IKM

(28)

Perkembangan pemberdayaan IKM di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.28 Perkembangan Pemberdayaan IKM Tahun 2014

No. Kelembagaan* Jumlah

1 Sentra IKM (sentra) 130

2 UPT (unit)

-3 TPL (orang) 10

4 Konsultan/shindansi (orang) 2

5 Pusat promosi (unit)

-Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdgangan Provinsi Kalimantan Selatan

2.8

Potensi dan Permasalahan Umum dan Pembangunan Industri

2.8.1 Identifikasi Potensi Umum dalam Pembangunan Industri Provinsi

Identifikasi permasalahan pembangunan sektor industri Provinsi Kalimantan Selatan dianalisis juga dengan menggunakan analisa SWOT yang informasinya didapatkan dari hasil focus group discussion (FGD) yang telah dilakukan. Dari hasil analisa SWOT dapat dapat ditarik beberapa isu strategis di wilayah Kalimantan Selatan, yaitu sebagai berikut:

 Isu Strategis Faktor Internal:

 Peraturan/regulasi kurang sesuai dengan kebutuhan lapangan/industri.

 Potensi kebutuhan konsumen setempat masih kurang

 Potensi permintaan dari industri sekitar masih kurang

 Dukungan listrik/energi masih belum terpenuhi

 Ketersediaan pelabuhan

 Ketersediaan lahan

 Kontinuitas bahan baku industri

 Ketersediaan Sumber Daya Manusia

 Isu Strategis Faktor Eksternal:

 Insentif pemerintah pusat terhadap industri

 Persaingan dengan industri sejenis (wilayah lain)

 Peluang untuk investor masuk

 Teknologi pendukung

 Situasi ekonomi makro nasional

 Situasi ekonomi makro global

 Persaingan dengan produk impor

 Benturan dengan peraturan kementrian lain

 Adanya produk substitusi

(29)

Permasalahan pembangunan dan isu-isu strategis provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Kalimantan Selatan 2005-2025 diuraikan sebagai berikut:

A. Ekonomi

a. Pertumbuhan ekonomi belum optimal. Menciptakan kemajuan perekonomian 20 tahun mendatang, dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkualitas secara berkelanjutan, untuk dapat mewujudkan secara nyata kemajuan daerah Kalimantan Selatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.

b. Membangun struktur perekonomian yang kokoh, berlandaskan keunggulan kompetitif, dimana sektor pertanian dan pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang dikelola secara efisien, sehingga menghasilkan komoditas yang berkualitas, dan berkembangnya industri yang berdaya saing, sehingga sektor perdagangan dan jasa perannya meningkat dengan pesat sebagai motor penggerak perekonomian Kalimantan Selatan.

c. Daya saing ekonomi jika dilihat dari nilai komoditas ekspor non migas masih bertumpu pada Pertambangan (78%) dimana Komoditas Batu Bara di dalamnya meliputi hampir 70%, dilain pihak produk ekspor lainnya tidak ada yang berkembang secara signifikan sehingga perlu usaha-usaha untuk dapat ditingkatkan lagi ekspornya. Hasil olahan kayu semakin menurun, penerimaan bagi hasil pertambangan juga sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai ekspornya.

d. Masalah yang dihadapi oleh produk andalan daerah, adalah berupa masih relatif rendahnya tingkat produksi, produktivitas dan mutu produk dan mutu hasil panen sektor pertanian pangan dan hortikultura, perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan relatif masih rendah;

e. Belum berkembangnya industri pengolahan yang mengolah hasil-hasil pertanian, rendahnya mutu pengemasan, belum adanya standarisasi produk;

f. Terbatasnya modal, iptek, dan informasi pasar untuk menunjang kegiatan usaha, khususnya untuk Usaha Kecil dan Menengah, serta terbatasnya sarana dan prasarana penunjang, khususnya pada sentra-sentra produksi;

g. Belum tertatanya kawasan/area pengelolaan pertambangan dan rendahnya kesejahteraan masyarakat di sekitar tambang.

h. Belum terpenuhinya kebutuhan energi listrik sesuai tingkat perkembangan yang ada dan jumlah desa yang berlistrik baru mencapai 86,5% dari jumlah desa yang ada di Kalimantan Selatan.

B. Prasarana dan Sarana

a. Upaya peningkatan fungsi daerah tangkapan air (catchment area) dengan memperbaiki kawasan hutan serta pengembalian fungsi sungai sebagai sarana untuk mengalirkan air hujan atau air permukaan.

(30)

c. Peruntukan lahan untuk kawasan permukiman yang terencana (RTRWK) serta upaya peningkatan keterlibatan dunia usaha, swasta dan masyarakat dalam penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya.

d. Pemerintah berpacu untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yakni menurunkan separuh proporsi penduduk yang belum terlayani fasilitas air minum.

e. Terbukanya kemungkinan pihak swasta dan Pemerintah Kabupaten untuk terlibat dalam penyediaan ketenagalistrikan.

f. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi dan perkembangan jumlah industri yang terus meningkat, pengambilan dan pemanfaatan air tanah untuk kepentingan industri yang tidak terkontrol serta menurunnya kualitas air permukaan akibat pencemaran.

g. Produksi oleh PLN belum mencukupi seluruh kebutuhan masyarakat Kalimantan Selatan baik rumah tangga maupun industri.

Berikut di bawah ini isu-isu strategis lainnya. A. Ekonomi

Daya tarik daerah terhadap iklim investasi masih belum optimal, penyebabnya antara lain ketersediaan infrastruktur yang masih terbatas, prosedur perizinan yang masih dirasa sulit, kualitas pelayanan serta SDM yang masih rendah.

Daya saing produk lokal masih rendah baik untuk pasar lokal maupun global (AC-FTA). Kondisi ini perlu adanya terobosan dalam perluasan akses pasar tujuan ekspor disamping perlu penerapan SNI secara lebih efektif.

Masih rendahnya akses UMKM terhadap sumberdaya produktif (modal,iptek, bahan baku, informasi pasar, dan sebagainya).

Minimnya akses permodalan terhadap perbankan, karena untuk mendapatkan modal dari perbankan diperlukan agunan yang selama ini tidak dapat dipenuhi oleh kebanyakan UMKM di Kalsel. Untuk itu pemerintah perlu memfasilitasi terhadap akses permodalan dan memberi penjaminan untuk mendapatkan modal dari pihak perbankan.

B. Belum optimalnya promosi produk UMKM.

Tantangan yang dihadapi oleh usaha besar adalah masalah infrastruktur seperti belum optimalnya pelayanan energi listrik yang mendukung kelancaran produksi dan peningkatan produktivitas, serta kurangnya kepastian hukum untuk berusaha (terkait RTRW belum dituntaskan oleh pemerintah pusat).

C. Infrastruktur

Upaya penyediaan prasarana dan sarana transportasi yang lebih baik dan memadai.

(31)

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan diikuti dengan pertumbuhan pelayanan yang harus didukung oleh infrastruktur yang memadai seperti infrastruktur jalan, bandara, terminal dan pelabuhan laut. Disisi lain kondisi infrastruktur dimaksud sangat terbatas, sehingga akan mengganggu pergerakan manusia dan barang, yang pada gilirannya akan mengganggu perekonomian daerah. Untuk itu diperlukan percepatan pembangunan infrastruktur agar segera dilaksanakan agar tidak terjadi stagnan.

D. SDM Ketenagakerjaan

a. Hampir 57% Angkatan Kerja di Kalsel berpendidikan SD kebawah dengan tingkat keterampilan yang rendah.

b. Sebagian besar tenaga instruktur yang ada sudah memasuki usia pensiun sementara kaderisasi tenaga instruktur yang baru belum berjalan sesuai dengan kebutuhan.

c. Gedung yang ada adalah bangunan yang sudah tua sehingga tidak lagi representative untuk pengembangan pelatihan, sehingga perlu pembangunan gedung baru.

d. Peralatan pelatihan keterampilan tenaga kerja sebagian sudah berusia tua (out of date) sehingga perlu pengadaan peralatan yang baru sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi.

Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016-2020 belum ada karena Pilkada baru akan digelar pada bulan Desember 2015. RPJMD dapat berubah apabila Kepala Daerahnya diganti, sehingga sebagai acuan identifikasi permasalahan untuk pemenuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang industri berpatokan kepada RPJP Provinsi Kalimantan Selatan.

2.9

Kondisi Industri Di Banjarbaru

Kota Banjarbaru memiliki kawasan industri (industrial astate) dan kawasan peruntukan industri di luar kawasan industri ( industri eksisting). Kawasan industri terletak di Kelurahan Landasan Ulin Selatan Kecamatan Liang Anggang sedangkan kawasan peruntukan industri di luar kawasan industri terdiri atas :

a. Kawasan industri skala rumah tangga/kecil yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Banjarbaru.

b. Kawasan industri ringan tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Banjarbaru.

(32)

Industri di Banjarbaru didominasi oleh industri pengolahan yaitu industri makanan dan minuman, plastic, percetakan, pengolahan kayu dan rotan. Usaha industri yang paling banyak terdapat di Kecamatan Landasan Ulin tercatat ada sebanyak 350 industri (32,98%) sedangkan yang paling sedikit di Kecamatan Cempaka yaitu sebanyak 90 usaha industri (8,46%) sedangkan untuk Industri besar dan sedang paling banyak berkembang di Kecamatan Liang Anggang.

Kota Banjarbaru semakin tahun semakin berkembang pesat hal ini disebabkan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk di Kota Banjarbaru, perpindahan pusat pemerintahan ke Kota Banjarbaru juga memberikan dampak yang signifikan pada pembangunan di wilayah Kota Banjarbaru sehingga menarik minat penduduk untuk tinggal dan berinvestasi di Kota Banjarbaru.

2.9.1 Industri

Di kota Banjarbaru terdapat banyak sektor industri dan industri tersebut di bagi menjadi 2 yaitu industri formal dan formal

2.9.1.1

Industri Formal

Tabel 2.29 Jenis Industri Formal Di Kota Banjarbaru Tahun 2015

N

O JENIS INDUSTRI

Jumla h FORMAL

1 Industri Pengolahan dan Pengawetan Produk Daging dan Daging Unggas 4

2 Industri Pembekuan Ikan 1

3 Industri Tahu Kedelai 17

4 Industri Produk Roti dan Kue 27

5 Industri Makanan dan Masakan Olahan 1

6 Industri Pengolahan Garam 2

7 Industri Kerupuk, Keripik, Peyek, dan Sejenisnya 6

8 Industri Produk Makanan Lainnya 6

9 Industri Ransum Makanan Hewan 1

10 Industri Minuman Ringan 9

11 Industri Air Minum dan Air Mineral 18

12 Industri Rokok Kretek 1

13 Industri Batik 2

14 Industri Pakaian Jadi (Konveksi) dari Tekstil 5

15 Industri Jaket Kulit 1

16 Industri Pengolahan Rotan 23

17 Industri Barang Bangunan dari Kayu 55

18 Industri Barang Anyaman Dari Rotan dan Bambu 2

19 Industri Kerajinan Ukiran dari Kayu Bukan Mebeller 1

20 Industri Percetakan/Fotocopy 37

21 Industri Produ Hasil Pengilangan Minyak Bumi 1

22 Industri Briket Batu Bara 4

23 Industri Kimia Dasar Anorganik gas Industri 4

24 Industri Pupuk Alam/Non Sintetis Hara Makro Primer 3

25 Industri Cat dan Tinta Cetak 1

26 Industri Sabun dan Bahan Pembersih Keperluan Rumah Tangga 1

27 Industri Perekat/Lem 1

28 Industri Vulkanisir Ban 5

(33)

N

O JENIS INDUSTRI

Jumla h

30 Industri Barang dan Peralatan Teknik/Industri Dari Plastik 6

31 Industri Perlengkapan dan Peralatan Rumah Tangga dari Kaca 1

32 Industri Batu Bata dari Tanah Liat/Keramik 7

33 Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Porselen 1

34 Industri Peralatan Saniter dari Porselen 1

35 Industri Kapur 3

36 Industri Gips 1

37 Industri Barang dari semen 7

38 Industri mortar atau beton siap pakai 3

39 Industri barang dari semen kapur dan gips dan abses lainnya 2

40 Industri barang dari marmer dan granit untuk keperluan bahan bangunan 1

41 Industri dan baja dasar (iron and steel making) 1

42 Industri pengecoran besi dan baja 5

43 Industri barang dari logam aluminium pasang untuk bangunan 10

44 Industri barang dari logam siap pasang untuk konstruksi lainnya 4

45 Industri tandon air dan wadah dari logam 1

46 Industri penempaan pengepresan pencetakan dan pembentukan logam metalurgi bubuk 1

47 Jasa industri untuk berbagai pengerjaan khusus logam dan bahan dari logam 13

48 Industri paku, mur, dan baut 1

49 Industri barang logam lainnya YTDL 11

50 Industri bearing roda gigi dan elemen penggerak mesin 1

51 Industri mesin dan perkakas mesin untuk pengerjaan logam 2

52 Industri karoseri kendaraan bermotor roda empat atau lebih dan industri trailer dan semi trailer 5

53 Industri furnitur dari kayu 16

54 Industri furnitur lainnya 4

55 Industri permata 2

56 Industri kerajinan YTDL 2

57 Industri daur ulang barang logam 1

Jumlah 353

Sumber : Data Industri Formal dan Non Formal Kota Banjarbaru Tahun 2015

2.9.1.2

Industri Non Formal

Tabel 2.29 Jenis Industri Formal Di Kota Banjarbaru Tahun 2015

N0 JENIS INDUSTRI Jumlah

NON FORMAL

1 Industri pengolahan dan pengawetan produk daging dan daging unggas 5 2 Industri dan pengawetan lainnya untuk ikan dan biodata perairan lainnya 12

3 Industri tempe kedelai 33

4 Industri tahu kedelai 25

5 Industri pati ubi kayu 2

6 Industri makanan dari cokelat dan kembang gula 1

7 Industri roti dan sejenisnya 46

8 Industri makroni, mie dann produk sejenisnya 1

9 Industri pengolahan herbal (herb Infusion) 3

10 Industri kue-kue basah 6

11 Industri kerupuk, keripik, peyek dan sejenisnya 40

12 Industri produk makanan lainnya 36

13 Industri air minum dan air mineral 33

14 Industri batik 15

(34)

N0 JENIS INDUSTRI Jumlah

16 Industri pengolahan rotan 9

17 Industri barang bangunan dari kayu 69

18 Industri kerajinan ukiran dari kayu bukan mebeller 1

19 Industri barang dari kayu, rotan, gabus lainnya YTDL 6

20 Industri Percetakan 47

21 Industri pupuk alam/non sisntetis hara makro primer 1

22 Industri batu bata dari tanah liat/keramik 137

23 Industri barang tanah liat/keramik & porselen lainnya bukan bahan bangunan 1

24 Industri kapur 6

25 Industri barang-barang dari semen 62

26 Industri barang dari semen, kapur, gips dan asbes lainnya 13

27 Industri barang dari marmer dan granit untuk keperluan bahan bangunan 1 28 Industri barang dari logam bukan aluminium siap pasang untuk bangunan 64

29 Jasa industri untuk berbagai pengerjaan khusus logam dan barang dari logam 20 30 Industri pemotong dan alat-alat lain yang digunakan dalam rumah tangga 5

31 Industri barang logam lainnya YTDL 11

32 Industri furnitur dari kayu 49

33 Industri permata 9

34 Industri kerajinan YTDL 10

Jumlah 822

Gambar

Tabel 2.2 Jumlah Curah dan Hari Hujan Menurut Bulan Kalender Tahun 2015
Tabel 2.4 Luas  Wilayah Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Kota
Tabel 2.6 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011-2015
Tabel 2.7 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

110 Dari hasil wawancara di atas anak binaan di panti marsudi putra ini di bina dan di di tanamkan beberapa aspek nilai-nilai sosial yang nantinya menjadi bekal

Jadi dalam pelaksanaannya, asas praduga bersalah tidaklah dijalankan secara murni yang mengharuskan si terdakwa yang diwajibkan untuk melakukan pembuktian bahwa ia tidak

Optimasi yang dilakukan pada basis masker gel peel off yaitu CMC-Na dan PVA dengan parameter sifat fisis masker gel peel off meliputi Viskositas, kecepatan mengering daya

dengan adanya kepentingan yang diperjuangkan, meskipun kepentingan tersebut bertentangan dengan kepentingan masyarakat yang lebih luas di wilayah tersebut. Konflik sosial

Adanya peningkatan pangsa pasar susu fermentasi Cimory tersebut maka kami ingin melakukan penelitian mengenai Analisis Preferensi Mahasiswa terhadap Produk Susu

(1) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain ke dalam jabatan fungsional Dosen, disamping harus memenuhi ketentuan Pasal 20 dan Pasal 21 ayat (1), diharuskan pula

pembelajaran yang perlu mendapat perbaikan ialah aspek memulai pembelajaran, mengelola proses pembelajaran kooperatif yang aktif dan penuh kerja sama, penggunaan media.. 58

Persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang mengandung dua variabel dimana pangkat/derajat tiap-tiap variabelnya sama dengan satu. 8 Siswono, Model