• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM EKONOMI KOTA SALATIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAMBARAN UMUM EKONOMI KOTA SALATIGA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

GAMBARAN UMUM EKONOMI KOTA SALATIGA

A. Kondisi Geografis dan Astronomis

Secara astronomis, Kota Salatiga terletak antara 007.17’ dan 007.17’.23" Lintang Selatan, dan antara 110.27’.56,81" dan 110.32’.4,64" Bujur Timur.

Sumber: randywdj.wordpress.com

(2)

Kota Salatiga merupakan salah satu kota yang terletak diantara daerah cekungan pegunungan. Beberapa gunung yang mengapit Kota Salatiga antara lain, kaki gunung Merbabu, Gajah Mungkur, Telomoyo dan Payung Rong membuat Kota Salatiga memiliki iklim sejuk. Ketinggian wilayah Kota Salatiga antara 300-850 meter dpal. Menurut Junghun, kondisi geografis yang demikian termasuk dalam kategori sedang atau memiliki temperatur rata-rata tahunan antara 15-22 derajat Celsius. Kondisi demikian menjadi salah satu penunjang terhadap perkembangan beberapa potensi ekonomi yang ada, khususnya di bidang perkebunan, pertanian, dan holtikultura. Ketinggian wilayah dan suhu di Kota Salatiga sangat mendukung berlangsungnya penanaman komoditas pertanian dan perkebunan seperti padi, karet, kopi, tembakau, dan coklat selain juga sayuran seperti kacang panjang, cabe rawit dan cabe merah.

Daerah yang memiliki ketinggian wilayah paling rendah terletak di Kelurahan Sidorejo Lor yaitu dengan ketinggian 300 meter dpal dan wilayah yang berada pada lokasi paling tinggi adalah kelurahan Noborejo yang mencapai tinggi wilayah 825 meter dpal. Ketinggian wilayah rata-rata di Kota Salatiga antara 400-500 meter dpal. Ketinggian wilayah di Kota Salatiga secara jelas dapat dilihat pada Tabel 3.1 yang tersaji di bawah ini:

Kecamatan Kelurahan Tinggi Wilayah

SIDOREJO 1. Blotongan 575-750 2. Sidorejo Lor 300-600 3. Salatiga 550-575 4. Bugel 500-550 5. Kauman Kidul 500-537 6. Pulutan 525-550 TINGKIR 1. Kutowinangun 575-600 2. Gendongan 600-615 3. Kalibening 610-650 4. Sidorejo Lor 525-610 5. Tingkir Lor 650-675 6. Tingkir Tengah 650-675 ARGOMULYO 1. Noborejo 700-825 2. Ledok 500-650 3. Tegalrejo 500-675 4. Kumpulrejo 700-800 5. Randuacir 650-750 6. Cebongan 650-700 SIDOMUKTI 1. Kecandran 525-550 2. Dukuh 550-650 3. Mangunsari 600-625 4. Kalicacing 600-625

Tabel 3.1 Ketinggian Wilayah di Kota Salatiga per Kelurahan

(3)

B. Kondisi Administratif dan Demografis

Wilayah administrasi Kota Salatiga memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Jawa Tengah karena sepenuhnya dikelilingi dan berbatasan langsung dengan wilayah administrasi Kabupaten Semarang, yaitu:

• Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Desa Pejaten) dan Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo, Desa Watu Agung) • Sebelah Selatan : Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe, Desa Samirono

serta Desa Jetak) dan Kecamatan Tengaran (Desa Patemon dan Desa Karang Duren)

• Sebelah Timur : Kecamatan Pabelan (Desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo serta Desa Glawan) dan Kacamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Tegal Waton serta Desa Nyamat)

• Sebelah Barat : Kecamatan Tuntang (Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten serta Desa Gedongan) dan Kecamatan Getasan (Desa Polobogo)

Kota Salatiga secara administratif terbagi kedalam 4 kecamatan yaitu, Kecamatan Sidorejo, Kecamatan Tingkir, Kecamatan Argomulyo, dan Kecamatan Sidomukti. Tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Sidorejo, Kecamatan Tingkir dan Kecamatan Argomulyo memiliki 6 kelurahan sementara Kecamatan Sidomukti yang hanya memiliki 4 kelurahan. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Argomulyo yaitu seluas 1.852,85 ha, sedangkan Kecamatan Tingkir merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu hanya seluas 1.054,58 ha. Total luas wilayah Kota Salatiga adalah 5.678,11 ha. Jumlah Penduduk di Kota Salatiga pada tahun 2016 sebanyak 186.420 jiwa yang terdiri atas 91.198 penduduk laki-laki dan 95.222 penduduk perempuan. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling banyak adalah Kecamatan Sidorejo sebesar 56.409 jiwa sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit ada di Kecamatan Sidomukti dengan jumlah penduduk 42.474 jiwa,

Kepadatan penduduk di Kota Salatiga secara umum dapat diklasifikasikan dalam kategori tidak padat karena kepadatan penduduk kurang dari 50 jiwa/ km2 (UU Nomor 56/PRP/1960). Kepadatan penduduk Kota Salatiga adalah sebesar 2,89 jiwa/km2 atau sebanyak 3 orang per km2 dari wilayah Kota Salatiga, Kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan tertinggi ada di Kecamatan

(4)

Sidomukti mencapai 4,96 jiwa/km2 sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk paling rendah ada di Kecamatan Argomulyo yaitu sebanyak 3,28 jiwa/km2. Kelurahan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk paling besar berada pada kelurahan Kalicacing yang mencapai 9,51 jiwa/km2 dan yang paling rendah berada di Kelurahan Kalibening yang hanya sebesar 0,60 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk di Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut,

Tabel 3.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk

Kota Salatiga Tahun 2011

Sumber: Bappeda Kota Salatiga (diolah)

Kelurahan Luas wilayah (ha) Penduduk (jiwa)Jumlah KepadatanPenduduk (jiwa/km²) I. Sidorejo 1.624,20 51.119 3,31 1. Blotongan 423,80 12.074 2,85 2. Sidorejo Lor 271,60 13.443 4,95 3. Salatiga 202,00 15.451 7,65 4. Bugel 294,37 2.820 0,96 5. Kauman Kidul 195,85 4.063 2,08 6. Pulutan 237,10 3.268 1,38 II. Tingkir 1.054,85 40.641 3,68 1. Kutowinangun 293,75 20.181 6,87 2. Gendongan 68,90 5.758 8,36 3. Sidorejo Kidul 277,50 4.555 0,76 4. Kalibening 88,59 1.664 0,60 5. Tingkir Lor 177,30 4.023 2,27 6. Tingkir Tengah 137,80 4.460 3,24 III. Argomulyo 1.852,85 44.882 3,19 1. Noborejo 332,20 5.772 1,73 2. Ledok 187,33 9.958 5,32 3. Tegalrejo 188,43 11.640 6,18 4. Kumpulrejo 629,03 7.569 1,20 5. Randuacir 377,60 5.406 1,43 6. Cebongan 138,10 4.537 3,29 IV. Sidomukti 1.145,85 41.635 4,96 1. Kecandran 399,20 5.171 1,30 2. Dukuh 377,15 12.022 3,19 3. Mangunsari 290,77 16.956 5,83 4. Kalicacing 78,73 7.486 9,51 5.678.110 5.678,11 178.277 2,89

(5)

C. Ekonomi Makro 1. PDRB

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (DPRB ADHB) Kota Salatiga dalam kurun waktu 2007-2011 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2007, PDRB ADHB Kota Salatiga sebesar 1.370.166,64 juta rupiah meningkat menjadi 1.541.171,20 juta rupiah pada tahun 2008. Capaian tersebut terus mengalami peningkatan hingga tahun 2011 menjadi 2.032.266,38 juta rupiah atau meningkat sebesar 48% dengan pertumbuhan rata-rata setiap tahun sebesar 10,37%.

PDRB atas dasar harga berlaku Kota Salatiga pada tahun 2011 adalah sebesar 2.032.266,38 juta rupiah. Sektor yang memberikan kontribusi paling besar pada pencapaian PDRB tersebut adalah sektor jasa yaitu sebesar 508.155,34 juta rupiah disusul kemudian oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Industri Pengolahan dimana masing-masing mencapai 374.295,89 juta rupiah dan 347.618,32 juta rupiah. Sektor pertambangan dan penggalian adalah sektor memiliki kontribusi paling kecil yaitu sebesar 1.106,31 juta rupiah. Capaian PDRB ADHB menurut sektor pendukung dapat dilihat pada Grafik 3.1 berikut,

Tabel 3.3 Pertumbuhan PDRB ADHB Kota Salatiga dalam

Kurun Waktu 2007-2011 (Juta Rupiah)

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

No Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011

1 Pertanian 76.343,79 85.074,71 89.024,35 97.207,71 110.468,55 2 Pertambangan dan Penggalian 863,62 948,29 988,53 1.061,28 1.106,31 3 Industri Pengolahan 251.617,36 273.701,34 284.382,66 308.543,65 347.618,32 4 Listrik, Gas & Air Minum 83.037,30 96.485,05 100.437,81 114.639,14 121.109,61 5 Konstruksi 74.677,07 86.218,07 98.218,07 111.683,76 122.228,06 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 242.100,15 279.806,09 306.226,25 342.005,38 374.295,89 7 Angkutan & Komunikasi 157.078,58 177.287,37 195.069,19 210.339,85 235.339,27 8 Lembaga Keuangan, Persewaan,

dan Jasa Persewaan 137.250,66 158.613,36 174.433,45 192.672,37 211.947,03 9 Jasa-jasa 347.198,11 383.036,92 412.006,60 471.122,48 508.153,34

(6)

Grafik 3.1 PDRB ADHB Kota Salatiga Dilihat dari Lapangan Usaha

Tahun 2011 (dalam Juta Rupiah)

Sumber: Bappeda Kota Salatiga.

Pertumbuhan juga ditunjukkan oleh capaian PDRB ADHK Tahun 2000 Kota Salatiga dalam kurun waktu 2007-2011. Pada tahun 2007 PDRB ADHK Kota Salatiga mencapai 792.680,44 juta rupiah meningkat menjadi 832.154,86 juta rupiah pada tahun 2008. Pada tahun 2009 dan 2010 capaian PDRB ADHK kembali mengalami kenaikan masing-masing menjadi 869.452,99 juta rupiah dan 913.020,05 juta rupiah. Kenaikan cukup signifikan terjadi pada tahun 2011 dimana PDRB ADHK naik menjadi 963.460,34 juta rupiah. Pertumbuhan PDRB ADHK dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.4 Pertumbuhan PDRB ADHK atas Dasar Tahun 2000

Kota Salatiga dalam Kurun Waktu 2007-2011 (Juta Rupiah)

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

No Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011

1 Pertanian 47.952,75 51.150,86 51.498,01 52.168,10 52.568,95 2 Pertambangan dan Penggalian 524,05 525,83 526,59 526,92 527,69 3 Industri Pengolahan 168,536,20 171.322,03 175.969,61 180.162,84 190.657,34 4 Listrik, Gas & Air Minum 39.898,17 43.952,08 44.461,63 49.084,80 49.882,66 5 Konstruksi 44.114,92 47.746,46 52,400,67 57.687,89 61.411,16 6 Perdagangan, Hotel &Restoran 150.996,88 159.005,89 168,304,09 179.167,66 187.607,14 7 Angkutan & Komunikasi 118.950,30 127.110,14 133.785,22 139.783,67 148.326,29 8

Lembaga Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Persewaan 74.450,47 80.439,11 85.945,59 90.590,18 96.811,17 9 Jasa-jasa 147.256,70 150.902,46 156.561,58 163.847,99 175.667,94

(7)

Sektor Industri Pengolahan dalam kurun waktu 2007-2011 selalu mendominasi perekonomian di Kota Salatiga. Pada tahun 2011, sektor Industri Pengolahan menyumbang 190.657,34 juta rupiah atau naik sebesar 5,8% dibandingkan tahun 2010. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menduduki peringkat ke-2 dengan sumbangan pendapatan sebesar 187.607,14 juta rupiah dan posisi ke-3 ditempati oleh sektor jasa yang menyumbang sebesar 175.667,94 juta rupiah. Dilihat dari sumbangan masing-masing sektor terhadap PDRB di Kota Salatiga, baik PDRB ADHB dan PDRB ADHK atas Tahun 2000, dapat dilihat bahwa Kota Salatiga memiliki potensi dalam bidang perdagangan dan jasa.

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

Grafik 3.2 PDRB ADHK atas Tahun 2000 Kota Salatiga

Dilihat dari Lapangan Usaha Tahun 2011 (dalam juta rupiah) 2. Pendapatan Regional per Kapita

Pendapatan regional per kapita adalah sebuah indikator ekonomi yang dapat digunakan sebagai tolok ukur dari kemajuan sebuah pembangunan ekonomi disuatu daerah. Penghitungan Pendapatan Regional Per Kapita dapat dilakukan dengan cara menghitung nilai PDRB dikurangi dengan pajak tak langsung netto dan dikurangi dengan penyusutan kemudian dibagi dengan jumlah penduduk yang ada di suatu

(8)

daerah (BPS, 2005). Pendapatan Regional per Kapita dapat didefinisikan sebagai besarnya pendapatan penduduk dalam sebuah daerah. Pendapatan regional per kapita dapat dikategorikan kedalam dua jenis, yaitu Pendapatan Regional per Kapita ADHB dan Pendapatan Regional pe Kapita ADHK.

Pendapatan regional per kapita di Kota Salatiga dalam kurun waktu 2008-2011 cenderung mengalami kenaikan. Indikator Pendapatan Regional ADHB menunjukkan bahwa terjadi kenaikan pendapatan dari masyarakat setiap tahunnya. Pada tahun 2008 Pendapatan Regional per Kapita ADHB mencapai Rp9.227.188,65 meningkat menjadi Rp9.841.641,87 pada tahun 2009 dan kembali mengalami kenaikan pada tahun 2012 menjadi Rp12.758.211,23. Untuk mengetahui perkembangan Pendapatan Regional per Kapita Kota Salatiga, kita dapat melihat data pada Grafik 3.3 berikut,

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

Grafik 3.3. Pendapatan Regional Per Kapita ADHB

Kota Salatiga Tahun 2008-2012

Peningkatan juga terjadi terhadap Pendapatan Regional per Kapita ADHK Kota Salatiga Tahun 2008-2012. Pada tahun 2008 Pendapatan Regional per Kapita Kota Salatiga mencapai 4.982.217,50 meningkat menjadi 5.360.237,92 pada tahun 2010 dan kembali mengalami kenaikan pada tahun 2012 menjadi 5.788.256,32. Untuk mengetahui perkembangannya, dapat dilihat data pada Grafik 3.4 berikut,

(9)

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

Grafik 3.4 Pendapatan Regional Per Kapita ADHK

Kota Salatiga Tahun 2008-2012 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga mengalami perkembangan yang cukup fluktuatif pada kurun waktu 2007-2011. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,39% menurun drastis menjadi 4,48% pada tahun 2009. Perbaikan terhadap pertumbuhan ekonomi kembali ditunjukkan pada tahun 2010 dimana tercatat pertumbuhan ekonomi mencapai 5,01% dan kembali mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 5,52%. Untuk mengetahui perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga, dapat pada Grafik 3.5 berikut,

Grafik 3.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Salatiga Tahun 2007-2011

(10)

D. Profil Ekonomi Berdasarkan Sektor PDRB 1. Pertanian

a. Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura

Produksi tanaman pangan di Kota Salatiga, khususnya komoditas Padi, Jagung, dan Umbi-umbian cenderung mengalami penurunan dalam kurun waktu 2007 – 2011. Jumlah produksi Padi mengalami penurunan meskipun pada tahun 2009 sempat mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Hal yang sama juga ditunjukkan pada hasil produksi jagung dan umbi-umbian. Pada kurun waktu 2008 – 2011 hasil produksi kedua komoditas tersebut juga mengalami penurunan.

Penyebab terjadinya penurunan hasil produksi ketiga komoditas tanaman pangan tersebut adalah disebabkan oleh semakin menurunnya luasan lahan yang digunakan untuk menanam. Pada tahun 2008, luas lahan yang digunakan untuk menanam padi adalah seluas 1.404 ha dan menurun menjadi 1.365 ha pada tahun 2011. Kondisi yang sama juga dialami oleh kedua komoditas lain, dimana luas lahan yang digunakan pada tahun 2011 hanya tersisa 369 ha untuk jagung dan 339 ha untuk umbi-umbian. Luas lahan dan hasil produksi tanaman pangan dan hortikultura dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini,

Tabel 3.5 Luas Lahan dan Hasil Produksi Pertanian Tanaman Pangan

Tahun 2008-2011

No Komoditas Luas2008 2009 2010 2011

(ha) (ton)Prod Luas(ha) (ton)Prod Luas(ha) Prod(ton) Luas(ha) Prod(ton) Tanaman Pangan 1. Padi 1.404 7.306 1.479 7.759 1.428 7.753 1.365 7.191 2. Jagung 588 2.333 667 2.708 511 1.892 369 1.453 3. Umbi-umbian 511 9.285 409 7.236 386 6.523 339 5.864 Holtikultura 1. Cabe 151 395 85 200 145 415,1 104 249,7 2. Kacang Panjang 8 6,5 3 2 3 11,9 2 1

(11)

b. Produksi Ternak

Ternak di Kota Salatiga turut mengambil peranan penting dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat khususnya dalam pemenuhan protein hewani. Terdapat 13 jenis ternak yang teridentifikasi oleh Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga dengan jumlah populasi ternak yang cenderung mengalami penurunan, kecuali jenis ternak Ayam Broiler. Untuk mengetahui perkembangan jumlah populasi ternak di Kota Salatiga, kita dapat melihat tabel yang ada di bawah ini:

Tabel 3.6 Jumlah Populasi Hewan Ternak di Kota Salatiga

Tahun 2008-2011 No Komoditas 2008 2009 2010 2011 1. Sapi Perah 8.379 8.523 8.668 4.868 2. Sapi potong 1.712 1.766 1.786 1.508 3. Kambing 5.276 5.006 5.076 3.656 4. Domba 1.453 1.108 1.121 1.114 5. Kerbau 187 188 190 122 6. K u d a 144 143 144 124 7. Ayam Petelur 177.000 177.000 177.000 173.000 8. Ayam Buras 94.293 92.855 95.826 85.254 9. Ayam Broiler 30.000 15.000 25.000 30.000 10. Itik 6.214 6.403 6.226 4.851 11. Puyuh 11.000 6.000 6.000 10.000 12. Kelinci 1.784 1.852 1.889 1.807 13. Entog 11.870 13.201 13.465 10.889

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

Hasil produksi daging telur dan susu di Kota Salatiga menunjukkan perkembangan yang cukup variatif. Produksi daging di Kota Salatiga dalam kurun waktu 2008-2011 cenderung meningkat sedangkan produksi telur cenderung mengalami penurunan. Penurunan jumlah produksi juga diperlihatkan oleh komoditas susu dimana pada tahun 2011 produksi susu hanya sebesar 6.359.310 liter atau menurun dibandingkan dengan hasil produksi pada tahun 2009 yang mencapai 7.134.874 liter. Perkembangan hasil produksi peternakan di Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut,

(12)

Jenis Komoditas 2008 2009 2010 2011 DAGING (Kg) Daging Sapi 1.113.020 1.156.400 1.200.400 1.294.600 Daging Kambing 42.487 45.533 47.775 45.258 Daging Domba 28.132 25.420 20.520 23.513 Daging babi 45.420 45.500 46.800

Daging ayam ras 601.364 659.155 672.338 6.202.552 Daging Ayam Buras 6.099 6.282 6.482 6.299

TELUR

Telur Ayam ras 1.366.240 1.428.591 1.462.866 1.397.605 Telur ayam buras 40.369 41.821 42.913 42.385 Telur Itik 39.720 40.790 41.605 37.614 Telur Puyuh 31.020 15.507 15.894 14.514

SUSU SAPI (Liter) 6.899.832 6.743.967 7.134.874 6.359.310

Tabel 3.7 Jumlah Produksi Daging, Telur dan Susu di Kota Salatiga

Tahun 2008-2011

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

c. Produksi Perikanan

Produksi perikanan di Kota Salatiga memiliki kondisi yang cukup baik dibandingkan dengan beberapa sektor pertanian lain jika dilihat dari pertumbuhan dari tahun ke tahun. Perikanan di Kota Salatiga didukung oleh ketersediaan lahan dan sumber daya air yang melimpah. Produksi perikanan Kota Salatiga dalam kurun waktu 2008-2011 selalu mengalami peningkatan. Jumlah produksi komoditas Lele pada tahun 2011 meningkat hampir mencapai 200% dibandingkan dengan capaian produksi pada tahun 2008. Peningkatan jumlah produksi juga terjadi pada komoditas perikanan Karper dan Nila. Jumlah produksi ikan karper naik menjadi 5.090 kg pada tahun 2011 dan Ikan Nila mencapai 15.924 kg pada tahun yang sama. Untuk mengetahui perkembangan jumlah produksi perikanan di Kota Salatiga, kita dapat melihat data yang tersaji pada Tabel 3.8.

(13)

No Komoditas 2008 2009 2010 2011

1. Lele 196.077 220.925 284.005 391.109

2. Karper 3.126 2.110 5.254 5.090

3. Nila 6.702 7.610 26.930 15.924

Tabel 3.8 Jumlah Produksi Perikanan di Kota Salatiga

Tahun 2008-2011

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

2. Industri

Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Industri dalam pelaksanaannya dapat digolongkan ke dalam beberapa kriteria, salah satunya adalah berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Berdasarkan indikator tersebut, industri dapat dibedakan kedalam 4 kategori, yaitu industri rumah tangga, industri kecil, industri sedang dan industri besar.

a. Industri berdasarkan Kategori Jumlah Pekerja. 1) Industri Rumah Tangga dan Kecil

Jumlah industri Rumah Tangga dan Kecil di Kota Salatiga merupakan jenis industri yang memiliki tenaga kerja antara 1-4 orang (rumah tangga) dan 5 -19 orang (kecil). Jumlah industri dalam kategori tersebut di Kota Salatiga pada kurun waktu 2008-2011 cenderung mengalami perkembangan. Pada tahun 2008 jumlah industri skala rumah tangga, kecil dan menengah di Kota Salatiga mencapai 1.870 unit dan berkembang hingga menjadi 1.922 unit pada tahun 2011.

Kecamatan yang memiliki jumlah industri paling banyak berada pada Kecamatan Tingkir yaitu sebanyak 594 industri dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Argomulyo yang hanya memiliki 288 industri. Perkembangan industri di Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 3.9.

(14)

Tabel 3.9 Jumlah Industri Rumah Tangga, Kecil dan Menengah

di Kota Salatiga Tahun 2008-2011

No Kecamatan 2008 2009 2010 2011 1. Sidorejo 552 562 566 573 2. Tingkir 579 586 589 594 3. Argomulyo 281 284 285 288 4. Sidomukti 458 461 464 467 Jumlah 1.870 1.893 1.904 1.922

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

Pertambahan jumlah industri Rumah Tangga dan Kecil di Kota Salatiga berbanding lurus dengan jumlah investasi yang dilakukan oleh masing-masing jenis industri. Tercatat, pada tahun 2008, jumlah investasi yang ditanamkan mencapai Rp960.889.000.000,-meningkat menjadi Rp970.613.000.000,- pada tahun 2009 dan kembali mengalami peningkatan hingga tahun 2011 menjadi Rp1.057.131.000.000,-. Berbanding lurus dengan kondisi diatas, nilai produksi oleh industri dari kategori diatas juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008, nilai produksi industri sebesar Rp339.442.000.000,- meningkat menjadi Rp341.589.000.000,- pada tahun 2009. Kenaikan jumlah produksi yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2010 dimana nilai produksi meningkat menjadi Rp 10.777.613.000.000,- dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadiRp 11.217.564.000.000,-.

Kecamatan yang memiliki pertumbuhan nilai produksi paling tinggi adalah Kecamatan Argomulyo, baik berdasarkan nilai produksi maupun nilai investasi. Kecamatan yang masih belum memiliki kinerja yang cukup baik dalam pengembangan industri rumah tangga, kecil dan menengah adalah Kecamatan Sidorejo. Perkembangan nilai investasi dan produksi industri rumah tangga, kecil dan menengah di Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 3.10.

2) Industri Besar dan Menengah

BPS mengkategorikan jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, yaitu apabila berjumlah 20-99 orang maka dikategorikan sebagai industri menengah dan lebih dari 100 orang dikategorikan sebagai industri besar.

(15)

Tabel 3.10 Nilai Produksi dan Investasi Industri Rumah Tangga dan Kecil

di Kota Salatiga Tahun 2008-2011

Kecamatan Nilai Investasi Nilai Produksi

2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 Sidorejo 2.437 2.497 4.432 6.729 35.453 36.398 19.651 31.651 Tingkir 8.626 8.710 9.311 59.636 44.940 45.392 90.329 517.529 Argomulyo 824.731 834.281 851.794 853.995 240.123 240.873 8.930.567 8.931.317 Sidomukti 125.095 125.125 140.006 136.771 18.926 18.926 1.737.067 1.737.067 Jumlah 960.889 970.613 1.005.543 1.057.131 339.442 341.589 10.777.613 11.217.564

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

Jumlah industri besar di Kota Salatiga dalam kurun waktu 2008-2011 mengalami peningkatan namun tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2008, jumlah industri besar di Kota Salatiga mencapai 34 unit, dan meningkat menjadi 37 unit pada tahun 2010. Pada tahun 2011, jumlah industri besar yang ada masih berjumlah 37 unit dengan total investasi mencapai Rp1.057.131.000.000. Perkembangan jumlah industri dan investasi industri besar di Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut,

No Tahun IndustriJumlah TenagaKerja Investasi

1. 2008 34 5.988 941.328.000.000

2. 2009 34 8.940 1.121.049.000.000

3. 2010 37 9.021 1.523.123.000.000

4. 2011 37 9.260 1.057.131.000.000

Tabel 3.11 Jumlah Industri Besar, Tenaga Kerja dan Investasi

di Kota Salatiga Tahun 2008-2011

b. Industri berdasarkan Kelompok Industri

Klasifikasi industri berdasarkan kelompok industri dapat dibedakan menjadi 4 kelompok utama, yaitu: 1) industri hasil pertanian dan kehutanan, 2) industri logam dan mainan, 3) industri aneka, dan 4) industri kimia. Pada tahun 2011, jumlah industri di Kota Salatiga berdasarkan kelompok industri mencapai 1.922 unit dengan tingkat penyerapan tenaga kerja yang mencapai 15.035 jiwa. Total investasi yang ditanamkan pada kelompok industri tersebut berjumlah Rp1.057.131.000.000,-. Perkembangan mengenai jumlah industri,

(16)

jumlah tenaga kerja dan investasi dari masing-masing kelompok industri dapat kita lihat pada Tabel 3.12, berikut

Kelompok

Industri 2008 2009 2010 2011Jumlah Industri 2008 2009 Jumlah Investasi2010 2011

Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan 1026 1034 1031 1043 128.382,11 128.623,00 20.620,00 71.828,00 Industri Logam dan Mesin 180 184 184 186 11.514,40 11.514,40 11.514,40 11.614,40 Industri Aneka 635 641 652 656 776553,61 783.910,00 794.707,10 794.987,10 Industri Kimia 29 34 37 37 44.438,63 46.565,60 178.701,50 178.701,50

Tabel 3.12 Jumlah Industri di Kota Salatiga berdasarkan Kelompok Industri

Tahun 2008-2011

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

c. Sentra Industri

Sentra industri adalah kelompok jenis industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala usaha yang membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis dan ditinjau dari tempat pemasaran, menjangkau pasar yang lebih luas (Saleh, 1989 dalam Fatmawati 2008: 29).

Sentra Industri di Kota Salatiga menurut Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan UMKM memiliki 20 Jenis Industri, mulai dari konveksi hingga kepada makanan olahan seperti enting-enting gepuk dan bandeng presto. Sentra industri tersebut tersebar antara lain di seluruh kecamatan dengan khalitas masing-masing kecamatan. Untuk mengetahui sentra industri di Kota Salatiga, dapat dilihat Tabel 3.13.

(17)

3. Penggunaan Air Bersih

Penyediaan air bersih bagi masyarakat adalah sebuah usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup kepada pemenuhan aspek kesehatan dan kebutuhan dasar. Penyediaan air bersih tersebut dilakukan melalui pendirian sebuah perusahaan air minum daerah yang melakukan kegiatan pendistribusian air bersih kepada masyarakat tanpa terkecuali.

Hingga tahun 2011, jumlah pelanggan air minum di Kota Salatiga, melalui PDAM, adalah sebanyak 24.176 pelanggan. Jumlah tersebut dibagi kedalam 5 Kategori utama dimana didalamnya terdapat sub kategori berdasarkan tingkatan jenis pelanggan. Nilai konsumsi air bersih di Kota Salatiga yang melalui PDAM pada tahun 2011 adalah sebesar 6.016.758 m3 atau setara dengan Rp14.241.143.345.000. Sebaran mengenai jumlah konsumsi air berdasarkan sub kategori dapat dilihat pada Tabel 3.14.

Tabel 3.13 Sentra Industri Kota Salatiga Tahun 2008-2011

Sumber: Bappeda Kota

No Jenis Sentra Industri 2008 2009 2010 2011

1. Konveksi 3 3 3 3 2. Kerajinan 6 1 4 3 3. Makanan Ringan 2 2 2 2 4. Tahu 4 4 4 4 5. Keranjang Pindang 1 1 2 2 6. Penjahitan 3 3 1 1

7. Keranjang Buah Bambu 1 1 1 1

8. Tempe 3 3 3 3 9. Batu Pahat 1 1 1 1 10. Meubel Las 2 2 2 2 11. Karak 1 1 1 1 12. Gula Kelapa 2 1 2 2 13. Sangkar Burung 1 1 1 -14. Meubel 5 5 3 3 15. Pengolahan Daging 1 1 1 1 16. Bandeng Presto 1 1 1 1 17. Kerajinan Ijuk 1 1 1 1 18. Rambak 2 1 2 2 19. Kripik Tempe 1 1 1 1 20. Enting Gepuk 1 1 1 1

(18)

No Jenis Pelanggan PelangganJumlah PemakaianVolume (m3) Nilai Pemakaian (000) 1. Sosial 603 409.104 770.319.790 Sosial Umum 67 86.793 82.622.350 Sosial Khusus 536 322.311 687.697.440 2. Non Niaga 21.936 5.132.990 10.991.846.635 RT 1 2.723 601.165 820.474.925 RT 2 17.789 4.005.214 8.150.679.510 RT 3 968 278.419 806.705.625 Rumah Pondokan 209 100.022 344.939.165 RT Asing 76 21.000 113.610.855 Instansi Pemerintah 171 127.170 755.536.555 3. Niaga 1.585 377.751 1.776.564.920 Niaga Besar 93 45.533 262.324.955 NIaga Kecil 1.492 332.218 1.514.239.965 4. Industri 46 95.157 684.562.330 Industri Kecil 24 7.839 47.382.740 Industri Besar 22 87.318 637.179.590 5. Khusus 6 1.756 17.849.670

Isi Ulang Air Kemasan 6 1.756 17.849.670

Tabel 3.14 Jumlah Pelanggan PDAM serta Tingkat Konsumsi Air

Kota Salatiga Tahun 2011

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

4. Perdagangan, Hotel dan Restauran a. Perdagangan

Kegiatan perdagangan merupakan salah satu unsur vital yang turut membangun sebuah roda perekonomian dari sebuah daerah. Bentuk perdagangan tersebut banyak terjadi dalam sebuah pasar, atau tempat dimana bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan sebuah transaksi. Jenis pasar di Kota Salatiga dapat dikategorikan ke dalam 4 kategori pasar, yaitu: 1) Pasar Tradisional, 2) Pasar Swalayan, 3) Mall/Plaza, dan 4) Minimarket. Jumlah pasar yang ada di Kota Salatiga dalam kurun waktu 2008-2011 cenderung tidak mengalami perubahan kecuali minimarket. Jumlah pasar berdasarkan jenis dapat dilihat pada Tabel 3.15.

(19)

Tabel 3.15 Jumlah Pasar berdasarkan Jenis Pasar Tahun 2008-2011 No Jenis Pasar 2008 2009 2010 2011 1. Pasar Tradisional 12 12 12 12 2. Pasar Swalayan - 3 3 3 3. Mal/Plaza 1 1 1 1 4. Minimarket 9 9 9 19

Sumber: Disperindagkop dan UMKM Kota Salatiga

Tinggi atau rendahnya animo masyarakat dalam bidang perdagangan secara umum dapat dilihat dari jumlah masyarakat yang mengajukan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP). Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan, koperasi, persekutuan maupun perusahaan perseorangan, yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh SIUP yang diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia. Jumlah penerbitan SIUP di Kota Salatiga cenderung mengalami perkembangan yang baik meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2009. Jumlah pedagang yang mengajukan SIUP lebih banyak didominasi oleh pedagang kecil. Perkembangan jumlah penerbitan SIUP dapat dilihat pada data yang tersaji di bawah ini:

Tinggi atau rendahnya animo masyarakat dalam bidang perdagangan secara umum dapat dilihat dari jumlah masyarakat yang mengajukan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP). Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan, koperasi, persekutuan maupun perusahaan perseorangan, yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh SIUP yang diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia. Jumlah penerbitan SIUP di Kota Salatiga cenderung mengalami perkembangan yang baik meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2009. Jumlah pedagang yang mengajukan SIUP lebih banyak didominasi oleh pedagang kecil. Perkembangan jumlah penerbitan SIUP dapat dilihat pada Grafik 3.6

(20)

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

Grafik 3.6. Jumlah Penerbitan SIUP berdasarkan Skala Perdagangan

di Kota Salatiga Tahun 2008-2011 b. Perkoperasian

Jumlah koperasi aktif di Kota Salatiga pada tahun 2011 sebanyak 154 unit dengan jumlah anggota sebanyak 31.434 orang. Jumlah koperasi mengalami peningkatan dari tahun 2007 – 2011. Perkembangan jumlah koperasi dan anggota koperasi di Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 3.16.

No Koperasi 2008 2009 2010 2011Jumlah 2008 2009Anggota2010 2011

a. Koperasi aktif 110 131 136 154 28.864 30.261 31.061 31.434 b. Koperasi tidak aktif 37 37 37 38 9.711 9.711 7.911 6.522

c. Induk koperasi 1 1 1 1 - - -

-d. Koperasi primer 146 147 173 191 38.575 39.972 39.972 40.379

e. KUD 1 1 1 1 841 841 841 639

f. Koperasi sekunder 1 1 1 1 15 15 15 15

Tabel 3.16 Jumlah Koperasi dan Anggota Koperasi di Kota Salatiga

Tahun 2008-2011

Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM

Jumlah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) / Unit Simpan Pinjam (USP) di Kota Salatiga menunjukkan peningkatan dari sebanyak 9 unit (2007) menjadi sebanyak 22 unit pada tahun 2011. Unit simpan pinjam juga meningkat dari sebanyak 136 pada tahun 2007 menjadi 165 unit pada

(21)

tahun 2011. Keberadaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam ini dapat membantu untuk mengembangkan usaha, mendorong meningkatnya perekonomian dan UMKM. Perkembangan jumlah unit KSP dan USP sebagai berikut:

No Koperasi Jumlah

2007 2008 2009 2010 2011

a. Koperasi Simpan Pinjam 9 9 10 17 22

b. Unit Simpan Pinjam 136 136 158 163 165

Tabel 3.17 Jumlah Koperasi Simpan Pinjam / Unit Simpan Pinjam

Kota Salatiga Tahun 2007 – 2011

Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM

c. Perhotelan dan Restauran

Jumlah Hotel di Kota Salatiga pada tahun 2011 adalah berjumlah 19 unit dengan jumlah kamar mencapai 637 kamar. Sejumlah hotel tersebut tersebar pada 4 Kecamatan yang ada, yaitu:

Sumber: Bappeda Kota Salatiga

Tabel 3.18 Jumlah Hotel dan Jumlah Kamar di Kota Salatiga Tahun 2011

No Kecamatan Nama Hotel Jumlah Kamar

1. Sidorejo Kalimang 24 Surya Indah 30 Maya 29 Grand Wahid 103 Mutiara 29 2. Tingkir Plaza 23

3. Argomulyo Laras Asri 107

Kayu Arum 16

Pondok Remaja Salib

Putih 40 4. Sidomukti Palapa 18 Karina 8 Ngawen Indah 26 Wisma Bakti 1 9 Wisma Bakti 1 14 Permata 24 Le Beringin 66 Slamet 36 Griya Tetirah 15 Wisma UKSW 20 Jumlah 19 637 637

(22)

Tingkat hunian kamar hotel di Kota Salatiga cenderung mengalami penurunan dari tahun 2008-2011. Tingkat hunian kamar hotel pada tahun 2011 mencapai 595 kamar (96%) atau menurun dari capaian pada tahun 2010 yang mencapai 100%.

Jumlah restaurant di Kota Salatiga pada tahun 2011 berjumlah 64 unit dengan sebaran sebagai berikut:

No Kecamatan Jumlah Restauran

1. Sidorejo 33

2. Tingkir 15

3. Argomulyo 6

4. Sidomukti 10

Jumlah 64

Tabel 3.19 Jumlah Restauran di Kota Salatiga

Tahun 2011

Sumber: Dishubkombudpar Kota Salatiga

5. Angkutan dan Jasa Telekomunikasi

Angkutan dan telekomunikasi memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi daerah saat ini. Keberadaan sarana transportasi (kendaraan dan jalan) sebagai media distribusi serta sarana komunikasi sebagai media koordinasi sangat erat kaitannya dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.

a. Transportasi

Data yang dihimpun dari Dinas Perhubungan, Komunikasi Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga, jumlah angkutan di Kota Salatiga terdiri atas 35 Bus AKAP, 86 Bus AKDP, dan 416 unit Angkutan Kota. Untuk mengetahui jumlah armada angkutan di Kota Salatiga beserta rute jalur yang dilalui, kita bisa melihat data yang tersaji pada Tabel 3.20.

b. Telekomunikasi

Jumlah pengguna telepon kabel di Kota Salatiga pada tahun 2011 mencapai 16.728 unit meningkat dibandingkan dengan jumlah pengguna pada tahun 2010 yang hanya sebesar 16.826 unit. Meskipun cenderung mengalami peningkatan, jumlah pemakai telepon aktif hanya sebesar 86,48% dari total unit telepon yang terpasang.

(23)

Seiring dengan bertambahnya jumlah kepemilikan telpon pribadi dan telepom genggam, keberadaan telepon untuk menjadi semakin berkurang. Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah telepon umum yang saat ini dikelola oleh PT. Telkom adalah sebanyak 15.290 unit, menurun dari jumlah pada tahun sebelumnya yaitu sebanyak 15.418 unit. Perkembangan mengenai jumlah sarana dan prasarana komunikasi di Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 3.21 pada halaman berikut,

Tabel 3.20 Jumlah Armada Angkutan dan Rute Perjalanan

Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasi Kebudayaan dan Pariwisata

Jenis Sarana

Transportasi Rute Perjalanan Jumlah

AKAP Solo – Salatiga – Semarang - Jakarta 35

AKDP Salatiga – Banyubiru – Ambarawa 10

Salatiga Bringin 20

Salatiga – Kopeng 17

Salatiga – Sruwen 6

Salatiga – Suruh 6

Salatiga – Bawen – Ungaran 27

Angkutan Kota Tamansari – Karangrejo 44

Tamansari – Modangan 83

Tamansari – Kauman Kidul 32

Tamansari – Kalibening 14

Tamansari – Isep-isep – Cengek 49

Tamansari – Noborejo 71

Tamansari – Tegalrejo 17

Tamansari – Ngawen 20

Tamansari – Grogol 18

Tamansari – RSU – Isep-isep 21

Tamansari – Karang Alit – Perum Warak 8

Tamansari – Bugel – Sembir 11

Tamansari – Banyuputih - Grogol 4

Tamansari – Randuacir 14

Tamansari – Gamol 10

(24)

No Jenis LayananKomunikasi 2008 2009 2010 2011 1. Kapasitas Sentral 14.210 16.826 16.826 20.090 2. Kapasitas Terpasang 14.210 16.826 16.826 19.342 3. Kapasitas Terpakai 13.207 14.321 14.852 16.728

4. Telepon Umum 13.159 14.193 14.724 15.290

Tabel 3.21 Sarana dan Prasarana yang Dikelola oleh PT. Telkom

di Kota Salatiga

Sumber: PT. Telkom Cabang Salatiga

Kualitas komunikasi yang prima merupakan kunci dalam mengembangkan jaringan komunikasi yang handal di daerah. Pembangunan infrastruktur dasar komunikai merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri lagi keberadaannya. Pembangunan Tower Jaringan Komunikasi dan Wireless Access Network (WAN) di Kota Salatiga merupakan salah satu alternatif dalam mengembangkan kualitas komunikasi tersebut. Jumlah Tower Jaringan Komunikasi di Kota Salatiga hingga tahun 2011 selalu ditingkatkan. Hal yang sama juga dilakukan oleh pemerintah daerah Kota Salatiga dalam mengembangkan budaya melek teknologi, yaitu dengan pembangunan tower WAN di beberapa titik di instansi pemerintah. Perkembangan jumlah Tower BTS dan WAN di Kota Salatiga dapat dilihat pada data yang tersaji di bawah ini:

Tabel 3.22 Jumlah Tower BTS dan WAN

di Kota Salatiga Tahun 2008-2011

NO Jenis

Tower 2008 2009 2010 2011

1. BTS 19 24 - 1

2. WAN 12 15 20 28

Gambar

Gambar 3.1 Peta Kota Salatiga
Tabel 3.1 Ketinggian Wilayah di Kota Salatiga per Kelurahan
Tabel 3.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Salatiga Tahun 2011
Tabel 3.3 Pertumbuhan PDRB ADHB Kota Salatiga dalam Kurun Waktu 2007-2011 (Juta Rupiah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka kalor persatuan massa refrigeran yang diserap evaporator sebesar 179 kJ/kg 4 COPaktual COPaktual dipergunakan untuk menyatakan performance unjuk kerja dari mesin AC mobil

Penelitian ini penting dilakukan dalam mengembangkan ilmu pariwisata, di mana konsep Sapta Pesona merupakan konsep yang digunakan dalam mengembangkan kepariwisataan

Karena R bayangan = 1< R benda = 4, maka bayangan diperkecil dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk setiap benda yang terletak di depan cermin cembung

Pada penentuan rendemen hasil ekstraksi dan distilasi, ekstrak minyak yang diperoleh dari biji mangga paling banyak dihasilkan oleh pelarut metanol dibandingkan

Perancangan ini memiliki tujuan untuk memberikan informasi mengenai seni tradisional Bantengan yang ada di kota Batu kepada masyarakat dengan jangkauan yang lebih

Sampel limbah serat PPFO yang keluar dari oven dimasukan dalam soklet (timbang berat kertas saring + sampel).. Sampel ditambahkan N-Hexane kemudian dipanaskan sampai

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dinyatakan diterima, yaitu ada hubungan yang positif antara sense

Dalam mencapai pengembangan jama’ah, Masjid Nurul Huda sudah mampu mengajak seluruh masyarakat untuk shalat berjama’ah di masjid, hampir semua kaum laki-laki shalat di masjid