PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Penulisan Skripsi Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Tadulako
Disusun oleh:
SITI KHUMAIRAH KHAIRUNNISAH
NIM: C 201 12 073
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA INDUSTRI MAKANAN DAN
MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)
Diajukan oleh:
SITI KHUMAIRAH KHAIRUNNISAH NIM: C 201 12 073
Disetujui oleh:
Pembimbing I
NIP:
Pembimbing II
NIP:
HALAMAN JUDUL ... i
1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8
2.2.3 Komponen Modal Kerja ... 18
2.2.4 Jenis Modal Kerja ... 19
2.2.5 Pentingnya Modal Kerja... 21
2.2.6 Tujuan Modal Kerja ... 26
2.2.7 Sumber Modal Kerja... 29 2.2.8 Penggunaan Modal Kerja...
2.4 Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 37
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 38
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 39
3.4 Populasi dan Sampel ... 40
3.5 Operasional Variabel... 42
3.6 Defenisi Operasional Variabel ... 43
3.6.1 Cash Turnover (X1) ... 43
3.6.2 Receivable Turnover (X2) ... 46
3.6.3 Inventory Turnover (X3)... 47
3.6.4 Return on Investment (Y)... 3.7 Metode Analisis Data... 48
3.7.1 Analisis Deskriptif ... 48
3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 48
3.8 Uji Asumsi Klasik ... 49
3.8.1 Uji Normalitas Residual Data ... 49
3.8.2 Uji Multikolinieritas ... 50
3.8.3 Uji Heterokedastisitas ... 51
3.9 Metode Analisis ... 51
3.9.1 Penguji Hipotesis Pertama (Uji-F) ... 53
3.9.2 Penguji Hipotesis Kedua (Uji-T) ... 54
DAFTAR PUSTAKA
1.1 Jumlah Penjualan kamera DSLR merek Canon di Kota Palu
4
2.1 Penelitian Terdahulu
1.1 Market Share Kamera DSLR di Indonesia Periode 2009-2013
3
2.1 Model Perilaku Konsumen
24
2.2 Model Lima Tahap Proses Pembelian Konsumen
26
2.3 Kerangka Pemikiran
30
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat.
Hal ini menyebabkan meningkatkan pula kebutuhan masyarakat terhadap makanan
dan minuman. Perusahaan food and bavarages merupakan perusahaan yang sangat
dibutuhkan masyarakat karena bergerak di bidang industri makanan dan minuman.
Keadaan positif seperti ini menjadikan sektor industri makanan dan minuman
di Indonesia sebagai sektor bisnis yang cukup menguntungkan. Ini disebabkan
peluang yang dimiliki oleh perusahaan makanan dan minuman sangat besar dan
potensi pasar terus berkembang dari tahun ke tahun. Oleh karena itu sektor industri
makanan dan minuman ini memiliki persaingan yang ketat antara sesama perusahaan
food and bavarages di Indonesia.
Persaingan ketat di sektor industri makanan dan minuman mendorong
perusahaan food and bavarages memaksimalkan sumber daya yang dimiliki agar
perusahaan dapat beroperasi secara optimal dan memperoleh laba yang optimal pula.
Untuk dapat beroperasi secara optimal, maka perusahaan harus mampu memastikan
tersedianya modal kerja yang cukup guna untuk melakukan kegiatan operasional
perusahaan.
Modal kerja merupakan investasi perusahaan pada aktiva lancar. Dengan
modal kerja yang baik dan efektif, maka kegiatan operasional perusahaan dapat
meningkatkan laba perusahaan. Selain itu, modal kerja dapat digunakan untuk
membiayai pembelian bahan baku, pembayaran upah, pembayaran gaji karyawan dan
biaya operasional perusahaan lainnya. Menurut John Fred Weston dan Thomas G.
Copeland (1991:327), Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk
uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi dengan kewajiban lancar
yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan karena
dengan modal kerja yang cukup itu memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi
dengan seekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau
menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis atau
kekacauan keuangan. Menurut Kasmir (2012:252) investasi dalam aktiva lancar
seringkali mengalami perubahan dan cenderung labil, sedangkan aktiva lancar adalah
modal kerja perusahaan, artinya perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap modal
kerja. Adannya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak
produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya
kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya adanya
ketidak-cukupan maupun mis management dalam modal kerja merupakan sebab
utama kegagalan suatu perusahaan.
Efiesiensi modal kerja dapat terlihat dari tingkat perputaran
komponen-komponen modal kerja yang terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Semakin cepat
atau semakin tinggi tingkat perputaran komponen-komponen modal kerja tersebut,
rendah. Hal ini dikarenakan waktu terikatnya dana pada masing-masing komponen
modal kerja tersebut semakin pendek, sehingga kemungkinan perusahaan
memperoleh keuntungan semakin besar.
Efisiensi modal kerja pada perusahaan dapat diukur dengan menggunakan
rasio keuangan yaitu rasio efisiensi (Rasio aktivitas). Rasio efisiensi merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dari pemanfaatan sumber daya
perusahaan atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melakasanakan
aktivitasnya sehari-hari. Rasio efisiensi yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi modal kerja adalah Cash Turnover (Perputaran Kas), Receivable
Turnover (Perputaran Piutang) dan Inventory Turnover (Perputaran Persediaan). Hasil
pengukuran rasio-rasio ini akan memperlihatkan keadaan perusajaan apakah sudah
efisien atau belum dalam menggunakan modal kerja maka perusahaan akan dapat
memaksimalkan kemampuannya dalam menghasilkan profitabilitas (Kasmir
2010:211).
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannyadengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Return On
Invesment (ROI) dapat dijadikan tolak ukur perusahaan dalam memperoleh
profitabilitas karena ROI menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dari aktiva yang digunakan, Sartono (2012:123)
Tabel 1.1
Perkembangan Modal Kerja Industri Makanan & Minuman di BEI Desember 2011-2013
(Dalam Jutaan Rupiah)
No. Nama Perusahaan Modal Kerja
2011 2012 2013
1. PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk 814.745 327.943 1.048.280 2. PT. Delta Djakarta Tbk 481.515 511.414 589.120 3. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 11.938.400 13.430.800 12.993.200 4. PT. Mayora Indah Tbk 2.249.507 3.389.166 3.753.173 5. PT. Tunas Baru Lampung Tbk 516.900 858.400 273.300 6. PT. Ultrajaya Milk Industri Tbk 291.584 603.604 929.716 7. PT. Davomas Abadi Tbk 996.546.47 356.356.79 441.036.14 8. PT. Prashida Aneka Niaga Tbk 97.372 143.580 153.663 9. PT. Akasha Wira Internasional Tbk 53.441 92.865 88.025 10. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 191.2 394.595 76.677
Rata-rata 2.055.433 2.194.707 2.211.684
Sumber: Laporan keuangan perusahaan 2011-2013, BEI data diolah
Berdasarkatn Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa modal kerja pada industri
makanan dan minuman di BEI cenderung berfluktuasi setiap tahunnya. Ada beberapa
perusahaan yang mengalami peningkatan modal kerja dari tahun ke tahun, ada juga
yang mengalami penurunan modal kerja. Modal kerja tertinggi dicapai oleh
perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2012 yaitu Rp. 13.430.800.000.
Investasi modal kerja terendah dicapai oleh perusahaan PT. Akasha Wira
Internasional Tbk tahun 2011 sebesar Rp 53.441.000. Menurut Sartono (2012:386)
besar kecilnya kebutuhan modal kerja pada suatu perusahaan dipengaruhi oleh
berbagai faktor di antaranya jenis produk yang dibuat, jangka waktu siklus operasi,
jauh efisiensi manajemen aktiva lancar. Untuk itu, perusahaan harus berhati-hati
dalam menentukan kebijakan mengenai efisiensi modal kerja dan pengaruhnya
terhadap profitabilitas perusahaan.
Tabel 1.2
Perkembangan Return On Investment (ROI) Industri Makanan & Minuman di BEI
31 Desember 2011-2013
No. Nama Perusahaan ROI (%)
2011 2012 2013
1. PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk 4,17 6,55 6,90 2. PT. Delta Djakarta Tbk 20,84 27,92 30,50 3. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 9,10 8,04 4,37 4. PT. Mayora Indah Tbk 11,48 13,93 13,43 5. PT. Tunas Baru Lampung Tbk 9,92 4,69 1,39 6. PT. Ultrajaya Milk Industri Tbk 6,26 17,73 15,05 7. PT. Davomas Abadi Tbk 10,52 107,39 12,02 8. PT. Prashida Aneka Niaga Tbk 6,00 4,00 3,00 9. PT. Akasha Wira Internasional Tbk 8,00 21,00 13,00 10. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 42,56 39,00 67,00
Rata-rata 12,88 25,02 16,66
Sumber: Laporan keuangan perusahaan 2011-2013, BEI data diolah
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa ROI pada industri makanan dan
minuman cenderung berfluktuasi setiap tahunnya. ROI tertinggi dicapai oleh
perusahaan PT.Davomas Abadi Tbk tahun 2012 yaitu sebesar 107,39%. Ini
menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dana yang tertanam dalam perusahaan akan
mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 1,0739. Return on Investment (ROI)
terendah dicapai oleh PT. Tunas Baru Lampung pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,39%.
menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,0139. Peningkatan dan penurunan nilai ROI
pada perusahaan dipengaruh oleh laba yang dihasilkan dan aktiva yang digunakan
(Sartono, 2012:123).
Perkembangan hubungan antara modal kerja dan ROI pada industri makanan
dan minuman pada tahun 2011 sampai 2013 terlihat pada tabel 1.1 dan tabel 1.2.
Kedua tabel tersebut menunjukkan bahwa peningkatan modal kerja dapat
mengakibatkan ROI meningkat atau menurun. Pada tahun 2011-2012 rata-rata modal
kerja mengalami peningkatan dari Rp. 2.055.433 menjadi Rp. 2.194.707 dan pada
tahun 2012-2013 rata-rata modal kerja juga mengalami peningkatan dari Rp.
2.194.707 menjadi Rp. 2.211.684. Peningkatan Modal jumlah modal kerja tersebut
berdampak positif terhadap ROI di mana rata-rata ROI juga mengalami peningkatan
yaitu 12,88% pada tahun 2011 menjadi 25,02% pada tahun 2012 dan pada tahun
2012-2013 dari 25,02% turun menjadi 16,66%. Peningkatan modal kerja yang sejalan
dengan peningkatan ROI pda tahun 2011-2012 dan 2012-2013 disebabkan adanya
tambahan investasi pada aktiva lancar perusahaan. Tambahan dana tersebut
digunakan untuk kegiatan operasional dalam rangka meningkatkan penjualan untuk
menghasilkan laba.
Menurut Van Horne & Wachowicz (2005-311) peningkatan aktiva lancar
mengakibatkan semakin besar tingkat likuiditas perusahaan dan juga semakin besar
biaya yang ditimbulkan dari adanya aktiva lancar tersebut maka tingkat profitabilitas
dan minuman pada tahun 2011-2012 dan 2012-2013 adalah peningkatan modal kerja
mengakibatkan peningkatan ROI. Hal ini dikarenakan tambahan keuntungan yang
timbul dari adanya aktiva lancar lebih besar dari tambahan biaya investasi pada aktiva
lancar tersebut.
Pada tahun 2012-2013 rata-rata modal kerja mengalami peningkatan dari Rp.
2.194.707 menjadi Rp. 2.211.684 dan rata-rata ROI mengalami penurunan dari
25,02% menjadi 16,66%. Hal ini dikarenakan peningkatan modal kerja
mengakibatkan biaya yang ditimbulkan dari adanya modal kerja tersebut semakin
besar sehingga tingkat ROI yang diharapkan mengalami penurunan. Oleh karena itu,
setiap perusahaan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya agar
perusahaan dapat memaksimalkan perolehan laba. Berdasarkan uraian mengenai
modal kerja dan tingkat ROI pada industri makanan dan minuman masih perlu
dianalisis lebih lanjut, apakah sudah efisiensi dalam penggunaan modal kerjanya atau
belum. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh
dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Efisiensi
Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Industri Makanan dan Minuman
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan pada
a. Bagaimanakah pengaruh efisiensi modal kerja yang terdiri dari cash turnover,
receivable turnover dan inventory turnover terhadap profitabilitas (ROI) pada
industri makanan dan minuman di BEI?
b. Bagaimanakah pengaruh cash turnover terhadap profitabilitas (ROI) pada
industri makanan dan minuman di BEI?
c. Bagaimanakah pengaruh receivable turnover terhadap profitabilitas (ROI)
pada industri makanan dan minuman di BEI?
d. Bagaimanakah pengaruh inventory turnover terhadap profitabilitas (ROI) pada
industri makanan dan minuman di BEI?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh efisiensi modal kerja yang terdiri dari cash
turnover, receivable turnover dan inventory turnover terhadap profitabilitas
(ROI) pada industri makanan dan minuman di BEI.
b. Untuk mengetahui pengaruh cash turnover terhadap profitabilitas (ROI) an
pada industri makann dan minuman di BEI.
c. Untuk mengetahui pengaruh receivable turnover terhadap profitabilitas (ROI)
pada industri makanan dan minumanan di BEI.
d. Untuk mengetahui pengaruh inventory turnover terhadap profitabilitas (ROI)
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang
berkepentingan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Kegunaan Teoritis
Bagi penulias, diharapkan dapat memperoleh pemahaman lebih
mendalam mengenai konsep efisiensi modal kerja dan hubungannya dengan
profitabilitas perusahaan.
Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
kajian lebih lanjut bagi penelitian dan pengembangan ilmu yang berhubungan
dengan manajemen keuangan khususnya mengenai efisiensi modal kerja dan
profitabilitas perusahaan.
2. Kegunaan Praktis
Bagi investor, diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan
dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan keputusan investasi pada
industri makanan dan minuman di BEI.
Bagi perusahaan, diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam
melakukan perbaikan dalam merumuskan kebijakan serta tindakan-tindakan
selanjutnya sehubungan dengan efisiensi modal kerja dan profitabilitas
perusahaan.
Di dalam proses penulisan penelitian ini, Adapun sistematika penulisan yang
direncanakan sebagai berikut:
Bab I, merupakan pendahuluan yang akan menguraikan tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika
penulisan.
Bab II, merupakan tinjauan teori yang memuat penelitian terdahulu dan
beberapa pengertian maupun teori yang berhubungan dengan penelitian ini,
selanjutnya dari konsep tersebut akan dirumuskan hipotesis dan akhirnya terbentuk
suatu kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini.
Bab III, merupakan metode penelitian yang mengemukakan tentang tipe
penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan metode penarikan
sampel, metode pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi operasianal serta
pengujian instrumen penelitian.
Bab IV, merupakan hasil pembahasan, berisi tentang hasil penelitian secara
sistematis kemudian dianalisis dengan teknik analisis yang ditetapkan dan selanjutnya
dilakukan pembahasan tentang hasil analisis tersebut.
Bab V, merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan atas hasil
2.1 Penelitian Terdahulu
Nur Indah Pratiwi (2012), mengkaji tentang “Pengaruh Perputaran Modal
Kerja pada Perum Pegadaian Cabang Palu”. Variabel independen (X) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah laba perputaran modal kerja dan veriabel dependen (Y)
yang digunakan adalah laba. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear
sederhana. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa perputaran modal kerja
berpengaruh signifikan terhadap pencapaian laba pada Perum Pegadaian Cabang
Palu.
Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu sama-sama
melakukan melakukan penelitian mengenai modal kerja. Perbedaannya yaitu pada
penelitian sekarang adalah alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda
dan objek yang diteliti adalah industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Aulia Rahma (2011), melakukan penelitian tentang “Analisis Pengaruh
Manajemen Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi pada Perusahaan
Manufaktur PMA dam PDMN yang Terdaftar di BEI Periode 2004-2008)”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perputaran modal kerja, perputaran
kas, perputaran persediaan, perputaran piutang dan status perusahaan terhadap Return
On Investment (ROI) perusahaan manufaktur. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis linear berganda dengan variabel dummy. Berdasarkan hasil dari uji-t,
perputaran kas dan status perusahaan berhubungan positif dan signifikan terhadap
ROI. Sedangkan perputaran modal kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROI. Perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI. Hasil secara
simultan dengan uji-f menunjukkan bahwa semua variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap ROI.
Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama
meneliti mengenai modal kerja dan pengarugnya terhadap profitabilitas (ROI)
perusahaan. Perbedaannya pada penelitian sekarang yaitu menggunakan tiga variabel
independen yaitu cash turnover (X1) receivable turnover (X2) dan inventory turnover
(X3), dan tidak menggunakan variabel dummy serta objek yang diteliti adalah industri
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Faurani (2004), melakukan penelitian tentang “Analisis Pengaruh Modal
Kerja terhadap Profitabilitas pada Koperasi Dharma Wanita “Mandalika” Mataram
Nusa Tenggara Barat”. Penelitian ini menggunakan rasio-rasio profitabilitas (profit
margin on sales ratio), modal kerja (profit margin ratio). Metode analisis data yang
digunkan adalah metode statistik deskriptif, metode analisa korelasi. Penelitian ini
menunjukkan bahwa modal kerja tidak begitu berpengaruh terhadap profitabilitas
pada Koperasi Mandalika akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu sam-sama
yaitu objek yang diteliti adalah industri makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Efisiensi
Menurut Sartono (2012:118) salah satu tujuan manajer keuangan adalah
menentukan seberapa besar efisiensi investasi pada berbagai aktiva. Efisiensi pada
suatu perusahaan sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
Efisiensi dapat diartikan sebagai hubungan antara input dan output, atau berapa besar
input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Efisiensi pada suatu
perusahaan dapat diketahui dengan melihat perputaran (turnover). Semakin cepat atau
semakin tinggi tingkat perputarannya, maka perusahaan dikatakan semakin efisien
dalam menggunakan aktivanya.
Untuk mengetahui standar dari tingkat efisiensi modal kerja agar dikatakan
efisien (ukuran efisien), diperlukan alat pembanding dan rasio dalam industri sebagai
keseluruhan yang sejenis di mana perusahaan yang menjadi anggotanya dapat
digunakan sebagai alat pembanding dari angka rasio tersebut. Angka rasio dari
industri sebagai keseluruhan ini disebut standar rasio (rasio rata-rata) Munawir,
(2012:65).
Tingkat efisiensi pada perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio
keuangan yaitu dengan rasio efisiensi atau rasio aktivitas. Rasio efisiensi merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan
dari pemanfaatan sumber daya yang tersedia pada perusahaan. Adapun jenis-jenis
rasio efisiensi yang dirangkum dari beberapa ahli keuangan Kasmir (2012:175),
terdiri dari:
1. Cash turnover (Perputaran Kas)
Kas merupakan komponen modal kerja yang selalu dalam keadaan
berputar. Efiiensi penggunaan kas dapat diketahui melalui tingkat perputaran
kasnya. Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas dimulai pada saat
kas itu diinvestasikan dalam modal kerja sampai menjadi kas kembali.
Menurut James O. Gill dalam Kasmir (2012:140) rasio perputaran kas
(Cash Turnover) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja
perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai
penjualan. Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan
kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan
penjualan. Perputaran kas dapat dihitung dengan membandingkan sales
(penjualan) dengan jumlah rata-rata kas.
2. Receivable Turnover (Perputaran Piutang)
Receivable turnover (perputaran piutang) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu
periode, atau berapa kali dana yang diinvestasikan pada piutang berputar
dalam satu periode. Tingkat perputaran piutang merupakan periode terkaitnya Penjualan
Penjualan Kredit Rata-rata Piutang
Penjualan Rata-rata Piutang
Piutang Rata-rata x 360 Jumlah Hari dlm 1 Thn
Atau
Penjualan Kredit Perputaran Piutang
modal kerja dalam piutang. Semakin cepat periode berputarnya piutang
menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas.
Perputaran piutang dapat dihitung dengan membandingkan penjualan kredit
dengan rata-rata piutang.
Apabila data mengenai penjualan kredit tidak ditemukan maka dapat
digunakan angka pada penjualan (Kasmir, 2012:177).
3. Days of Receivable (Hari Rata-rata Penagihan Piutang)
Days of Receivable (hari rata-rata penagihan utang) merupakan rasio
yang menunjukkan perbandingan antara piutang rata-rata dikali dengan
jumlah hari dalam satu tahun dengan penjualan kredit, atau perbandingan
antara jumlah hari dalam satu tahun dengan perputaran piutang (Kasmir,
Harga Pokok Penjualan 4. Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)
Untuk mengetahui efisiensi pengelolaan persediaan dapat dilihat dari
tingkat perputarannya. Perputaran persediaan merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa kali data yang diinvestasikan dalam
persediaan ini berputar dalam satu periode.
Atau
5. Working Capital Turnover (Perputaran Modal Kerja)
Working capital turnover (perputaran modal kerja) merupakan salah
satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan
selama periode tertentu. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara
penjualan dengan modal kerja atau modal kerja rata-rata.
6. Fixed Assets Turnover (Perputaran Aktiva Tetap)
Fixed assets turnover (perputaran aktiva tetap) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang diinvestasikan dalam aktiva
tetap berputar dalam satu periode. Rasio ini menunjukkan perbandingan
Penjualan Total Aktiva 7. Total Assets Turnover (Perputaran Aktiva)
Total assets turnover (perputaran aktiva) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan
dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari setiap rupiah
aktiva yang digunakan.
2.2.2 Modal Kerja
Menurut J.C Van Horne & J.M Wachowicz (2005:308), mengungkapkan
bahwa :
Terdapat dua konsep utama modal kerja, yaitu modal kerja bersih dan modal kerja kotor. Modal kerja bersih (net working captal) merupakan perbedaan nilai uang antara aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek atau aktiva lancar dikurangi kewajiban jangka pendek. Modal kerja kotor (gross working capital) adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas yang dapat diperjual belikan, piutang dan persediaan.
Menurut E.F Brigham & J.F Houston (2006:131) Modal kerja, atau
kadang-kadang disebut juga modal kotor, sebenarnya adalah aktiva lancar yang digunakan
dalam operasi. Modal kerja bersih didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi
Menurut Raharjaputra (2011:156), modal kerja adalah investasi perusahaan
dalam jangka pendek atau disebut juga sebagai aset lancar (current assets); di
antaranya adalah kas/bank, persediaan, piutang, investasi jangka pendek dan biaya
dibayar di muka.
Pengertian modal kerja secara mendalam dapat dikemukakan dalam
beberapa konsep Riyanto, (2013:57-58) yaitu :
1. Konsep Kuantitatif
Konsep kuantitatif didasarkan pada kuantitas dari dana yang
diinvestasikan pada aktiva lancar. Modal kerja menurut konsep ini adalah
keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Konsep ini sering disebut dengan
modal kerja kotor (gross working capital).
2. Konsep Kualittatif
Konsep kualitatif merupakan konsep yang menitikberatkan kepada
kualitas modal kerja. Modal kerja menurut konsep ini adalah kelebihan dari
aktiva lancar di atas hutang lancarnya atau selisih antara aktiva lancar dengan
kewajiban lancar. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja bersih (net
working capital).
3. Konsep Fungsional
Konsep fungsional menekankan pada fungsi dana yang dimiliki
perusahaan dalam menghasilkan pendapatan (income), artinya setiap dana
yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan
seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian pula sebaliknya,
jika dana yang digunakan semakin sedikit,maka laba akan menurun. Akan
tetapi, kenyataanya tidak selalu demikian.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa modal kerja merupakan investasi yang dilakukan perusahaan pada
aktiva jangka pendek atau aktiva jangka pendek dikurangi dengan kewajiban
jangka oendek yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional
perusahaan sehari-hari.
2.2.3 Komponen Modal Kerja
1. Kas
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu
membutuhkan kas. Kas sangat dibutuhkan untuk membayar berbagai
kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan. Kas adalah seluruh uang tunai
yang tersedia pada perusahaan maupun yang disimpan di bank.
Kas yang tersedia di perusahaan jumlahya harus mencukupi kebutuhan
perusahaan . perusahaan yang tingkat likuiditasnya tinggi karena adanya kas
dalam jumlah besar, berarti tingkat perputaran kasnya rendah. Hal ini
mengindikasikan adanya over investment dalam kas yang berarti perusahaan
kurang efektif dalam mengelola kas. Munawir, (2012:158). Jumlah kas yang
relatif kecil menyebabkan tingkat perputaran kas tinggi sehingga
kenutungannya yang diperoleh akan lebih besar.
Piutang (receivable) merupakan tagihan perusahaan pada pihak
lainnya yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun Kasmir,
(2012:41), sedangkan piutang dagang merupakan tagihan yang
disebabkan oleh penjualan barang kepada para pelanggan. Piutang ini
terjadi karena perusahan menjual barang atau jasa kepada para pelanggan
secara kredit.
Penjualan kredit dimaksudkan untu memperbesar volome
penjualan pada perusahaan Riyanto, (2013:85). Penjualan kredit tidak
segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang
dagang. Piutang dagang akan diubah menjadi kas apabila piutang telah
jatuh tempo sehingga terjadi aliran kas masuk yang berasal dari
pengumpulan piutang. Dengan demikian, maka piutang merupakan
elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara
terus-menerus dalam rantai perputaran modal kerja.
3. Persediaan
Persediaan (Inventory) merupakan elemen dari modal kerja yang
selalu dalam keadaan berputar dan secara terus-menerus mengalami
perubahan. Menurut Kasmir (2012:41) Persediaan merupakan sejumlah
barang yang disimpan oleh perusahaan dalam satu tempat (gudang).
Persediaan juga merupakan cadangan perusahaan untuk proses produksi
Bagi industri manufaktur, persediaan menjadi begitu penting
karena kesalahan dalam investasi persediaan akan mengganggu kelancaran
operasi perusahaan dan akan mempengaruhi keuntungan perusahaan.
Investasi dana dalam persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan
kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya
penyimpanan dan pemeliharaan gudang, memperbesar kemungkinan
kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, yang pada
akhirnya akan memperkecil keuntungan perusahaan (Bmbang Riyanto,
2013:69). Investasi dana dalam persediaan yang terlalu kecil akan
menyebabkan perusahaan tidak optimal dalam kegiatan operasinya.
2.2.4 Jenis Modal Kerja
Modal kerja menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1. Modal kerja permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus
tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya,
atau sejumlah modal kerja yang secara terus=menerus diperlukan
untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dibedakan atas :
a. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang
harus ada pada perusaahan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan
2. Modal kerja variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah
tergantung pada perubahan keadaan. Modal kerja variabel ini
dibedakan menjadi :
a. Modal kerja musiman yaitu modal kerja yan jumlahnya
berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi msim.
b. Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan fluktuasi kongjungtur.
c. Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak tidak
diketahui atau tidak dapat diramalkan terlebih dahulu Riyanto,
dalam Jumingan, (2011:71-72).
2.2.5 Pentingnya Modal Kerja
Modal kerja memiliki arti yang sangat penting bagi operasional satu
perusahaan. Setiap perusahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan modal kerja agar
dapat meningkatkan likuiditasnya, kemudian dengan terpenuhinya modal kerja
tersebut, maka perusahaan dapat memaksimalkan perolehan labanya. Modal kerja
yang cukup akan menguntungkan perusahaan karena memungkinkan
perusahaanuntuk beroperasi secara efisien, dan dapat menghindarkan perusahaan dari
kesulitan keuangan.
Pentingnya modal kerja bagi perusahaan, terutama bagi kesehatan keuangan
1. Kegiatan seorang manajer keuangan lebih banyak dihabiskan dalam
kegiatan operasional perusahaan dari waktu- ke waktu.
2. Modal kerja perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari
manajer keuangan karena investasi dalam aktiva lancar sering kali
mengalami perubahan.
3. Seringkali bahwa separuh dari total aktiva merupakan bagian dari aktiva
lancar, yang merupakan modal kerja perusahaan.
4. Bagi perusahaan yang relatif kecil, fungsi modal kerja amat penting
karena perusahaan kecil relatif terbatas untuk memasuki pasar dengan
modal besar dan jangka panjang.
5. Terdapat hubungan yang sangat erat antara pertumbuhan penjualan dengan
kebutuhan modal kerja.
2.2.6 Tujuan Modal Kerja
Menurut Kasmir (2012:253) tujuan manajemen modal kerja bagi
perusahaan adalah:
1. Untuk memenuhi likuiditas perusahaan
2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya dengan tepat waktu.
3. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan yang cukup dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan para pelanggannya.
4. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para
5. Memnugkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik
minat pelanggan dengan kemampuan yang dimilikinya.
6. Untuk memaksimalkan penggunaan aktiva lancar dalam rangka
3. Penjualan aktiva tidak lancar, dan 4. Penjualan saham dan obligasi.
Berdasarkan uraian mengenai sumber-sumber modal kerja tersebut
dapat disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila :
1. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba, maupun
adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik
perusahaan.
2. Adanya penurunan atau pengurangan aktiva tetap yang diimbangi denga
bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun
melalui proses depresiasi.
3. Adanya penambahan hutang jangka pangjang yang diimbangi dengan
bertambahnya aktiva lancar.
Modal kerja akan bertambah apabila aktiva lancar yang dimiliki perusahaan
juga bertambah, yang diimbangi dengan sektor tidak lancar (non current asset).
Menurut Munawir (2004:124) Penggunaan modal kerja akan menyebabkan
perubahan bahkan penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Akan
tetapi, penggunaan aktiva lancar tidak selalu menyebabkan perubahan dan turunnya
jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaa. Hal ini dikarenakan penurunan jumlah
aktiva lancardiimbangi dengan penurunan hutang lancar dengan jumlah yang sama.
Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang menyebabkan turunnya modal
kerja adalah:
1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, yang meliputi
pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagang, dan
pembayaran biaya-biaya lainnya.
2. Kerugian yang diakibatkan oleh penjualan efek atau surat berharga maupun
kerugian insidentil lainnya.
3. Adanya pembentukkan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan
tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dana
pensiunan pegawai, ataupun dana-dana lainnya. Adanya pembentukkan dana
berarti terjadi perubahan bentuk aktiva dari aktiva lancar menjadi aktiva tetap. 4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.
5. Pembayaran hutang-hutang jangka panjgang.
6. Pengambilan uang atau barang dagang oleh pemilik perusahaan untuk
kepentingan pribadinya.
2.2.9 Profitabilitas
Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat meningkatkan
dikatakan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya yang
dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang
tinggi. Sebaliknya, sebuah perusahaan memiliki profitabilitas rendah menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut tidak mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya
dengan baik, sehingga tidak mampu menghasilkan laba yang tinggi. Untuk mengukur
tingkat laba atau keuntungan suatu perusahaan dapat menggunakan rasio
profitabilitas,
Menurut Kasmir (2012:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Intinya adalah penggunaan rasio ini menujukkan efisiensi perusahaan. Penggunaan
rasio profitabilitas pada perusahaan mempunyai tujuan yaitu :
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sekarang dengan tahun
sebelumnya.
3. Untuk menilai perkembangan laba perusahaan dari waktu ke waktu, dan
Penjualan bersih – Harga Pokok penjualan Sales
Earning After Interest and Tax (EAIT) Sales
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai perusahaan, terdapat beberapa
jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Jenis-jenis rasio tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Profit Margin on Sales
Profit margin on sales atau rasio profit margin merupakan salah satu
rasio yang dugunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara
pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak
dengan penjualan bersih. Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin
yaitu:
a. Untuk margin laba kotor dapat menggunakan rumus :
Margin laba kotor menunjukkan laba yang relatif terhadap perusahaan,
dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Semakin besar
rasio ini maka semakin baik perusahaan dalam memperoleh laba kotor
(Husain Umar 2000:297).
b. Untuk margin laba bersih (net profit margin) dapat menggunakan
Earning After Interest and Tax Total Assets
Earning After Interest and Tax Equity
Rasio ini menunjukkan berapa besar keuntungan bersih yang dihasilkan untuk
setiap penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin efisien (Husain Umar,
2000:298).
2. Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI
merupakan suatu ukuran efektivitas manajemen dalam mengelola
investasinya. Semakin rendah rasio ini maka semakin kurang baik bagi
perusahaan, demikian pula sebaliknya. Rasio ini digunakan utnuk mengukur
efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rumus yang dapat digunakan
untuk mencari ROI yaitu:
Atau
3. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur tingkat laba
bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi
penggunan modal sendiri. Rumus yang dapat digunakan untuk mencari ROE
yaitu :
Laba saham Biasa Saham biasa yang beredar
4. Laba per Lembar Saham
Laba per lembar saham atau rasio nilai buku merupakan rasio untuk
mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi
pemegang saham. Rumus yang dapat digunakan untuk mencari rasio laba per
lembar saham yaitu:
2.2.10 Hubungan Efisiensi Modal Kerja dengan Profitabilitas
Efisiensi modal kerja multlak diperulkan untuk menjamin kecukupan modal
kerja. Modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan karena
memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara efisien dan menghindarkan
perusahaan dari kesulitan keuangan. Menurut Kasmir (2010:211) dengan
terpenuhinya kebutuhan modal kerja pada perusahaan maka perusahaan akan dapat
memaksimalkan laba.
Jumlah modal kerja yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak
bisa menggunakan dana dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi tidak produktif
dan akan berdampak pada tingkat pengembalian modal perusahaan atau profitabilitas.
Begitu juga sebaliknya kekurangan modal kerja akan menghambat kegiatan
operasional perusahaan sehari-hari sehingga dapat menurunkan tingkat profitabilitas
perusahaan. Menurut Kasmir (2010:213) kekurangan modal kerja menyebabkan
Perusahaan dalam menentukan jumlah modal kerja yang efisien dapat
menggunakan rasio efisiensi yang mewakili elemen-elemen modal kerja yang terdiri
dari kas, piutang, dan persediaan, di mana semua elemen modal kerja tersebut
dihitung perputarannya. Semakin cepat tingkat perputara masing-masing elemen
modal kerja, maka modal kerja dapat dikatakan efisien. Tetapi, jika perputarannya
semakin lambat, maka penggunaan modal kerja dalam perusahaan kurang efisien.
Perputaran pada elemen-elemen modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio
Cash Turnover (perputaran kas), Receivable Turnover (perputaran piutang) dan
Inventory Turnover (perputaran persediaan).
1. Hubungan Cash Turnover (Perputaran Kas) dengan Profitabilitas
Kas merupakan komponen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar.
Menurut H.G Guthman dalam Bambang Riyanto (2013:95) menyatakan bahwa
jumlah kas yang ada dalam perusahaan hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10%
dari jumlah aktiva lancar. Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan jumlah
penjualannya. Perbandingan antara penjualan dengan jumlah rata-rata kas
menggambarkan tingkat perputaran kas (cash turnover).
Cash turnover atau perputaran kas merupakan perbandingan antara penjualan
dengan jumlah rata-rata kas pada perusahaan (Bambang Riyanto, 2013:95).
Perputaran kas menunjukkan berapa kali uang kas berputar dalam satu periode.
Perputaran kas perlu dikelola secara optimal agar dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan. Perputaran kas yang optimal mengindikasikan kebutuhan akan kas dalam
kegiatan operasional perusahaan menjadi sedikit. Semakin cepat rasio perputaran kas
sehingga perusahaan semakin efisien dalam menggunakan kas. Kas yang berputar
dengan cepat dalam satu periode disebabkan oleh tingkat penjualan yang meningkat,
hal ini berarti akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan profitabilitas
perusahaan pun akan semakin baik.
2. Hubungan Receivable Turnover (Perputaran Piutang) dengan
Profitabilitas
Usaha yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperbesar volume
penjualannya adalah dengan menjual produknya secara kredit. Penjualan kredit tidak
segera menghasilkan penerimaan kas tetapi menimbulkan piutang. Piutang
merupakan elemen dari modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Menurut
Raharjaputra (2009:204) Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk
memperkirakan berapa kali dalam satu periode tertentu, jumlah arus kas masuk yang
diperoleh dari piutang.
Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang
diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau
menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah sehinnga dapat
mengurangi biaya modal dan akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas. Menurut
Kasmir (2010:114) semakin tinggi perputaran piutang, maka modal kerja yang
ditanamkan pada putang makin rendah dan kondisi ini pada perusahaan dianggap
baik. Apabila tingkat perputaran piutang rendah berarti membuthukan waktu yang
menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang besar sehingga dapat
menambah biaya modal dan akhirnya dapat mempengarui profitabilitas perusahaan.
3. Hubungan Inventory Turnover (Perputaran Persediaan) dengan
Profitabilitas
Persediaan pada perusahaan perlu dikelola secara optimal agar tidak
menimbulkan kekurangan atau kelebihan, sehingga perusahaan dapat menggunakan
persediaannya secara efisien dalam rangka untuk menigkatkan profitabilitasnya.
Apabila persediaan jumlahnya terlalu kecil maka besar kemungkinan kegiatan operasi
perusahaan mengalami penundaaan atau perusahaan beroperasi pada kapasitas yang
rendah. Sebaliknya, investasi dalam persediaan yang terlalu besar jika dibandingkan
dengan kebutuhan perusahaan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya
penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian
karena kerusakan, turunya kualitas, sehingga semuanya ini akan memperkecil
keuntungan perusahaan, persediaan yang terlalu besar juga mengakibatkan perputaran
persediaan rendah sehingga profitabilitas perusahaan menurun (Sartono, 2012:444).
Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover), menunjukkan berapa kali
persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Inventory turnover
yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaannya
secara efisien. Efisiensi persediaan dapat meminimalisir resiko akibat perubahan
harga dan selera konsumen yang terjadi dan dapat menghemat biaya penyimpanan
2.3 Kerangka Pemikiran
Perusahaan memiliki modal kerja dengan maksud untuk menjaga kegiatan
operasionalnya agar terus berjalan. Modal kerja melibatkan sejumlah besar aset yang
dimiliki perusahaan. Untuk itu, moal kerja membutuhkan penanganan dan perhatian
setiap saat dari manajer keuangan.
E.F Brigham & J.F Houston (2006:131) Modal kerja atau kadang-kadang
disebut juga modal kotor, sebenarnya adalah aktiva lancar yang digunakan dalam
operasi. Modal kerja bersih didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi dengan
kewajiban lancar.
Salah satu konsep dari manajemen modal kerja adalah mngelola modal kerja
tersebut dengan efektif dan efisien. Efisiensi modal kerja sangat penting bagi
perusahaan karena akan menjamin kecukupan modal yang tersedia pada perusahaan.
Efisiensi modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan. Adapun
rasio keuangan yang dipergunakan untuk mengukur efisiensi modal kerja pada
penelitian ini adalah cash turnover, receivable turnover dan inventory turnover.
Efisiensi modal kerja bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan aktiva lancar
guna meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.
Seperti diketahui bahwa salah satu nilai penting dari profitabilitas adlah
memperoleh laba semaksimal mungkin. Profitablilitas perusahaan dapat diukur
Keterangan:
: Pengaruh secara simultan
: Pengaruh secara parsial
adalah Return On Investment. Menurut Kasmir (2010:115), Return On Investment
(ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, cash turnover, receivable turnover dan inventory
turnover mempunyai hubungan yang erat terhadap ROI pada perusahaan. Apabila
penjualan meningkat, maka akan terjadi tambahan dana pada kas, piutang dan
persediaan. Dengan demikian, peningkatan penjualan akan mempengaruhi
profitabilitas dalam hal ini laba perusahaan. Maka pengaruh dari variabel-variabel
tersebut terhadap ROI dapat ditunjukkan dalam kerangka pemikiran teoritis berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.2 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungin salah.
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu pernyataan atau jawaban sementara dari
suatu penelitian dan kebenarannya masih harus dibuktikan terlebih dahulu melalui
hasil penelitian. Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
H1 = Efisiensi modal kerja yang terdiri dari cash turnover, receivable turnover dan inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada
industri makanan dan minuman.
H2 = Cash turnover berpengaruh seignifikan terhadap profitabilitas pada industri
makanan dan minuman.
H3 = Receivable turnover berpengarub signifikan terhadap profitabilitas pada
industri makanan dan minuman.
H4 = Inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap profitablilitas pada
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian penelitian eksplonatori
(eksplonatory). Jenis penelitian ini bermaksud menjelaskan kedudukan
variabel-variabel yang diteliti serta hubungan anatara efisiensi modal kerja dengan
profitabilitas pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3.2 Jenis dan Sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif yaitu suatu data yang dapat diukur dengan angka-angka
yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai 2013 yang berupa
laporan keuangan perusahaan. Sedangkan data kualitatif pada penelitian ini berupa
ringkasan kinerja dan sejarah singkat dari perusahaan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu
data yang diperoleh dari objek penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan
dokumen-dokumen atau laporan-laporan yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti yang meliputi laporan keuangan perusahaan (neraca, laporan laba rugi,
ringkasan kinerja dan sejarah singkat dari perusahaan, yang telah melalui hasil
pengelolaan pihak perusahaan ataupun pihak lain pada industri makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. Data tersebut
diperoleh melalui media internet dengan mengakses website Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id)
3.3 Metode Pengumpulan data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan
mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan pada industri Makanan dan
Minuman dari tahun 2011 sampai tahun 2013 yang dipublikasikan oleh Bursa Efek
Indonesia. Selain itu, pengumpulan data pada penelitian ini juga menggunakan
metode studi kepustakaan yang merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan dan mempelajari buku, artikel, serta literatur lainnya
melalui situs BEI dan karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari objek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah industri makanan dan minuman yang terdaftara di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2011 sampai pada tahun 2013 yang bejumlah 18 (delapan belas)
perusahaan.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Sampel dalam
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Adapun
1. Perusahaan-perusahaan pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2011-2013.
2. Perusahaan pada industri makanan dan minuman yang menerbitkan atau
mengumumkan laporan keuangan tahunan secara lengkap per 31 Desember
dari tahun 2011 sampai tahun 2013.
3. Perusahaan pada industri makanan dan minuman yang memperoleh laba
(ROI) positif dari tahun 2011 sampai tahun 2013.
Berdasarkan kriteria di atas, terdapat 10 (sepuluh) perusahaan yang akan
memenuhi kriteria sampel yaitu :
Tabel 3.1
Sampel Perusahaan pada Industri Makanan dan Minuman
No. Nama Perusahaan Kode
1. PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk AISA 2. PT. Delta Djakarta Tbk DLTA 3. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 4. PT. Mayora Indah Tbk MYOR 5. PT. Tunas Baru Lampung Tbk TBLA 6. PT. Ultrajaya Milk Industri Tbk ULTJ 7. PT. Davomas Abadi Tbk DAVO 8. PT. Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN 9. PT. Akasha Wira Internasional Tbk ADES 10. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI Sumber : www.idx.co.id
3.5 Operasional Variabel
Operasional variabel merupakan suatu cara untuk mengukur konsep dari
saling mempengaruhi dan dipengaruhi, yaitu variabel yang dapat menyebabkan
masalah dan variabel yang situasi dan kondisinya tergantung oleh variabel lain.
Adapun penulis menggunakan beberapa variabel pengujian yang dikelompokkan
menjadi :
1. Variabel independen
Variabel independen atau variabel pengaruh yaitu variabel yang
mempengaruhi variabel lain yang tidak bebas. Variabel bebas adalah variabel
yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain dan merupakan
faktor penyebab yang dapat mempengaruhi variabel tidak bebas (variabel
independen). Dalam hubungannya dengan judul yang telah ditetapkan, yang
menjadi variabel independen (X) adalah :
Variabel Independen : (X1) = Cash Turnover
(X2) = Receivable Turnover
(X3) = Inventory Turnover
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel tergantung merupakan variabel yang
dipengaruhi variabel lain. Dalam kaitannya dengan variabel yang diteliti,
maka yang akan menjadi variabel dependen adalah ROI industri makanan dan
minuman di Bursa Efek Indonesia. Adapun variabel dependen yang terdapat
pada penelitian ini adalah :
Penjualan
Perbandingan antara penjualan dengan jumlah rata-rata kas menggambarkan
tingkat perputaran kas (cash turnover). Cash turnover merupakan kemampuan kas
dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar
dalam satu periode tertentu. Cash turnover dapat dihitung dengan menggunakan
memperkirakan berapa kali dalam satu periode tertentu, jumlah arus kas masuk ke
perusahaan yang diperoleh dari piutang. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan
rumus :
3.6.3 Inventory Turnover
Inventory turnover atau rasio perputaran persediaan merupakan rasio untuk
mengukur berapa kali dana yang ditanamkan pada persediaan ini berputar dalam satu
Laba Bersih Total Aktiva
kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk diinvestasikan di perusahaan. Rasio ini dapat
diukur dengan menggunakan rumus :
3.6.4 Return on Investment
Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return)
atau jumlah aktiva yang digunakan perusahaan. Rasio ini dapat diukur dengan
menggunakan rumus :
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Konsep Indikator
Modal Kerja
Modal kerja terdiri dari modal kerja kotor dan modal kerja bersih. Modal kerja kotor adalah aktiva lancar yang digunakan dalam operasi. Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar.
Efisiensi Modal Kerja (X):
Cash Turnover(X1)
Cash turnover merupakan perbandingan antara penjualan dan jumlah rata-rata kas. Cash turnover digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan kas pada perusahaan yang dilihat dari tingkat
Receivable Turnover merupakan perbandingan antara penjualan kredit (penjualan) dengan jumlah rata-rata piutang. Rasio ini digunakan untuk
Inventory Turnover merupakan perbandinga antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
ROI merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan perusahaan.
nilai maksimum, dan nilai rata-rata dari data tersebut. Pengujian ini dilakukan untuk
mempermudah dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
3.7.2.1 Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Dasar pengambilan keputusan dalam deteksi normalitas (Ghazali 2001:74) dalam
Nurdiana (2011) yaitu :
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
maka model regresi memenui asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi uji normalitas.
3.7.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
bebas multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji
multikolinearitas dapat dilihat dari :
2) Variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,1 atau
nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
multikolinearitas pada data (Ghozali 2001:57 dalam Nurdiana 2011).
3.7.2.3 Uji Heterokedastisitas
Masalah-masalah dalam pengujian model regresi dalam penelitian ini dapat
diatasi dengan
3.7.2.4 Uji Autokorelasi
Normalitas residual data bertujuan menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel
3.7.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Istilah multikolinieritas untuk menunjukan adanya hubungan linear di antara
variabel-variabel bebas
3.7.3.1 Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Salah satu asumsi klasik dalam analisis regresi linear berganda adalah
distribusi pengukurannya.
3.7.3.2 Uji Simultan (Uji-F)
Untuk menjawab permasalahan dan menguji hipotesis dalam penelitian ini
digunakan
Untuk menguji keberartian dari koefisien regresi secara serempak digunakan
Profitabilitas Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur PMA dan
PMDN Yng Terdaftar di BEI periode 2004 – 2008). Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Diunduh melalui
http://eprints.undip.ac.id/18102/pada tanggal 10 November 2014.
Brealey , Myers & Marcus, 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan .
Jilid 2 edisi ke lima. Jakarta:Erlangga.
Brigham, F.E & Houston , F.J, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku 2 edisi
10. Jakarta:Salemba Empat.
Faurani I Santi Singangerda, 2004. Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas dan Rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita Mandalika
Mataram, Nusa Tenggara. Jurnal manajemen keuangan, volume 2 No. 1 ,
2004.
Hilmawati, 2012. Analisis Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Perusahaan pada
Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Tadulako.
Ita Mahfudliyah, 2010. Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap tingkat
Likuiditas Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. STIE Perbanas,
Universitas Maritim Raja li Haji, Tanjung Pinang. Diunduh melalui
http://jurnal.unmrab.ac.id/wpcontent/uploads/2013/08/zulkarnain090462201
175.pdf pada 10 November 2014.
Jumingan, 2011.Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:PT.Bumi Aksara.