BAB II
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI
WILAYAH
2.1 Kondisi Umum
2.1.1 Profil Geografi
Wilayah yang menjadi cakupan dalam studi ini, ialah 7 (tujuh) kecamatan di
Kabupaten Kotawaringin Timur. Secara geografis Kabupaten Kowataringin Timur terletak
di daerah khatulistiwa, yaitu antara 111°0'18" Bujur Timur 113°0'46" Bujur Timur, 0°23'14"
Lintang Selatan, 3°32'54" Lintang Selatan. Lebih lanjut, wilayah Kabupaten Kotawaringin
Timur, secara administratif berada dalam konstelasi wilayah Propinsi Kalimantan Tengah,
dengan batas administrasi:
Sebelah Utara : Propinsi Kalimantan Barat. Sebelah Selatan: : Laut Jawa.
Sebelah Barat : Kabupaten Kotawaringin Barat.
Sebelah Timur : Kabupaten Kapuas dan Kota Palangkaraya.
Secara umum keadaan Topografi Kabupaten Kotawaringin Timur bervariasi dengan kisaran 0 – 60 meter diatas permukaan laut, dimana sebagian besar merupakan dataran rendah yang meliputi bagian selatan sampai bagian tengah memanjang dari timur
ke barat. Sedangkan bagian utara merupakan dataran tinggi yang berbukit yang
didominasi jenis tanah padsonik merah kuning dan beberapa bagian lain berjenis alluvial,
organosal dan lithosol.
Berdasakan kondisi hidrologi Kabupaten Kotawaringin Timur dialiri oleh 1 (satu)
sungai besar yaitu Mentaya yang mengalir dari arah utara ke selatan dan bermuara di laut
Jawa. Sungai Mentaya memiliki panjang kurang lebih 400 km dan dapat dilayari sejauh
kurang lebih 270 km dengan kedalaman rata – rata 6 meter dan lebar rata – rata 400
meter.
Iklim di Kabupaten Kotawaringin Timur pada umumnya termasuk Daerah beriklim
tropis basah (lembab) dengan tipe B (menurut Scmidt dan Ferguson) dengan perincian
kondisi iklim sebagi berikut :
Curah Hujan : 1.934 mm/tahun (jumlah hari hujan 69 HH) Suhu rata – rata/ bulan : 270C – 360C
Kabupaten Kotawaringin Timur dialiri oleh satu sungai besar dan lima buah
cabang sungai yang selama ini hanya dimanfaatkan sebagai prasarana perhubungan dan
sebagian kecil untuk pertanian.
Data wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Kotawaringin Timur yang terdiri dari
15 Kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Luas Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur Tiap Kecamatan
N o
Kecamatan Luas (Km2) % Terhadap Luas Kab.
1 Mentaya Hulu Selatan 318 1,89
2 Teluk Sampit 610 3,63
3 Pulau Hanaut 620 3,69
4 Mentawa Baru 726 4,32
5 Seranau 548 3,26
6 Mentaya Hilir Utara 725 4,32
7 Kota Besi 1.889 11,25
8 Telawang 317 1,89
9 Baamang 639 3,80
10 Cempaga 1.253 7,46
11 Cempaga Hulu 1.183 7,04
12 Parenggean 1.584 9,43
13 Mentaya Hulu 1.766 10,51
14 Bukit Santuai 1.636 9,74
15 Antang Kalang 2.982 17,75
Jumlah dan Rata - Rata 16.796 100,00
Gambar 2.1
2.1.2 Profil Demografi
Berdasarkan hasil Registrasi Penduduk pada akhir tahun 2011 yang dikumpulkan
BPS Kotawaringin Timur, Jumlah penduduk Kotawaringin Timur adalah 397.057 jiwa.
Jumlah ini menunjukkan kenaikan sebesar 0,97% dari tahun sebelumnya tahun 2010
(388.084jiwa). Jumlah keluarga pada tahun 2011 adalah sebesar 103.911 keluarga, yang berarti terdapat rata – rata 4 jiwa dalam satu keluarga.
Tabel 2.2
Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Sex Ratio Menurut Kecamatan
No Kecamatan Rumah
Tangga
Penduduk Jumlah Sex ratio
Laki-laki Perempuan
Tabel 2.3
Kepadatan Penduduk Rata-rata per Desa/Kelurahan dan Per Rumah Tangga Menurut Kecamatan
No Kecamatan Kepadatan Rata-Rata
Desa / Kel. Rumah Tangga
Tabel 2.4
Proyeksi Penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur
No Tahun Proyeksi Penduduk
(Orang)
1. 2012 405.359
2. 2013 414.282
3. 2014 423.403
4. 2015 432.723
5. 2016 442.249
6. 2017 451.985
7. 2018 461.935
8. 2019 472.104
9. 2020 482.497
10. 2021 493.119
11. 2022 503.975
12. 2023 515.069
13. 2024 526.408
14. 2025 539.997
Sumber: Kotawaringin Timur dalam Angka, 2012
Dengan perkembangan penduduk rata-rata 0,97 per tahun bisa diproyeksikan pada
tahun 2015 adalah sebesar 539.997 orang. Jumlah penduduk Kabupaten Kotawaringin
Timur tahun 2011 sekitar 397.057 orang, yang terdiri dari 208.738 orang penduduk
laki-laki atau
52,57 persen dan 188.319 orang penduduk perempuan atau 47,43 persen. Tingkat
kepadatan penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur rata-rata sebanyak 23,64 orang per
kilometer persegi. Kecamatan terpadat penduduknya adalah Kecamatan MB Ketapang
yaitu rata-rata 115,22 orang per kilometer persegi dan yang terjarang penduduknya
adalah di Kecamatan Bukit Santuai yaitu rata-rata 5,21 orang per kilometer persegi.
Jumlah penduduk yang disajikan dalam publikasi ini, dari tahun 2007 sampai tahun 2011.
Komposisi penduduk serta penyebaran yang belum merata dan keberadaan penduduk
Tabel 2.5 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Kabupaten Kotawaringin Timur Dalam Angka, 2012
2.1.2.1. Laju Pertumbuhan Penduduk
Pada tahun 1995 Kabupaten Kotawaringin Timur masih merupakan kabupaten
yang sangat luas. Dengan adanya pemekaran maka Kabupaten Kotawaringin Timur
dibagi menjadi tiga. Pada bagian yang saat ini masuk Kabupaten Kotawaringin Timur
pada waktu itu terdiri dari 10 kecamatan dengan jumlah penduduk 252.604 jiwa. Pada
tahun 2010 meningkat menjadi 15 kecamatan 132 desa dan 12 kelurahan dengan jumlah
penduduk meningkat menjadi 373.842 jiwa
Berdasarkan perubahan besaran jumlah penduduk tersebut, maka dalam rentang
satu dekade penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur telah meningkat dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata pertahunnya sebesar 1,18 %. Kabupaten Kotawaringin Timur
memiliki potensi ekonomi cukup besar, dimana perkembangan penduduk mengalami
pertumbuhan yang sangat positif. Jumlah penduduk tiap kecamatan tahun 2010
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Per Kecamatan
No Kecamatan Jumlah
Penduduk(2010)
1. Teluk Sampit 8.929
2. Mentaya Hilir Selatan 20.803
3. Mentaya Hilir Utara 15.774
4. Pulau Hanaut 15.442
5. Mentawa Baru Ketapang 76.616
6. Baamang 51.430
7. Seranau 9.582
8. Kota Besi 15.011
9. Cempaga 19.119
10. Cempaga Hulu 22.725
11. Parenggean 35.706
12. Mentaya Hulu 28.554
13. Antang Kalang 28.753
14. Bukit Satuai 8.040
15. Telawang 16.863
Jumlah : 373.842
Sumber: Kotawaringin Dalam Angka 2012
2.1.2.2. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data jumlah Penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur dalam
KTDA-BPS tahun 2009/2010, diperoleh informasi struktur penduduk untuk tingkat pendidikan
melalui banyaknya pencari kerja menurut jenis pendidikan dan jenis penempatan. Lebih
Tabel 2.7
Penduduk Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
2010 2011
Bekerja Pengangguran Bekerja Pengangguran
Tidak/Belum Tamat Dipl/Akademi/Univ. 9.955 762 13.780 550
Jumlah 172.240 7.476 187.706 3.987
Sumber: Kotawaringin Timur Dalam Angka, 2012
2.1.2.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan
Mayoritas Penduduk di negara berkembang berada di daerah pedesaan yang
pada umumnya bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian dikenal mempunyai surplus
tenaga kerja yang penting untuk mendukung proses industrialiasasi. Demikian pula halnya
dengan mayoritas penduduk di Kabupaten Kotawaringin Timur, dimana sekitar 71%
penduduknya berada di daerah pedesaan, dengan sektor pertanian masih memberikan
kontribusi yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja, yaitu sebesar 65.020 jiwa
atau 52,54 % dari 123.730 tenaga kerja yang berumur 10 tahun ke atas di wilayah
Kabupaten Kotawaringin Timur. Dominannya sektor pertanian ini selain sebagai lapangan
usaha yang sudah menjadi ciri khas di wilayah pedesaan, juga sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan lahan yang luas mengingat kepadatan penduduk Kabupaten Kotawaringin
Timur rata-rata 183 jiwa/km2.
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu komponen yang mampu
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menyerap tenaga kerja di sektor
pertanian di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur. Selain mampu menyerap tenaga
kerja yang cukup besar sebagai buruh perkebunan, penerapan sistem plasma dan
kebun rakyat memberikan alternatif kepada masyarakat dalam pemanfaatan lahan yang
dikuasai yang pada umumnya masih digunakan untuk tanaman pangan.
Sektor perdagangan merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja
terbesar kedua setelah sektor pertanian yaitu sebesar 17.4 persen dari seluruh tenaga
kerja yang berumur 10 tahun ke atas wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur.
Kota Sampit sebagai ibukota kabupaten sekaligus sebagai jantung perekonomian
Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan sentra dari sektor pedagangan ini.
Timur Khusnya kota Sampit dengan pulau Jawa merupakan pendorong desa dalam
majunya perekonomian khususnya sektor perdagangan.
Pada Tabel 2.8 akan diinformasikan struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian/
tingkat kesejahteraan dengan variabel penduduk usia 10 tahun ke atas menurut lapangan
kerja.
Tabel 2.8
Penduduk Angkatan Kerja Menurut Kelompok Umur dan Kategori
No Kelompok/Umur 2010 2011
Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja
1. 15 – 19 11.702 2.648 14.577 1.399
2. 20 – 24 17.600 2.314 17.992 1.337
3. 25 – 29 26.334 558 32.351 769
4. 30 – 34 30.255 777 30.919 0
5. 35 – 39 22.370 428 27.867 1
6. 40 – 44 22.570 214 20.867 176
7. 45 – 49 11.576 507 16.536 119
8. 50 - 54 15.293 0 12.026 1
9. 55 – 59 7.860 0 6.774 185
10. 60 + 6.860 0 8.259 0
Jumlah 172.240 7.476 187.706 3.987
Sumber: Kotawaringin Timur Dalam Angka 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa, usia produktif dalam bekerja ada pada
usia 30 – 34 tahun. Dan mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebanyak
664 tenaga kerja produktif.
2.1.3 Profil Ekonomi
Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun
2000 laju pertumbuhan ekonomi dari berbagai sektor di Kabupaten Kotawaringin Timur
tahun 2011 adalah Rp.
9.248.558,61
Laju pertumbuhan ini meningkat dibandingkandengan laju pertumbuhan tahun 2010 sebesar Rp. 7.957.595,05 . Persentase kontribusi
sektor-sektor dalam PDRB Kab. Kotim tahun 2009 dan 2011 atas dasar harga konstan
tahun 2000 selama tiga tahun terakhir cukup seimbang. Sektor primer (pertanian)
ekonomi PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 Kabupaten Kotawaringin Timur
tahun 2009-2011 (dalam rupiah) dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut.
Tabel 2.9
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstant tahun 2000
(2009 – 2011)
No Sektor/Subsektor Tahun
2009 2010 2011
1 Pertanian 2.322.344,48 2.778.502,33 3.281.169,32 2 Pertambangan dan
Penggalian
47.380,66 43.024,36 46.879,42
3 Industri Pengolahan 996.473,82 1.164.682,76 1.358.393,45 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 29.672,71 33.751,19 39.193,12 5 Bangunan/Konstruksi 365.374,40 393.652,13 450.190,75 6 Perdagangan, Restoran
9 Jasa-jasa 432.003,52 527.094,91 617.934,62
PDRB 6.839.982,57 7.957.595,05 9.248.558,61
Tabel 2.10
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar harga Konstant 2000 Menurut Lapangan Usaha (dalam jutaan rupiah)
Tahun 2009 - 2011
No Sektor/Subsektor Tahun
2009 2010 2011
1 Pertanian 1.048.414,95 1.139.708,10 1.209.422,38 2 Pertambangan dan Penggalian 27.086,27 20.462,05 20.429,65 3 Industri Pengolahan 413.260,30 454.979,70 496.420,81 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 9.763,08 10.270,84 11.033,45 5 Bangunan/Konstruksi 118.701,46 125.479,31 138.177,82 6 Perdagangan, Restoran dan
Hotel 613.250,94 660.462,88 719.463,52 7 Pengangkutan dan Komunikasi 308.593,20 294.131,01 294.777,55 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Pers 91.082,07 102.586,22 116.931,43
9 Jasa-jasa 169.951,64 182.815,18 195.628,77
PDRB 2.800.103,72 2.990.895,29 3.202.285,37
PDRB perkapita dari tahun 2009 sampai 2011 tumbuh rata-rata sebesar 3,65% per
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 PDRB Per Kapita Kab.
Kotawaringin Timur adalah sebesar Rp. 2.800.103,72 sedangkan pada tahun 2010 adalah
Rp. 2.990.895,29 dan tahun 2011 mencapai Rp. 3.202.285,37.
2.2 KONDISI PRASARAN PU BIDANG CIPTA KARYA
Deskripsi kondisi prasarana bidang PU Cipta Karya pada sub bab ini, sengaja tidak
dijelaskan secara detail. Hal ini karena mengurangi kesan ganda antara penjelasan pada
bab 2 dengan bab 4. Maka dari itu, pada review dokumen RPIJM tahap 1 ini; kondisi
prasarana bidang PU Bidang Cipta Karya akan dijelaskan melalui pendekatan
permasalahan eksisting. Lebih jelasnya, berikut penjabarannya.
2.2.1 Sub Bidang Air Minum
Pemakaian air bersih merupakan kebutuhan pokok yang harus dikonsumsi penduduk
secara rutin guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Baik buruknya pelayanan
air bersih akan sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku air untuk pengolahan
lebih lanjut. Hingga saat ini sumber bahan baku air yang tersedia untuk diolah dan
dijadikan air bersih, umumnya diambil dari sumber bahan baku air sungai. Penduduk
yang menggunakan sarana air bersih yang disediakan PDAM masih relatif kecil, karena
penduduk (terutama yang berada di tepian sungai) telah menjadikan air sungai tersebut
sebagai sarana keperluan air minum ataupun mandi, cuci, dan kakus (MCK) secara
langsung yang belum tentu terjamin kesehatannya.
Pelayanan air bersih dari PDAM di Kabupaten Kotawaringin Timur, saat ini
persebarannya relatif merata di kecamatan; akan tetapi hanya terpusat kepada kota-kota
kecamatan dan beberapa desa yang dekat dengan ibukota kecamatan. Secara rinci
permasalahan air bersih tersebut, adalah sebagai berikut:
Cakupan pelayanan air bersih yang diselenggarakan oleh PDAM saat ini
secara nasional baru mencapai 39% penduduk perkotaan, dan 8% penduduk
pedesaan. Suatu perbedaan yang sangat jauh dibandingkan target nasional
80% penduduk perkotaan dan 60% penduduk pedesaan terlayani air bersih. Masyarakat lainnya (yang belum terlayani) memperoleh air bersih dari mata
air, sumur dalam, sumur dangkal, penampungan air hujan dan penjaja air
yang tidak terjamin kualitasnya.
Kondisi di Kabupaten Kotawaringin Timur dapat dilihat pada bab IV-D Rencana
Program Investasi Infrastruktur Bidang Penyediaan Air Minum.
2.2.2 Sub Bidang Sampah
Permasalahan yang muncul dalam konteks persampahan, meliputi:
Kurangnya kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya/TPS
yang telah disediakan oleh Pemerintah.
Masih banyak masyarakat yang membuang sampah di luar TPS dan saluran
drainase serta di bantaran sungai.
Penanganan persampahan masih terpusat pada skala perkotaan, meliputi:
Kota Sampit (Kecamatan Baamang dan MB/Ketapang), Ibukota Kecamatan
Mentaya Hilir Utara (Bagendang), dan desa sekitarnya, serta Ibukota
Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (Samuda) dan desa sekitarnya.
2.2.3 Sub Bidang Air Limbah
Terkait dengan permasalahan kesehatan, derajat kesehatan masyarakat belum terdata
secara khusus, terkait dengan pengaruh limbah yang kemungkinan terkonsumsi
masyarakat; seperti limbah yang masuk ke sumber air bersih supply PDAM (Sungai
Mentaya).
Secara umum, limbah yang dihasilkan belum masuk pada kategori skala besar,
karena hanya berupa limbah domestik rumah tangga yang masuk ke saluran drainase.
Pernyataan tidak berskala besar ini pada dasarnya bersifat kualitatif, karena belum ada
keluhan yang signifikan dari masyarakat terkait pengaruh limbah yang mengalir ke saluran
drainase pada derajat kesehatan keluarga.
2.2.4 Sub Bidang Drainase
Peranan drainase di Kabupaten Kotawaringin Timur, khususnya Kota Sampit saat
ini sangat-lah penting. Di mana hal ini terkait dengan meningkatnya pertumbuhan
permukiman berbanding dengan berkurangnya kawasan resapan untuk menampung air
hujan. Kondisi ini berpengaruh pada terjadinya genangan di beberapa tempat. Lebih
jelasnya, berikut permasalahan dalam konteks drainase:
Kondisi topografi Kota Sampit terletak pada dataran rendah dimana elevasi
permukaan tanah Kota Sampit hampir sama dengan evelasi permukaan air
Kota Sampit berada di tepian Sungai Mentaya dimana aliran air dari daratan
(bagian barat) akan melintasi Kota Sampit sebelum masuk Sungai Mantaya. Kondisi saluran Primer lingkar kota yang diharapkan mampu menampung air
dari arah barat agar tidak masuk kota, tidak berfungsi dengan baik
dikarenakan adanya pendangkalan, penyempitan penampung, dan adanya
bangunan-bangunan penduduk di aliran sungai.
Kurang lancarnya aliran air/ lambatnya aliran primer, dalam hal ini Sungai
Mentaya dan Sungai Pemuatan, karena di hilir; saluran terhambat tiang-tiang
rumah penduduk yang berada di bantaran saluran tersebut.
Sebagian saluran sungai Baamang terjadi pendangkalan/ longsor yang
ditumbuhi rumput sehingga menghambat aliran air.
Sebagian saluran sekunder dalam kota terjadi pendangkalan endapan lumpur
tanah dan sampah yang menyumbat saluran.
2.2.5 Sub Bidang Tata Bangunan Lingkungan
Tata bangunan dan lingkungan di Kabupaten Kotawaringin Timur, secara umum
mengikuti kondisi eksisting kultur sosial masyarakat. Pada sekitar kawasan sungai di
daerah perkotaan, tata bangunan terkesan rapat karena dominansi permukiman untuk
perdagangan dan jasa, adapun untuk kawasan yang relatif jauh dari sungai, kondisi
eksisting bersifat campuran dengan berbagai fungsi peruntukan. Tata bangunan dan
lingkungan yang tampak menunjukkan kecenderungan pengurangan kesan visual yang
nyaman, karena pengaruh kerapatan bangunan, ketinggian, serta drainase yang kurang
berfungsi optimal untuk mengalirkan air limpasan maupun aliran limbah domestik.
Lebih jelasnya permasalahan dalam bidang Tata Bangunan dan Lingkungan, meliputi:
Permasalahan Tata Bangunan
Kurang diperhatikannya sarana lingkungan hijau/ terbuka, sarana olah raga, hidran kebakaran, sarana perdagangan serta kurang ditegakannya aturan
keselamatan bangunan.
Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengurus IMB.
Belum optimalnya penegakan hukum terhadap bangunan yang tidak sesuai
dengan peruntukan dan merubah fungsi.
Belum adanya Perda yang mengatur masalah bangunan gedung.
Permasalahan Tata Lingkungan
b. Peran serta masyarakat dalam penanganan prasarana lingkungan masih
rendah.
2.2.6 Sub Pengembangan Permukiman
Kondisi pemukiman di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur ditinjau dari pola
pembentukannya pada umumnya membentuk pola linier. Bentuk pola linier ini
diperlihatkan oleh suatu pemukiman yang berkelompok dengan pola perkembangannya
membentuk dan memanjang sepanjang tepian jalur-jalur aliran sungai dan jaringan jalan
yang ada.
Pembentukan pola pemukiman ini sangat dimaklumi mengingat kondisi fisik di
Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan daerah yang banyak dilalui sungai, terlebih
keberadaan sungai ini dijadikan urat nadi lalu lintas kegiatan sosial ekonomi
penduduknya. Adapun bentuk pola permukiman seperti ini dapat dilihat memanjang pada
setiap kecamatan-kecamatan yang dilaluinya, misalnya sepanjang Sungai Mentaya dan
beberapa sungai kecil lainnya.
Disamping itu terdapat suatu bentuk pola permukiman yang teratur, yaitu pola
pemukiman yang diperlihatkan oleh pemukiman-pemukiman di kawasan Perumnas dan
kepemilikan swasta. maupun kawasan yang tumbuh karena pengaruh perdagangan yang
saat ini menjalar tidak hanya di sepanjang aliran sungai, tetapi juga daerah atas.
Berdasarkan hasil kajian dalam Dokumen Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (Tahap 1: Penyusunan Data dan
Konsepsi) Kabupaten Kotawaringin Timur, diperoleh kondisi perumahan dan permukiman
di Kabupaten Kotawaringin Timur.
Kondisi perumahan dan permukiman di Kabupaten Kotawaringin Timur,
memberikan kesan yang beragam; dimana kondisi visual seringkali memberikan
kesimpulan yang sesat tentang perbandingan kondisi perumahan/permukiman dengan
kondisi ekonomi masyarakat yang menempatinya. Artinya, penerapan metode
pengklasifikasian kondisi dengan sudut pandang fisik akan memberikan penyesatan
terhadap kondisi yang sebenarnya. Kondisi fisik bangunan (atap rumbia, seng, dinding
papan, lantai papan) maupun luasan lahan tidak memberikan jaminan akan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Begitu pula dengan kelengkapan secara fungsional; dimana
fungsi rumah juga akan memberikan penyesatan akan kondisi yang sebenarnya. Fakta
memperlihatkan kultur masyarakat yang selalu berpindah masih terjadi (nomaden). Disisi
lain, rumah yang ada bukan merupakan rumah tinggal tetapi hanya sementara, dan
dialokasikan di daerah tersebut, tetapi keluar daerah. Lebih lanjut, tingkat kesejahteraan
mereka dilihat dari kepemilikan lahan akan sangat bertentangan, di mana masyarakat
yang bertempat tinggal di kawasan perumahan dan permukiman tepian sungai dan
kawasan yang berkarakter kumuh tetapi mempunyai nilai aset yang cukup tinggi. Disisi
lain, juga mempunyai kepemilihan lahan di daratan dengan luasan yang cukup besar