• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH - DOCRPIJM 151bd41e4a BAB IIBAB 2 Gambaran Umum dan Kondisi Wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH - DOCRPIJM 151bd41e4a BAB IIBAB 2 Gambaran Umum dan Kondisi Wilayah"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI

WILAYAH

2.1 Kondisi Umum

2.1.1 Profil Geografi

Wilayah yang menjadi cakupan dalam studi ini, ialah 7 (tujuh) kecamatan di

Kabupaten Kotawaringin Timur. Secara geografis Kabupaten Kowataringin Timur terletak

di daerah khatulistiwa, yaitu antara 111°0'18" Bujur Timur 113°0'46" Bujur Timur, 0°23'14"

Lintang Selatan, 3°32'54" Lintang Selatan. Lebih lanjut, wilayah Kabupaten Kotawaringin

Timur, secara administratif berada dalam konstelasi wilayah Propinsi Kalimantan Tengah,

dengan batas administrasi:

 Sebelah Utara : Propinsi Kalimantan Barat.  Sebelah Selatan: : Laut Jawa.

 Sebelah Barat : Kabupaten Kotawaringin Barat.

 Sebelah Timur : Kabupaten Kapuas dan Kota Palangkaraya.

Secara umum keadaan Topografi Kabupaten Kotawaringin Timur bervariasi dengan kisaran 0 – 60 meter diatas permukaan laut, dimana sebagian besar merupakan dataran rendah yang meliputi bagian selatan sampai bagian tengah memanjang dari timur

ke barat. Sedangkan bagian utara merupakan dataran tinggi yang berbukit yang

didominasi jenis tanah padsonik merah kuning dan beberapa bagian lain berjenis alluvial,

organosal dan lithosol.

Berdasakan kondisi hidrologi Kabupaten Kotawaringin Timur dialiri oleh 1 (satu)

sungai besar yaitu Mentaya yang mengalir dari arah utara ke selatan dan bermuara di laut

Jawa. Sungai Mentaya memiliki panjang kurang lebih 400 km dan dapat dilayari sejauh

kurang lebih 270 km dengan kedalaman rata – rata 6 meter dan lebar rata – rata 400

meter.

Iklim di Kabupaten Kotawaringin Timur pada umumnya termasuk Daerah beriklim

tropis basah (lembab) dengan tipe B (menurut Scmidt dan Ferguson) dengan perincian

kondisi iklim sebagi berikut :

 Curah Hujan : 1.934 mm/tahun (jumlah hari hujan 69 HH)  Suhu rata – rata/ bulan : 270C – 360C

(2)

Kabupaten Kotawaringin Timur dialiri oleh satu sungai besar dan lima buah

cabang sungai yang selama ini hanya dimanfaatkan sebagai prasarana perhubungan dan

sebagian kecil untuk pertanian.

Data wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Kotawaringin Timur yang terdiri dari

15 Kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur Tiap Kecamatan

N o

Kecamatan Luas (Km2) % Terhadap Luas Kab.

1 Mentaya Hulu Selatan 318 1,89

2 Teluk Sampit 610 3,63

3 Pulau Hanaut 620 3,69

4 Mentawa Baru 726 4,32

5 Seranau 548 3,26

6 Mentaya Hilir Utara 725 4,32

7 Kota Besi 1.889 11,25

8 Telawang 317 1,89

9 Baamang 639 3,80

10 Cempaga 1.253 7,46

11 Cempaga Hulu 1.183 7,04

12 Parenggean 1.584 9,43

13 Mentaya Hulu 1.766 10,51

14 Bukit Santuai 1.636 9,74

15 Antang Kalang 2.982 17,75

Jumlah dan Rata - Rata 16.796 100,00

(3)

Gambar 2.1

(4)

2.1.2 Profil Demografi

Berdasarkan hasil Registrasi Penduduk pada akhir tahun 2011 yang dikumpulkan

BPS Kotawaringin Timur, Jumlah penduduk Kotawaringin Timur adalah 397.057 jiwa.

Jumlah ini menunjukkan kenaikan sebesar 0,97% dari tahun sebelumnya tahun 2010

(388.084jiwa). Jumlah keluarga pada tahun 2011 adalah sebesar 103.911 keluarga, yang berarti terdapat rata – rata 4 jiwa dalam satu keluarga.

Tabel 2.2

Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Sex Ratio Menurut Kecamatan

No Kecamatan Rumah

Tangga

Penduduk Jumlah Sex ratio

Laki-laki Perempuan

(5)

Tabel 2.3

Kepadatan Penduduk Rata-rata per Desa/Kelurahan dan Per Rumah Tangga Menurut Kecamatan

No Kecamatan Kepadatan Rata-Rata

Desa / Kel. Rumah Tangga

(6)

Tabel 2.4

Proyeksi Penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur

No Tahun Proyeksi Penduduk

(Orang)

1. 2012 405.359

2. 2013 414.282

3. 2014 423.403

4. 2015 432.723

5. 2016 442.249

6. 2017 451.985

7. 2018 461.935

8. 2019 472.104

9. 2020 482.497

10. 2021 493.119

11. 2022 503.975

12. 2023 515.069

13. 2024 526.408

14. 2025 539.997

Sumber: Kotawaringin Timur dalam Angka, 2012

Dengan perkembangan penduduk rata-rata 0,97 per tahun bisa diproyeksikan pada

tahun 2015 adalah sebesar 539.997 orang. Jumlah penduduk Kabupaten Kotawaringin

Timur tahun 2011 sekitar 397.057 orang, yang terdiri dari 208.738 orang penduduk

laki-laki atau

52,57 persen dan 188.319 orang penduduk perempuan atau 47,43 persen. Tingkat

kepadatan penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur rata-rata sebanyak 23,64 orang per

kilometer persegi. Kecamatan terpadat penduduknya adalah Kecamatan MB Ketapang

yaitu rata-rata 115,22 orang per kilometer persegi dan yang terjarang penduduknya

adalah di Kecamatan Bukit Santuai yaitu rata-rata 5,21 orang per kilometer persegi.

Jumlah penduduk yang disajikan dalam publikasi ini, dari tahun 2007 sampai tahun 2011.

Komposisi penduduk serta penyebaran yang belum merata dan keberadaan penduduk

(7)

Tabel 2.5 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Kabupaten Kotawaringin Timur Dalam Angka, 2012

2.1.2.1. Laju Pertumbuhan Penduduk

Pada tahun 1995 Kabupaten Kotawaringin Timur masih merupakan kabupaten

yang sangat luas. Dengan adanya pemekaran maka Kabupaten Kotawaringin Timur

dibagi menjadi tiga. Pada bagian yang saat ini masuk Kabupaten Kotawaringin Timur

pada waktu itu terdiri dari 10 kecamatan dengan jumlah penduduk 252.604 jiwa. Pada

tahun 2010 meningkat menjadi 15 kecamatan 132 desa dan 12 kelurahan dengan jumlah

penduduk meningkat menjadi 373.842 jiwa

Berdasarkan perubahan besaran jumlah penduduk tersebut, maka dalam rentang

satu dekade penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur telah meningkat dengan tingkat

pertumbuhan rata-rata pertahunnya sebesar 1,18 %. Kabupaten Kotawaringin Timur

memiliki potensi ekonomi cukup besar, dimana perkembangan penduduk mengalami

pertumbuhan yang sangat positif. Jumlah penduduk tiap kecamatan tahun 2010

(8)

Tabel 2.6

Jumlah Penduduk Per Kecamatan

No Kecamatan Jumlah

Penduduk(2010)

1. Teluk Sampit 8.929

2. Mentaya Hilir Selatan 20.803

3. Mentaya Hilir Utara 15.774

4. Pulau Hanaut 15.442

5. Mentawa Baru Ketapang 76.616

6. Baamang 51.430

7. Seranau 9.582

8. Kota Besi 15.011

9. Cempaga 19.119

10. Cempaga Hulu 22.725

11. Parenggean 35.706

12. Mentaya Hulu 28.554

13. Antang Kalang 28.753

14. Bukit Satuai 8.040

15. Telawang 16.863

Jumlah : 373.842

Sumber: Kotawaringin Dalam Angka 2012

2.1.2.2. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data jumlah Penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur dalam

KTDA-BPS tahun 2009/2010, diperoleh informasi struktur penduduk untuk tingkat pendidikan

melalui banyaknya pencari kerja menurut jenis pendidikan dan jenis penempatan. Lebih

(9)

Tabel 2.7

Penduduk Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

2010 2011

Bekerja Pengangguran Bekerja Pengangguran

Tidak/Belum Tamat Dipl/Akademi/Univ. 9.955 762 13.780 550

Jumlah 172.240 7.476 187.706 3.987

Sumber: Kotawaringin Timur Dalam Angka, 2012

2.1.2.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan

Mayoritas Penduduk di negara berkembang berada di daerah pedesaan yang

pada umumnya bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian dikenal mempunyai surplus

tenaga kerja yang penting untuk mendukung proses industrialiasasi. Demikian pula halnya

dengan mayoritas penduduk di Kabupaten Kotawaringin Timur, dimana sekitar 71%

penduduknya berada di daerah pedesaan, dengan sektor pertanian masih memberikan

kontribusi yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja, yaitu sebesar 65.020 jiwa

atau 52,54 % dari 123.730 tenaga kerja yang berumur 10 tahun ke atas di wilayah

Kabupaten Kotawaringin Timur. Dominannya sektor pertanian ini selain sebagai lapangan

usaha yang sudah menjadi ciri khas di wilayah pedesaan, juga sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan lahan yang luas mengingat kepadatan penduduk Kabupaten Kotawaringin

Timur rata-rata 183 jiwa/km2.

Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu komponen yang mampu

memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menyerap tenaga kerja di sektor

pertanian di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur. Selain mampu menyerap tenaga

kerja yang cukup besar sebagai buruh perkebunan, penerapan sistem plasma dan

kebun rakyat memberikan alternatif kepada masyarakat dalam pemanfaatan lahan yang

dikuasai yang pada umumnya masih digunakan untuk tanaman pangan.

Sektor perdagangan merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja

terbesar kedua setelah sektor pertanian yaitu sebesar 17.4 persen dari seluruh tenaga

kerja yang berumur 10 tahun ke atas wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur.

Kota Sampit sebagai ibukota kabupaten sekaligus sebagai jantung perekonomian

Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan sentra dari sektor pedagangan ini.

(10)

Timur Khusnya kota Sampit dengan pulau Jawa merupakan pendorong desa dalam

majunya perekonomian khususnya sektor perdagangan.

Pada Tabel 2.8 akan diinformasikan struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian/

tingkat kesejahteraan dengan variabel penduduk usia 10 tahun ke atas menurut lapangan

kerja.

Tabel 2.8

Penduduk Angkatan Kerja Menurut Kelompok Umur dan Kategori

No Kelompok/Umur 2010 2011

Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja

1. 15 – 19 11.702 2.648 14.577 1.399

2. 20 – 24 17.600 2.314 17.992 1.337

3. 25 – 29 26.334 558 32.351 769

4. 30 – 34 30.255 777 30.919 0

5. 35 – 39 22.370 428 27.867 1

6. 40 – 44 22.570 214 20.867 176

7. 45 – 49 11.576 507 16.536 119

8. 50 - 54 15.293 0 12.026 1

9. 55 – 59 7.860 0 6.774 185

10. 60 + 6.860 0 8.259 0

Jumlah 172.240 7.476 187.706 3.987

Sumber: Kotawaringin Timur Dalam Angka 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa, usia produktif dalam bekerja ada pada

usia 30 – 34 tahun. Dan mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebanyak

664 tenaga kerja produktif.

2.1.3 Profil Ekonomi

Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun

2000 laju pertumbuhan ekonomi dari berbagai sektor di Kabupaten Kotawaringin Timur

tahun 2011 adalah Rp.

9.248.558,61

Laju pertumbuhan ini meningkat dibandingkan

dengan laju pertumbuhan tahun 2010 sebesar Rp. 7.957.595,05 . Persentase kontribusi

sektor-sektor dalam PDRB Kab. Kotim tahun 2009 dan 2011 atas dasar harga konstan

tahun 2000 selama tiga tahun terakhir cukup seimbang. Sektor primer (pertanian)

(11)

ekonomi PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 Kabupaten Kotawaringin Timur

tahun 2009-2011 (dalam rupiah) dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut.

Tabel 2.9

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstant tahun 2000

(2009 – 2011)

No Sektor/Subsektor Tahun

2009 2010 2011

1 Pertanian 2.322.344,48 2.778.502,33 3.281.169,32 2 Pertambangan dan

Penggalian

47.380,66 43.024,36 46.879,42

3 Industri Pengolahan 996.473,82 1.164.682,76 1.358.393,45 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 29.672,71 33.751,19 39.193,12 5 Bangunan/Konstruksi 365.374,40 393.652,13 450.190,75 6 Perdagangan, Restoran

9 Jasa-jasa 432.003,52 527.094,91 617.934,62

PDRB 6.839.982,57 7.957.595,05 9.248.558,61

Tabel 2.10

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar harga Konstant 2000 Menurut Lapangan Usaha (dalam jutaan rupiah)

Tahun 2009 - 2011

No Sektor/Subsektor Tahun

2009 2010 2011

1 Pertanian 1.048.414,95 1.139.708,10 1.209.422,38 2 Pertambangan dan Penggalian 27.086,27 20.462,05 20.429,65 3 Industri Pengolahan 413.260,30 454.979,70 496.420,81 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 9.763,08 10.270,84 11.033,45 5 Bangunan/Konstruksi 118.701,46 125.479,31 138.177,82 6 Perdagangan, Restoran dan

Hotel 613.250,94 660.462,88 719.463,52 7 Pengangkutan dan Komunikasi 308.593,20 294.131,01 294.777,55 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Pers 91.082,07 102.586,22 116.931,43

9 Jasa-jasa 169.951,64 182.815,18 195.628,77

PDRB 2.800.103,72 2.990.895,29 3.202.285,37

PDRB perkapita dari tahun 2009 sampai 2011 tumbuh rata-rata sebesar 3,65% per

(12)

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 PDRB Per Kapita Kab.

Kotawaringin Timur adalah sebesar Rp. 2.800.103,72 sedangkan pada tahun 2010 adalah

Rp. 2.990.895,29 dan tahun 2011 mencapai Rp. 3.202.285,37.

2.2 KONDISI PRASARAN PU BIDANG CIPTA KARYA

Deskripsi kondisi prasarana bidang PU Cipta Karya pada sub bab ini, sengaja tidak

dijelaskan secara detail. Hal ini karena mengurangi kesan ganda antara penjelasan pada

bab 2 dengan bab 4. Maka dari itu, pada review dokumen RPIJM tahap 1 ini; kondisi

prasarana bidang PU Bidang Cipta Karya akan dijelaskan melalui pendekatan

permasalahan eksisting. Lebih jelasnya, berikut penjabarannya.

2.2.1 Sub Bidang Air Minum

Pemakaian air bersih merupakan kebutuhan pokok yang harus dikonsumsi penduduk

secara rutin guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Baik buruknya pelayanan

air bersih akan sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku air untuk pengolahan

lebih lanjut. Hingga saat ini sumber bahan baku air yang tersedia untuk diolah dan

dijadikan air bersih, umumnya diambil dari sumber bahan baku air sungai. Penduduk

yang menggunakan sarana air bersih yang disediakan PDAM masih relatif kecil, karena

penduduk (terutama yang berada di tepian sungai) telah menjadikan air sungai tersebut

sebagai sarana keperluan air minum ataupun mandi, cuci, dan kakus (MCK) secara

langsung yang belum tentu terjamin kesehatannya.

Pelayanan air bersih dari PDAM di Kabupaten Kotawaringin Timur, saat ini

persebarannya relatif merata di kecamatan; akan tetapi hanya terpusat kepada kota-kota

kecamatan dan beberapa desa yang dekat dengan ibukota kecamatan. Secara rinci

permasalahan air bersih tersebut, adalah sebagai berikut:

 Cakupan pelayanan air bersih yang diselenggarakan oleh PDAM saat ini

secara nasional baru mencapai 39% penduduk perkotaan, dan 8% penduduk

pedesaan. Suatu perbedaan yang sangat jauh dibandingkan target nasional

80% penduduk perkotaan dan 60% penduduk pedesaan terlayani air bersih.  Masyarakat lainnya (yang belum terlayani) memperoleh air bersih dari mata

air, sumur dalam, sumur dangkal, penampungan air hujan dan penjaja air

yang tidak terjamin kualitasnya.

(13)

Kondisi di Kabupaten Kotawaringin Timur dapat dilihat pada bab IV-D Rencana

Program Investasi Infrastruktur Bidang Penyediaan Air Minum.

2.2.2 Sub Bidang Sampah

Permasalahan yang muncul dalam konteks persampahan, meliputi:

 Kurangnya kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya/TPS

yang telah disediakan oleh Pemerintah.

 Masih banyak masyarakat yang membuang sampah di luar TPS dan saluran

drainase serta di bantaran sungai.

 Penanganan persampahan masih terpusat pada skala perkotaan, meliputi:

Kota Sampit (Kecamatan Baamang dan MB/Ketapang), Ibukota Kecamatan

Mentaya Hilir Utara (Bagendang), dan desa sekitarnya, serta Ibukota

Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (Samuda) dan desa sekitarnya.

2.2.3 Sub Bidang Air Limbah

Terkait dengan permasalahan kesehatan, derajat kesehatan masyarakat belum terdata

secara khusus, terkait dengan pengaruh limbah yang kemungkinan terkonsumsi

masyarakat; seperti limbah yang masuk ke sumber air bersih supply PDAM (Sungai

Mentaya).

Secara umum, limbah yang dihasilkan belum masuk pada kategori skala besar,

karena hanya berupa limbah domestik rumah tangga yang masuk ke saluran drainase.

Pernyataan tidak berskala besar ini pada dasarnya bersifat kualitatif, karena belum ada

keluhan yang signifikan dari masyarakat terkait pengaruh limbah yang mengalir ke saluran

drainase pada derajat kesehatan keluarga.

2.2.4 Sub Bidang Drainase

Peranan drainase di Kabupaten Kotawaringin Timur, khususnya Kota Sampit saat

ini sangat-lah penting. Di mana hal ini terkait dengan meningkatnya pertumbuhan

permukiman berbanding dengan berkurangnya kawasan resapan untuk menampung air

hujan. Kondisi ini berpengaruh pada terjadinya genangan di beberapa tempat. Lebih

jelasnya, berikut permasalahan dalam konteks drainase:

 Kondisi topografi Kota Sampit terletak pada dataran rendah dimana elevasi

permukaan tanah Kota Sampit hampir sama dengan evelasi permukaan air

(14)

 Kota Sampit berada di tepian Sungai Mentaya dimana aliran air dari daratan

(bagian barat) akan melintasi Kota Sampit sebelum masuk Sungai Mantaya.  Kondisi saluran Primer lingkar kota yang diharapkan mampu menampung air

dari arah barat agar tidak masuk kota, tidak berfungsi dengan baik

dikarenakan adanya pendangkalan, penyempitan penampung, dan adanya

bangunan-bangunan penduduk di aliran sungai.

 Kurang lancarnya aliran air/ lambatnya aliran primer, dalam hal ini Sungai

Mentaya dan Sungai Pemuatan, karena di hilir; saluran terhambat tiang-tiang

rumah penduduk yang berada di bantaran saluran tersebut.

 Sebagian saluran sungai Baamang terjadi pendangkalan/ longsor yang

ditumbuhi rumput sehingga menghambat aliran air.

 Sebagian saluran sekunder dalam kota terjadi pendangkalan endapan lumpur

tanah dan sampah yang menyumbat saluran.

2.2.5 Sub Bidang Tata Bangunan Lingkungan

Tata bangunan dan lingkungan di Kabupaten Kotawaringin Timur, secara umum

mengikuti kondisi eksisting kultur sosial masyarakat. Pada sekitar kawasan sungai di

daerah perkotaan, tata bangunan terkesan rapat karena dominansi permukiman untuk

perdagangan dan jasa, adapun untuk kawasan yang relatif jauh dari sungai, kondisi

eksisting bersifat campuran dengan berbagai fungsi peruntukan. Tata bangunan dan

lingkungan yang tampak menunjukkan kecenderungan pengurangan kesan visual yang

nyaman, karena pengaruh kerapatan bangunan, ketinggian, serta drainase yang kurang

berfungsi optimal untuk mengalirkan air limpasan maupun aliran limbah domestik.

Lebih jelasnya permasalahan dalam bidang Tata Bangunan dan Lingkungan, meliputi:

Permasalahan Tata Bangunan

 Kurang diperhatikannya sarana lingkungan hijau/ terbuka, sarana olah raga, hidran kebakaran, sarana perdagangan serta kurang ditegakannya aturan

keselamatan bangunan.

 Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengurus IMB.

 Belum optimalnya penegakan hukum terhadap bangunan yang tidak sesuai

dengan peruntukan dan merubah fungsi.

 Belum adanya Perda yang mengatur masalah bangunan gedung.

Permasalahan Tata Lingkungan

(15)

b. Peran serta masyarakat dalam penanganan prasarana lingkungan masih

rendah.

2.2.6 Sub Pengembangan Permukiman

Kondisi pemukiman di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur ditinjau dari pola

pembentukannya pada umumnya membentuk pola linier. Bentuk pola linier ini

diperlihatkan oleh suatu pemukiman yang berkelompok dengan pola perkembangannya

membentuk dan memanjang sepanjang tepian jalur-jalur aliran sungai dan jaringan jalan

yang ada.

Pembentukan pola pemukiman ini sangat dimaklumi mengingat kondisi fisik di

Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan daerah yang banyak dilalui sungai, terlebih

keberadaan sungai ini dijadikan urat nadi lalu lintas kegiatan sosial ekonomi

penduduknya. Adapun bentuk pola permukiman seperti ini dapat dilihat memanjang pada

setiap kecamatan-kecamatan yang dilaluinya, misalnya sepanjang Sungai Mentaya dan

beberapa sungai kecil lainnya.

Disamping itu terdapat suatu bentuk pola permukiman yang teratur, yaitu pola

pemukiman yang diperlihatkan oleh pemukiman-pemukiman di kawasan Perumnas dan

kepemilikan swasta. maupun kawasan yang tumbuh karena pengaruh perdagangan yang

saat ini menjalar tidak hanya di sepanjang aliran sungai, tetapi juga daerah atas.

Berdasarkan hasil kajian dalam Dokumen Rencana Pembangunan dan

Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (Tahap 1: Penyusunan Data dan

Konsepsi) Kabupaten Kotawaringin Timur, diperoleh kondisi perumahan dan permukiman

di Kabupaten Kotawaringin Timur.

Kondisi perumahan dan permukiman di Kabupaten Kotawaringin Timur,

memberikan kesan yang beragam; dimana kondisi visual seringkali memberikan

kesimpulan yang sesat tentang perbandingan kondisi perumahan/permukiman dengan

kondisi ekonomi masyarakat yang menempatinya. Artinya, penerapan metode

pengklasifikasian kondisi dengan sudut pandang fisik akan memberikan penyesatan

terhadap kondisi yang sebenarnya. Kondisi fisik bangunan (atap rumbia, seng, dinding

papan, lantai papan) maupun luasan lahan tidak memberikan jaminan akan tingkat

kesejahteraan masyarakat. Begitu pula dengan kelengkapan secara fungsional; dimana

fungsi rumah juga akan memberikan penyesatan akan kondisi yang sebenarnya. Fakta

memperlihatkan kultur masyarakat yang selalu berpindah masih terjadi (nomaden). Disisi

lain, rumah yang ada bukan merupakan rumah tinggal tetapi hanya sementara, dan

(16)

dialokasikan di daerah tersebut, tetapi keluar daerah. Lebih lanjut, tingkat kesejahteraan

mereka dilihat dari kepemilikan lahan akan sangat bertentangan, di mana masyarakat

yang bertempat tinggal di kawasan perumahan dan permukiman tepian sungai dan

kawasan yang berkarakter kumuh tetapi mempunyai nilai aset yang cukup tinggi. Disisi

lain, juga mempunyai kepemilihan lahan di daratan dengan luasan yang cukup besar

Gambar

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur Tiap Kecamatan
Gambar 2.1 Peta Kotawaringin Timur
Tabel 2.2
Tabel 2.3 Kepadatan Penduduk Rata-rata per Desa/Kelurahan dan Per Rumah Tangga
+7

Referensi

Dokumen terkait

penduduk Kabupaten Minahasa Selatan tersebar pada bentang wilayah dengan kepadatan yang.. cukup rendah dan sebagian besar terkonsentrasi di ibukota

Koridor III secara geostrategis menjadi gerbang lalu lintas utama menuju dari dan ke arah utara pusat ibukota Kabupaten Tanah Datar (Kota Batusangkar) dengan

Berdasarkan data DISDUKCAPIL Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013, penduduk Kabupaten Aceh Jaya berjumlah 84.928 jiwa yang terdiri dari 43.723 jiwa laki-laki dan 41.205 jiwa

Secara geografis dari bagian utara, selatan, timur dan barat Kota Tomohon.. dikelilingi atau berbatasan dengan Kabupaten Minahasa.Secara umum

Sedangkan dari segi kedalaman tanah, maka dominasi efektif tanah kurang dari 30 cm yang tercatat seluas 28.171,46 Ha atau sekitar 40,90 % dari luas wilayah Kabupaten

pulau ini pada umumnya adalah daerah bergelombang yang terdiri dari batu gamping.. koral setinggi

Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup baik dan menjanjikan untuk dikembangkan

Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam 27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur,