• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 247e917440 BAB IIBab 2 Kondisi Umum Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 247e917440 BAB IIBab 2 Kondisi Umum Daerah"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

BAB - 2

KONDISI UMUM DAERAH

2.1

KONDISI UMUM DAERAH

2.1.1 Geografi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat tadalah salah satu kabupaten di Provinsi Maluku dan merupakan pemekaran dari wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. Kabupaten Maluku Tenggara Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2008 dibentuklah Kabupaten Maluku Barat Daya sebagai pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat berkedudukan di Saumlaki yang merupakan ibukota Kecamatan Tanimbar Selatan. Secara geografi Kabupaten Maluku Tenggara Barat berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Laut Banda

(2)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

 Sebelah Barat : Kabupaten Maluku Barat Daya

 Sebelah Timur : Laut Arafura

Secara astronomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat terletak pada posisi 60 34’ 24” –80 24’ 36” Lintang Selatan dan 1300 37’ 47” –1330 4’ 12” Bujur Timur.

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan kepulauan dan terkonsentrasi pada Gugus Pulau Tanimbar yang memiliki luas keseluruhan 52.995,19 km2 yang terdiri dari wilayah daratan seluas 10.102,92 km2 (19,06%) dan wilayah perairan seluas 42.892,28 km2 (80,94%). Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Wermaktian yaitu 15.427,95 km2 (29,11% dari luas keseluruhan). Adapun luas masing-masing Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat selengkapnya tergambar dalam Tabel 2-1 dan Gambar 2-1 pada halaman berikutnya.

Tabel 2-1 Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

Darat Laut Total 1 Tanimbar Selatan 825,69 3.505,48 4.331,17 2 Wertamrian 1.298,45 5.512,62 6.811,07 3 Wermaktian 2.941,16 12.486,79 15.427,95 4 Selaru 826,26 3.507,90 4.334,16 5 Tanimbar Utara 1.075,74 4.567,10 5.642,84 6 Yaru 79,42 337,20 416,62 7 Wuarlabobar *) 654,74 2.779,71 3.434,45 8 Nirunmas 1.468,30 6.233,70 7.702,00 9 Kormomolin 933,16 3.961,77 4.894,93 10 Molu Maru - - -

JUMLAH 10.102,92 42.892,27 52.995,19

(3)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

(4)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

2.1.2 Topografi dan Fisiografi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah yang relatif datar (0-3%), landai/berombak (3-8%), bergelombang (8-15%), agak curam (15–30%), curam (30– 50%) dan sangat curam (>50%). Topografi wilayah terkait dengan faktor lereng dan ketinggian tempat dari muka laut. Kelas lereng 0-8 persen (datar sampai berombak), sesuai untuk semua usaha pertanian: tanaman pangan/semusim, tanaman umur panjang, dan peternakan. Kelas lereng 8-30 persen (bergelombang sampai berbukit), tidak sesuai untuk tanaman pangan/semusim dan peternakan, hanya sesuai untuk tanaman tahunan. Di utara Pulau Yamdena terdapat sederet pulau-pulau kecil. Kedua deretan pulau tersebut terpisah oleh selat yang dangkal dengan kedalaman tidak lebih dari 20 meter, sehingga apabila terjadi pasang surut, terbentuk daratan kering yang luasnya bisa mencapai setengah kilometer dari tepi pantai Yamdena. Yamdena utara umumnya datar dengan ketinggian kurang dari 50 meter, sedang daerah perbukitan di bagian selatan tingginya melebihi 200 meter. Secara keseluruhan morfologi di daerah ini dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi, yaitu perbukitan, dataran rendah dan teras. Di daerah perbukitan seperti yang terdapat di Pulau Labobar puncak tertinggi mencapai lebih dari 300 meter di atas muka laut. Di pulau-pulau lainnya, ketinggiannya kurang dari itu. Umumnya berlereng terjal, bersungai pendek dan berpola aliran memancar. Di Pulau Yamdena tenggara terdapat pebukitan bergelombang dengan ketinggian mencapai 260 meter; pola aliran disini hampir sejajar dengan pantainya terjal. Dataran rendah terdapat mengikuti aliran sungai. Dataran rendah yang terpanjang terdapat di sepanjang sungai Ranormoye. Undak batu gamping terdapat disejumlah pulau kecil seperti Pulau Selaru, Larat dan Fordata. Undak tersebut dibatasi lereng terjal, tetapi puncaknya hampir datar dengan puncak tertinggi 104 meter.

2.1.3 Geologi

Kondisi geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang merupakan kepulauan dan terkonsentrasi pada Gugus Pulau Tanimbar dan sekitarnya, telah diselidiki dan dipetakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G, Bandung) pada tahun 1989 oleh Sukardi dan Sutrisno. Daerah kajian termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Kepulauan Tanimbar, Maluku dengan skala 1 : 250.000.

(5)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

daerah ini secara umum merupakan Perbukitan Sejajar, Perbukitan Bergelombang dan Pedataran Alluvial.

Dasar stratigrafi yang dipilih dalam penentuan satuan stratigrafi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya adalah litostratigrafi. Penamaan masing-masing satuan stratigrafi bersendi pada litologi penyusun yang dominan dan memakai satuan tidak resmi. Penyebaran setiap satuan stratigrafi dalam peta geologi dibuat berdasarkan penyebaran satuan stratigrafi atau formasi yang sudah diterbitkan petanya. Batas setiap satuan stratigrafi ditentukan atas dasar hubungan ketidakselarasan atau keselarasan antara suatu satuan stratigrafi atau formasi dengan suatu satuan stratigrafi atau formasi yang berdekatan. Umur dan batuan penyusun setiap satuan stratigrafi, mengikuti umur dan batuan penyusun formasi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pada peta geologi yang sudah terbit (Peta Geologi Lembar Kepulauan Tanimbar, Maluku yang disusun oleh Sukardi dan Sutrisno, 1989) di daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya dapat dibagi menjadi 7 (empat) Formasi stratigrafi tidak resmi. Berurutan dari umur tua sampai muda terdiri dari:

1. Kompleks Molu (M), terdiri dari batupasir kuarsa, batugamping napalan berfosil Belemnit dan Moluska, batugamping Kristal, batugamping oolit, batugamping berfosil Spiriferina, rijang, sekis, andesit piroksen, basal amigdal, diorit hornblenda, trakit porfir dan tufa.

2. Formasi Tangustabun (Tpt), terdiri dari : perselingan antara lempung coklat kemerahan, tufa kaca, rijang, batupasir kuarsa dan batugamping.

3. Formasi Batimafudi (Tmb), terdiri dari : perselingan batugamping pasiran, napal, batupasir gampingan dengan struktur perlapisan berupa silang siur.

4. Anggota Napal, Formasi Batimafudi (Tmbm), terdiri dari : Napal bersisipkan batugamping pasiran setempat dijumpai struktur laminasi.

5. Formasi Batilembuti (QTb), terdiri dari : Napal yang kaya akan fosil plangton dan bentos, batugamping yang sangat rapuh, yang terbentuk seluruhnya dari fosil plangton dan bentos, napal kapuran berwarna putih dan ringan.

6. Formasi Saumlaki (Qs), terdiri dari : batugamping koral, padat, setempat terbreksikan, bagian bawah konglomerat dengan komponen batugamping dan cangkang fosil.

(6)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Batugamping yang terdapat di daerah kajian ini umumnya bersifat mudah meresapkan dan melarutkan air. Tersebar di daerah Pantai Barat dan Utara Yamdena, Pulau Selaru, Pulau Larat, dan pulau-pulau kecil disekitar pulau Yamdena.

Peta Geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya, dapat di lihat pada Gambar 2-2 berikut ini.

Gambar 2-2 Peta Geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya

(Sukardi dan Sutrisno, 1989)

(7)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

dianggap sebagai manifestasi struktur geologi relatif berarah Utara-Selatan dan Barat-Timur. Struktur geologi yang dapat diamati berupa lipatan, sesar naik, sesar geser, dan kelurusan-kelurusan yang menunjukkan arah utama Utara-Selatan dan Baratdaya-Timurlaut. Struktur lipatan seperti antiklin dan sinklin berarah baratlaut-Tenggara dan Baratdaya-Timurlaut.

Di daerah ini proses tektonik terjadi pada Akhir Paleogen atau bahkan lebih tua. Gejala ini mengakibatkan perlipatan, pensesaran dan pemalihan regional derajat rendah. Tektonik yang dapat diamati terjadi pada Plio-Plistosen, yang mengakibatkan ketidakselarasan dengan batuan yang lebih tua dan mengaktifkan kembali struktur-struktur geologi yang terbentuk sebelumnya. Untuk memperoleh data yang lebih akurat tentang perkembangan struktur geologi ini perlu dilakukan pengamatan yang lebih detail.

Secara umum kondisi geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya, seperti yang telah dibahas di atas relatif harus mendapat perhatian khusus menyangkut masalah tanah dasar dan batuan maupun struktur geologi. Struktur geologi yang berkembang di daerah kajian cukup intensif (lihat Peta Geologi, Gambar 3.1), untuk lebih memastikan seberapa besar pengaruh dari struktur geologi ini terhadap ketersediaan air tanah atau kondisi hidrogeologi secara umum perlu dilakukan penyelidikan lanjutan.

2.1.4 Hidrologi, Klimatologi dan Hidrogeologi

A. Air tanah dan akuifer

Air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, sehingga ada ilmu pengetahuan khusus yang membahas tentang air yaitu hidrologi. Hidrologi adalah ilmu tentang air baik di atmosfer, di permukaan bumi, dan di dalam bumi, tentang terjadinya, perputarannya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di alam ini (Shiddiqy, 2014).

(8)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (recharge area).

Pemanfaatan air untuk berbagai macam keperluan tidak akan mengurangi kuantitas air yang ada di muka bumi ini, tetapi setelah dimanfaatkan maka kualitas air akan menurun. Air di bumi ini selalu mengalir dan dapat berubah wujud menjadi uap air sebagai akibat pemanasan oleh sinar matahari dan tiupan angin. Uap air ini kemudian menguap dan mengumpul membentuk awan. Pada tahap ini terjadi proses kondensasi yang kemudian turun sebagai titik-titik hujan atau salju. Sebagian dari air yang jatuh kebumi meresap kedalam tanah sebagai Air Tanah, sedangkan sebagian lainya mengalir sebagai air permukaan yang kemudian menguap kembali akibat sinar matahari. Siklus disebut siklus hidrologi (hydrologic cycle).

Gambar 2-3 Siklus Hidrologi (hydrologic cycle)

Secara umum, siklus hidrologi dapat dibagi dalam tiga tahapan:

1) Air permukaan yang ada di muka bumi ini membentuk kumpulan butir-butir air sebagai awan, ditiup angin ke arah dataran, kemudian turun sebagai hujan.

(9)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

melalui pori-pori tanah ke dalam tanah (infiltrasi) sebagai Air Tanah (groundwater).

3) Air yang masuk kedalam tanah sebagai Air Tanah, sebagian mengisi lapisan tanah/batuan dekat permukaan bumi yang kemudian disebut akuifer dangkal, dan sebagian lagi terus masuk kedalam tanah untuk mengisi lapisan akuifer yang lebih dalam. Proses ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Lokasi pengisian (recharge area) dapat jauh sekali dari lokasi pengambilan airnya (discharge area).

Secara skematis siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2-4 Diagram siklus hidrologi (Dr. Ir. Robert J Kodoatie, 1996)

Keterangan gambar:

1. penguapan (evaporasi)

2. evapotranspirasi

7. aliran jaringan sungai (runoff)

8. transpirasi

(10)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

3. hujan (air atau salju)

4. air mengalir lewat batang tanaman

atau jatuh langsung dari tanaman

5. aliran di muka tanah (over land

flow)

6. banjir (genangan)

10. infiltrasi

11. aliran antara (interflow)

12. aliran dasar (baseflow)

13. aliran runout

14. perkolasi

15. kenaikan kapiler

Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan bumi. Salah satu sumber utamanya adalah air hujan yang meresap ke bawah lewat lubang pori di antara butiran tanah. Air yang berkumpul di bawah permukaan bumi ini disebut akuifer.

(11)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-5 Akuifer di bawah tanah (Shiddiqy, 2014)

(12)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Hasil jenis adalah kemampuan suatu akuifer untuk menyimpan dan memberikan sejumlah air dalam kondisi alami. Besarnya cadangan air tanah atau hasil jenis yang dapat tersimpan dalam akuifer sangat ditentukan oleh sifat fisik batuan penyusun akuifer (tekstur dan struktur butir-butir penyusunnya) (Anonim, 2006).

Menurut Krussman dan Ridder (1970), berdasarkan kadar kedap air dari batuan yang melingkupi akuifer terdapat beberapa jenis akuifer, yaitu: Akuifer terkungkung (confined aquifer), akuifer setengah terkungkung (semi confined aquifer), akuifer setengah bebas (semi unconfined aquifer), dan akuifer bebas (unconfined aquifer). Akuifer terkungkung adalah akuifer yang lapisan atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air. Akuifer setengah terkungkung adalah akuifer yang lapisan di atas atau di bawahnya masih mampu meloloskan atau dilewati air meskipun sangat kecil (lambat). Akuifer setengah bebas merupakan peralihan antara akuifer setengah terkungkung dengan akuifer bebas. Lapisan bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan lapisan atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih dimungkinkan adanya gerakan air. Akuifer bebas lapisan atasnya mempunyai permeabilitas yang tinggi, sehingga tekanan udara di permukaan air sama dengan atmosfer. Air tanah dari akuifer ini disebut air tanah bebas (tidak terkungkung) dan akuifernya sendiri sering disebut water-table aquifer. Jenis-jenis akuifer ditunjukkan pada Gambar 4.

(13)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Todd (1980) menyatakan bahwa tidak semua formasi litologi dan kondisi geomorfologi merupakan akuifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan, akuifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:

1. Lintasan air (water course)

Bentuk lahan di mana materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam. Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir dan kerikil.

2. Dataran (plain)

Bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akuifer yang baik.

3. Lembah antar pegunungan (intermontane valley)

Merupakan lembah yang berada di antara dua pegunungan dan materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan dari pegunungan di sekitarnya.

4. Lembah terkubur (burried valley)

Lembah yang tersusun oleh material lepas yang berupa pasir halus sampai kasar.

(14)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-8 Letak Aquiclude (Shiddiqy, 2014)

Aquitard adalah formasi geologi yang semi kedap, mampu mengalirkan air tetap dengan laju yang sangat lambat jika dibanding dengan akuifer. Meskipun demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan lainnya. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak mampu mengalirkan air.

Berdasarkan pembahasan di atas dan Peta Hidrogeologi Lembar Kepulauan Maluku dengan skala 1 : 250.000, lembar VI, yang disusun oleh Ucu Takhmat Akus, 2008, diketahui bahwa di daerah kajian terdapat sedikitnya 10 (sepuluh) CAT (Cekungan Air Tanah) dan batuan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki kelulusan air kecil sampai tinggi. Kelulusan kecil terdapat pada batulempung napalan, kelulusan rendah sampai sedang pada batugaping kristalin yang masif, sedangkan kelulusan tinggi terdapat pada batugamping pasiran. Akifer yang terdapat di daerah kajian dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

1). Aquifer Produktif : aquifer ini mempunyai tingkat keterusan yang beragam, muka air tanah umumnya dalam, setempat dapat dijumpai mata air dengan debit yang cukup besar.

(15)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

3). Aquifer Sangat Rendah : daerah dengan kondisi Aquifer seperti ini umumnya merupakan daerah dengan kondisi air tanah langka/ jarang atau dengan kata lain sulit dijumpai air tanah.

Peta Hidrogeologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya dapat di lihat pada Gambar ?????

Air adalah sumber daya alam dinamis, yang selalu bergerak melalui daur hidrologi yang abadi. Bumi banyak sekali memiliki air, tetapi hanya 2,5% yang berupa air tawar (97,5% adalah air asin). Hanya 0,3% dari air tawar yang terdapat di bumi berupa air permukaan danau, telaga, waduk, situ, dan air sungai yang dapat langsung dimanfaatkan oleh manusia.

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan kabupaten kepulauan yang hampir sebagian besar desa–desa di setiap Kecamatan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat berbatasan langsung dengan pesisir pantai, tetapi ada beberapa desa yang di lewati sungai. Berikut adalah Tabel 2-2 yang menyajikan nama-nama sungai di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Tabel 2-2 Nama-nama Sungai Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat No Kecamatan DAS Luas (Km2)

(16)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

No Kecamatan DAS Luas (Km2)

21 Tanimbar Selatan Lolan 67,49 22 Tanimbar Selatan Kebiarat 12,02 23 Tanimbar Selatan Saumlaki 19,06

Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum Dirjen Sumber Daya Air Satker Balai Wilayah Sungai Maluku, 2011.

B. Kondisi Klimatologi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat beriklim tropis yang bervariasi antara tiap bagian wilayah dan sangat dipengaruhi oleh lautan yaitu Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia juga dibayangi oleh Pulau Irian di bagian Timur dan Benua Australia di bagian selatan sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan iklim.

1. Iklim

Iklim diwilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat dipengaruhi oleh sirkulasi angin masim yang bergerak dari dan ke arah ekuator. Sehingga, pola iklim diwilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah pola ekuatorial yang dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat bomodal (dua puncak hujan) yaitu pada bulan Desember/Januari dan April/Mei.

Selama periode April-September sirkulasi udara didominasi oleh angin pasat tenggara atau angin timuran dari Australia yang dingin dan relatif kering sehingga kurang mendatangkan hujan, terutama pada bulan Juli, Agustus, dan September, sedangkan selama periode Oktober-Maret, angin pasat timur dari lautan pasifik dan Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju ekuator dan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan menuju bagian selatan ekuator, diantaranya melewati laut Banda yang cukup luas. Curah hujan cukup tinggi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret Kondisi data historis curah hujan menunjukkan bahwa wilayah Maluku Tenggara Barat merupakan daerah terkering dengan curah hujan tahunan rata-rata antara 1500 – 2000 mm.

Berdasarkan peta zona agroklimat Provinsi Maluku (LTA-72,1986) dan klasifikasi iklim Oldeman (1980), Iklim Kabupaten Maluku Tenggara Barat pada gugus Pulau Tanimbar termasuk tiga zonaagroklimat, yaitu:

(17)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

b. Zona II.4: Curah hujan tahunan 1.800–2. 100 mm, tercakup didalamnya zona C3 5-6 BB, 4-6 BK) meliputi Kepulauan Tanimbar Bagian Barat;

c. Zona IV.1: Curah hujan tahunan 3.000–4.800 mm, tercakup didalamnya zona A2 (> 9 BB, >2BK) meliputi Bagian Barat Yamdena.

2. Curah Hujan selengkapnya disajikan pada Tabel 2-3 berikut ini.

Tabel 2-3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat No Bulan Curah Hujan

Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016

3. Musim

(18)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Selama periode Oktober – Maret, angin pasat timur laut dari lautan pasifik dan Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju ekuator dan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan menuju bagian selatan ekuator, diantaranya melewati laut Banda yang cukup luas. Angin tersebut banyak mengandung uap air yang tercurah sebagai hujan di wilayah Maluku Tenggara Barat. Curah hujan cukup tinggi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret.

4. Suhu, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari

Sesuai data dari Stasiun Meteorologi Saumlaki, suhu rata–rata terendah pada tahun 2015 adalah 25,6 0C yaitu pada bulan Agustus, sedangkan suhu rata-rata tertinggi pada bulan Desember, sebesar 28,9 0C. Rata-rata Kelembaban Udara Relatif tertinggi tahun 2015 terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 88%.

Tekanan udara dan kecepatan angin tertinggi pada tahun 2015 terjadi pada bulan Agustus sebesar 1.015,7 milibar dan 9 knot. Durasi penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 98%. Berikut adalah Tabel 2-4 yang menyajikan informasi mengenai suhu, kelembaban relatif, tekanan udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari di wilayah studi.

Tabel 2-4 Suhu, Kelembaban Relatif, Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015

No Bulan Suhu udara

(19)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

2.2

SARANA DAN PRASARANA

2.2.1 Pengelolaan Air Limbah Domestik

Air limbah domestik (rumah tangga) di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, terdiri dari air kotor (grey water) dan lumpur tinja (black water). Air kotor umumnya berasal dari kamar mandi, dapur, atau tempat cuci. Lumpur tinja bersumber dari WC dan urinoir. Umumnya sistem pembuangan air kotor rumah tangga di Kabupaten Maluku Tenggara Barat masih menyatu dengan sistem pembuangan air hujan (drainase), yang dialirkan secara langsung ke saluran terbuka (primer, sekunder), dan laut. Pembuangan air kotor secara langsung ke saluran drainase tersebut, dilakukan tanpa pengolahan apapun, sehingga berpotensi mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Pada sisi lain berdasarkan survei EHRA, juga dijumpai pembuangan air kotor dilakukan secara terbuka saja di halaman dimana air secara gravitasi akan mengalir ke bagian yang lebih rendah. Pembuangan secara terbuka di halaman ini, menyebabkan dampak-dampak ikutan yang tidak menguntungkan, seperti kualitas lingkungan permukiman yang kotor dan tidak sehat, terbentuknya genangan-genangan air yang memicu endemic malaria, dan erosi/ pengikisan tanah. Sistem pembuangan lumpur tinja rumah tangga umumnya diteruskan ke tengki septik tunggal melalui masing-masing jamban keluarga. endapan tinja yang terkumpul didalam tengki septik tidak di angkut untuk diolah karena tidak ada armada (truk tinja) dan tidak ada Istalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT).

(20)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Kondisi seperti ini sangat berpengaruh pada kesehatan lingkungan, karena jika air limbah yang dihasilkan lebih dari 30 liter/orang/hari, besar kemungkinan tanah tidak mampu lagi meloloskan air limbah, dan jika volume air limbah yang dihasilkan lebih rendah maka tanah berpasir masih mampu meloloskan air limbah terolah dari tengki septik kedalam tanah. Selain itu, Berdasarkan survei EHRA, anggota keluarga dewasa bila ingin membuang air besar telah 39,32% dilakukan di jamban pribadi. Namun demikian masih ditemui juga responden yang membuang air besar di sungai/pantai/laut (340 responden atau 28,38%), MCK/WC umum (289 responden atau 24,12%), kebun/pekarangan (137 responden atau 11,44%), lainnya (62 responden atau 5,18%), selokan/parit/got (41 responden atau 3,42%), tidak tahu (21 responden atau 1,75%), WC helikopter (15 responden atau 1,25%) dan lubang galian (6 responden atau 0,5%).

Gambar 2-10 Grafik Tempat Anggota Keluarga Bila Ingin Buang Air Besar

2.2.2 Pengelolaan Persampahan

(21)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

memadai, fasilitas persampahan yang disediakan seperti TPS baik yang berupa bak sampah ataupun tong sampah. Fasilitas yang tersedia ini dilayani oleh armada sampah berupa dump truk secara bergiliran setiap hari, dalam sehari masing-masing armada melakukan pengangkutan dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA ) sebanyak 2 (dua) kali rotasi.

Dominan timbunan sampah yang dihasilkan berupa sampah rumah tangga, akan tetapi dari sumber sampah sampai pada TPS belum diolah dan dipilah oleh masyarakat. Begitu pun dari TPS menuju ke TPA juga tidak diolah dan dipilah, sehingga sampah yang dihasilkan belum dapat dimanfaatkan atau didaur ulang. Tingkat kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya cukup rendah khususnya permukiman yang berbatasan langsung dengan pantai, yang hampir sebagian besar membelakangi laut sehingga menjadikan pesisir pantai sebagai media pembuangan sampah.

Hal ini sementara menjadi perhatian penting di daerah dengan program-program sosialisasi serta pelaksanaan regulasi yang membuat jerah bagi setiap orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya sehingga menyebabkan pencemaran dan penyebaran bibit penyakit.

Berdasarkan survey EHRA, pengelolaan sampah rumah tangga secara umum adalah dengan membuang sampah ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk (37,61%). Selain itu cara pengelolaan lain yang banyak dilakukan adalah membuang sampah ke sungai/kali/laut dan danau (35,64%). Dikumpulkan dan dibuang ke TPS (12,82%) dan dibakar (10,26%).

(22)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Pengelolaan persampahan Kabupaten Maluku Tenggara Barat ditangani oleh Dinas Kebersihan, dimana daerah yang dilayani hanya 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanimbar Selatan, Tanimbar Utara dan Kecamatan Wermaktian. Adapun sarana dan prasarana Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 2-5 Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Daerah Jumlah (Unit) Kondisi Kapasitas

1 Gerobak Sampah 4 rusak ringan 4 m2

Sumber: Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2016

Data sarana dan prasarana sampah di tiap kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 2-6 Sarana dan Prasarana Sampah di Tiap Kecamatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2016

(23)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

1. Kecamatan Tanimbar Selatan:

 TPA (Control Land Fill)

 Dump Truck (5 unit)

 Arm Roll (1 unit)

 Alat Berat di TPA (1 unit)

2. Kecamatan Tanimbar Utara:

 TPA (Open Dumping)

 Dump Truck (1 unit)

3. Kecamatan Wermaktian:

 TPA (Open Dumping)

 Kendaraan roda 3 (3 unit)

Adapun pengelolaan persampahan di daerah pedesaan dilakukan secara individual yaitu dengan cara membuang sampah di belakang rumah atau ada pula yang membuang sampah secara komunal yaitu dengan cara membuang sampah ke lokasi yang telah disediakan oleh pemerintah desa.

2.2.3 Drainase

Saluran drainase yang ada Kabupaten Maluku Tenggara Barat meliputi saluran primer, saluraran sekunder dan saluran tersier. Saluran primer berupa sungaisungai yang berada di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan dan bermuara langsung ke laut secara terkendali terhadap kondisi pasang surut yang ekstrim.

Saluran sekunder yaitu saluran permanen dan alur-alur sungai yang bermuara pada sungai utama atau saluran primer selanjutnya bermuara langsung ke laut. Saluran tersier yaitu saluran tepi jalan dan saluran lingkungan di kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan.

(24)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

pemukiman di kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan umumnya berfungsi juga sebagai saluran air limbah rumah tangga bekas cuci dan mandi.

Saluran drainase di Kabupaten Maluku Tenggara Barat khusunya di daerah perkotaan seperti di Kota Saumlaki sudah terbangun di sebagian besar ruas jalan raya dengan kondisi relatif baik, hanya saja perawatanya masih kurang baik, terutama saluran drainase yang ada dibawah trotoar, dimana pada saluran drainase tersebut sering terjadi penyumbatan akibat endapan lumpur dan sampah.

Gambar 2-12 Kondisi Saluran Drainase

2.2.4 Irigasi

Kriteria sistem irigasi di Kabupaten Maluku Tenggara Barat mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Membatasi perubahan fungsi pertanian untuk kegiatan budidaya lain.

b. Mengontrol dan mengendalikan penetrasi kegiatan budidaya ke kawasan pertanian.

c. Meningkatkan kualitas jaringan irigasi.

d. Melakukan rekayasa teknologi untuk menjamin tersedianya air dalam jumlah yang memadai pada lahan pertanian tadah hujan.

e. Mengembangkan prasarana irigasi untuk mempertahankan ketersediaan air untuk pertanian.

(25)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

g. Mengupayakan teknologi ramah lingkungan untuk pemanfaatan air bawah tanah pada lahan-lahan kering.

h. Meningkatkan upaya konservasi dan rehabilitasi hutan maupun lahan kritis untuk meningkatkan debit air pada satuan wilayah sungai yang sedang mengalami penyusutan.

2.2.5 Sarana Perekonomian

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektorsektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur ekonomi yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-mangsing sektor dapat menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari setiap sektor ekonomi.

Struktur Ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat sejak tahun 2010 masih didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama. Ketiga sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor jasa – jasa.

Kontribusi ketiga sektor tersebut pada PDRB pada tahun 2012 secara keseluruhan mencapai besaran sekitar 90,13 persen, sedangkan 6 (enam) sektor lainnya berkontribusi hanya sebesar 9,87 persen.

Produk Domestik Regional Bruto Perkapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu daerah. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Perkapita suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto Perkapita daerah tersebut dibagi jumlah penduduk pertengahan tahunnya.

2.2.6 Sarana Sosial dan Kesehatan

Ketersediaan sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2015 sudah ada tiga rumah sakit yang berada pada Kecamatan Tanimbar Selatan (Saumlaki) dan 1 rumah sakit di Tanimbar Utara.

(26)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Banyaknya tenaga kesehatan menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.7, sedangkan banyaknya tenaga kesehatan menurut unit kerja dapat dilihat pada Tabel 2.8. Tabel 2.9 menggambarkan banyaknya kelahiran, balita yang mendapat imunisasi, sedangkan kegiatan pada Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), dapat dilihat pada tabel pada halaman berikutnya.

Tabel 2-7 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

No Kecamatan Rumah Sakit

Rumah

Bersalin Puskesmas Posyandu

Klinik/Balai

Kesehatan Polindes 1. Tanimbar Selatan 3 - 1 27 1 1 2. Wertamrian - - 1 12 2 3 3. Wermaktian - - 1 17 - - 4. Selaru - - 3 19 - - 5. Tanimbar Utara 1 1 1 14 1 1 6. Yaru - - 1 8 - 2 7. Wuarlabobar - - 1 14 - 2 8 Nirunmas - - 1 5 - - 9 Kormomolin - - 1 10 - - 10 Molo Maru - - 1 7 - - Jumlah 2015 4 1 12 133 4 9

2014 4 1 12 128 4 9 Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

(27)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-8 Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

No Kecamatan

Tenaga Medis Tenaga Nonmedis Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-9 Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

No Unit Kerja

(28)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-10 Banyaknya Dokter Spesialis, Dokter Umum, dan Dokter Gigi Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Unit Kerja di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

No Unit Kerja/Sarana Dokter Spesialis

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-11 Banyaknya Kelahiran Menurut Kecamatan dan Penolong Kelahiran di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

No Kecamatan Tenaga

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

2.2.7 Sarana Peribadatan

(29)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-12 Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2015

No Kecamatan Masjid Gereja Protestan Katolik 1. Tanimbar Selatan 5 21 11 2. Wertamrian - 0 9 3. Wermaktian - 8 1 4. Selaru - 12 1 5. Tanimbar Utara 1 12 5 6. Yaru - 5 3 7. Wuarlabobar 4 12 3 8 Nirunmas - 5 - 9 Kormomolin - 2 8 10 Molo Maru - 2 -

Jumlah 10 79 41

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Gambar 2-14 Sarana Peribatan

2.2.8 Sarana Transportasi

A. Tansportasi Darat

(30)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Pemerintah yang Berwenang Mengelolanya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015 sepanjang 779,13 Km, diaman panjang Jalan menurut kecamatan dan jenis permukaan jalan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Km), Tahun 2015 sepanjang 511,64 Km.

Sedangkan untuk panjang jalan menurut kecamatan dan jenis permukaan jalan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yakni jenis permukaan aspal sepanjang 110,26 Km, Kerikil sepanjang 108,96 Km, Tanah sepanjang 84,72 Km dan lainnya sepanjang 207,71 Km.

Tabel 2-13 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Pemerintah yang Berwenang Mengelolanya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Km), Tahun 2015

No Kecamatan Pemerintah yang Berwenang Mengelola Jumlah Negara Provinsi Kabupaten

1. Tanimbar Selatan 13,30 - 190,86 204,16

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-14 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Km), Tahun 2015

No Kecamatan Jenis Permukaan Jalan Jumlah Aspal Kerikil Tanah Lainnya

1. Tanimbar Selatan 84,95 29,08 22,02 54,81 190,86

(31)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Untuk panjang jalan menurut kecamatan dan kondisi jalan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yakni jenis permukaan jalan kondisi baik sepanjang 150,81 Km, kondisi sedang sepanjang 62,51 Km, kondisi rusak sepanjang 39,21 Km dan kondisi rusak berat sepanjang 259,13 Km.

Tabel 2-15 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (km), Tahun 2015

No Kecamatan Jenis Permukaan Jalan Jumlah Baik Sedang Rusak Rusak Berat

1. Tanimbar Selatan 78,78 21,99 18,26 71,85 190,88 2. Wertamrian 10,03 20,02 3,50 13,48 47,04 3. Wermaktian 12,00 - - 33,20 45,20 4. Selaru 25,00 10,00 2,00 22,10 59,10 5. Tanimbar Utara 3,20 6,50 - - 9,70 6. Yaru 10,30 - - 6,00 16,30 7. Wuarlabobar - - 13,25 93,00 106,25 8 Nirunmas 3,00 - - 3,00 6,00 9 Kormomolin - 4,00 2,20 - 6,20 10 Molo Maru 8,50 - - 16,50 25,00 Jumlah 150,81 62,51 39,21 259,13 511,66

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Gambar 2-15 Transportasi Darat

B. Transportasi Laut

(32)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Kapal milik PT. Pelni (Pelayaran Nasional Indonesia) yang singgah di pelabuhan Saumlaki sebanyak 2 buah kapal “putih” (karena berwarna putih), yaitu KM Pangrango dengan jadwal 2 minggu sekali dan KM Kelimutu dengan jadwal 4 minggu sekali. Trayek kapal Pangrango menghubungkan Saumlaki dengan Tepa dan Kisar (di Kabupaten Maluku Barat Daya), Kupang (Provinsi NTT), Ambon (ibukota Provinsi Maluku) dan Geser (di Kabupaten Seram Bagian Timur). KM Kelimutu menghubungkan Saumlaki dengan beberapa kabupaten di Provinsi Maluku, seperti Kabupaten Maluku Tenggara (menyinggahi Tual), Kepulauan Aru (Dobo), Maluku Tengah (Banda), dengan ibukota provinsi (Ambon), dan dengan beberapa provinsi lain, seperti Papua (Timika), Sulawesi Tenggara (Bau-Bau), dan Jawa Timur (Surabaya).

Kapal Perintis yang melayani pelayaran rakyat dalam provinsi Maluku, tidak hanya menghubungkan Saumlaki dengan kota kabupaten dan kecamatan-kecamatan didalam provinsi Maluku dan dengan ibukota provinsi (Ambon), tetapi juga dengan provinsi lain, yakni NTT (menyinggahi Kupang), Sulawesi Selatan (Makassar), dan Jawa Timur (Surabaya). Ada 6 buah kapal perintis yang menyinggahi Saumlaki dengan route yang bervariasi, dua di antaranya menyinggahi Makassar dan Surabaya melalui Tual tetapi tidak melalui Ambon. Sedangkan sisanya ada yang menghubungkan Saumlaki dan Larat dengan rangkaian pulau-pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya (seperti Masela, Dai, Daweloor, Babar, Sermata, Lakor, Moa, Leti, Kisar) dan dengan Tual dan Ambon, serta ada yang menghubungkan ke bagian lain di Maluku bagian tengah seperti Banda dan Geser di Seram timur, bahkan sampai ke provinsi tetangga (Kupang). Semua kapal perintis ini singgah di Saumlaki kira-kira sekali dalam sebulan dengan jadwal yang terkadang tidak menentu, terutama pada musim laut berombak yang biasanya menjadi penyebab pergeseran atau ketidaktepatan jadwal.

(33)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-16 Transportasi Laut

C. Transportasi Udara

Transportasi udara dari dan ke Saumlaki melalui bandara dilayani oleh dua maskapai penerbangan yaitu Garuda Indonesia dan Wings Air. Pesawat Garuda Indonesia melayani route Ambon-Saumlaki dan Saumlaki-Tual-Dobo-Ambon beroperasi setiap hari sedangkan pesawat Wings Air yang mulai beroperasi mulai Juni 2014 melayani route Saumlaki- Ambon beroperasi 4 kali seminggu. Saumlaki-Tual ditempuh dalam waktu 50 menit, dan Tual-Ambon dalam waktu 85 menit. Bandar udara Saumlaki yang baru selesai dibangun sudah beroperasi walaupun belum selesai 100% karena masih banyak fasilitas penunjang lainnya yang masih dalam tahap konstruksi. Lokasi bandar udara berjarak sekitar 17 km dari Kota Saumlaki, dengan runway sepanjang 1700 meter dan lebar 30 meter yang sekarang sedang proses pengembangan.

(34)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

2.2.9 Sarana Listrik

(35)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-16 Tenaga Listrik yang Diusahakan oleh PT. PLN pada ranting/Sub Ranting di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2013-2014

No Nama Komponen Satuan Ranting Saumlaki Sub Ranting Seira Sub Ranting Adaut Sub Ranting Larat 2013 2014 2013 2014 2013 2014 2013 2014 1. Jumlah Mesin Unit 5 11 3 3 4 4 4 4 2. Kapasitas Terpasang Kw 2.250 3.650 390 429 530 1.450 850 1.450 3. Daya Mampu Kw 2.030 3.070 305 305 420 455 580 580 4. Produksi Listrik Kwh 14.714.413 18.511.875 507.278 408.652 642.830 1.189.292 1.496.932 2.502.138 5. Pemakaian Sendiri Kwh 25.120 12.456 - - - - 6. Susut % 10,01 9,50 - - - - 7. Listrik Terjual Kwh 14.689.293 18.499.419 - - - - 8 Nilai Terjual Rp 16.200.630.510 17.009.130.609 - - - - 9 Jumlah Pelanggan Plgn 17.507 19.373 - - - -

(36)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

2.2.10 Sarana Telekomunikasi/Pos

Kapasitas Satuan Sambungan Telepon (SST) di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2015 sebesar 1.224 SST. Jika dilihat dari pelanggan, ada kenaikan jumlah langganan telepon di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Pada tahun 2014 ada sebanyak 669 pelanggan sedangkan pada tahun 2014 menjadi 602 pelanggan.

Tabel 2-17 Kapasitas Satuan Sambungan Telepon (SST) dan Langganan Telepon pada PT.Telkom Saumlaki, 2010 – 2015

No Tahun Kapasitas SST Langganan Telepon 1. 2010 516 518

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-18 Produksi Pos Menurut Jenis di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2011-2015 No Unit Kerja/Sarana Satuan 2011 2012 2013 2014 2015

(37)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-19 Nilai Produksi Pos Menurut Jenis di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Juta Rupiah), 2011-2015

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

2.2.11 Sarana Pendidikan

Kondisi sarana pendidikan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat berdasarkan data BPS Tahun 2015 dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 2-20 Banyaknya Fasilitas Pendidikan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2010 – 2015

(38)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-18 Sarana Pendidikan

2.2.12 Kawasan Strategis

Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis.

Kawasan strategis kabupaten berfungsi:

a. Mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota;

b. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan;

c. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam rencana struktur dan rencana pola ruang:

d. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kabupaten; dan

e. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan:

(39)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

b. Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi penanganan kawasan;

c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan;

d. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; dan

e. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.13 Pariwisata

Definisi kegiatan kepariwisataan menurut WTO adalah suatu kegiatan perjalanan/bepergian dan menetap disuatu tempat tertentu yang dilakukan oleh seseorang diluar dari tempat-tempat atau lingkungan yang diasa mereka datangi dalam kegiatan sehari-hari. Berbagai obyek wisata yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat diperlihatkan pada tabel-tabel berikut:

Tabel 2-21 Objek Wisata di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Objek Wisata Lokasi

1 Pantai Weluan

Desa Olilit (Timur) 2 Kolam Ikan / Goa Ibang

3 Pantai Astubun

4 Pantai Kelyaar Desa Olilit (Barat)

5 Pantai Matakus Desa Matakus

6 Tanjung Yebori Desa Lermatan

7 Air Bomaki Desa Bomaki

14 Pantai Cinta Kasih 15 Bang Ruti 16 Tanjung Delapan

Desa Tumbur 17 Pantai Tumbur

18 Hutan Lindung Salir

19 Tanjung Tutun Desa Lorulun

20 Tanjung Bwairin

Desa Arui Bab 21 Pantai Pasir Panjang

(40)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

No Objek Wisata Lokasi

23 Sumber Air Dalam Goa Desa Fursui

24 Pantai Limiang

Desa Namtabung 25 Sumur Tua Wermasar

26 Wer Enus

Desa Lingat 27 Wer Iniu

28 Pulau Adana 29 Sumur Tua

30 Pantai Tutu Desa Maktian

31 Bukit Kristal Desa Batu Putih

32 Pantai Koloon

Desa Romean 33 Pantai Nama

34 Pantai Wetir 35 Pantai Nukaha

36 Pantai Awear Pulau Fordata

37 Air Pusaka

Desa Watmuri 38 We Momorip

39 We Aryatu 40 Tanjung Nirunmas 41 Pantai Beliau (Soekarno)

Desa Alusi Krawain 42 We Kelyarit

(41)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

(42)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

2.3

SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA

2.3.1 PDRB

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur ekonomi yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-mangsing sektor dapat menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari setiap sector ekonomi. Struktur Ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat sejak tahun 2010 masih didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama. Ketiga sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor jasa – jasa. Kontribusi ketiga sektor tersebut pada PDRB pada tahun 2012 secara keseluruhan mencapai besaran sekitar 90,13 persen, sedangkan 6 (enam) sektor lainnya berkontribusi hanya sebesar 9,87 persen. Produk Domestik Regional Bruto Perkapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu daerah. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Perkapita suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto Perkapita daerah tersebut dibagi jumlah penduduk pertengahan tahunnya.

Makin tinggi PDRB Per Kapita, tingkat kesejahteraan sosial makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika sederhana, jika PDRB per kapita makin tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik, sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebasan memilih pekerjaan dan masa depan, kondisinya makin meningkat.

Pendapatan Regional Bruto Perkapita Kabupaten Maluku Tenggara Barat atas dasar harga berlaku selama tahun 2008 s/d 2012, terus mengalami kenaikan dari Rp. 3.993.435 pada tahun 2008 menjadi Rp. 6.096.182 pada tahun 2012.

Tabel 2-22 PDRB Perkapita Kabupaten MTB Tahun 2008-2012

Tahun

Pendapatan Regional Perkapita (Rupiah) Laju Pertumbuhan Perkapita Harga Konstan 2000 (%) Harga Berlaku Harga Konstan

2008 3,993,453 2,302,869 3,28 2009 4,297,950 2,357,077 2,35 2010 4,570,479 2,403,829 1,98 2011 5,176,694 2,460,288 3,69 2012 6,096,182 2,598,116 5,60

Sumber: Buku Putih Sanitasi, Tahun 2013

(43)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

tahun 2008 sebesar Rp. 2.302.869 menjadi Rp 2.598.116 pada tahun 2012 naik sebesar 5,60 persen.

2.3.2 Mata Pencaharian Penduduk

Secara umum angka penyerapan tenaga kerja paling banyak ada di sektor pertanian, diikuti sektor perdagangan dan bangunan/konstruksi. DI sektor pertanian, peningkatannya per tahun hampir mencapai jumlah kurang lebih 10.000. Hal ini disebabkan karena pekerjaan pada sektor pertanian tidak membutuhkan tenaga kerja terampil (bertani tradisional), sedangkan angkatan kerja usia produktif yang tidak terampil tersebut terus meningkat sehingga terserap dalam sektor pertanian tradisional (penduduk lokal). Sedangkan, di sektor perdagangan, peningkatannya yang signifikan diduga berasal dari arus gelombang migrasi dari luar MTB dalam tiga tahun terakhir ini, dengan orientasi utama pada usaha sektor perdagangan non formal berskala kecil yang merebak luas di daerah perkotaan MTB saat ini. Peningkatan sektor bangunan juga terkait dengan maraknya pembangunan infrastruktur fisik di Kab MTB yang terus dipacu tiga tahun terakhir ini. Dengan demikian, banyak pula tenaga kerja terserap dalam sektor konstruksi tersebut.

Sejauh ini belum ada industri berskala besar yang dikembangkan di MTB, kecuali rencana operasi hulu industri Migas Blok Masela oleh INPEX Ltd yang saat ini sedang berada di fase pra-konstruksi, tahun 2013 dimulai fase konstruksi dan tahun 2016 baru beroperasi. Diduga bahwa fase konstruksi tahun 2013 diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lokal cukup signifikan disektor konstruksi tersebut.

Tenaga kerja merupakan salah satu modal utama bagi bergeraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses pembangunan. Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Maluku Tenggara Barat sampai dengan tahun 2011 sebanyak 93.221 orang, dengan jumlah yang bekerja sebanyak 87.505 orang. Dari jumlah yang bekerja, sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan menyerap tenaga kerja terbanyak, yaitu 29.695 orang. Sedangkan sisanya sebanyak 57.810.

(44)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-23 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

NO Kegiatan Utama Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Angkatan Kerja 28.541 25.075 53.616

 Bekerja 26.711 24.089 50.800

 Pengangguran Terbuka 1.830 986 2.816 2 Bukan Angkatan Kerja 6.710 10.510 17.220

 Sekolah 3.701 4.151 7. 852

 Mengurus Rumah Tangga 1.012 5.127 6.139

 Lainnya 1.997 1.123 3.229 Jumlah 35.251 35.585 70.836 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 80.97 70,47 75,69 Tingkat Pengangguran 6,41 3,93 5,25

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

2.3.3 Adat Istiadat, Tradisi dan Budaya

Masyarakat Kabupaten MTB hidup dalam adat-istiadat yang disebut Duan Lolat. Duan Lolat merupakan satu hukum adat tertinggi yang lahir, dan hidup berdasarkan hak dan tanggung-jawab timbal-balik antara keluarga pemberi, dan keluarga penerima anak dara, dalam berbagai aspek kehidupan multidimensional masyarakat warga MTB dimana saja berada yang aktual dan konseptual.

Selain Duan Lolat, dikenal juga Budaya SASI yang menjadi norma dalam pengelolaan sumber-sumber daya atau potensi alam yang ada di Desa. Inti dari Budaya SASI adalah, pengaturan masa panen atas sumber daya alam yang ada di Desa pada hak ulayat desa masing-masing.

Kearifan lokal dari Budaya SASI secara tidak langsung mendukung kelestarian sumber daya atau potensi alam yang dimiliki oleh Desa, seperti sumber daya kelautan dan perikanan, sumber daya perkebunan dan lain-lain sesuai dengan potensi yang ada di masing-masing Desa.

(45)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

2.4

KESEHATAN LINGKUNGAN

Ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sejalan dengan itu maka dari tahun ke tahun pemerintah melalui dinas kesehatan telah membangun sarana kesehatan yang dilengkapi dengan fasilitas dan sumber daya manusi yang diperlukan.

Banyaknya Pelanggan pada akhir Tahun 2014 adalah 4.550 pelanggan dengan jumlah air yang disalurkan sebesar 684.383 m3 dan Nilai Produksi Rp. 4.171.707.000,- seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2-24 Banyaknya Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2010 – 2014

No Kategori 2010 2011 2012 2013 1014

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2015

Tabel 2-25 Banyaknya Air Minum yang Disalurkan Menurut Jenis Konsumen di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (m3), 2010 – 2014

(46)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

4. Industri Jumlah 321.533 451.331 443.953 1.039.625 684.383

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2015

Tabel 2-26 Nilai Air Minum yang Diproduksi Menurut Jenis Konsumen di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (ribu Rupiah), 2010 – 2014 No Kategori 2010 2011 2012 2013 1014 Jumlah 1.573.108 1.944.837 2.355.654 3.523.183 4.171.707

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2015

2.5

RUANG DAN LAHAN

2.5.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

(47)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

kesejahteraan masyarakat. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat meliputi:

a. Meningkatkan fungsi kawasan sebagai Beranda Depan NKRI untuk kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

b. Mendorong pengembangan ekonomi wilayah dan pusat-pusat pertumbuhan yang merata dan berbasis pada agribisnis lahan kering dan kelautan melalui pengembangan masyarakat kepulauan, budaya lokal, dan IPTEK;

c. Mengembangkan sarana dan prasarana wilayah dalam rangka meningkatkan perekonomian wilayah, kesejahteraan masyarakat, dan mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat;

d. Melestarikan dan meningkatkan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem, keanekaragaman hayati, dan warisan budaya dengan mengedepankan mitigasi bencana.

2.5.2 Penggunaan Lahan Dan Tata Guna Lahan

Penetapan kawasan lindung di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat meliputi kawasan hutan lindung, kawasan suaka alam/konservasi serta kawasan lindung laut/terumbu karang. Wilayah yang menjadi kawasan lindung terdapat di Pulau Yamdena dan Pulau Fordate. Kawasan Suaka Alam yang ditetapkan adalah kawasan pantai berhutan bakau.

(48)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

(49)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

2.5.3 Rencana Pengembangan Tata Kota

Penentuan BWK didasarkan pada kriteria fungsional, dengan batas-batas berupa batas fisik yang diperkirakan dapat menjadi pembatas bagi orientasi penduduknya. Jumlah BWK sangat ditentukan oleh jumlah penduduk kota dan kondisi topografisnya. Pembagian wilayah kota menjadi beberapa BWK pada dasarnya bertujuan untuk memudahkan pelayanan kepada penduduk.

Pembagian kawasan perkotaan di sini merupakan langkah lebih rinci dari penyusunan rencana struktur tata ruang Kota Saumlaki. Adapun prinsip dalam pembagian kawasan perkotaan ini adalah bahwa:

1. Setiap bagian wilayah kota merupakan satu kesatuan fungsional. Jadi satu bagian wilayah kota atau sub bagian wilayah kota dapat dideliniasi berdasarkan adanya suatu kegiatan utama di suatu wilayah. Oleh karena itu seharusnya terdapat pusat-pusat bagian wilayah kota atau sub bagian wilayah kota yang merupakan aglomerasi dari fasilitas-fasilitas pelayanan.

2. Suatu bagian wilayah kota dapat pula dibentuk berdasarkan kesamaan karakteristik fisik dasar atau lingkungannya: seperti wilayah pantai, kepadatan tinggi, sepanjang sungai dan sebagainya.

3. Setiap bagian kota dibatasi oleh pembatas–pembatas fisik yang mudah diidentifikasi seperti sungai, jalan, jalur hijau dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai pengendali perkembangan dan orientasi pergerakan penduduknya.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka wilayah perencanaan Kota Saumlaki akan dikembangkan menjadi 3 (tiga) Bagian Wilayah Kota, yaitu:

 SWP I (Pusat Kota) secara umum fungsinya terdiri dari:

a. Komersial

b. Pemerintahan dan Fasilitas Umum

c. Pelabuhan Laut/Fery

d. Permukiman

(50)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

f. Pariwisata

g. Konservasi

 SWP II dengan fungsinya adalah:

a. Perumahan/ Permukiman

b. Dermaga Khusus Perekonomian

c. Pertanian/Perkebunan

d. Industri non polutan

 SWP III yang berfungsi:

a. Perumahan/ Permukiman

b. Kawasan Radar TNI

c. Dermaga PPI

d. Kawasan Konservasi

Pada dasarnya untuk mewujudkan fungsi-fungsi yang diarahkan pada masing-masing BWK, maka perlu didukung oleh penyediaan dan peningkatan sarana/fasilitas kota dengan skala pelayanan yang lebih luas baik itu secara mikro di lingkup Kota Kecamatan, maupun dalam skala regional untuk Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

(51)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

(52)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

2.5.4 Rencana Pemanfaatan Ruang

Rencana umum pemanfaatan ruang merupakan kebijakan yang menetapkan lokasi kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta diprioritaskan pengembangannya dalam jangka waktu perencanaannya. Rencana pola pemanfaatan ruang perkotaan merupakan bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan kegiatan alam. Penentuan lokasi dan luas lahan disesuaikan dengan skala pelayanannya yaitu untuk kegiatan primer dengan jangkauan regional ataupun untuk kegiatan sekunder dengan jangkauan pelayanan lokal/kota.

Pemanfaatan ruang di Kota Saumlaki diarahkan pengembangannya sesuai dengan pola pemanfaatan ruang sebagai kawasan budidaya perkotaan dengan tetap memperhatikan kawasan lindung. Hal ini untuk mendukung kebutuhan Kota Saumlaki sebagai ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang membutuhkan perbaikan atau pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan perkotaan di Kota Saumlaki.

Kawasan budidaya perkotaan meliputi perumahan dan permukiman, perdagangan dan jasa, industri, pendidikan, kesehatan, peribadatan, rekreasi, olah raga, perkantoran pemerintah dan niaga, sarana transportasi, lahan untuk kegiatan pertanian, pemakaman, hingga tempat pembuangan sampah. Kawasan budidaya perkotaan dapat dikelompokkan menjadi kawasan terbangun dan kawasan/ruang terbuka hijau. Sedangkan untuk kawasan lindung berupa kawasan resapan air, sempadan pantai/sungai/mata air, cagar alam, taman hutan raya dan wisata alam, kawasan cagar budaya, hingga kawasan rawan bencana gempa/banjir/gelombang pasang/tanah longsor.

2.5.5 Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan merupakan komponen dalam penataan ruang baik yang dilakukan berdasarkan wilayah administratif, kegiatan kawasan, maupun nilai strategis kawasan. Yang termasuk dalam kawasan lindung adalah:

(53)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

2. Kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk dan kawasan sekitar mata air;

3. Kawasan suaka alam dan cagar alam, antara lain, kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka margasatwa serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

4. Kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir; dan

5. Kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa dan terumbu karang.

Rencana pengembangan Kawasan Lindung setempat di wilayah Maluku Tenggara Barat antara lain meliputi:

a. Penetapan kawasan sempadan sungai- sungai di Pulau Yamdena dengan jarak 100 Meter untuk wilayah diluar permukiman terutama di Kecamatan Nirunmas, Kormomolin, Wertamrian, dan Wuarlabobar;

b. Penetapan kawasan sempadan pantai di Pesisir pantai dengan 100 meter dari titik pasang tertinggi terutama di Pesisir Pantai Timur Pulau Yamdena;

c. Penetapan Kawasan Sempadan pantai dengan jarak yang disesuaikan pada pantai pesisir barat serta pantai pulau Yaru, Selaru dan Molo Maru;

d. Penetapan kawasan sekitar mata air dengan radius minimal 200 meter dari lokasi mata air di kawasan mata air Desa Bomaki, kawasan mata air Desa Olilit Baru dan Desa Latdalam (Kec. Tanimbar Selatan), serta kawasan mata air di Kecamatan Kormomolin.

2.5.6 Laju Perubahan Tata Guna dan Fungsi Lahan

(54)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

mempunyai beberapa pola yang berbeda. Berdasarkan jenis kegiatan fungsionalnya, rencana pemanfaatan ruang kawasan terbangun di Kota Saumlaki meliputi:

 Pemerintahan

 Pelayanan Umum

 Perdagangan dan jasa

 Perkantoran

 Perumahan

Selain dalam bentuk kawasan fungsional di atas, termasuk dalam kawasan terbangun adalah sarana/fasilitas perkotaan (pendidikan, kesehatan dan peribadatan) yang perkiraan kebutuhannya akan diuraikan pada rencana pengembangan sarana dan prasarana perkotaan. Pada bagian berikut akan diuraikan satu persatu komponen dari setiap peruntukan pemanfaatan ruang beserta arahan lokasi yang akan dikembangkan.

1. Pemerintahan dan Pelayanan Umum

Kantor pemerintahan dan kantor administrasi untuk lingkup kabupaten dipusatkan di Timur, yang direncanakan akan berlokasi di desa Olilit . Luas dari kawasan perkantoran pemerintahan kabupaten ini direncanakan akan mendiami lahan seluas 44 Ha Di samping itu terdapat juga kantor pelayanan umum setingkat kecamatan yang di Desa Saumlaki dan Desa Olilit. Sedangkan untuk kantor pelayanan tingkat desa yang berlokasi di setiap desanya masing-masing.

2. Perdagangan dan Jasa

Kegiatan perdagangan dengan skala kecamatan pusat kegiatannya berlokasi di sekitar Desa Olilit dan Sifnana. Sedang lokasi perdagangan regional diarahkan di pusat Kota, yaitu di Desa Saumlaki. Lokasi perdagangan di di sekitar Desa Olilit dan Sifnana ini dinilai sangat strategis karena dilalui oleh jalur jaringan jalan. Di samping itu tingkat aksesibilitas lokasi ini dengan BWK lainnya maupun desa-desa lainnya dinilai cukup mudah. Kegiatan jasa profesional seperti bank, asuransi, kantor dagang, biro jasa dan sebagainya yang mempunyai derajat hubungan yang tinggi dengan perdagangan lokasinya perlu berdekatan atau tercampur (mixed) dengan kawasan perdagangan.

(55)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Keberadaan dari aktivitas perkantoran ini untuk membedakan arahan pemanfaatan ruangnya dengan aktivitas pelayanan umum (kantor pemerintahan) yang diarahkan di BWK. Aktivitas perkantoran swasta ini diarahkan berada di BWK, tepatnya berlokasi di Desa Olilit .

4. Perumahan

Lokasi perumahan pada dasarnya sesuai dengan kecenderungan eksisting yang menyebar di beberapa pusat permukiman setingkat desa. Namun pengembangan kawasan permukiman ini akan difokuskan untuk dikembangkan di desa Sifnana. Desa Lauran dan di semua desa yang terlingkupi dalam BWK ini.

5. Pelayanan Umum

(56)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

(57)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

2.6

KEPENDUDUKAN

2.6.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak 110.425 jiwa yang terdiri atas 55.507 jiwa penduduk laki-laki dan 54.918 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2014, penduduk Maluku Tenggara Barat mengalami pertumbuhan sebesar 0,76 persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 0,71 persen dan penduduk perempuan sebesar 0,82 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2015 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 101.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2015 mencapai 11 jiwa/km2. Distribusi Penduduk di 10 kecamatan cukup beragam dengan distribusi penduduk tertinggi terletak di kecamatan Tanimbar Selatan dengan persentase sebesar 29,97% dan terendah di Kecamatan Molu Maru sebesar 2,63%. Selengkapnya informasi demografi Kabupaten Maluku Tenggara Barat disajikan pada berikut ini.

Tabel 2-27 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Sex Ratio dan Kepadatan Penduduk Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Kecamatan

Laki-Laki Perempuan Total

1 Tanimbar Selatan 16.767 16.327 33.094 103 40

Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016

(58)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-28 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%) Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 0 - 4 7.289 7.221 14.510 13,14 Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016

2.6.2 Penyebaran Penduduk

Tabel 2-29 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Sex Ratio dan Kepadatan Penduduk Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat No

(59)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

2.7

KEUANGAN DAERAH

Gambar

Gambar 2-4
Gambar 2-6 Aliran air pada pori-pori antar butir tanah (Shiddiqy, 2014)
Gambar 2-7
Gambar 2-8 Letak Aquiclude (Shiddiqy, 2014)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aliran fluida ke atas dengan kecepatan tertentu dan tetap, sehingga untuk butiran dengan ukuran atau densitas tertentu terbawa ke atas, ukuran atau densitas yang lebih besar

Imbalan pascakerja yang di berikan oleh hotel sahid kawanua dalam pencatatan akuntansinya di nilai telah sesuai dengan persyaratan yang di syaratkan oleh PSAK 24,

Pada saat terjadi error siswa dengan mudah mengatasinya 85 100 Frekuensi siswa bertanya kepada observator rendah 40 100 Frekuensi panduan dan bantuan dari observator rendah

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dikelas, tidak hanya tergantung dalam penguasaan bahan ajar atau penggunaan metode pembelajaran, tetapi proses pembelajaran yang baik

Berikut ini merupakan karya sejenis yang berkaitan dengan proyek akhir berjudul Pengolahan Citra Digital Untuk Mendeteksi Miopia Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Ukuran yang telah ditetapkan untuk purse seine bertali kerut dengan alat bantu penangkapan ikan (rumpon atau cahaya) dan ikan target tongkol atau cakalang memiliki panjang

Kawasan yang menjadi usulan dalam kegiatan PISEW sesuai dengan hasil pertemuan kecamatan ke – 1 Kecamatan Pundong adalah kawasan industri olahan pangan berbahan

Untuk menghitung kadar dalam cuplikan digunakan metode komparatif, untuk itu diperlukan cuplikan standar yang mengandung unsur yang akan ditentukan, yang jumlah dan komposisi