• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM KECAMATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN UMUM KECAMATAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II.

GAMBARAN UMUM KECAMATAN

Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan satu diantara 17 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bantul dan secara administratif berada di kawasan wilayah tenggara serta merupakan daerah perlintasan perbatasan antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Gunungkidul. Sektor potensial perekonomian yang mendukung upaya pengembangan Kecamatan Pundong adalah kegiatan sektor pertanian, industri kerajinan kreatif, industri pengolahan hasil pertanian, perdagangan dan jasa serta pariwisata. Arah pengembangaan wilayah yang dapat menunjang fungsi Kecamatan Pundong adalah pusat budidaya pertanian lahan basah di Kabupaten Bantul bagian tenggara, pusat kegiatan ekonomi kreatif (kerajinan gerabah dan olahan pangan berbahan baku tapioka) dan pengembangan paket pariwisata. Peta Kecamatan Pundong dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1. Peta Kecamatan Pundong

2.1. GEOGRAFIS

Kecamatan Pundong berada di arah sebelah tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul di koordinat 7.9557833670S, 110.3442993160E. Kecamatan Pundong mempunyai luas wilayah 2.363,1830 ha dan secara administratif memiliki 3 desa yaitu Desa Srihardono, Desa Panjangrejo dan Desa Seloharjo dengan sebaran wilayah dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2.1. Luas wilayah desa dalam Kecamatan Pundong

No Desa Luas

(km2)

% terhadap luas Jumlah

(2)

1. Seloharjo 11,1 46,88 2,19 16 73

2. Panjangrejo 5,71 24,11 1,13 16 75

3. Srihardono 6,87 29,01 1,36 17 103

Jumlah 23,68 49 251

Sumber: Kecamatan Pundong Dalam Angka, 2015

Secara geografis, wilayah Kecamatan Pundong berbatasan dengan :

 sebelah utara : Kecamatan Jetis

 sebelah timur : Kecamatan Imogiri

 sebelah selatan : Kecamatan Kretek

 sebelah barat : Kec. Bambanglipuro

2.2. TOPOGRAFIS

Kecamatan Pundong berada di dataran rendah. Ibukota Kecamatan berada pada ketinggian 20 meter diatas permukaan laut. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Bantul adalah 10 km. Kecamatan Pundong beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah tropis dengan dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Pundong adalah 30ºC dengan suhu terendah 24ºC.

Bentangan wilayah di Kecamatan Pundong sebesar 67% berupa daerah yang datar sampai berombak, 30% berupa daerah yang berombak sampai berbukit dan 3% berupa daerah yang berbukit sampai bergunung. Tinggi beberapa daerah dari permukaan laut (m dpl) di wilayah Kecamatan Pundong disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.2. Ketinggian dari permukaan laut per desa di Kecamatan Pundong

No DESA Tinggi dari Permukaan Air Laut (meter)

0 - 25 25 - 50 50 - 100 100 - 500 > 500

1. Seloharjo   

2. Panjangrejo 

3. Srihardono 

(3)

2.3. TATAGUNA LAHAN

Penggunaan lahan di Kecamatan Pundong diklasifikasikan menjadi sawah, bu kan sawah dan bukan pertanian. Penggunaan lahan berupa sawah terluas berada di Desa Srihardono dan tersempit di Desa Seloharjo, sedangkan penggunaan lahan bukan sawah dan bukan pertanian terluas berada di Desa Seloharjo.

Sebagian besar wilayah Desa Seloharjo

berupa lahan bukan sawah atau berupa tegal/kebun sedangkan lahan sawah berupa lahan sawah tadah hujan. Hal ini karena wilayah Desa Seloharjo sebagian berupa lahan perbukitan yang tidak ada sarana irigasi. Penggunaan lahan per desa di Kecamatan Pundong dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Pundong

No Desa Luas lahan (ha)

Sawah Bukan sawah Bukan pertanian

1. Seloharjo 156 464 490

2. Panjangrejo 342 1 228

3. Srihardono 352 2 334

Jumlah 850 467 1.052

Sumber: Kecamatan Pundong Dalam Angka, 2015

Sebagian besar sawah di Desa Panjangrejo dan Srihardono berupa sawah irigasi semi teknis, sedangkan sawah yang berada di Desa Seloharjo berupa lahan sawah tadah hujan. Penggunaan lahan di Kecamatan Pundong dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 2.4. Tataguna lahan di Kecamatan Pundong

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase

1. Permukiman/ Kampung 8.429.06 0.66 2. Sawah 80.313.48 6.31 3. Hutan Lebat 950.024.13 7.64 4. Perkebunan Sejenis 973.25 0.08 5. Kebun Campuran 20.819.13 1.64 6. Semak 92.612.37 7.28 7. Hutan Belukar 94.273.38 7.4 8. Padang Rumput 4.558.28 0.36 9. Perairan 20.823.42 1.64

Sumber: Kecamatan Pundong Dalam Angka, 2015

2.4. DEMOGRAFI

2.4.1. Jumlah Penduduk

Kecamatan Pundong dihuni oleh 7.675 kepala keluarga (KK). Jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Pundong adalah 32.950 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 15.898 orang dan penduduk perempuan

(4)

sebanyak 17.052 orang. Tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Pundong adalah 1.394 jiwa/km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan Pundong mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Dari data monografi kecamatan tercatat 15.366 orang atau 46,6 % penduduk Kecamatan Pundong bekerja di sektor pertanian. Pada tahun 2011 tercatat jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga (RT) terbanyak di Desa Srihardono, yaitu 12.668 jiwa dan 3.694 RT sedangkan jumlah terendah di Desa Panjangrejo sebanyak 8.719 jiwa dan 2.616 RT.

Secara umum terdapat adanya keseimbangan antara jumlah dan sex rasio penduduk di ketiga desa di wilayah Kecamatan Pundong sehingga diharapkan peran serta dan penyetaraan gender dapat ditingkatkan untuk meningkatkan kelancaran pembangunan dan pengembangan ekonomi wilayah secara umum. Jumlah penduduk Kecamatan Pundong menurut data BPS Kabupaten Bantul disampaikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.5. Jumlah penduduk di Kecamatan Pundong

No Desa

Jumlah penduduk (jiwa)

Sex rasio Laki-laki Perem puan Jumlah 1 Seloharjo 5.133 5.320 10.453 96,48 2 Panjangrejo 4.288 4.578 8.866 93,66 3 Srihardono 6.311 6.571 12.882 96,04 Jumlah 15.732 16.469 32.201 95,52

Sumber: Kecamatan Pundong Dalam Angka, 2015 2.4.2. Kepadatan

Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk per satuan luas wilayah yang ditempati penduduk tersebut. Kepadatan penduduk tertinggi (terpadat) berada di Desa Srihardono, sedangkan terendah di Desa Panjangrejo. Hal ini dikarenakan masih banyak lahan yang luas dan jumlah permukiman yang masih relatif sedikit. Kepadatan penduduk per desa di Kecamatan Pundong dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6. Kepadatan penduduk per desa di Kecamatan Pundong

No Desa Luas (km2) Jumlah

penduduk Kepadatan (jiwa / km2) 1. Seloharjo 11,10 10.453 942 2. Panjangrejo 5,71 8.866 1.552 3. Srihardono 6,87 12.882 1.875 Jumlah 23,68 32.201 1.359

Sumber: Kecamatan Pundong Dalam Angka, 2015 2.4.3. Penduduk Miskin

(5)

Berdasarkan tingkat kesejahteraan, penduduk di wilayah Kecamatan Pundong dibagi ke dalam kategori sejahtera, pra-sejahtera 1, pra-sejahtera 2 dan miskin. Tingkat kesejahteraan penduduk per desa menunjukkan sebaran kondisi warga per pedukuhan yang ada di desa. Tingkat kesejahteraan penduduk untuk Desa Srihardono dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2.7. Tingkat kesejahteraan penduduk di Desa Srihardono

No Dusun

Tingkat keluarga sejahtera (KK)

Jumlah Sejahtera Pra Sejahtera 1 Pra Sejahtera 2 Miskin 1. Sawahan 24 59 59 14 156 2. Candi 38 85 38 44 205 3. Monggang 23 113 119 43 298 4. Tangkil 59 43 68 69 239 5. Pundong 38 91 137 69 335 6. Baran 13 69 71 75 228 7. Piring 20 101 39 58 218 8 Ganjuran 44 86 53 43 226 9. Seyegan 58 67 58 65 248 10. Nangsri 37 45 79 41 202 11. Klisat 16 40 88 48 192 12. Tulung 37 67 54 59 217 13. Gulon 88 48 15 42 193 14. Jonggrangan 19 51 80 45 195 15. Paten 61 69 73 52 255 16. Pranti 29 68 74 57 228 17. Potrobayan 20 80 55 51 206 Jumlah 624 1.182 1.160 875 3.841 % 16,25 30,77 30,20 22,78 100

Sumber: Kecamatan pundong Dalam Angka, 2012

Tingkat kesejahteraan penduduk per pedukuhan di Desa Panjangrejo dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2.8. Tingkat kesejahteraan penduduk di Desa Panjangrejo

No Dusun

Tingkat keluarga sejahtera (KK)

Jumlah Sejahtera Pra Sejahtera 1 Pra Sejahtera 2 Miskin 1. Grudo 15 43 60 46 164 2. Jamprit 23 49 128 67 257 3. Nglembu 23 42 75 48 188 4. Tarungan 19 51 82 47 199 5. Gedangan 15 54 79 56 204

(6)

6. Badan 13 40 85 64 202 7. Panjang 20 50 98 73 241 8. Soronanggan 15 35 62 44 156 9. Gedong 10 30 71 32 143 10. Watu 15 40 62 46 163 11. Jetis 10 29 70 35 144 12. Nglorong 20 43 80 43 186 13. Semampir 15 41 95 74 213 14. Krapyak Kulon 20 40 85 50 190 15. Krapyak Wetan 20 45 101 60 226 16. Gunung Puyuh 14 56 80 26 176 Jumlah 267 688 1.316 811 3.052

(7)

Sedangkan tingkat kesejahteraan penduduk per pedukuhan di Desa Seloharjo dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2.9. Tingkat kesejahteraan penduduk di Desa Seloharjo

No Dusun

Tingkat keluarga sejahtera (KK)

Jumlah Sejahtera Pra Sejahtera 1 Pra Sejahtera 2 Miskin 1. Jelapan 10 30 80 120 2. Poyahan 3. Ngreco 27 40 80 147 4. Biro 5 20 30 105 160 5. Blali 6. Ngentak 11 26 83 65 185 7. Kalipakem 145 57 202 8. Karangasem 27 80 115 222 9. Soka 2 65 18 168 253 10. Kalinampu 33 80 50 163 11. Pentung 12. Bobok Tempel 14 20 180 214 13. Geger 15 28 14 57 114 14. Nambangan 225 225 15. Dukuh 16. Dermojurang 4 96 52 152

Sumber: Kecamatan Pundong Dalam Angka, 2012

2.5. SOSIAL EKONOMI

2.5.1. Pendidikan

Pendidikan mempunyai bagian penting dalam upaya pembangunan manusia, dengan kaitan utama untuk membangun karakter, pola pikir dan mencerdaskan kehidupan berbangsa. Tantangan ke depan yang dihadapi bangsa adalah masyarakat global, sehingga bekal pendidikan adalah penting adanya. Pendidikan yang ada di Kecamatan Pundong meliputi pendidikan taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama/sederajat, sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan serta sekolah luar biasa. Sarana pendidikan berupa sekolah yang ada di Kecamatan Pundong dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 2.10. Jumlah sekolah menurut status per Desa di Kecamatan Pundong

No Desa TK SD SMP/Sederajat

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

1 Seloharjo 0 6 2 4 0 1

(8)

3 Srihardono 0 11 6 4 1 0

Jumlah 0 24 10 10 3 3

No Desa SMA SMK SLB

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

1 Seloharjo 0 0 0 0 0 0

2 Panjangrejo 0 0 0 0 0 0

3 Srihardono 1 0 1 0 1 0

Jumlah 1 0 1 0 1 0

Sumber: UPT PPD, Kecamatan Pundong Dalam Angka, 2015

Ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan merupakan elemen penting dalam meningkatkan kualitas bidang pendidikan. Sarana sekolah yang ada di Kecamatan Pundong mampu memfasilitasi pendidikan untuk anak usia sekolah di Kecamatan Pundong. Anak usia sekolah yang menggunakan fasilitas sekolah yang ada di Kecamatan Pundong disampaikan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.11. Jumlah murid sekolah di Kecamatan Pundong No Tingkat sekolah Status Sekolah Jumlah Negeri Swasta 1. TK 0 722 722 2. SD 1.504 997 2.501 3. SMP/Sederajat 1.634 230 1.864 4. SMA 509 0 509 5. SMK 750 0 750 Jumlah 4.397 1.949 6.346

Sumber: UPT PPD, Kecamatan Pundong dalam Angka, 2015

Sarana pendidikan lain yang ada di Kecamatan Pundong adalah sekolah luar biasa. Jumlah sekolah dan murid sekolah luar biasa disampaikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.12. Jumlah sekolah, murid, guru dan kelas SLB di Kecamatan Pundong

No Desa Sekolah Murid Guru Kelas

1. Seloharjo 0 0 0 0

2. Panjangrejo 0 0 0 0

3. Srihardono 1 90 12 12

Jumlah 1 90 12 12

Sumber: Dinas Sosial, 2015 2.5.2. Kesehatan

(9)

Bidang kesehatan merupakan bidang yang penting dalam membangun masyarakat yang sehat dan kuat secara fisik maupun mental untuk menghadapi persaingan ke depan. Keberadaan fasilitas kesehatan yang terjangkau dan mudah diakses menjadi faktor penunjang dalam pelayanan kesehatan secara umum di Kecamatan Pundong. Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Pundong dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2.13. Fasilitas kesehatan menurut jenis di Kecamatan Pundong

No Desa RSU Rumah

Bersalin Puskes- mas Puskes- mas Pembantu Apotek Balai Pengo- batan 1. Seloharjo 0 0 0 1 0 0 2. Panjangrejo 0 1 0 1 0 0 3. Srihardono 0 0 1 1 2 1 Jumlah 0 1 2 3 2 1

Sumber: Pemerintah Desa, 2015

Fasilitas kesehatan yang berada di wilayah Kecamatan Pundong juga meliputi pelayanan kesehatan dasar yang dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.14. Sarana kesehatan dasar di Kecamatan Pundong

No Desa Posyandu Bidan Tenaga

kesehatan lain Dukun bayi

1. Seloharjo 19 4 4 6

2. Panjangrejo 16 10 9 2

3. Srihardono 20 5 11 2

Jumlah 55 19 24 10

Sumber: Pemerintah Desa, 2015 2.5.3. PDRB

Pendapatan domestik regional bruto (PDRB) merupakan salah satu ukuran mengenai tingkat pendapatan masyarakat di wilayah tertentu. Dengan kata lain, menunjukkan kegiatan ekonomi yang ada dan berjalan di wilayah tersebut. Kecamatan Pundong pada tahun 2010 mampu menciptakan nilai tambah atas dasar harga berlaku sebesar 250.590 juta rupiah dan atas dasar harga konstan 2000 sebesar 110.869 juta rupiah. Pada tahun 2010 PDRB Kecamatan Pundong menyumbang pembentukan PDRB Kabupaten Bantul sebesar 2,76%. Tiga sektor penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kecamatan Pundong adalah sektor pertanian menyumbang 29,53 %; sektor jasa‐jasa menyumbang 24,02 %; dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran bangunan menyumbang 12,11 %. PDRB Kecamatan Pundong tahun 2009 – 2010 dapat dilihat dalam tabel berikut.

(10)

No Lapangan Usaha

Dasar harga berlaku Dasar harga konstan

Tahun Tahun 2009 2010 2009 2010 1. Pertanian 68.508 74.003 35.787 36.692 2. Pertambangan dan Penggalian 14.351 16.187 6.796 6.924 3. Industri Pengolahan 13.775 15.496 5.609 5.843

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2.121 2.268 739 758

5. Bangunan 24.798 27.531 10.958 11.405

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

28.290 30.335 14.813 15.259

7. Pengangkutan dan Komunikasi

18.152 20.243 8.477 9.058

8. Keuangan, Persewaan dan Perusahaan

3.882 4.346 1.700 1.767

9. Jasa-jasa 55.104 60.181 22.186 23.164

Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah)

228.980 250.590 107.065 110.869

Penduduk pertengahan tahun (Jiwa)

31.243 31.667 31.243 31.667

PDRB Per Kapital (Rupiah) 7.329.010 7.913.284 3.426.855 3.501.095

Sumber: BPS Kabupaten Bantul, 2011 2.5.4. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi Kecamatan Pundong menurut kelompok sektor tercatat bahwa kelompok sektor primer mampu menyumbang 35,99 %, sektor sekunder menyumbang 18,08% dan sektor tersier menyumbang 45,93 %. PDRB Kecamatan Pundong sebesar 250.590 juta rupiah dengan dibagi jumlah penduduk 31.667 jiwa (tahun 2011) diperoleh pendapatan per kapita sebesar 7.913.284 rupiah. Pertumbuhan ekonomi Kecamatan Pundong tahun 2010 mencapai 3,55 %. Tiga sektor yang tumbuh paling besar secara berurutan adalah sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,85 %, sektor jasa-jasa sebesar 4,41 % dan sektor industri pengolahan sebesar 4,17 %.

Menurut hasil analisa LQ, sektor ekonomi unggulan yang menjadi sektor basis dan berpotensial ekspor dengan LQ > 1,25 di Kecamatan Pundong pada tahun 2010 adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi hanya mampu menjadi sektor basis dan belum mampu menjadi sektor dengan potensial ekspor karena 1 < LQ < 1,25. Begitu pula dengan sektor lainnya merupakan sektor non basis karena LQ < 1. Analisa LQ di Kecamatan Pundong disampaikan dalam tabel berikut.

(11)

Tabel 2.16. Analisa LQ per lapangan usaha di Kecamatan Pundong

No Lapangan Usaha Tahun

2009 2010

1. Pertanian 1,43 1,46

2. Pertambangan dan Penggalian 6,76 6,86

3. Industri Pengolahan 0,32 0,32

4. Lirik, Gas dan Air Bersih 0,77 0,76

5. Bangunan 0,89 0,90

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,69 0,69

7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,15 1,18

8. Keuangan, Persewaan dan Perusahaan 0,26 0,26

9. Jasa-jasa 1,62 1,61

Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah) 1,00 1,00 Sumber: BPS Kabupaten Bantul, 2011

2.6. KONDISI PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah, Kecamatan Pundong memiliki rencana pola pemanfaatan ruang yang terdiri dari rencana pengembangan kawasan budidaya, rencana penyediaan fasilitas dan rencana kawasan lindung. Permukiman di Kecamatan Pundong menurut blok sensus disampaikan dalam tabel berikut. Tabel 2.17. Jumlah Blok Sensus per Desa di Kecamatan Pundong

No Desa

Jumlah blok sensus Jumlah penduduk

Biasa Khusus Persiapan Laki-laki Perem-

puan Jumlah

1. Seloharjo 35 0 3 5.133 5.320 10.453

2. Panjangrejo 36 3 5 4.288 4.578 8.866

3. Srihardono 44 0 3 6.311 6.571 12.882

Kecamatan 115 3 11 15,732 16.469 32.201

Sumber: Estimasi hasil sensus penduduk-BPS Kabupaten Bantul, 2014

Untuk kondisi perumahan dan tingkat kepadatan hunian yang ada di Kecamatan Pundong disampaikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.18. Kepadatan penduduk di Kecamatan Pundong

No Desa Luas (km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/km2) 1. Seloharjo 11,10 10.453 942 2. Panjangrejo 5,71 8.866 1.552 3. Srihardono 6,87 12.882 1.875 Kecamatan 23,68 32.201 1.359

Sumber: Estimasi hasil sensus penduduk-BPS Kabupaten Bantul, 2014

(12)

2.7.1. Jalan

Dalam rangka upaya pengembangan suatu wilayah, transportasi merupakan salah satu aspek yang memegang peran penting untuk mempermudah interaksi antar wilayah. Interaksi ini menjadi faktor penting dalam berbagai kegiatan yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat, utamanya dalam arus perpindahan barang dan jasa, dimana dengan semakin mudah bentuk interaksi tersebut maka Kecamatan Pundong akan memperoleh manfaat ekonomi dan sosial dalam konstelasi regional.

Transportasi sangat erat kaitannya dengan ekonomi dalam upaya membuka isolasi wilayah, menunjang arus perputaran barang dan jasa sehingga wilayah yang memiliki transportasi baik dapat meningkatkan perkembangan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Faktor utama yang menunjang dalam bidang transportasi adalah ketersediaan sarana jalan yang baik dan dapat diakses oleh semua masyarakat. Jalan yang ada di Kecamatan Pundong terbagi dalam jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan desa dan jalan lingkungan.

2.7.2. Jalan Lingkungan

Kecamatan Pundong memiliki jaringan jalan dengan status jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan desa dan jalan lingkungan. Kondisi jalan per desa di Kecamatan Pundong dijelaskan sebagai berikut.

a. Desa Seloharjo

Status jalan yang ada di Desa Seloharjo terdiri dari jalan kabupaten dan jalan desa. Jenis jalan berupa jalan aspal, makadam, cor blok dan jalan tanah. Sebagian besar pedukuhan dilalui jalan aspal dengan status jalan kabupaten kecuali Pedukuhan Surotopo, Geger dan Dermojurang. Adanya jalan kabupaten ini mempermudah akses transportasi antar wilayah. Sedangkan jenis jalan makadam terdapat di Pedukuhan Geger. Untuk jenis jaringan cor blok jumlahnya sangat banyak tersebar di seluruh pedukuhan mulai dari Pedukuhan Jelapan sampai dengan Dukuh.

b. Desa Panjangrejo

Status jalan yang ada di Desa Panjangrejo terdiri dari jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan lokal dan jalan lingkungan. Jenis jalan berupa jalan aspal, makadam, cor blok dan jalan tanah. Hampir seluruh pedukuhan dilalui jalan aspal dengan status jalan kabupaten, kecuali Grudo, Soronanggan, Watu, Semampir, Krapyak Kulon dan Gedangan. Adanya jalan kabupaten ini mempermudah akses transportasi antar wilayah. Sedangkan jenis jalan makadam banyak ditemui dan terdapat hampir di setiap pedukuhan. Untuk jenis jaringan cor blok jumlahnya masih sedikit, hanya terdapat di beberapa pedukuhan yaitu Grudo, Jamprit, Nglembu,

(13)

Panjang, Soronanggan dan Jetis. Jalan tanah masih sangat banyak karena jumlah penduduk yang berada di daerah terpencil sedikit sehingga belum ada upaya perbaikan/pengaspalan menuju daerah tersebut.

c. Desa Srihardono

Status jalan yang ada di desa Srihardono terdiri dari jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan desa dan jalan lingkungan. Jalan provinsi melintasi wilayah 2 pedukuhan di pedukuhan Sawahan dan pedukuhan Candi, yaitu Jalan Parangtritis. Jalan kabupaten di Desa Srihardono menghubungkan antara Desa Srihardono dan desa lainnya seperti Desa Patalan (Kecamatan Jetis) dan Desa Panjangrejo. Pedukuhan yang dilalui oleh jalan kabupaten antara lain pedukuhan Tangkil, Pundong, Piring, Klisat, Nangsri, Sayegan dan Ganjuran. Jalan desa yang ada menghubungkan antar pedukuhan dan seluruh pedukuhan sudah terkoneksi menjadi sebuah sistem jaringan jalan desa. Jalan lingkungan adalah jalan‐jalan yang berada lingkungan pemukiman. Sebagian besar jalan pada pedukuhan di Desa Srihardono jenis konstruksi jalannya sudah beraspal, selain cor beton dan sebagian lainnya masih berupa jalan tanah.

2.7.3. Drainase

Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan air. Tingkat pelayanan saluran drainase Kecamatan Pundong belum optimal dan terbatas, terlihat dari kondisi saluran drainase yang mengalami sedimentasi lumpur maupun tanah, banyaknya sampah maupun alang-alang menyebabkan saluran drainase tersumbat dan masih terdapatnya daerah rawan genangan dan banjir.

Rencana pengembangan sistem drainase yang diupayakan untuk mengurangi masalah drainase Kecamatan Pundong ialah:

a. Penataan dan pembangunan saluran drainase yang memadai. Tindakan yang dapat dilakukan ialah:

 Pemanfaatan dan pengembangan sistem drainase dengan konstruksi sisi saluran drainase berupa turap dan atau semenisasi.  Pembangunan dan atau pelebaran saluran drainase tersier di

wilayah yang kapasitas saluran run off nya kecil dan atau belum optimal.

 Peningkatan dimensi saluran dan pembersihan saluran dari sampah.

b. Minimalisir jumlah titik banjir/genangan, tindakan yang dapat dilakukan untuk implementasi kebijakan ini ialah:

(14)

 Pengembangan saluran drainase terhirarki dan optimalisasi drainase yang sudah ada. Konsep pengembangan saluran drainase lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.19. Konsep pengembangan saluran drainase Kecamatan Pundong

Saluran drainase Alternatif buangan Contoh

Primer Sungai Kali Opak

Sekunder Sungai Kali Winongo Kecil

Tersier Saluran tersier di

lingkungan

perumahan/permukiman

Selokan, parit

Sumber: Hasil analisis, 2014

 Pengelolaan DAS secara optimal dan pengadaan kisi-kisi penyaring sampah pada saluran drainase tersier (gorong-gorong) untuk menyaring sampah. Hal ini diupayakan untuk meminimalisir terjadinya genangan yang disebabkan oleh penumpukkan sampah, yang sebagian besar terdapat di saluran drainase pinggir jalan dan sekitar kawasan permukiman.

 Pemeliharaan dan pengerukan saluran drainase untuk meminimalisir terjadinya genangan.

 Pemeliharaan sisi Kali Opak melalui pengecekan kondisi turap, sebagai upaya antisipasi terjadinya genangan/banjir akibat peningkatan debit air sungai.

c. Pengembangan sistem drainase yang terhirarki melalui pembagian fungsi pelayanan saluran drainase primer, saluran sekunder alami/buatan dan saluran drainase tersier yang juga disesuaikan dengan kondisi kontur kawasan perencanaan. Insentif yang dapat dilakukan ialah:

 Mempertahankan fungsi pelayanan sistem drainase terhirarki, yaitu:  Pelayanan saluan drainase primer: Kali Opak

 Saluran sekunder: Kali Winongo Kecil

 Saluran drainase tersier: saluran drainase di sepanjang jalan non arteri primer

 Perlu dilakukan penataan kegiatan di sepanjang saluran drainase untuk menjaga kualitas saluran drainase kota.

d. Pengembangan saluran drainase kota perlu juga didukung dengan kerjasama, manajemen dan koordinasi lintas sektoral. Lebih jelasnya ialah sebagai berikut:

(15)

 Pengembangan saluran drainase membutuhkan kerjasama dengan masyarakat berupa peningkatan kesadaran pentingnya menjaga saluran drainase.

 Pengembangan saluran drainase perlu didukung data Master Plan Drainase, data hidrologi dan topografi.

 Operasi dan pemeliharaan, rehabilitasi saluran & perubahan saluran irigasi, normalisasi sungai, manajemen DS, perluasan daerah pelayanan, peningkatan manajemen persampahan, koordinasi lintas sektoral dan pengembangan saluran drainase di kanan kiri jalan.

 Pembangunan jembatan sungai harus memperhatikan fluktuasi muka air sungai.

2.7.4. Air Minum

Sumber air minum yang banyak digunakan penduduk Kecamatan Pundong adalah air tanah. Layanan instalasi air bersih perpipaan, baik dari PDAM maupun Sistem Air Minum Perdesaan, belum mampu menjangkau dan memenuhi kebutuhan semua penduduk di Kecamatan Pundong. Guna mengantisipasi pengembangan air bersih ke depan maka perlu diperhitungkan kebutuhan instalasi dan jumlah sambungan rumah serta jumlah penduduk yang harus dilayani. Perkiraan jumlah perduduk pada tahun 2030 sebanyak 8.520 KK atau 34.081 jiwa. Dalam analisa kebutuhan akan air bersih diasumsikan bahwa yang menjadi pelanggan fasilitas air bersih PDAM tahun 2030 sebesar 25 % dari jumlah penduduk sedangkan sisanya diarahkan untuk menggunakan air tanah dari sumber yang terlindungi/higienis.

Guna memenuhi rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai upaya pemenuhan kebutuhan air bersih pada masa sekarang dan masa mendatang, maka rencana pengembangan yang diusulkan ialah:

a. Pengendalian pengambilan sumber air tanah, agar jumlah debit yang digunakan dapat disesuaikan dengan kapasitas pelayanan sumber air.  Penyediaan air bersih perpipaan oleh PDAM atau UPT-Air Bersih yang

dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan air tanah. Prinsip ini digunakan jika air pemukaan sudah tidak memungkinkan atau memadai lagi untuk digunakan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

 Pengadaan sumur resapan untuk menjaga ketersediaan air bersih dan mengurangi pengambilan air tanah secara besar-besaran, dengan memperhatikan dan mempertahankan daya tampung sumur resapan yang ada.

 Mengembangkan sumber air baku (air permukaan maupun air tanah) kawasan perencanaan melalui strategi:

(16)

 Mempertahankan sumber air baku kawasan perencanaan.  Pengendalian pencemaran air permukaan maupun air tanah. b. Peningkatan pelayanan air bersih sistem perpipaan, melalui tindakan:

 Pengembangan sumber air baku baru.

 Menawarkan peluang investasi kepada investor lokal maupun regional. c. Antisipasi dan pengendalian kehilangan air (water loss) sistem perpipaan

melalui monitoring meteran air.

d. Antisipasi perkembangan kebutuhan pelayanan air bersih, melalui strategi:  Antisipasi jumlah kebutuhan air berupa pemanfaatan sumber air baku

baru.

 Pengolahan air limbah non black water menggunakan teknologi, sehingga dapat digunakan lagi.

 Pengembangan penyediaan air bersih sistem perpipaan sebagai upaya untuk penghematan debit air yang digunakan.

 Pembangunan sumur resapan pada kawasan permukiman. e. Rencana pengembangan sistem pelayanan air bersih.

 Pelestarian sumber air, pengembangan dan peningkatan kapasitas sumber air baku baru.

 Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain, melalui insentif strategi: industri harus berupaya membantu pemerintah dalam meningkatkan pelayanan air bersih melalui penyediaan sistem perpipaan.

2.7.5. Air Limbah

Air limbah merupakan air kotor hasil kegiatan rumah tangga dan juga mencakup kegiatan ekonomi berikut industri didalamnya. Beberapa program yang ada di Kecamatan Pundong terkait pengelolaan air limbah adalah Program SPBM-USRI, Sanimas dan Ipal Komunal. Rencana pengembangan pelayanan pengelolaan air kotor sampai dengan tahun 2030 didasarkan pada prediksi volume air kotor yang dihasilkan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan asumsi prediksi air kotor minimal orang per hari sebanyak 30 liter/orang/hari, maka sampai tahun 2030 prediksi volume air kotor domestik disampaikan pada tabel berikut.

Tabel 2.20. Perkiraan jumlah air kotor penduduk berdasarkan asumsi minimal di Kecamatan Pundong

No Desa Penduduk 2010 Liter / hari Penduduk 2015 Liter / hari Penduduk 2020 Liter / hari 1. Srihardono 12.292 10.448 12.633 10.738 12.883 10.950 2. Panjangrejo 10.251 8.713 10.703 9.097 11.088 9.382 3. Seloharjo 10.177 8.650 10.578 8.991 10.874 9.242 Jumlah 32.720 27.811 33.914 28.26 34.795 29.574

(17)

No Desa Penduduk 2025 Liter / hari Penduduk 2030 Liter / hari 1. Srihardono 13.137 11.166 13.397 11.387 2. Panjangrejo 11.384 9.676 11.740 9.979 3. Seloharjo 11.178 9.501 11.491 9.767 Jumlah 35.699 30.343 36.628 31.133

Sumber: Rencana Sistem Jaringan Utilitas Kecamatan Pundong, 2014

Pengembangan sistem pengelolan air kotor terpisah dengan sistem drainase belum optimal sampai dengan saat ini. Hal ini terlihat dari pola pembuangan air kotor yang masih menggunakan sistem drainase primer dan sekunder. Rencana pengembangan prasarana air kotor sebagai upaya meningkatkan pelayanan sanitasi lingkungan yang tentunya akan berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan masyarakat mencakup pengembangan sistem pengelolaan air kotor setempat (on-site system), melalui strategi:

 Penyediaan tangki septik/cubluk di setiap rumah yang disesuaikan oleh masyarakat dengan standar pelayanan pengosongan lumpur tinja 5 (lima) tahun sekali.

 Penyuluhan kepada masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam penyediaan sarana sanitasi di tempat tinggalnya masing-masing.  Perlu dilakukan monitoring oleh pemerintah mulai dari unit satuan kerja

terkecil untuk mencegah pencemaran saluran air, terutama pencemaran oleh air kotor domestik.

 Pengembangan pengelolaan air kotor dengan Sanitasi Berbasis Masyarakat atau SANIMAS, terutama di pusat kota atau pusat-pusat permukiman untuk antisipasi perkembangan kota dan meminimalkan pencemaran lingkungan.

2.7.6. Persampahan

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Tingkat pelayanan pengelolaan sampah di Kecamatan Pundong sampai dengan tahun 2009 baru sebatas mencakup pengelolaan sampah pasar. Perkiraan jumlah total timbulan sampah dengan menggunakan asumsi produksi sampah 2 liter/orang/hari sampai tahun 2030 di Kecamatan Pundong disampaikan pada tabel berikut.

(18)

Tabel 2.21. Perkiraan jumlah timbulan sampah di Kecamatan Pundong No Desa Penduduk 2010 Liter / hari Penduduk 2015 Liter / hari Penduduk 2020 Liter / hari 1. Srihardono 12.292 24.584 12.633 25.266 12.883 25.766 2. Panjangrejo 10.251 20.502 10.703 21.406 11.088 22.076 3. Seloharjo 10.177 20.354 10.578 21.156 10.874 20.758 Jumlah 32.720 64.440 33.914 67.828 34.795 69.590 No Desa Penduduk 2025 Liter / hari Penduduk 2030 Liter / hari 1. Srihardono 13.137 26.274 13.397 26.794 2. Panjangrejo 11.384 22.778 11.740 23.580 3. Seloharjo 11.178 22.356 11.491 22.982 Jumlah 35.699 71.398 36.628 73.338

Sumber: Rencana Sistem Jaringan Utilitas Kecamatan Pundong, 2014

Rencana pola pengembangan prasarana persampahan dalam upaya mengantisipasi jumlah timbulan sampah di Kecamatan Pundong adalah: a. Pengembangan pengelolaan persampahan perdesaan, melalui tindakan:

 Kampanye konsep 3R (re-use, recycling, reduce).

 Pengembangan pengelolaan persampahan sistem setempat selaras lingkungan, seperti intensifikasi pengembangan kompos dari sampah organik rumah tangga dan limbah peternakan.

b. Peningkatan pelayanan persampahan perkotaan, melalui tindakan:

 Pengembangan unit tempat pembuangan sampah berupa tong sampah individual, tempat pembuangan sampah sementara (TPST), Lokasi Daur Ulang dan Komposting Sampah (LDUKS), armada angkutan sampah yang mengangkut sampah dari unit rumah, TPS, LDUKS dan kemudian mengangkut residu sampah ke TPA.

 Kampanye konsep 3R (re-use, recycling, reduce).

 Peran aktif masyarakat dalam pemilahan sampah organik dan non organik mulai dari unit lingkungan perumahan.

 Pengembangan konsep pengomposan sampah sebagai salah satu upaya minimasi sampah dari sumbernya.

BAB III.

IDENTIFIKASI DAN PENENTUAN KAWASAN PISEW

3.1. BERDASAR RTRW KECAMATAN (POTENSI DESA–DESA DALAM KECAMATAN)

Rencana detail tata ruang (RDTR) kawasan perencanaan mencakup rencana struktur tata ruang dan rencana pola tata ruang di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta per 20 tahun (2010 – 2030), yang berisi:

(19)

rencana struktur kawasan perencanaan, rencana pola pemanfaatan ruang kawasan perencanaan, rencana struktur pelayanan kegiatan kawasan dan rencana penataan bangunan dan lingkungan (amplop ruang). Mengacu pada RPJMD Kabupaten Bantul Tahun 2006 – 2010, strategi pokok yang terkait dengan upaya memacu pemerataan dan pertumbuhan ekonomi diimplementasikan melalui langkah-langkah yang meliputi:

a. Meningkatkan kemandirian ekonomi kerakyatan dengan memanfaatkan potensi wilayah secara optimal.

b. Melakukan penataan sistem kelembagaan pemerintah yang responsif dalam pengembangan usaha terutama sebagai katalisator pengembangan usaha kecil dan menengah serta sebagai mitra/partner usaha besar.

c. Meningkatkan investasi untuk penciptaan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi.

d. Meningkatkan daya saing pelaku ekonomi lokal dalam memanfaatkan dan menghadapi peluang dan tantangan era globalisasi.

e. Mendorong usaha mengurangi ketergantungan pada Sumber Daya Alam yang tak terbaharui (unrenewable resources) ke Sumber Daya Alam terbaharui (renewable resources).

Sektor potensial perekonomian yang mendukung upaya pengembangan kawasan perencanaan adalah kegiatan perekonomian sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perikanan darat), industri kerajinan dan pengolahan hasil pertanian serta pengembangan industri kreatif di masyarakat. Sektor pertanian didominasi oleh pertaniah sawah dengan komoditas tanaman pangan pokok, sedangkan sektor peternakan yang banyak dibudidayakan masyarakat adalah peternakan besar seperti sapi dan kambing. Sektor pariwisata memiliki potensi untuk pengembangan kawasan yang dapat diintegrasikan dengan industri kreatif gerabah, mebelair dan kuliner agar semakin memberi manfaat bagi masyarakat setempat. Pengembangan dan pengelolaan obyek pariwisata yang ada perlu memperhatikan undang-undang kepariwisataan yang baru, yaitu UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, khususnya pelibatan masyarakat setempat dan sektor swasta. Konsep pengembangan kepariwisataan yang potensial dikembangkan di kawasan perencanaan Kecamatan Pundong adalah:

a. Wisata budaya, modal dasar bagi pengembangan jenis wisata ini telah dimiliki Kecamatan Pundong yakni kesenian gejog lesung dan nini thowok.

b. Wisata kerajinan, gerabah dan keramik serta mebelair.

c. Wisata alam dan peninggalan sejarah, Goa Jepang dan Mata Air Surocolo dan perbukitan saujana lahan pertanian.

d. Wisata desa dengan memanfaatkan scenic view dataran alluvial Kali Opak dan keunikan tata cara keseharian alam perdesaan.

(20)

Konsep kepariwisataan yang dikemas dalam kegiatan perencanaan adalah rencana pengemasan antar wisata yang ada di wilayah Kecamatan Pundong menjadi sebuah paket wisata yang lengkap, menyeluruh, saling terkait dan mendukung serta memberi nilai/daya ungkit yang besar terhadap perekonomian masyarakat sebagai pelaku dan penerima manfaat kegiatan Program PISEW. Keberadaan wisata alam dan peninggalan sejarah Surocolo Goa Jepang di Desa Seloharjo, industri kerajinan gerabah dan keramik di Desa Panjangrejo serta industri kuliner andalan berupa mie des di Desa Srihardono menjadi produk andalan setempat yang dimasukkan dalam Program Poduk Andalan Setempat/One Village

One Product (OVOP) sebagai program unggulan dari Pemerintah Kecamatan

Pundong.

3.2. BERDASAR INDEKS PEMBANGUNAN DESA (IPD)

Indeks Pembangunan Desa merupakan suatu ukuran yang disusun untuk menilai tingkat kemajuan atau perkembangan desa di Indonesia dengan unit analisis berupa DESA. Pengukuran IPD bersifat village specific yang dibangun dari 2 (dua) sumber daya yaitu :

1. Data hasil pendataan Potensi Desa tahun 2014 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan April 2014 dan digunakan sebagai rujukan indikator-indikator utama penyusun indeks;

2. Data wilayah Administrasi Pemerintahan menurut Permendagri RI Nomor 39 Tahun 2015 yang digunakan sebagai rujukan standar terkait jumlah Desa teregristrasi di Indonesia.

Sesuai dengan amanat UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disebutkan bahwa Desa yang memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan UUD RI Tahun 1945, perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Atas dasar amanat tersebut maka Desa berdasarkan IPD diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) klasifikasi, yaitu: Desa Mandiri, Desa Berkembang dan Desa Tertinggal.

3.2.1. Kerangka Konseptual

Tingkat kemajuan dan perkembangan pembangunan desa perlu diukur menggunakan beberapa ukuran yang secara fungsional saling terkait untuk menggambarkan konsep tersebut secara komprehensif. Beberapa dimensi disusun untuk mencakup sekaligus beberapa variabel dan indikator. Antar dimensi diharapkan bersifat saling melengkapi untuk menggambarkan tingkat kemajuan pembangunan di setiap desa. Dalam penyusunan dimensi, variabel dan indikator penyusunan IPD, ada beberapa prinsip dasar yakni :

(21)

1. Data dasar yang digunakan dalam penyusunan variabel dan indikator penyusun IPD adalah Data Potensi Desa 2014 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).

2. Data kondisi desa yang menjadi indikator IPD adalah Data Potensi Desa 2014 yang dapat diperbandingkan antar desa satu dengan yang lainnya. Beberapa data dasar yang ada di Potensi Desa 2014 merupakan data yang tidak dapat diperbandingkan.

3. Beberapa dimensi merupakan bagian dari dimensi yang lainnya, namun karena kekhususannya, maka disebutkan dalam dimensi tersendiri.

4. Aspek ketimpangan indikator antara daerah yang dinilai sangat maju dan sangat tertinggal semaksimal mungkin diminimalisir dengan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA).

5. Basis teori dalam penentuan dimensi dalam IPD bersumber dari Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014.

3.2.2. Dimensi dan Variabel

Dimensi dan variabel pengukuran IPD didasarkan pada sintesa terhadap data potensi desa (2014) dan UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Dalam pasal 74 UU No. 6 Tahun 2014 disebutkan bahwa paling tidak ada 4 aspek yang perlu dipenuhi dalam pembangunan desa yakni: (1) kebutuhan dasar; (2) pelayanan dasar; (3) lingkungan; dan (4) kegiatan pemberdayaan masyarakat desa. Dalam bagian penjelasan, kebutuhan dasar didefinisikan sebagai upaya kebutuhan pangan, sandang dan papan. Sedangkan dalam pasal 78 UU No. 6 Tahun 2014 disebutkan bahwa tujuan pembangunan desa meliputi: (1) kesejahteraan masyarakat; (2) kualitas hidup; (3) prasarana; (4) pengembangan ekonomi lokal; dan (5) pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan.

Hasil sintesis tersebut membagi dimensi IPD menjadi 5 dimensi dengan kesesuaian atas ketersediaan data/variabel sebagai berikut:

1. Pelayanan dasar

Variabel ini mewakili aspek pelayanan dasar untuk mewujudkan bagian kebutuhan dasar, khusus untuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan. 2. Kondisi infrastruktur

Variabel ini mewakili kebutuhan dasar, sarana dan prasarana, pengembangan ekonomi lokal dan pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan dengan memisahkan aspek aksesibilitas (transportasi).

(22)

Variabel ini dipisahkan tersendiri dengan pertimbangan sarana dan prasarana transportasi memiliki kekhususan dan prioritas pembangunan desa sebagai penghubung kegiatan sosial ekonomi di dalam dan antar desa.

4. Pelayanan umum

Pelayanan dalam dimensi ini mewakili aspek lingkungan dan aspek pemberdayaan masyarakat. Pelayanan umum merupakan upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif dengan tujuan memperkuat demokrasi, kohesi sosial, perlindungan lingkungan dan sebagainya.

5. Penyelenggaraan pemerintah

Variabel ini mewakili indikasi kinerja Pemerintahan Desa, merupakan bentuk pelayanan administratif yang diselenggarakan penyelenggara pelayanan bagi warga yang dalam hal ini adalah Pemerintah.

Indeks Pembangunan Desa dan klasifikasi per desa di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.1. Indeks Pembangunan Desa per desa di Kecamatan Pundong

No Kecamatan Desa IPD Klasifikasi

1. PUNDONG

Panjangrejo 69.67 Berkembang

Seloharjo 68.22 Berkembang

Srihardono 77.92 Mandiri

Sumber: Bappeda Bantul, 2016

Berdasarkan data IPD diatas, Kecamatan Pundong di tahun 2016 memiliki Desa Panjangrejo dan Seloharjo dengan klasifikasi Desa Berkembang. Sedangkan Desa Srihardono memiliki klasifikasi Desa Mandiri. Di tahun 2016 tidak ada Desa Tertinggal di Kecamatan Pundong. Desa-desa dengan klasifikasi Berkembang dan Mandiri masuk menjadi kriteria sasaran penerima dalam Program PISEW.

3.3. BERDASAR INDEKS DESA MEMBANGUN (IDM)

Tujuan pembangunan desa, sebagaimana dinyatakan secara normatif dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, kualitas hidup manusia dan menanggulangi kemiskinan. Maka dengan demikian, tindakan kebijakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa harus diabdikan pada pencapaian tujuan pembangunan desa tersebut. Indeks Desa Membangun (IDM) menunjukkan status kemajuan dan kemandirian Desa yang dijelaskan dengan klasifikasi, dimana klasifikasi ini diharapkan dapat memfasilitasi pemahaman tentang situasi dan kondisi Desa saat ini. Penentuan klasifikasi Desa menurut IDM berdasarkan dimensi dan indikator sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut.

(23)

NO INDEKS DESA

MEMBANGUN DIMENSI INDIKATOR

1. Ketahanan Sosial Kesehatan 1 Pelayanan Kesehatan 1 Waktu Tempuh ke prasarana kesehatan < 30 menit 2 Tersedia tenaga kesehatan bidan 3 Tersedia tenaga kesehatan dokter 4 Tersedia tenaga kesehatan lain 2 Keberdaya an Masyarakat untuk Kesehatan 5 Akses ke poskesdes, polindes dan posyandu 6 Tingkat aktivitas posyandu 3 Jaminan Kesehatan 7 Tingkat kepesertaan BPJS Pendidikan 4 Akses Pendidikan Dasar dan Menengah 8 Akses ke Pendidikan Dasar SD/MI <3 KM 9 Akses ke SMP/MTS < 6 km 10 Akses ke SMU/SMK < 6 km 5 Akses Pendidikan Non Formal 11 Kegiatan pemberantasan buta aksara 12 Kegiatan PAUD 13 Kegiatan PKBM/Paket ABC 14 Akses ke pusat keterampilan/ kursus 6 Akses ke Pengetahu an 15 Taman Bacaan Masyarakat atau Perpustakaan Desa Modal Sosial 7 Memiliki Solidaritas Sosial 16 Kebiasaan gotong royong di desa 17 Keberadaan ruang publik terbuka bagi warga yang tidak berbayar

18 Ketersediaan fasilitas atau lapangan olahraga

(24)

19 Terdapat kelompok kegiatan olahraga 8 Memiliki Toleransi 20 Warga desa terdiri dari beberapa suku atau etnis 21 Warga desa berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa yang berbeda 22 Terdapat keragaman agama di Desa 9 Rasa Aman Penduduk 23 Warga desa membangun pemeliharaan poskamling lingkungan 24 Partisipasi warga mengadakan siskamling 25 Tingkat kriminalitas yang terjadi di Desa 26 Tingkat konflik yang terjadi di Desa 27 Upaya penyelesaian konflik yang terjadi di Desa 10 Kesejahter aan Sosial 28 Terdapat akses ke Sekolah Luar Biasa 29 Terdapat Penyandang Kesejahteraan Sosial (Anak Jalanan, Pekerja Seks Komersial dan Pengemis) 30 Terdapat Penduduk yang bunuh diri Permukima n 11 Akses ke Air Bersih dan Air Minum Layak 31 Mayoritas penduduk desa memiliki sumber air minum yang layak.

32 Akses Penduduk desa memiliki air

(25)

untuk mandi dan mencuci 12 Akses ke Sanitasi 33 Mayoritas penduduk desa memiliki Jamban. 34 Terdapat tempat pembuangan sampah. 13 Akses ke Listrik 35 Jumlah keluarga yang telah memiliki aliran listrik. 14 Akses Informasi dan Komunikasi 36 Penduduk desa memiliki telepon selular dan sinyal yang kuat. 37 Terdapat siaran televisi lokal, nasional dan asing 38 Terdapat akses internet 2 Ketahanan Ekonomi Ekonomi 15 Keragaman Produksi Masyarakat Desa 39 Terdapat lebih dari satu jenis kegiatan ekonomi penduduk 16 Tersedia Pusat Pelayanan Perdagang an 40 Akses penduduk ke pusat perdagangan (pertokoan, pasar permanen dan semi permanen) 41 Terdapat sektor perdagangan di permukiman (warung dan minimarket) 42 Terdapat usaha kedai makanan, restoran, hotel dan penginapan 17 Akses Distribusi/ Logistik 43 Terdapat kantor pos dan jasa logistik 18 Akses ke Lembaga Keuangan dan Perkreditan 44 Tersedianya lembaga perbankan umum (Pemerintah dan Swasta) 45 Tersedianya BPR 46 Akses penduduk ke kredit

(26)

19 Lembaga Ekonomi 47 Tersedianya lembaga ekonomi rakyat (koperasi) 20 Keterbuka- an Wilayah 48 Terdapat moda transportasi umum (Transportasi Angkutan Umum, trayek reguler dan jam operasi Angkutan Umum) 49 Jalan yang dapat

dilalui oleh kendaraan bermotor roda empat atau lebih (sepanjang tahun kecuali musim hujan, kecuali saat tertentu) 50 Kualitas Jalan Desa (Jalan terluas di desa dengan aspal, kerikil, dan tanah)

3 Ketahanan

Ekologi

Ekologi 21 Kualitas Lingkungan

51 Ada atau tidak adanya

pencemaran air, tanah dan udara 52 Terdapat sungai yg terkena limbah 22 Potensi rawan bencana dan tanggap bencana 53 Kejadian Bencana Alam (banjir, tanah longsong, kebakaran hutan) 54 Upaya/Tindakan terhadap potensi bencana alam (Tanggap bencana, jalur evakuasi, peringatan dini dan ketersediaan peralatan penanganan bencana) Sumber: Data Sekunder, 2016

Berdasarkan Indeks Desa Membangun, status desa diklasifikasikan menjadi 5 (lima) klasifikasi sebagai berikut:

1. Desa Mandiri

Disebut juga dengan Desa Sembada, adalah Desa Maju yang memiliki kemampuan melaksanakan pembangunan desa untuk peningkatan

(27)

kualitas hidup dan kehidupan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa dengan ketahanan sosial, ketahanan ekonomi dan ketahanan ekologi secara berkelanjutan.

2. Desa Maju

Disebut juga Desa Pra-Sembada, adalah Desa yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi dan ekologi serta kemampuan mengelolanya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, kualitas hidup manusia dan menanggulangi kemiskinan.

3. Desa Berkembang

Disebut juga Desa Madya, adalah Desa potensial menjadi Desa Maju, yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi dan ekologi tetapi belum mengelolanya secara optimal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, kualitas hidup manusia dan menanggulangi kemiskinan. 4. Desa Tertinggal

Disebut juga Desa Pra-Madya, adalah Desa yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi dan ekologi tetapi belum atau kurang mengelolanya dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, kualitas hidup manusia dan mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuk. 5. Desa Sangat Tertinggal

Disebut juga Desa Pratama, adalah Desa yang mengalami kerentanan karena masalah bencana alam, goncangan ekonomi dan konflik sosial sehingga tidak berkemampuan mengelola sumber daya sosial, ekonomi dan ekologi serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya. Berdasarkan data IDM yang diperoleh dari Bappeda Bantul, Desa Panjangrejo dan Seloharjo diklasifikasikan sebagai Desa Maju dengan IDM sebesar 0,7877 dan 0,7638. Sedangkan Desa Srihardono diklasifikasikan sebagai Desa Mandiri dengan nilai IDM sebesar 0,8156. Indeks Desa Membangun per desa di Kecamatan Pundong disampaikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.3. IDM per desa di Kecamatan Pundong Tahun 2016

No Kecamatan Desa IDM Klasifikasi

1. Pundong Panjangrejo 0.7877 Maju

Seloharjo 0.7638 Maju

Srihardono 0.8156 Mandiri

Sumber: Bappeda Bantul, 2016

3.4. PENENTUAN DESA-DESA BERKEMBANG SEBAGAI DESA PUSAT PERTUMBUHAN DAN DESA-DESA TERTINGGAL SEBAGAI DESA PENYANGGA

(28)

Lokasi pelaksanaan kegiatan Program PISEW adalah kawasan permukiman di kecamatan yang ditetapkan oleh Menteri PUPR berdasarkan potensi kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pusat pertumbuhan,

2. Merupakan kebijakan Pemerintah yang dapat mempercepat pengembangan ekonomi kawasan dan/atau menciptakan lapangan kerja,

3. Sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, 4. Merupakan usulan Pemerintah Daerah.

Ruang lingkup kegiatan Program PISEW 2016 adalah kawasan di tingkat wilayah Kecamatan Sasaran Program PISEW. Konsep kawasan dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. (Pasal 1 Ketentuan Umum UUPR 26/2007).

 Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman) .

Kawasan Prioritas Program PISEW adalah kawasan yang terdiri dari satu desa berkembang yang merupakan desa sentra produksi ataupun desa pengumpul bahan baku, dengan didukung desa penyangga dalam satu kecamatan. Penentuan lokasi kawasan prioritas berdasarkan potensi dilakukan oleh Tim Pelaksana Kabupaten bersama Pemerintah Kecamatan (Camat) dengan difasilitasi oleh Fasilitator Masyarakat. Konsep pemilihan dan penetapan lokasi dalam Program PISEW dijelaskan pada gambar berikut.

(29)

Gambar 3.1. Konsep pemilihan dan penetapan lokasi

Tahapan identifikasi pusat dan penyangga kawasan dimulai dengan kegiatan mempersiapkan Tim, pengumpulan dokumen, penentuan waktu dan tempat serta pelaksanaan identifikasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penentuan kawasan prioritas berdasarkan potensi sasaran Program PISEW adalah:

1. Pengumpulan dokumen pendukung

Melakukan pengumpulan dokumen yang ada di desa dalam kecamatan dan kabupaten guna mengetahui rencana pembangunan, potensi masing-masing desa dan kecamatan serta kesesuaian dengan RTRW. Kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan dan menginventarisasi dokumen pendukung sebagai berikut:

a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR),

b. Indeks Pembangunan Desa (IPD) dan Indeks Desa Membangun (IDM), c. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten,

d. Rencana Pengembangan Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM),

e. Dokumen terkait dengan pembangunan kawasan. 2. Identifikasi pusat kawasan

Setelah melakukan kajian terhadap dokumen pendukung tersebut, diperoleh data desa-desa berkembang sebagai pusat kawasan atau pusat pertumbuhan. Selanjutnya akan dikoordinasi dan dikonsolidasikan dengan Pemerintah Kecamatan untuk menentukan desa-desa yang memenuhi kriteria dan persyaratan sebagai pusat kawasan. Berdasarkan hasil kajian dan konsolidasi di tingkat kecamatan, ada kemungkinan muncul lebih dari satu desa sebagai desa berkembang yang berpotensi sebagai pusat kawasan.

: Desa Mandiri

: Desa Berkembang*, Sentra Produksi : Desa Berkembang*,

Pengumpul Bahan Baku

: Desa Tertinggal** 1 3 2 4 KAB/ KOTA 3 4 4 4 4 4 REGIONAL / GLOBAL Kecamatan Legenda: 1 2 3 4 *2 dan 3 (Desa Berkembang), termasuk

kawasan permukiman didalamnya ditangani oleh Kementerian PUPR

(30)

3. Identifikasi penyangga kawasan

Tahapan identifikasi penyangga kawasan dapat dilakukan jika kawasan sudah diperoleh. Dengan kemungkinan ada lebih dari satu pusat kawasan, maka Tim Pelaksana Kabupaten bersama Pemerintah Kecamatan melakukan delineasi kawasan dengan penyangga kawasan. dari hasil delineasi tersebut, ada kemungkinan dalam satu kecamatan terdapat lebih dari satu kawasan.

4. Penetapan kawasan prioritas berdasarkan potensi dalam Program PISEW Berdasarkan hasil penentuan kawasan, dapat dilakukan penetapan kawasan berdasarkan prioritas dan keselarasan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, kawasan yang sesuai tujuan kegiatan Program PISEW serta dokumen hasil Musrenbang Kecamatan.

Selanjutnya hasil penetapan kawasan Program PISEW dibuat berita acara yang diketahui oleh Tim Pelaksana Kabupaten. Alur penetapan kawasan prioritas Program PISEW dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.2. Alur penetapan kawasan Program PISEW

Hasil dari kegiatan tahapan identifikasi kawasan menjadi pokok pembahasan utama kegiatan pengembangan sosial ekonomi wilayah dalam Program PISEW Kecamatan Pundong. Pengembangan kawasan direncanakan untuk pembangunan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun yang akan dirangkum dalam sebuah matrik penanganan kawasan PISEW.

PENGKAJIAN DOKUMEN

Pengumpulan dokumen-dokumen

Pembangunan

Kesepahaman Definisi Pusat dan Penyangga Kawasan

(Ciri-ciri dan Kriteria)

Identifikasi Pusat dan Penyangga Kawasan

Terpilih

Pusat-pusat dan Penyangga Kawasan

Penetapan

Pusat dan Penyangga Kawasan

PEMBUATAN DELINIASI KAWASAN PENETAPAN KAWASAN Penentuan Prioritas dengan indikator

(31)

Berikut merupakan analisis prioritas kawasan sebagai bentuk hasil dari pertemuan Identifikasi serta penentuan pusat dan penyangga kawasan yang telah dilakukan di Kecamatan Pundong.

3.4.1. Analisis Prioritas Pusat Kawasan Kecamatan : Pundong Kabupaten : Bantul

Provinsi : D.I. Yogyakarta

Daftar Kawasan : 1. Kawasan wisata alam Surocolo Goa Jepang 2. Kawasan industri kerajinan gerabah dan keramik 3. Kawasan industri olahan pangan mie des

1. Desa Seloharjo sebagai Pusat Kawasan

No Aspek Penilaian Nilai Sangat mendukung (ada) Mendukung (ada) Tidak mendukung (tidak ada) (3) (2) (1) 1. Arahan RTRW  2. Arahan RPJM Kabupaten  3. Arahan RPJI2M  4. Arahan Indeks Pembangunan Desa  5. Arahan Indeks Desa

Membangun  6. Arahan Kawasan Strategis Kabupaten  7. Potensi Unggulan  Skor 21

Catatan : arahan dari Indeks Pembangunan Desa dan Indeks Desa Membangun yang

dimaksudkan Desa Pusat Pertumbuhan dikategorikan sebagai Desa Berkembang

3.4.2. Analisis Prioritas Desa Penyangga Kecamatan : Pundong

Kabupaten : Bantul

Provinsi : D.I. Yogyakarta

Daftar usulan desa penyangga: 1. Desa Panjangrejo 2. Desa Srihardono 1. Desa Panjangrejo sebagai Desa Penyangga

No Aspek Penilaian Nilai Sangat mendukung (ada) Mendukung (ada) Tidak mendukung (tidak ada) (3) (2) (1)

(32)

1. Arahan RTRW  2. Arahan RPJM Kabupaten  3. Arahan RPJI2M  4. Arahan Indeks Pembangunan Desa  5. Arahan Indeks Desa

Membangun  6. Arahan Kawasan Strategis Kabupaten  7. Potensi Unggulan  Skor 20

2. Desa Srihardono sebagai Desa Penyangga

No Aspek Penilaian Nilai Sangat mendukung (ada) Mendukung (ada) Tidak mendukung (tidak ada) (3) (2) (1) 1. Arahan RTRW  2. Arahan RPJM Kabupaten  3. Arahan RPJI2M  4. Arahan Indeks Pembangunan Desa  5. Arahan Indeks Desa

Membangun  6. Arahan Kawasan Strategis Kabupaten  7. Potensi Unggulan  Skor 19

Tahapan identifikasi serta penentuan pusat dan penyangga kawasan Program PISEW 2016 di Kecamatan Pundong telah dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 Mei 2016 di Gedung Pertemuan Kecamatan Pundong. Dokumen berita acara kegiatan terlampir.

3.5. PENETAPAN DESA PUSAT PERTUMBUHAN DAN DESA-DESA PENYANGGA

Kewenangan penentuan desa sebagai pusat dan penyangga berada di Tim Pelaksana Kabupaten. Berdasarkan data Indeks Pembangunan Desa dan Indeks Desa Membangun dari Bappeda Kabupaten Bantul tahun 2016 menunjukkan sudah tidak ada lagi desa dengan kriteria Desa Tertinggal di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul. Desa Seloharjo dan Panjangrejo memiliki kriteria Desa Berkembang/Maju dan Desa Srihardono memiliki kriteria Desa Mandiri/Mandiri. Keberadaan desa dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia menjadi bahasan penting dalam tujuan pembangunan dan pengembangan kawasan di tingkat kecamatan. Setiap desa di Kecamatan Pundong memiliki kawasan potensial sosial ekonomi yang layak untuk dikembangkan. Desa pusat

(33)

pertumbuhan adalah desa berkembang dengan sentra produksi, yang diharapkan dengan adanya Program PISEW menghasilkan daya ungkit terbesar dalam upaya pengembangan sosial ekonomi wilayah di kawasan tersebut. Sedangkan desa penyangga adalah desa pendukung dalam kaitan upaya pengembangan sosial ekonomi wilayah.

Setiap desa di Kecamatan Pundong memiliki produk andalan setempat dengan beberapa dusun didalamnya menjadi area pendukung untuk kegiatan dalam menghasilkan produk tersebut. Desa penyangga dalam kegiatan PISEW didasarkan pada keberadaan Program Produk Andalan Setempat (PAS)/One

Village One Product (OVOP), sebagai program unggulan daerah. Area pendukung

kegiatan sosial ekonomi yang berada di masing-masing desa disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.4. Area pendukung kegiatan sosial ekonomi per desa di Kecamatan Pundong

No Desa Potensi Kawasan Area pendukung

(dusun) 1. Seloharjo Wisata alam Surocolo

Goa Jepang

Ngreco, Poyahan, Ngepung 2. Panjangrejo Industri kerajinan

gerabah dan keramik

Jetis, Watu, Nglorong, Semampir, Gunung Puyuh

3. Srihardono Industri olahan pangan berbahan baku tapioka (mie des)

Tulung, Klisat, Nangsri, Seyegan

Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan pembahasan di tingkat Tim Pelaksana Kabupaten PISEW 2016 Kabupaten Bantul, maka disepakati bahwa pusat pertumbuhan dan penyangga untuk Kecamatan Pundong adalah untuk mendukung Program Produk Andalan Setempat (PAS) atau One Village One Product (OVOP), sebagai program unggulan daerah.

Berdasarkan hasil rapat pertemuan kecamatan ke – 1 Kecamatan Pundong, yaitu kegiatan musyawarah hasil sinkronisasi kajian dan inventarisasi program di Kecamatan dan Desa di dalam Kawasan yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 10 Juni 2016 di Gedung Pertemuan Kecamatan Pundong, disepakati bersama bahwa 3 desa yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Pundong memiliki kawasan dengan produk andalan setempat, yang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.5. Penetapan desa-desa Kawasan Sasaran PISEW 2016

No Nama Desa Status

1. Seloharjo Pusat Kawasan

2. Panjangrejo Penyangga Kawasan

(34)

Sumber: Rapat Kecamatan ke – 1 Kecamatan Pundong, PISEW 2016

3.6. PENETAPAN KAWASAN PISEW TERPILIH (PETA DAN DELINEASI)

Ruang lingkup Program PISEW adalah tingkat kecamatan dengan titik berat pengembangan kawasan, bukan perdesaan. Kawasan sasaran Program PISEW adalah kawasan yang terdiri dari satu desa berkembang yang merupakan desa sentra produksi atau pun desa pengumpul bahan baku dengan didukung oleh desa penyangga dalam satu kecamatan. Pelaksanaan penentuan lokasi kawasan berdasarkan potensi dan prioritas dilakukan oleh Tim Pelaksana Kabupaten dan Pemerintah Kecamatan (Camat). Kawasan yang menjadi usulan dalam kegiatan PISEW sesuai dengan hasil pertemuan kecamatan ke – 1 Kecamatan Pundong adalah kawasan industri olahan pangan berbahan baku tapioka di Desa Srihardono, kawasan industri kerajinan gerabah dan keramik di Desa Panjangrejo dan kawasan wisata alam Surocolo Goa Jepang di Desa Seloharjo.

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan bersama oleh Tim TPK, Pokja Kecamatan dan Forum Kecamatan serta difasilitasi Fasilitator Masyarakat, maka disepakati bahwa Program PISEW 2016 di Kecamatan Pundong adalah pembangunan kawasan pariwisata. Kawasan yang menjadi sasaran dalam Program PISEW 2016 di Kecamatan Pundong disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.6. Peta Dasar dan Kawasan Program PISEW Kecamatan Pundong

No Uraian Keterangan

1. Peta Dasar Kecamatan

2. Desa Pusat Kawasan dan Desa Penyangga Kawasan

(35)

3. Gambar tapak kawasan

4. Peta Kawasan Program PISEW 2016

Gambar

Gambar 2.1. Peta Kecamatan Pundong  2.1.  GEOGRAFIS
Tabel 2.2.  Ketinggian dari permukaan laut per desa di Kecamatan Pundong
Tabel 2.3. Penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Pundong
Tabel 2.5. Jumlah penduduk di Kecamatan Pundong
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya hubungan antara keberadaan hewan peliharaan dengan kejadian leptospirosis dalam penelitian ini bisa dikarenakan sebagian besar responden baik pada

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan pengemudi terhadap persyaratan kendaraan angkutan bahan bakar minyak

Dari penelitian yang dilakukan, maka didapatkan hasil perancangan ulang perosotan, panjatan globe, panjatan setengah lingkaran, ayunan adalah dalam bentuk gambar 2

Oleh karena itu perlu adanya suatu perangkat lunak yang akan membantu proses sistem pengendalian arsip data pemeliharaan yang dapat dilaksanakan dengan efesien, terencana,

Untuk itu, guru sekolah mitra LPTK dan dosen Unsyiah serta UIN Ar Raniry Banda Aceh melakukan penelitian bersama yang berfokus pada penerapan investigasi kelompok agar dapat

Stefanus bersama Lingkungan yang lain telah mengikuti beberapa kegiatan perlombaan yang diadakan oleh Paroki, seperti : Lomba Penata Umat dan Lomba Profile Lingkungan. Untuk

Hendra 1999 menyatakan bahwa arang merupakan hasil pembakaran dari bahan-bahan yang mengandung karbon pada suhu 500- 600 o C dengan udara terbatas, dalam proses lebih lanjut

Artinya, ada pengaruh gender bystander terhadap respon bystander sebagai follower, dimana siswa laki-laki lebih memiliki kecenderungan untuk ikut serta dengan