12 2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Kondisi Fisik
Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) dan 119 km dari Ibukota Negara (Jakarta). Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak diantara 6o 57’ - 7o 25’ Lintang Selatan dan 106o49’ - 107o00’ Bujur Timur dan mempunyai luas daerah 4.128 km2 atau 14,39 persen dari luas Provinsi Jawa Barat atau 3,01 persen dari luas Pulau Jawa, dengan batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak Provinsi Banten dan Samudera Indonesia
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat
Selain itu secara administratif Kabupaten Sukabumi juga berbatasan secara langsung dengan wilayah Kota Sukabumi yang merupakan daerah kantong (enclave) dikelilingi beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Sukabumi di sebelah Utara, Kecamatan Cisaat dan Kecamatan Gunung Guruh di sebelah Barat, Kecamatan Nyalindung di sebelah Selatan, Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Kebon Pedes di sebelah Timur.
Dari tahun 2005 sampai tahun 2010 Kabupaten Sukabumi mengalami pemekaran kecamatan yang meliputi 47 kecamatan, 5 kelurahan dan 381 desa. Sedangkan jumlah sampai akhir tahun 2010 terdapat 3707 RW dan 14.205 RT. Saat ini ibukota Kabupaten Sukabumi berada di Kecamatan Palabuhanratu, meskipun demikian beberapa kantor pemerintahan masih ada yang berdomisili di Kecamatan Cisaat, Kecamatan Cibadak bahkan di Kota Sukabumi.
Bentuk topografi wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya meliputi permukaan yang bergelombang di daerah selatan dan bergunung di daerah utara dan tengah. Dengan ketinggian berkisar 0 – 2.960 m. (dengan puncak tertinggi terdapat di Gunung Salak 2.211 m dan Gunung Gede 2.958 m). Daerah pesisir pantai dengan ketinggian 0-25 m seluas 10.455,45 ha meliputi 10 kecamatan di Sukabumi Selatan yaitu : Ciemas, Ciracap, Surade, Cibitung,
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Tegalbuleud, Cidolog, Palabuhanratu, Simpenan, Cisolok, dan Cikakak. Daerah pegunungan dengan ketinggian > 1000 m umumnya terletak di bagian utara dengan luas 27.568,49 ha. Luas wilayah Kabupaten Sukabumi berdasar kemampuan tanah (ketinggian) selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Luas Wilayah Kabupaten Sukabumi Menurut Kemampuan Tanah (Ketinggian)
Ketinggian Luas Wilayah
(ha) Persen
0-25 10.455,45 2,52%
25-100 51.759,24 12,48%
100-500 183.710,65 44,29%
500-1000 141.253,85 34,06%
> 1000 27.568,49 6,65%
Jumlah 414.747,68 100,00%
Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Sukabumi seperti juga daerah lainnya di Indonesia termasuk yang beriklim tropis. Udara yang cukup hangat tersaji hampir setiap tahunnya. Pada Tahun 2011 curah hujan tertinggi yang tercatat di pusat pemantauan Goalpara terjadi pada bulan Februari dengan curah hujan 640 mm dan terjadi selama 25 hari.
Sedangkan curah hujan terkecil terjadi di bulan Agustus sebesar 1 mm.
Grafik 1.1 Rata-rata Curah Hujan per Bulan di Kabupaten Sukabumi Tahun 2009-2011
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Aspek kemampuan tanah (kedalaman efektif dan tekstur), daerah Kabupaten Sukabumi sebagian besar bertekstur tanah sedang (tanah lempung). Kedalaman tanahnya dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) golongan besar yaitu kedalaman tanah sangat dalam (lebih dari 90 cm) dan kedalaman tanah kurang dalam (kurang dari 90 cm). Kedalaman tanah sangat dalam tersebar di bagian utara, sedangkan kedalaman tanah kurang dalam tersebar di bagian tengah dan selatan. Hal ini mengakibatkan wilayah bagian utara lebih subur dibanding wilayah bagian selatan.
Struktur geologi wilayah Kabupaten Sukabumi terbagi menjadi dua zona yaitu zona utara dan zona selatan, dengan batas Sungai Cimandiri yang mengalir dari arah Timur Laut ke Barat Daya. Zona Utara merupakan kawasan yang dipengaruhi oleh vulkan dan sebagian besar merupakan daerah yang subur, dimana terdapat kawasan perkebunan, persawahan dan kegiatan pertanian lainnya.
Sedangkan zona selatan merupakan kawasan yang berbukit-bukit yang terdiri atas kawasan pertanian lahan kering, perkebunan dan kehutanan. Jenis tanah di bagian utara pada umumnya terdiri dari tanah latosol, andosol dan regosol. Di bagian tengah pada umumnya terdiri dari tanah latosol dan podzolik, sedangkan di bagian selatan sebagian besar terdiri dari tanah laterit, grumosol, podzolik dan alluvial. Jenis tanah ini termasuk tanah yang agak peka erosi.
Kondisi hidrologi dan hidrogeologi wilayah Kabupaten Sukabumi meliputi air tanah terutama berupa mata air, dan air permukaan berupa sungai dan anak-anak sungainya. Di wilayah Kabupaten Sukabumi banyak dijumpai mata air, biasanya tempat pemunculan mata air ini berasal dari dasar lembah atau kaki perbukitan. Munculnya mata air dari tempat-tempat tersebut disebabkan adanya lapisan batuan kedap air di bawahnya, sehingga peresapan tidak terus ke dalam melainkan ke arah lateral dan muncul di kaki-kaki tebing/lembah atau kaki perbukitan. Sementara air permukaan yang sebagian besar terdiri atas sungai-sungai dan anak-anak sungainya membentuk daerah aliran sungai (DAS) yang mengaliri luas areal persawahan, meliputi DAS Cikaranggeusan (4.038 ha), DAS Ciletuh (6.248 ha), DAS Cisalada (632 ha), DAS Cimandiri (700 ha), DAS Ciseureuh Cibeureum (1.303 ha), DAS Cikarangnguluwung (1.874 ha), DAS Cikarang Cigangsa (1.025 ha), DAS Cigangsa (1.514 ha), dan 19 DAS kecil lainnya (8.909 ha).
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Gambar 2.1
Peta Administratif Kabupaten Sukabumi
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Gambar 2.2
Peta Pemanfaatan Ruang
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 2.1.2 Penggunaan Lahan dan Potensi Sumber Daya Alam
Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah ± 412.799,54 Ha mengalami pergeseran pola penggunaan lahan dari Tahun 2004 ke Tahun 2008 sebagai berikut:
Tabel 2.2
Pergeseran Pola Penggunaan Lahan Kabupaten Sukabumi (dalam hektar)
Tahun 2004 – 2008
No Penggunaan
Lahan 2004 2007 2008
1 Lahan Sawah 62.751 (15,35%) 62.896 (15,24%) 69.239 (16,91%) 2 Kebun/tegalan 103.678 (25,37%) 73.461 (17,79%) 72.151 (17,62%) 3 Padang rumput 4.335 (1,06%) 2.021 (0,49%) 1.548 (0,38%) 4 Kolam/empang 1.702 (0,42%) 1.812 (0,44%) 1.792 (0,44%) 5 Tambak 200 (0,05%) 0 (0,00%) 451 (0,11%) 6 Hutan rakyat 45.851 (11,22%) 39.303 (9,52%) 34.917 (8,53%) 7 Perkebunan 74.839 (18,32%) 68.047 (16,48%) 62.524 (15,27%) 8 Hutan negara 85.296 (20,87%) 79.429 (19,24%) 79.237 (19,36%) 9 Bangunan
dan halaman 18.641 (4,57%) 17.493 (4,24%) 16.595 (4,05%) 10 Tanah bera 4.395 (1,09%) 849 (0,21%) 510 (0,12%) 11 Lain-lain 6.872 (1,68 %) 25.799 (6,24 %) 29.431 (7,19%)
Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi
Dari aspek sumber daya alam, potensi yang dimiliki Kabupaten Sukabumi meliputi:
- Potensi sumber daya pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
Pertanian di Kabupaten Sukabumi terutama tersebar di bagian Utara aliran Sungai Cimandiri. Kondisi ini tidak bisa terlepas dari keberadaan Gunung Gede-Pangrango di sebelah Utara dan Gunung Salak di sebelah Barat. Selain karena didukung kondisi lembah dan lereng di kedua gunung tersebut yang melandai ke arah Selatan juga karena kondisi hutannya yang memberi daya dukung iklim dan tata air yang baik sehingga daerah pertanian relatif lebih subur dibandingkan daerah pertanian bagian selatan aliran sungai Cimandiri.
Dalam sejarahnya, sejak dulu daerah Utara terkenal sebagai penghasil komoditi perkebunan berupa karet dan teh yang sempat memegang peranan penting dalam perekonomian negara di masa lampau. Sementara adanya dukungan tata air yang sangat baik, menyebabkan daerah utara berkembang menjadi daerah persawahan, usahatani sayur mayur, peternakan dan budidaya ikan air tawar yang cukup potensial. Potensi sumber daya
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 pertanian lain yang juga terdapat di Kabupaten Sukabumi adalah kehutanan.
Sebaran kawasan hutan di Kabupaten Sukabumi terdapat di beberapa kecamatan, dengan pengelompokan besar terdapat di Sukabumi-Sukaraja bagian Utara, Cicurug – Parungkuda – Parakansalak –Kalapanunggal – Cisolok, Palabuhanratu, Ciemas, Surade – Jampangkulon – Kalibunder – Lengkong – Tegalbuleud – Cidolog – Sagaranten dan Nyalindung.
- Potensi geologi pertambangan Kabupaten Sukabumi yang teridentifikasi Hasil Kajian Bahan Galian Gol. C dan Logam Kerjasama Distamben dengan LPM UNPAD (Tahun 2001) meliputi Mineral Logam (Besi, Timbal, Emas, Mangan, Perak, Tembaga, dan Seng), Mineral Bukan Logam (Batugamping, Lempung, Zeolit, Fospat, Bentonit, Feldspar, Kaolin, Batu Apung, Batu sela (Damar), Batubara Muda, Serpentin, Perlit, Dolomit, Kalsit),serta batuan (Tras, Pasir, Sirtu, Marmer, Diabas, Gabro,Toseki, Andesit, Pasir kuarsa, Obsidian, Granit, dan Rijang).
Peta sebaran bahan galian unggulan non logam, dan estimasi cadangan dapat dilihat gambar 2.3 berikut :
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Gambar 2.3
Peta Sebaran Bahan Galian Unggulan Non Logam
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 - Potensi energi yang dimiliki di Kabupaten Sukabumi meliputi Energi Panas Bumi yang berlokasi di Gn. Halimun Salak dengan potensi 600 MW dan telah termanfaatkan sebesar 377 MW, Cisolok dengan potensi 45 MW, Cikundul, Cibuni Cidadap, dan Simpenan (Gambar 2.4). Energi Angin, lokasi potensi sebelah Baratdaya Kabupaten Sukabumi, meliputi wilayah Simpenan, Ciemas, Ciracap, Waluran, Jampangkulon, Surade, Kalibunder, Cibitung, Tegalbuleud dengan kecepatan 4 – 8 m/det, secara teknis kecepatan minimal memutar turbin sekitar 2 m/det, secara ekonomis, kapasitas daya terbangkitkan minimal sekitar 1 MW.
Energi Air, dengan potensi Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) yang tersebar di Ubrug Warungkiara, Kabandungan, Simpenan, Lengkong, Pabuaran, Curugkembar, Purabaya, Ciemas Cibitung, dan Cidolog.
Gambar 2.4
Peta Sebaran Potensi Panas Bumi di Kabupaten Sukabumi
- Potensi sumber daya pesisir dan kelautan Kabupaten Sukabumi terutama tersebar di 7 (tujuh) wilayah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, yaitu sepanjang ± 117 km yang memanjang dari wilayah kecamatan Cisolok, Palabuhanratu, Ciemas, Ciracap, Surade, Cibitung, dan Tegalbuleud. Adapun jenis potensi sumber daya pesisir dan kelautan yang ada antara lain : perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut, penyu, bahan tambang dan
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 mineral, serta pariwisata. Sejauh ini, pemanfaatan pesisir dan kelautan di wilayah Kabupaten Sukabumi, selain dimanfaatkan untuk pariwisata pantai, juga pelabuhan nelayan sebagai sarana bagi penangkapan ikan. Daerah Palabuhanratu dan sekitarnya yang saat ini menjadi pusat kunjungan wisata, merupakan titik tumbuh dalam pengembangan daerah wisata pantai di bagian Selatan Sukabumi.
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.2.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gambaran kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki, hal ini dapat dilihat dari nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktivitas ekonomi dalam daerah tersebut. Total dari nilai tambah tersebut adalah nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sukabumi tahun 2008-2011 disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Ini dimaksudkan agar perkembangan PDRB dapat ditelaah dengan atau tanpa memperhitungkan pengaruh harga. Penyajian PDRB atas dasar harga konstan akan lebih mencerminkan PDRB tanpa dipengaruhi perubahan fluktuasi harga yang biasanya dapat menunjukkan kecenderungan pada perubahan produksi.
Pada tahun 2011 hampir di semua sektor perekonomian di Kabupaten Sukabumi mampu tumbuh positif. Pertumbuhan ekonomi/PDRB atas dasar harga pasar Kabupaten Sukabumi pada tahun 2011 ini didominasi oleh sektor Jasa-jasa Bangunan, dan sektor Perdagangan, Hotel & Restoran yang masing-masing mampu tumbuh sebesar 12,43 persen; 12,46 persen dan 11,88 persen.
Dominasi ini sedikit bergeser, mengingat kegiatan sektor Bangunan, tengah menunjukkan pertumbuhan yang cenderung meningkat dari tahun sebelumnya.
Selama tahun 2011, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihitung Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Sukabumi mencapai Rp. 20,16 trilyun, atau mengalami peningkatan sebesar 8,42 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya sebesar Rp. 18,59 trilyun.Sedangkan PDRB 2011 atas dasar harga konstan tahun 2000 mengalami peningkatan sebesar 4,07 persen, yaitu dari Rp. 8,64 trilyun tahun 2010 naik menjadi Rp. 8,99 trilyun pada tahun 2011. Selanjutnya PDRB Kabupaten Sukabumi periode 2008- 2011 selengkapnya ditampilkan pada Grafik di bawah ini.
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Grafik 2.2
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Tahun 2008 – 2011 (dalam milyar rupiah)
Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi
Dari pengelompokan sembilan sektor menjadi tiga sektor utama yaitu; sektor primer, sekunder, dan tersier, tampak bahwa kelompok sektor tersier masih mendominasi dalam menciptakan nilai tambah di Kabupaten Sukabumi. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor tersier di tahun 2011 mencapai Rp. 8.941 milyar, atau meningkat 11,48 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Adapun kelompok sektor primer mengalami peningkatan sebesar 4,29 persen yaitu dari Rp. 6.537,4 milyar di tahun 2010 menjadi Rp. 6.817,8 milyar di tahun 2011. Sedangkan kelompok sektor sekunder meningkat sebesar 9,03 persen atau dari Rp.
4.037,6 milyar di tahun 2010 menjadi Rp. 4.402,1 milyar di tahun 2011. Kendati demikian peningkatan tersebut belum menunjukkan peningkatan riil dari kelompok sektor bersangkutan, karena pada NTB atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi.
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Tabel 2.3
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Sukabumi Menurut Sektor Usaha Tahun 2008 – 2011 (dalam milyar rupiah)
Sektor 2008 2009 2010 2011
[1] [2] [3] [4] [5]
I. Primer 5.881,1 6.171,1 6.537,4 6.817,8
1. Pertanian 5.140,8 5.416,0 5.754,7 5.994,7
2. Pertambg & Penggalian 740,3 755,1 782,7 823,1
II. Sekunder 3.490,3 3.785,6 4.037,6 4.402,1 3. Industri Pengolahan 2.720,9 2.933,5 3.103,4 3.366,0 4. Listrik, Gas &Air Bersih 207,8 225,1 244,1 260,0
5. Bangunan 561,6 627,1 690,0 776,1
III. Tersier 6.761,8 7.308,0 8.020,1 8.941,0 6. Perdagang, Hotel & Rest 3.713,0 4.056,3 4.490,7 5.024,0
7. Angkt & Kom. 1.408,1 1.509,8 1.623,4 1.787,9
8. Keu,Perswn& Jasa Perh. 490,7 519,6 550,7 605,3
9. Jasa-jasa 1.150,0 1.222,4 1.355,3 1.523,8
PDRB 16.133,2 17.264,7 18.595,1 20.160,9 Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi
Apabila PDRB tersebut dihitung atas dasar harga konstan 2000, pada sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier selama tahun 2011 menunjukkan kinerja yang meningkat dengan pertumbuhan yang positif. Kinerja kelompok sektor primer tahun 2011 mampu tumbuh sebesar 0,57 persen dari tahun 2010. PDRB sektor primer tersebut pada tahun 2010 sebesar Rp. 3.445,0 milyar naik menjadi Rp. 3.464,8 milyar pada tahun 2011. Sedangkan kelompok sektorsekunder pada tahun 2011 ini meningkat sebesar 5,49 persen dari tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2010 PDRB kelompok sektor sekunder sebesar Rp. 1.851,5 milyar maka pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 1.953,2 milyar.
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Tabel 2.4
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Sukabumi Menurut Sektor Usaha Tahun 2008 – 2011 (dalam milyar rupiah)
Sektor 2008 2009 2010 2011
[1] [2] [3] [4] [5]
I. Primer 3.230,7 3.348,3 3.445,0 3.464,8
1. Pertanian 2.840,7 2.946,9 3.038,6 3.050,0
2. Pertambg & Penggalian 390,0 401,4 406,5 414,8
II. Sekunder 1.705,2 1.769,5 1.851,5 1.953,2 3. Industri Pengolahan 1.437,7 1.485,5 1.546,2 1.622,3 4. Listrik, Gas &Air Bersih 93,7 99,1 104,5 108,8
5. Bangunan 173,8 184,9 200,8 222,1
III. Tersier 3.079,3 3.190,3 3.345,4 3.575,1 6. Perdagang, Hotel & Rest 1.524,8 1.591,4 1.692,7 1.821,1
7. Angkt & Kom. 443,0 458,8 475,7 509,1
8. Keu,Perswn& Jasa Perh. 306,1 316,7 328,1 354,4
9. Jasa-jasa 805,4 823,3 848,9 890,5
PDRB 8.015,2 8.308,1 8.642,0 8.993,0 Sumber : Kabupaten Sukabumi dalam Angka
Sementara itu kelompok sektor jasa-jasa (tersier) yang merupakan sektor-sektor pendukung dari seluruh kegiatan ekonomi, pada tahun 2011 mampu menciptakan PDRB sebesar Rp. 3.575,1 milyar sedangkan tahun 2010 sebesar Rp. 3.345,4 milyar atau mengalami peningkatan yaitu sebesar 6,87 persen.
Bila dilihat dari sektor yang paling tinggi peningkatannya atas dasar harga berlaku (Tabel 2.5), maka sektor Bangunan dan Jasa- jasa merupakan sektor dengan nilai peningkatan mencapai 12,46 persen dan 12,43 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Disusul kemudian sektor Perdagangan, Hotel & Restoran yang mengalami kenaikan sebesar 11,88 persen, berturut turut sektor Angkutan dan Komunikasi, Keeuangan dan Persewaan, Industri Pengolahan yaitu masing-masing sebesar 10,13 persen dan 9,92 persen. Sedangkan sektor yang terkecil kenaikannya adalah sektor Pertanian sebesar 4,17 persen.
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Tabel 2.5
Kenaikan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Sukabumi Menurut Sektor Usaha Tahun 2011
No. Sektor Nilai Nominal
(Juta Rp.) Kenaikan (%)
01. Pertanian 5.994.665,49 4,17
02. Pertambangan & Penggalian 823.125,83 5,16
03. Industri Pengolahan 3.366.034,72 8,46
04. Listrik, Gas & Air Bersih 259.987,65 6,49
05. Bangunan 776.042,43 12,46
06. Perdagangan, Hotel &
Restoran 5.024.027,39 11,88
07. Angkutan & Komunikasi 1.787.888,73 10,13
08. Keu., Persewaan & Jasa Perh. 605.308,38 9,92
09. Jasa-jasa 1.523.813,25 12,43
PDRB 20.160.893,87 8,42
Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi 2.2.1.2 Struktur Ekonomi
Struktur Ekonomi suatu daerah secara kuantitatif bisa digambarkan dengan besarnya distribusi persentase nilai tambah bruto dari masing-masing sektor terhadap nilai total PDRB yang bersesuaian.Distribusi persentase PDRB secara sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut didalam perkembangan ekonomi suatu daerah.
Oleh karenanya dengan melihat perkembangan suatu sektor dirasa kurang tepat bila memperhatikan peranan sektor tersebut dalam PDRB.Jadi persentase ini dapat dianggap sebagai penimbang apabila kita ingin melihat perkembangan sektoral secara teliti.
Sebagai contoh, apabila peranan sektor pertanian masih cukup besar maka kenaikan yang relatif kecil di sektor ini dari tahun ke tahun akan cukup besar pengaruhnya terhadap situasi ekonomi suatu daerah. Sebaliknya apabila sektor tersebut nilai turun sedikit saja maka akan dirasakan oleh semua kegiatan dan dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi secara keseluruhan.
Disamping itu, distribusi persentase dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi pemicu
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 pertumbuhan (sektor andalan) di wilayah yang bersangkutan.
Dengan demikian, struktur perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh kemampuan tiap-tiap sektor dalam penciptaan nilai tambah.
Grafik 2.3
Struktur Ekonomi Kabupaten Sukabumi dengan 3 Kelompok Sektor UtamaTahun 2008 – 2011
Pada grafik 2.3 di atas, terlihat struktur ekonomi Kabupaten Sukabumi menurut kelompok sektor pada tahun 2008-2011. Dalam kurun waktu 4 tahun nampak bahwa kelompok sektor primer mengalami penurunan kontribusi yang cukup signifikan.Hal ini disebabkan kinerja sektor pertanian yang cenderung melemah perkembangannya dari sektor-sektor lainnya.Sementara itu kelompok sektor tersier terlihat semakin memberikan kontribusi yang berarti bagi perekonomian Kabupaten Sukabumi.
Selama tahun 2011 nampaknya kelompok sektor tersier mengalami peningkatan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Sukabumi dibanding dengan sektor lainnya meskipun tidak terlalu signifikan. Hal ini dapat di lihat pada Tabel 4.4. Bila pada tahun sebelumnya kelompok sektor tersier hanya menyumbang sebesar 43,13 persen, maka pada tahun 2011 ini meningkat menjadi 44,35 persen.Meningkatnya kontribusi kelompok sektor tersier ini terutama didukung oleh meningkatnya kontribusi sektor Perdagangan, Hotel & Restoran.
Sedangkankontribusi lainnya, yaitu Angkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan & Jasa- jasa menyumbang andil positif terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi dengan besaran masing-masing dibanding tahun sebelumnya mengalami kenaikan.
3,230.7 1,705.2
3,079.3
3,348.3
1,769.5 3,190.3
3,445.0
1,851.5 3,345.4
3,464.8
1,953.2 3,575.1
primer sekunder tersier
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Apabila dilihat struktur perekonomian berdasarkan klasifikasi 9 sektor lapangan usaha, maka terlihat pada tahun 2011 sektor pertanian masih mempunyai peranan/sumbangan yang terbesar dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran serta Industri Pengolahan. Pada tahun 2010sektor Pertanian mempunyai peranan 30,95 persen pada tahun 2010 mengalami perlambatan menjadi 29,73 persen di tahun 2011.
Kemudian bila ditelaah lebih lanjut pada sektor pertanian dari tahun ke tahun masih didominasi oleh sub sektor Pertanian Tanaman Pangan yang memiliki peranan sebesar 16,21 persen pada tahun 2010 sedikit mengalami perlambatan menjadi 15,92 persen pada tahun 2011. Kemudian pada Sektor Perdagangan sub sektor Perdagangan Besar dan Eceran pun mengalami peningkatan kontribusi dari tahun sebelumnya, yaitu dari 20,13 persen menjadi 20,88 persen di tahun 2011.
Selain sektor Pertanian yang mengalami perlambatan peranan terhadap PDRB dari tahun sebelumnya walaupun perlambatannya tidak terlalu signifikan adalah sektor Pertambangan & Penggalian, (dari 4,21 persen di tahun 2010 menjadi 4,08 persen di tahun 2011);
sektor Listrik, Gas dan Air Minum (dari 1,31 persen di tahun 2010 menjadi 1,29 persen di tahun 2011).
Tabel 2.6
Distribusi PDRB atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Sukabumi Menurut Sektor Usaha Tahun 2008– 2011
Sektor 2008 2009 2010 2011
[1] [2] [3] [4] [5]
I. Primer 36,45 35,74 35,16 33,82
1. Pertanian 31,86 31,37 30,95 29,73
2. Pertambg & Penggalian 4,59 4,37 4,21 4,08
II. Sekunder 21,63 21,92 21,71 21,83
3. Industri Pengolahan 16,87 16,99 16,69 16,70
4. Listrik, Gas &Air Bersih 1,29 1,30 1,31 1,29
5. Bangunan 3,48 3,63 3,71 3,85
III. Tersier 41,91 42,32 43,13 44,35
6. Perdagang, Hotel & Rest 23,01 23,49 24,15 24,92
7. Angkt & Kom. 8,73 8,74 8,73 8,87
8. Keu,Perswn& Jasa Perh. 3,04 3,01 2,96 3,00
9. Jasa-jasa 7,13 7,08 7,29 7,56
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Sukabumi
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 2.2.1.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan sebagai salah satu alat strategis untuk pengambilan kebijakan di bidang ekonomi.
Laju Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan adalah salah satu indikator pendekatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.Indikator yang menunjukan naik tidaknya produk yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di daerah tersebut dan laju pertumbuhan tersebut dikenal dengan sebutan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).
Seiring dengan suasana yang cukup kondusif di tingkat nasional maupun regional pada tahun 2011, laju perekonomian Kabupaten Sukabumi sebesar 4,07 persenmengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya.
Selama dua tahun berturut-turut, yaitu tahun 2004 dan 2005 LPE Kabupaten Sukabumi mengalami kenaikan sebesar 3,96 persen dan 4,35 persen. Sedangkan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 LPE Kabupaten Sukabumi mengalami perlambatan, masing- masing sebesar 4,12 persen; 3,98 persen; 3,90 persen dan 3,65 persen. Kemudian untuk tahun 2010 dan 2011, LPE Kabupaten Sukabumi mengalami kenaikan menjadi sebesar 4,02 persen dan 4,07 persen. Hal ini mengindikasikan perekonomian di Kabupaten Sukabumi yang mulai stabil dua tahun terakhir ini dari beberapa tahun belakangan yang tidak stabil karena efek dari krisis global yang terjadi.
Tabel 2.7
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sukabumi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor Tahun 2008– 2011 (Dalam Persen)
No. Sektor 2008 2009 2010 2011
01. Pertanian 2,93 3,74 3,11 0,38
02. Pertambangan & Penggalian 3,03 2,94 1,27 2,04
03. Industri Pengolahan 5,05 3,33 4,09 4,92
04. Listrik, Gas &Air Bersih 5,94 5,80 5,37 4,19
05. Bangunan/Konstruksi 6,47 6,34 8,64 10,57
06. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,19 4,37 6,35 7,60 07. Pengankutan & Komunikasi 4,00 3,57 3,68 7,01 08. Keuang., Persew. & Jasa Pers. 3,73 3,45 3,60 8,00
09. Jasa-jasa 2,54 2,22 3,11 4,91
LPE 3,90 3,65 4,02 4,07
Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang dirinci per sektor dapat memberikan gambaran yang lebih rinci tentang pertumbuhan ekonomi secara sektoral tersebut. Apabila LPE Kabupaten Sukabumi dipakai sebagai dasar (base line), maka kinerja sektoral dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan diatas rata-rata laju pertumbuhan ekonomi periode 2008 – 2011 ( yaitu rata-ratanya sebesar 3,91 persen); kelompok kedua sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan positif walaupun masih di bawah LPE rata-rata; kelompok ketiga adalah sektor yang mengalami pertumbuhan negatif.
Pertumbuhan sektor yang termasuk kelompok pertama adalah hampir di semua sektor, kecuali Pertanian serta Pertambangan dan Penggalian karena pertumbuhan ekonomi sektoral melebihi rata-rata laju total LPE dan laju rata-rata sebesar 3,91 persen. Sedangkan kelompok kedua pertumbuhan sektoral yaitu sektor Pertanian dan Pertambangan dan Penggalianyakni sebesar 0,38 persen dan 2,04 persen. Sedangkan pada kelompok ketiga tidak ada sektor yang mengalami pertumbuhan rata-rata minus. Hal ini berarti di semua sektor pertumbuhan ekonomi semakin menuju ke arah yang lebih baik.
2.2.1.4 Inflasi PDRB
Indeks Harga Implisit adalah suatu indeks harga yang menggambarkan perbandingan antara nilai produk atas dasar harga berlaku dan nilai produk atas dasar harga konstan.Jadi perkembangan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto dapat menggambarkan tingkat inflasi pada tingkat produsen di suatu daerah dalam satu tahun.
Bila dilihat inflasi menurut sektor maka inflasi yang terbesar dialami oleh sektor Jasa-jasa yaitu7,18 persen, hal ini disebabkan semakin menjamurnya sarana hiburan dan rekreasi serta jasa-jasa sosial kemasyarakatan maupun jasa perorangan sehingga memacu inflasi di sektor ini yang berimbas ke sektor-sektor lainnya.
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Tabel 2.8
Perbandingan Tingkat Inflasi Kabupaten Sukabumi Tahun 2009– 2011
No. Sektor 2009 2010 2011
01. Pertanian 1,55 3,05 3,78
02. Pertambangan & Penggalian -0,91 2,35 3,06
03. Industri Pengolahan 4,34 1,64 3,38
04. Listrik, Gas & Air Minum 2,40 2,93 2,21
05. Bangunan/Konstruksi 4,67 1,28 1,71
06. Perdag., Hotel & Restoran 5,01 4,10 3,97
07. Pengangkutan & Komunikasi 3,52 3,71 2,92
08. Keuang., Persewaan & Jasa Perusahaan 2,36 2,31 1,77
09. Jasa-jasa 3,99 7,53 7,18
Kabupaten Sukabumi 3,24 3,55 4,19
Sedangkan inflasi sektor Bangunan/Konstruksi dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan adalah yang terendah yaitu 1,71 persen dan 1,77 persen. Dilihat dari inflasi tahun sebelumnya, maka hampir semua sektor usaha mengalamipeningkatan tingkat inflasi.
2.2.1.5 PDRB Per Kapita
Indikator yang sering dipakai untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan per kapita atau Percapita Income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik.
Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk (transfer in) maka pendapatan regional sama besar dengan PDRB perkapita. Asumsi ini digunakan karena sulitnya untuk mendapatkan data pendapatan faktor produksi dan transfer yang keluar masuk suatu wilayah.
Angka PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB tahun bersangkutan dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yan bersangkutan.
Jumlah penduduk yang dipakai dalam estimasi pendapatan per kapita adalah proyeksi penduduk yang didasarkan pada data hasil Sensus Penduduk tahun 2000 dan 2010 hasil iterasi. Oleh karena pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) serta pendapatan faktor produksi dan transfer
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 yang mengalir masuk (transfer in) yang menjadi bagian komponen penghitungan pendapatan regional belum dapat dihitung maka yang dapat disajikan hanya PDRB per kapita.
Tabel 2.9
Perbandingan PDRB Perkapita Kabupaten Sukabumi untuk Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 dengan Minyak dan Gas Bumi
(Dalam Rupiah)
Tahun
Berlaku Konstan 2000
Nilai (Rp.) Pertumbuhan (%) Nilai (Rp.) Pertumbuhan (%)
2007 6.441.484,32 9,60 3.404.400,01 2,77
2008 7.038.467,71 9,27 3.496.809,34 2,71
2009 7.448.192,21 5,82 3.584.196,10 2,50
2010 7.941.832,20 6,63 3.690.826,37 2,98
2011 8.458.702,25 6,51 3.773.111,70 2,23
Tabel di atas dapat dilihat bahwa PDRB perkapita Kabupaten Sukabumi terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama periode 2007-2011. Tahun 2007, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku masyarakat di Kabupaten Sukabumi mencapai Rp.
6.441.484,32 kemudian naik menjadi Rp. 7.038.467,71 pada tahun 2008, Rp. 7.448.192,21 pada tahun 2009,pada tahun 2010 mencapai Rp. 7.941.832,20 dan terakhir tahun 2011 mencapai Rp.
8.458.702,25.Dari tahun 2006 ke tahun 2007 mencapai kenaikan yang cukup tinggi sebesar 9,60 persen, sedangkan kenaikan secara rata-rata mencapai lebih dari 7,56 persen pertahunnya bila dilihat perkembangan dari tahun 2007 - 2011.
Kendati demikian peningkatan PDRB perkapita di atas masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat Kabupaten Sukabumi secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB perkapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Memantau perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa digunakan PDRB perkapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan. Dari Tabel 2.9 dapat dilihat bahwa PDRB perkapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 3.404.400,01, kemudian sebesar Rp.
3.496.809,34 pada tahun 2008,pada tahun 2009 mencapai Rp.
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 3.584.196,10. Sedangkan pada tahun 2010 PDRB perkapita Kabupaten Sukabumi mencapai Rp. 3.690.826,37 dan terakhir tahun 2011 mencapai Rp. 3.773.111,70. Dari dua kondisi diatas memberikan gambaran bahwa secara riil daya beli masyarakat hanya meningkat sebesar 2,23 persen periode tahun 2010 sampai tahun 2011.
2.2.1.6 Distribusi Pendapatan
Salah satu indikator penting yang sering digunakan dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat adalah pendapatan masyarakat itu sendiri.Indikator awal yang secara umum memberikan petunjuk bahwa telah terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin.Berkurangnya jumlah penduduk miskin mencerminkan bahwa secara keseluruhan pendapatan penduduk meningkat, begitupun sebaliknya.Dengan demikian jumlah penduduk miskin merupakan indikator yang cukup baik untuk mengukur tingkat kesejahteraan rakyat.
Tingkat pendapatan masyarakat di suatu wilayah dapat digunakan sebagai ukuran kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.Disamping peningkatan, aspek pemerataan pendapatan merupakan strategi dan tujuan pembangunan nasional.
Ketimpangan dalam menikmati hasil pembangunan diantara kelompok-kelompok penduduk dikhwatirkan akan menimbulkan masalah-masalah sosial. Penghitungan distribusi pendapatan menggunakan data pengeluaran sebagai proxy pendapatan.Walaupun hal ini tidak dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya namun paling tidak dapat digunakan sebagai petunjuk untuk melihat arah dari perkembangan yang terjadi.
Dewasa ini, salah satu indikator yang representatif dan mendapat rekomendasi para ahli ekonomi untuk melihat pemerataan pendapatan atas keberhasilan pembangunan digunakan ukuran atas kriteria bank dunia dan angka gini (gini ratio). Bank Dunia membagi penduduk menjadi tiga kelompok :
ď‚· Kelompok 40 persen penduduk yang berpendapatan rendah
ď‚· Kelompok 40 persen penduduk yang berpendapatan menengah
ď‚· Kelompok 20 persen penduduk yang berpendapatan tinggi Selanjutnya tingkat ketimpangan pendapatan penduduk menurut bank dunia terpusat pada kelompok 40 persen penduduk berpendapatan rendah, dengan kriteria sebagai berikut :
 Bila persentase pendapatan yang diterima oleh kelompok tersebut lebih kecil dari 12 persen, berarti tingkat ketimpangan sebaran pendapatan “ tinggi “
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015
 Bila kelompok tersebut menerima 12 sampai 17 persen dari total pendapatan berarti tingkat ketimpangan sebaran pendapata “ sedang “
 Bila kelompok tersebut menerima lebih dari 17 persen dari total pendapatan, berarti tingkat ketimpangan sebaran pendapatan “ rendah “
2.2.1.7 Indeks Gini Rasio
Salah satu parameter lain yang sering digunakan untuk mengukur distribusi pendapatan gini adalah angka gini ratio yang juga sering disebut indeks gini atau nama lengkapnya “ Gini Contentration ratio”, merupakan salahsatu teknik statistik untuk mengukur ketimpangan pendapatan. Keistimewaan dari alat pengukur ini adalah dapat ditampilkan secara geometris, sehingga mempunyai dua aspek sekaligus yaitu aspek visual melalui kurva yang disebut kurva Lorentz dan aspek matematis.
Angka gini ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan mempunyai selang nilai antara nilai 0 ( nol ) dan 1 ( satu ). Gini ratio sama dengan 0 ( nol ) menunjukkan ketimpangan sebaran pendapatan yang rendah ( pemerataan sempurna ). Sedangkan nilai 1 ( satu ) menunjukkan tingkat ketimpangan sebaran yang tinggi ( ketimpangan sempurna ). Walaupun demikian, menurut Michael Todaro seorang ahli ekonomi pembangunan dari Italia menyebutkan bahwa
 Gini ratio terletak antara 0,50 – 0,70 menandakan pemerataan sangat timpang.
 Sedangkan nilainya terletak antara 0,36 – 0,49 menunjukkan ketimpangan sedang.
 Sementara apabila terletak antara 0,20 – 0,35 dinyatakan pemerataan relative tinggi ( merata ).
Dalam hal ini, kenyataannya tidak mungkin suatu daerah atau wilayah mempunyai angka gini ratio yang besarnya sama dengan 0 dan 1.
Gambar 2.5
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Perkembangan Indeks Gini Ratio Kabupaten
Sukabumi dari Tahun 2009–2011
Sumber : Susenas 2009 - 2011
Dikarenakan sulitnya untuk memperoleh data pendapatan, maka untuk keperluan penghitungan ini digunakan data pengeluaran yang merupakan hasil pengolahan Susenas, dengan asumsi bahwa pengeluaran merupakan proxy dari pendapatan. Data distribusi pendapatan dan gini ratio penduduk Kabupaten Sukabumi dapat dilihat di Gambar 2.5
Informasi yang ditunjukkan oleh Gambar 4.3. menunjukkan bahwa pada tahun 2010 distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Sukabumi masih dikategorikan cukup merata, yaitu dengan pencapaian angka sebesar 0,285 yang berarti mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang nilainya sebesar 0,281. Berdasarkan angka indeks gini yang berada dibawah angka 1 ini dapat disimpulkan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk antar kelompok pengeluaran di Kabupaten Sukabumi masih tergolong baik sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pemerataan pendapatan masih menunjukkan kecenderungan yang membaik.
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 Tabel 2.10
Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Harga Tetap dan Harga Berlaku dengan Distribusi Pendapatan dan Gini Ratio Penduduk Kabupaten
Sukabumi Tahun 2009 – 2011
Indikator
Tahun
2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
LPE Atas Harga Berlaku LPE Atas Harga Tetap Gini Ratio
7,01 3,65 0,223
7,71 4,02 0,223
8,42 4,07 0,301
Sumber : Susenas 2010
Melihat lebih jauh lagi mengenai perbandingan beberapa indikator ekonomi yang berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan rakyat dapat dilihat pada Tabel 2.10. Dari tabel tersebut diperoleh informasi bahwa laju pertumbuhan ekonomi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 secara terus menerus mengalami pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2010, indeks gini ratio Kabupaten Sukabumi masih berada di kisaran yang relatif merata, terlihat bahwa pada tahun 2010 angka indeksnya berada pada angka 0,223 yang artinya tingkat pemerataan pendapatan masih menunujukkan kecenderungan yang membaik.
2.2.1.8 Pola Konsumsi
Aspek lain yang perlu dipantau berkenaan dengan peningkatan pendapatan penduduk adalah bagaimana pendapatan tersebut terdistribusi diantara kelompok penduduk. Walaupun indikator distribusi pendapatan didekati dengan pengeluaran, akan tetapi dapat memberi petunjuk tercapai atau tidaknya aspek pemerataan.
Dari data pengeluaran dapat juga diungkapkan tentang pola konsumsi rumah tangga secara umum dengan menggunakan indikator proporsi pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan.
Pola pengeluaran per kapita dapat mencerminkan tingkat kehidupan masyarakat. Di negara-negara yang sedang berkembang, pengeluaran untuk keperluan makan masih merupakan bagian terbesar dari keseluruhan pengeluaran rumah tangga. Terjadinya perubahan pengeluaran atau pergeseran proporsi pengeluaran untuk
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 makanan dapat menunjukkan ada atau tidaknya peningkatan taraf kehidupan rumah tangga.
Sedangkan negara-negara maju, pengeluaran non makanan merupakan bagian yang terbesar dari pengeluaran rumah tangga.
Pengeluaran makanan bukan lagi dianggap sebagai kebutuhan yang utama. Pengeluaran primer sudah bergeser kepada pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, rekreasi dan sebagainya. Dalam bab ini akan membahas berbagai gambaran tingkat kehidupan masyarakat di Kabupaten Sukabumi dengan melihat pola konsumsi penduduk (perkapita).
Gambar 2.6
Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang di Kabupaten Sukabumi Tahun 2011
Sumber : Susenas 2009-2011
Pengeluaran rata-rata per kapita terdiri dari makanan dan non makanan. Pengeluaran rata-rata per kapita merupakan seluruh pengeluaran dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Arti lainnya adalah merupakan pengeluaran rata-rata seseorang tiap bulannya, baik itu untuk kebutuhan makanan maupun non makanan. Gambar 2.6. menunjukkan bahwa pola pengeluaran untuk makanan lebih besar daripada pengeluaran untuk non makanan. Sebanyak 58,86 persen dari pengeluaran digunakan untuk kebutuhan makanan dan sisanya 41,44 persen digunakan untuk kebutuhan non makanan hal ini menggambarkan masih rendahnya tingkat kesejahteraan penduduk karena komposisi pengeluaran rumahtangga dapat dijadikan ukuran guna menilai tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk, dengan asumsi bahwa penurunan persentase untuk makanan terhadap total pengeluaran
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 merupakan gambaran membaiknya tingkat perekonomian penduduk.
Apabila dibandingkan dari tahun 2009 - 2011, terlihat pola konsumsi yang fluktuatif, hal ini menggambarkan belum stabilnya pola pengeluaran di Kabupaten Sukabumi meskipun dari setiap tahunnya proporsi pengeluaran tidak berubah yaitu pola pengeluaran untuk makanan lebih besar daripada pengeluaran untuk non makanan. Berdasarkan Tabel 2.11. memperlihatkan bahwa proporsi untuk makanan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran untuk non makanan.
Tabel 2.11
Persentase Pengeluaran Rata-rata per Rumah Tangga Sebulan Untuk Kelompok Makanan di Kabupaten Sukabumi
Tahun 2009 – 2011
Jenis Pengeluaran T a h u n
2009 2010 2011
1. Padi-padian 2. Umbi-umbian 3. Ikan
4. Daging
5. Telur dan Susu 6. Sayur-sayuran 7. Kacang-kacangan 8. Buah-buahan 9. Minyak dan Lemak 10. Bahan Minuman 11. Bumbu-bumbuan 12. Konsumsi Lainnya 13. Makanan Jadi 14. Minuman Beralkohol 15. Tembakau dan Sirih
15,41 0,46 5,92 2,20 3,20 2,83 1,98 1,84 2,64 1,94 1,32 2,21 8,89 0,00 8,42
28,47 0,92 9,31 3,72 5,01 4,62 2,65 3,01 4,35 3,40 2,23 3,92 14,24
0,00 14,15
13,38 0,35 5,25 2,44 2,89 4,09 1,24 2,88 2,06 1,73 1,01 1,74 11,82
0,00 7,96
J u m l a h 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas 2011
Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk kelompok makanan disajikan pada Tabel 2.11 tabel tersebut menunjukkan pendapatan yang dikeluarkan untuk komoditi apa saja yang dikonsumsi penduduk. Pola pengeluaran makanan penduduk pada tahun 2011 masih didominasi oleh padi-padian yaitu sebesar 28,47 persen dari total konsumsi,hal ini sesuai dengan konsumsi masyarakat Indonesia pada umumnya.Disusul kemudian oleh konsumsi makanan jadi yaitu sebesar 14,24 persen keadaan ini
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 mengalami kenaikan yang cukup besar dari tahun sebelumnya (8,89%), sedangkan pengeluaran untuk tembakau dan sirih masih tetap tinggi yaitu sebesar 14,15 persen. Untuk pengeluaran sumber protein seperti ikan, daging, telur dan susu serta komoditi kacang- kacangan relatif tidak memperlihatkan perubahan yang berarti.
Tabel 2.12
Persentase Pengeluaran Rata-rata per Rumah Tangga
Sebulan Untuk Kelompok Bukan Makanan di Kabupaten Sukabumi Tahun 2009 - 2011
Jenis Pengeluaran
T a h u n
2009 2010 2011
1. Perumahan,Bahan bakar,Penerangan dan Air 2. Aneka Barang dan Jasa
3. Biaya Pendidikan 4. Biaya Kesehatan
5. Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala 6. Barang Tahan Lama
7. Pajak Pemakaian dan Premi Asuransi 8. Keperluan Pesta dan Upacara
50,53 17,50 6,81 5,18 8,27 10,64
1,06 0,00
58,39 17,27 4,84 5,75 7,84 3,52 1,56 0,82
18,77 14,38
- - 3,78 2,92 0,73 0,57
J u m l a h 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2011
Salah satu ukuran untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk secara umum adalah dengan melihat seberapa besar pengeluaran untuk konsumsi kelompok non makanan. Semakin besar porsi pengeluaran untuk konsumsi non makanan dari pendapatan yang diperoleh oleh rumahtangga mencerminkan semakin baik tingkat kesejahteraan. Hal ini dapat dijelaskan dari pola pengeluaran untuk konsumsi makanan pada umumnya elastisitasnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadap konsumsi non makanan tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh sehingga peningkatan pendapatan akan digunakan unutk memenuhi kebutuhan non makanan. Pengeluaran untuk kelompok bukan makanan seperti yang ditampilkan oleh Tabel 2.12 sebagian besar digunakan untuk perumahan, bahan bakar, dan penerangan serta air yaitu sebesar 50, 53 persen.
Proporsi pengeluaran untuk kelompok perumahan ini dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 cenderung berfluktuatif, demikian halnya dengan pengeluaran untuk kelompok lainnya selama kurun
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 waktu tiga tahun cenderung fluktuatif dan perubahannya tidak terlalu besar.
2.2.1.9 Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai agar dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahun. Setiap upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan.
Konsep ketenagakerjaan mendefiniskan bahwa angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja atau mencari pekerjaan dalam periode seminggu yang lalu (seminggu sebelum waktu survei). Masalah ketenagakerjaan di Indonesia umumnya dan di Kabupaten Sukabumi pada khususnya, dalam tahun-tahun belakangan ini, diperkirakan akan semakin kompleks.
Ini diindikasikan dari terus bertambahnya penduduk usia kerja tiap tahunnya.
Tambahan lagi masih banyaknya pengangguran terbuka maupun terselubung (disguised unemployed) atau bekerja kurang dari jam kerja atau upah yang kurang (under employed) yang antara lain sebagai akibat dari masyarakat bercorak agraris, lapangan pekerjaan yang sangat terbatas dan semakin banyaknya calon tenaga kerja baik yang berpendidikan maupun tidak. Beberapa konsekuensi yang sering timbul adalah tingkat upah yang rendah dan relatif kurang memadai serta terjadinya perpindahan penduduk usia produktif ke daerah lain yang lebih menjanjikan di bidang pekerjaan.
2.2.1.10 Angkatan Kerja
Penduduk merupakan sumber angkatan kerja, sehingga profil ketenagakerjaan merupakan gambaran kondisi demografi. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan sendirinya akan mencerminkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi pula.
Cepatnya laju pertumbuhan angkatan kerja apabila tanpa dibarengi kesempatan kerja yang memadai tentunya akan menimbulkan berbagai persoalan sosial ekonomi. Untuk mengukur berbagai persoalan sosial ekonomi diperlukan indikator yang dapat mencerminkan kondisi yang sebenarnya yang sedang terjadi.
Secara garis besar, kegiatan penduduk suatu wilayah dibedakan atas penduduk yang dikelompokkan partisipatif dalam memutar roda perekonomian yaitu penduduk usia kerja dan penduduk yang
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 termasuk dalam kelompok partisipatif dalam perekonomian keluarga yang disebut penduduk bukan usia kerja.
Tabel 2.13 menggambarkan kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Sukabumi yang cenderung fluktuatif dalam tiga tahun terakhir, terlihat bahwa pada tahun 2011 persentase Angkatan Kerja lebih tinggi dibandingkan dua tahun sebelumnya yaitu sebesar 62,05 persen, demikian halnya dengan kelompok bukan angkatan kerjanya yang angkanya mengalami fluktuatif, terlihat bahwa pada tahun 2011 sebesar 37,95 persen mengalami penurunan 3,03 persen dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 40,98 persen.
Tabel 2.13
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut
Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Sukabumi Tahun 2009 - 2011
Kegiatan Utama
Laki-laki Perempuan Laki-laki +Perempuan
2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Angkatan Kerja
*Bekerja
*Mencari Pekerjaan Bukan Angkatan Kerja
*Sekolah
*Mengurusrumahtangga
*Lain-lain
84,84 91,89 8,11 15,16 50,30 10,52 39,18
83,70 90,32 9,68 16,30 48,84 9,29 41,87
82,68 90,92
17,32 43,78 9,70 46,52
37,35 92,45 7,55 62,65 8,35 88,47 3,19
33,43 89,55 10,45 66,57 11,86 84,53 3,61
40,71 89,70
59,29 13,11 80,70 6,19
62,00 92,05 7,95 38,00 17,04 72,32 10,64
59,02 90,11 9,89 40,98 19,35 69,30 11,36
62,05 90,53 6,77 37,95 20,23 64,22 15,55
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : Sakernas 2010
Sementara itu kegiatan penduduk yang termasuk kelompok bukan angkatan kerja pada tahun 2011, meliputi sekolah sebesar 20,23 persen,terlihat adanya kenaikan dari tahun sebelumnya. Hal yang menarik adalah mengurus rumahtangga terlihat bahwa selama kurun waktu 3 tahun mengalami penurunan, hal ini menggambarkan bahwa ada pergeseran aktivitas yang terjadi sehari- hari ternyata mengurus rumah tangga sudah mulai berkurang, ada kemungkinan pergeseran ini akibat dari semakin bertambahnya para wanita yang memilih untuk bekerja di luar rumah.
2.2.1.11 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan porsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja (bekerja atau
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 mencari pekerjaan), disebut sebagai tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). TPAK mengidentifikasikan besarnya penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah.
TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja (Bekerja dan pengangguran)terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (Labour Supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
Tabel 2.14
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Sukabumi Tahun 2009 - 2011
Indikator Ketenagakerjaan
Laki-laki Perempuan Laki-laki +Perempuan
2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
TPAK
TPT
84,84
8,11
83,70
9,68
62,68
9,08
37,35
7,55
33,43
10,45
40,71
10,30
62,00
7,95
59,02
9,89
62,05
9,47
Sumber data Survei Angkatan Kerja 2009 - 2011
Tabel 2.14 menyajikan TPAK dan TPT di Kabupaten Sukabumi tahun 2009 – 2011, TPAK tahun 2010 mencapai 59,02 persen dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 3,03 persen menjadi 62,05 persen. Hal ini memberi arti bahwa pada tahun 2011, penduduk usia kerja atau penduduk umur 15 tahun ke atas di Kabupaten Sukabumi yang aktif secara ekonomi sebesar 62,05 persen. Lain halnya dengan TPT pada tahun 2011 yang mengalami penurunan sebesar 0,42 persen yaitu dari 9,89 persen pada tahun 2010 menjadi 9,47 persen pada tahun 2011.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih tinggi partisipasinya dalam kegiatan ekonomi dibandingkan dengan penduduk perempuan. Banyaknya penduduk yang masuk dalam pasar kerja menunjukkan jumlah penduduk yang siap terlibat dalam kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja yang ada memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan kerja yang tidak terserap merupakan masalah karena mereka terpaksa menganggur.
2.2.1.12 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Proporsi pekerja menurut lapangan usaha merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam
Dokumen Perubahan RPJMD Kab. Sukabumi 2010 - 2015 menyerap tenaga kerja. Selain itu, indikator tersebut mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah. Di lain pihak, dewasa ini isu sentral yang menjadi pembahasan dalam berbagai kesempatan adalah produktivitas dan kualitas Sumber Daya Manusia.
Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor (lapangan usaha) akan berdampak langsung terhadap penciptaan lapangan kerja.
Dari struktur lapangan pekerjaan yang ditunjukkan oleh Tabel 2.15, diketahui bahwa pada tahun 2011 distribusi lapangan usaha pada seluruh sektor menyebar merata, meskipun jika kita telaah lebih dalam dibandingkan antar tahunnya mengalami kenaikan di setiap sektor walaupun tidak signifikan, hanya saja pada sektor pertanian mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dari 47,71 persen pada tahun 2010 menjadi 28,27 persen pada tahun 2011. Lain halnya pada sektor industri mengalami kenaikan yang signifikan dari 9,52 persen pada tahun 2010 menjadi 20,56 persen pada tahun 2011. Jelas terlihat adanya pergeseran lapangan usaha dari pertanian ke industri, hal ini memang terjadi di Kabupaten Sukabumi yang sudah mulai banyak para investor yang menanamkan modal usahanya di bidang industri. Nampak bahwa jenis kelamin perempuan lebih mendominasi pekerjaan di sektor industri, karena mereka kini banyak bekerja di pabrik-pabrik yang menyebar di Kabupaten Sukabumi.
Tabel 2.15
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut LapanganPekerjaan Utama di Kabupaten Sukabumi Tahun 2009 – 2011
Indikator Ketenagakerjaan
Laki-laki Perempuan Laki-laki +Perempuan
2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1. Pertanian 2. Industri 3. Perdagangan 4. Jasa-jasa 5. Lainnnya *)
37,20 15,22 16,46 7,09 24,02
46,86 7,11 18,751
,68 25,59
28,57 15,88 18,42 7,10 30,03
36,59 24,95 25,68 10,67 2,11
50,15 16,43 27,13 3,34 2,94
27,63 30,55 31,65 9,07 1,10
37,03 18,05 19,14 8,13 17,65
47,71 9,52 20,92 2,11 19,74
28,27 20,56 22,65 7,73 20,78
Sumber : Susenas 2009 – 2011
*)Lainnya adalah gabungan dari sektor pertambangan, listrik,/gas/air, bangunan,pengankutan/komunikasi,keuangann/persewaan
2.2.1.13 Status Pekerjaan
Status pekerjaan dibedakan menjadi lima macam status pekerjaan, yaitu usaha sendiri tanpa dibantu orang lain, usaha dibantu anggota rumah tangga (ART)/buruh tidak tetap, berusaha dibantu dengan buruh tetap, buruh/karyawan pemerintah dan