• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH - DOCRPIJM 1504154475BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH - DOCRPIJM 1504154475BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH

2.1 Kondisi Umum Kabupaten Banyumas

Gambaran umum dan kondisi wilayah Kabupaten Banyumas secara lengkap akan dijelaskan terinci meliputi profil geografi, profil demografi, profil ekonomi dan profil sosial budaya dan profil sarana prasarana Cipta Karya.

2.1.1 Profil Geografi

2.1.1.1 Letak Geografis

Secara geografis wilayah Kabupaten Banyumas terletak diantara 108º39’17” BT - 109º27’15” BT dan diantara 7º15’05” LS - 7º37’10” LS. Secara administratif Kabupaten Banyumas dibatasi oleh:

 Sebelah Utara : Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang  Sebelah Selatan : Kabupaten Cilacap

 Sebelah Barat : Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes

 Sebelah Timur : Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen

Luas wilayah Kabupaten Banyumas adalah 132.759,56 Ha dengan jarak bentang terjauh dari Barat ke Timur 96 Km, dan dari Utara ke Selatan sejauh 46 Km. Secara administratif wilayah Kabupaten Banyumas meliputi 27 Kecamatan dengan 301 desa dan 30 kelurahan. 2.1.1.2 Administrasi

(2)
(3)

2.1.1.3 Topografi

Karakteristik topografi di wilayah Kabupaten Banyumas identik dengan kondisi ketinggian lahan dan kemiringan lahan. Wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan ketinggian lahan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Dataran rendah dengan ketinggian 0 – 25 meter di atas permukaan laut (dpl) memiliki luas 26.724,4 ha atau 20,13% dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Wilayah yang berada pada ketinggian ini meliputi Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Kebasen, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Tambak, sebagian Kecamatan Kalibagor, sebagian Kecamatan Karanglewas, sebagian kecamatan Kemranjen, sebagian Kecamatan Sokaraja, dan sebagian Kecamatan Sumpiuh.

2. Dataran perbukitan dengan ketinggian >25 - 100 meter dpl memiliki luas 42.310,30 ha atau 31,87% dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Wilayah yang berada pada ketinggian ini meliputi Kecamatan Kembaran, Kecamatan Lumbir, Kecamatan Patikraja, Kecamatan Purwojati, Kota Purwokerto, Kecamatan Wangon, sebagian Kecamatan Kalibagor, sebagian Kecamatan Kedungbanteng, sebagian Kecamatan Karanglewas, sebagian Kecamatan Somagede, sebagian Kecamatan Sumbang, dan sebagian Kecamatan Sokaraja.

3. Dataran tinggi dengan ketinggian >100 – 500 meter dpl memiliki luas 40.385,3 ha atau 30,42% dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Wilayah yang berada pada ketinggian ini meliputi Kecamatan Ajibarang, Banyumas, sebagian Kecamatan Baturraden, sebagian Kecamatan Cilongok, sebagian Kecamatan Pekuncen, dan sebagian Kecamatan Somagede.

4. Dataran dengan ketinggian >500 – 1000 meter dpl memiliki luas 17.364,9 ha atau 13,08% dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Wilayah yang berada pada ketinggian ini meliputi sebagian Kecamatan Gumelar, sebagian Kecamatan Kedungbanteng, sebagian Kecamatan Pekuncen, sebagian Kecamatan Cilongok, sebagian Kecamatan Baturraden dan sebagian Kecamatan Sumbang.

5. Dataran dengan ketinggian >1000 meter dpl memiliki luas 5.974,1 ha atau 4,50% dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Wilayah yang berada pada ketinggian ini meliputi sebagian Kecamatan Baturraden, sebagian Kecamatan Cilongok, sebagian Kecamatan Pekuncen dan sebagian Kecamatan Sumbang.

(4)
(5)

Sedangkan berdasarkan kemiringan tanahnya wilayah Kabupaten Banyumas diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kemiringan 0 – 2% meliputi areal seluas 42.629,09 ha atau 32,11 % dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Wilayah dengan kemiringan ini meliputi Kota Purwokerto, Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Kembaran, bagian selatan Kabupaten Banyumas antara lain Kecamatan Tambak, Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Kebasen, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Kalibagor bagian timur, sebagian Kecamatan Patikraja, dan disekitar Sungai Serayu.

2. Kemiringan >2 – 8% meliputi areal seluas 19.940,49 ha atau 15,02 % dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Wilayah dengan kemiringan ini adalah sebagian Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Karanglewas, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Wangon sebelah selatan.

3. Kemiringan >8 – 15% meliputi areal seluas 13.979,58 ha atau 10,53 % dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Wilayah ini meliputi sebagian Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Cilongok dan Kecamatan Kalibagor.

4. Kemiringan >15 – 25% meliputi areal seluas 16.820,64 ha atau 12,67 % dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Wilayah ini meliputi Kecamatan Gumelar, Kecamatan Lumbir, Kecamatan Wangon bagian utara, Kecamatan Pekuncen bagian barat, Kecamatan Sumbang bagian timur.

5. Kemiringan >25 - 40% meliputi areal seluas 13.740,61 ha atau 10,35 % dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Wilayah ini meliputi sebagian Kecamatan Rawalo, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Wangon, Kecamatan Kedungbanteng dan Kecamatan Baturraden.

6. Kemiringan >40% meliputi areal seluas 25.649,15 ha atau 19,32% dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Wilayah ini meliputi Lereng Gunung Merak, sebagian Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Tambak, Kecamatan Somagede.

(6)
(7)

2.1.1.4 Geologi

Kondisi geologi Kabupaten Banyumas secara stratigrafi dapat diuraikan sebagai berikut: a. Endapan Aluvial/Aluvium merupakan formasi endapan aluvial atau aluvium menempati porsi

yang cukup besar di wilayah selatan Kabupaten Banyumas dengan wilayah penyebarannya meliputi di Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Tambak, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Jatilawang dan Kecamatan Wangon dengan luasnya sebesar 31.744 hektar.

b. Endapan Gunung Api merupakan formasi endapan gunung api dapat dipisahkan menjadi tiga kelompok satuan batuan yaitu:

 Endapan Lahar Gunung Api, terdiri dari bahan-bahan tak mengeras mengandung bongkah-bongkah batuan gunung api bergaris tengah 10 – 15 cm bersusun andesit sampai basalt meliputi daerah landai dan datar yang tersebar dari Ajibarang ke arah timur Pasirkidul sampai Sumbang 31.376 hektar.

 Endapan Lava Gunung Slamet, merupakan aliran lava andesit berongga rongga yang berasal dari Gunung Slamet terutama di lereng timur yang tersebar dari Baturraden ke arah utara hingga Gunung Slamet 4.960 hektar .

 Batuan gunung api tak terurai, terdiri dari breksi, lava, lapili dan tufa dari gunung api dan pusat-pusat erupsi di sebelah barat membentuk dataran dan bukit-bukit tinggi yang tertutup oleh tanah berwarna abu-abu tua sampai coklat dan kuning kemerahan yang tersebar secara luas dari Pekuncen sampai Baturraden ke arah Utara sampai perbatasan dengan Kabupaten Brebes 17.584 hektar.

c. Formasi Tapak terdiri dari batupasir berbutir kasar berwarna kehijauan dan konglomerat di beberapa tempat terdapat breksi. Di bagian atas terdiri dari batupasir gampingan dan napal berwarna hijau yang mengandung pecahan moluska dan berumur Pliosen Tengah sampai Pliosen Atas. Formasi ini terletak di pegunungan sebelah selatan Kalibagor dan Gebangsari seluas 17.584 hektar .

d. Formasi Kumbang terdiri dari breksi, lava andesit, tufa dan di beberapa tempat terdapat breksi batuapung dan tufa pasiran. Formasi ini berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Tengah dan menempati bukit-bukit antikilin di sebelah selatan Kota Banyumas seluas 96 hektar.

(8)

perselingan batupasir, batulempung, napal dan tufa, dengan sisipan breksi dipengaruhi oleh turbid fan pelengseran bawah laut. Formasi batuan mempunyai kisaran umur Miosen Tengah hingga Pliosen Atas seluas 40.343,56 hektar.

f. Anggota Batugamping Formasi Halang merupakan anggota batugamping formasi halang menempati porsi yang relatif kecil dan penyebarannya di wilayah Kecamatan Banyumas dan Kecamatan Kebasen seluas 144 hektar.

g. Anggota Breksi Formasi Halang merupakan anggota breksi formasi halang terdiri dari breksi gunung api dengan komponen basal dan sebagian andesit yang bersisipan dengan batupasir seluas 10.080 hektar .

h. Formasi Rambatan merupakan formasi yang terdiri dari batupasir gampingan bersisipan napal, batu lempung dan breksi, umumnya berstruktur turbidit. Penyebaran formasi ini di Kabupaten Banyumas tidak begitu luas, yaitu di sebelah selatan Kabupaten Banyumas dan mempunyai kisaran umur Miosen Bawah-Tengah seluas 2.016 hektar.

(9)
(10)

2.1.1.5 Hidrologi

Sumberdaya air yang dapat diidentifikasi di wilayah Kabupaten Banyumas meliputi: curah hujan, air permukaan dan dan air tanah. Kondisi curah hujan akan dijelaskan dalam sub klimatologi. Air permukaan yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas berasal dari sungai dan mata air. Sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas mempunyai debit (Q) sebesar 45.456.342 m3/hari atau 16.591.564.830 m3/tahun yang berasal dari sungai besar, seperti Sungai

(11)

Tabel 2.2

Debit Air Sungai di Kabupaten Banyumas

No Nama Sungai/ Bendung Debit Rata-rata

(M3/ hari)

Jumlah Debit Sungai dalam 1 hari 45.456.342

Jumlah Debit Sungai dalam 1 tahun 16.591.564.830

(12)

Sedangkan air permukaan yang berasal dari mata air mempunyai debit (Q) sebesar 974.462 liter/detik/tahun. Mata air yang adi wilayah Kabupaten Banyumas adalah sebagai

berikut:

1. Mata air Kawungcarang, Gandatapa dan Kepetek di Kecamatan Sumbang 2. Mata air Kedungpete, Kaliraga dan Baturraden di Kecamatan Baturraden 3. Mata air Pugak di Kecamatan Banyumas

4. Mata air Sikampret dan Sirah di Kecamatan Karanglewas 5. Mata air Cideng, Rancah dan Legok di Kecamatan Pekuncen 6. Mata air Pancasan di Kecamatan Ajibarang

7. Mata air Karangtengah di Kecamatan Cilongok

Kabupaten Banyumas termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu dan DAS Ijo dan DAS Bengawan. Ketiga DAS ini mencakup beberapa sungai dan anak sungai yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas. Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu terbagi dalam beberapa sub DAS dan sub-sub DAS, yaitu sub DAS Tajum, sub DAS Logawa dan sub DAS Serayu Ilir. Dari tiap-tiap sub DAS terbagi lagi menjadi sub-sub DAS, yaitu :

 Sub DAS Tajum terbagi dalam sub-sub DAS Tajum Hulu, sub-sub DAS Trenggulun, sub-sub DAS Datar, sub-sub DAS Tajum Hilir, sub-sub DAS Lopasir dan sub-sub DAS Cihaur

 Sub DAS Logawa terbagi dalam sub-sub DAS Banjaran, sub-sub DAS Pelus dan sub-sub DAS Mengaji

 Sub DAS Serayu Hilir terbagi dalam sub-sub DAS Gawe

Daerah Aliran Sungai (DAS) Ijo terbagi dalam sub DAS Ijo dengan sub-sub DAS Kecepak dan sub-sub Gamping, sedangkan DAS Bengawan terbagi dalam sub DAS Bengawan dengan sub-sub DAS Kaliwedi dan sub-sub DAS Bangsa.

2.1.1.6 Jenis Tanah

(13)

TABEL 2.3

JENIS TANAH DI KABUPATEN BANYUMAS

NO. JENIS TANAH MACAM TANAH

1 Aluvial Aluvial Hidromorf

Aluvial Kelabu Aluvial Kelabu Tua Aluvial Kelabu Kuningan Aluvial Coklat Kekelabuan

2 Glei Humus Rendah Glei Humus Rendah

3 Regosol Regosol Kelabu

Regosol Coklat

4 Litosol Litosol

5 Andosol Andosol Coklat

Andosol Coklat Kekuningan

6 Latosol Latosol Coklat Tua Kemerahan

Latosol Coklat Kemerahan Latosol Coklat

Latosol Merah Kekuningan

7 Padsolik Padsolik Merah Kekuningan

(14)
(15)

2.1.1.7 Iklim

Kondisi klimatologi wilayah Kabupaten Banyumas mempunyai iklim tropis basah seperti umumnya wilayah-wilayah di Indonesia. Rata-rata suhu udara bulanan 26,3ºC, dengan suhu minimum tercatat 24,4ºC dan suhu maksimum 30,9ºC. Sedangkan curah hujan di wilayah Kabupaten Banyumas pada tahun 2000 rata-rata sebesar 2.750 mm/tahun. Angka ini menunjukkan bahwa di wilayah Kabupaten Banyumas memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Tingginya curah hujan ini didukung oleh kondisi geografi wilayah Kabupaten Banyumas yaitu terletak di lereng Gunung Slamet.

Beberapa daerah yang mempunyai curah hujan tinggi adalah Kecamatan Baturraden dengan stasiun penakar hujan Baturraden yaitu 4.292 mm/tahun, Kecamatan Sumpiuh dengan stasiun penakar hujan di Desa Kebokura 5.683 mm/th, stasiun penakar hujan di Desa Bogangin 3.633 mm/th dan stasiun otomatis di Desa Sumpiuh 3.671 mm/th, Kecamatan Cilongok dengan stasiun penakar hujan di Desa Cikidang 4.323 mm/th. Berdasarkan curah hujan, Kabupaten Banyumas memiliki tipe iklim (Schmid dan Ferguson), yaitu:

a. Tipe A dengan nilai Q antara 0% - 14,3%, meliputi sekitar puncak Gunung Slamet dan Kranggan dengan curah hujan sangat tinggi yaitu antara 4000 – 5000 mm/tahun

b. Tipe B nilai Q antara >14,3% - 33,3%, meliputi wilayah Kaki Gunung Slamet dan sebagian besar lembah Serayu dengan curah hujan antara 3000 – 4000 mm/tahun

(16)

Tabel 2.4

Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Banyumas Diperinci Dari Tiap Stasiun Penakaran Hujan Tahun 2007

(17)
(18)

2.1.2 Profil Demografi

Profil Demografi akan menguraikan kondisi karakteristik penduduk Kabupaten Banyumas terkait dengan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah penduduk dilihat dari tingkatan umurnya, jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya.

2.1.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur

Jumlah penduduk pada tahun 2006 sebesar 1.714.573 jiwa dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebesar 867.845 jiwa dan berjenis kelamin perempuan sebesar 847.088 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Banyumas pada tahun 2007 sebesar 1.752.846 jiwa dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebesar 886.865 jiwa dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebesar 865.991 jiwa. Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.5

Jumlah Penduduk Tahun 2006-2007 Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

No Kecamatan Jumlah Penduduk

Tahun 2006 Tahun 2007

Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Lumbir 26735 26017 52752 26426 25713 52.129

2. Wangon 40976 39258 80234 43704 41964 85668

3. Jatilawang 32880 31698 64578 35976 34688 70664

4. Rawalo 26713 25868 52581 28538 27804 56342

5. Kebasen 31853 30616 62469 33497 32408 65905

6. Kemranjen 36201 35086 71287 37391 36458 73849

7. Sumpiuh 29346 28566 57912 29781 29044 58825

8. Tambak 26836 26410 53246 26256 25851 52107

9. Somagede 18225 17985 36210 18785 18665 37450

10. Kalibagor 27032 26171 53203 27324 26638 53962

11. Banyumas 26189 25626 51815 26649 26130 52779

12. Patikraja 28487 27775 56262 29075 28391 57466

13. Purwojati 17930 17278 35208 18836 18234 37070

14. Ajibarang 48721 47072 95793 50401 48871 99272

15. Gumelar 26122 25036 51158 28122 27261 55383

16. Pekuncen 37362 35873 73235 39434 37869 77303

(19)

No Kecamatan Jumlah Penduduk

Tahun 2006 Tahun 2007

Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

18. Karanglewas 29355 28191 57546 30369 29125 59494

19. Kedungbanteng 29449 28309 57758 28708 27865 56573

20. Baturraden 25279 24699 49978 25483 24928 50411

21. Sumbang 38207 37620 75827 40100 39319 79419

22. Kembaran 37549 37011 74560 38041 36714 74755

23. Sokaraja 42311 41926 84237 42586 42360 84946

24. Purwokerto Selatan

39148 38237 77385 37531 36772 74303

25. Purwokerto Barat

27365 27824 55189 26755 27154 53909

26. Purwokerto Timur

34072 34661 58733 32025 32291 64316

27. Purwokerto Utara

28223 28905 57128 25536 25608 51144

Jumlah 867485 847088 1714573 886865 865991 1752846 Sumber: BKCK. Kabupaten Banyumas Tahun 2007

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Banyumas pada tahun 2006 sebesar 1.714.573 jiwa dengan jumlah penduduk perempuan sebesar 847.088 jiwa dan jumlah penduduk laki-laki sebesar 867.485 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2007 sebesar 1.752.846 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 886.865 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 865.991 jiwa. Pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Banyumas sebesar 0,02.

(20)
(21)

Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Banyumas berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada tabel 2.33. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penduduk Kabupaten Banyumas pada kelompok usia 0 - 14 tahun cukup tinggi. Pada tahun 2006, jumlah penduduk kelompok usia 0 - 14 tahun adalah sebesar 407.899 (26,28%). Sedangkan jumlah penduduk kelompok usia 65 tahun keatas (lanjut usia) mempunyai persentase yang relatif kecil dibandingkan dengan kelompok usia produktif, yaitu hanya sebesar 111.249 jiwa atau 7,17%. Dari tabel 2.5 juga dapat diketahui rasio beban ketergantungan (dependency ratio). Pada tahun 2006 dependency ratio Kabupaten Banyumas adalah sebesar 50,25%, yang berarti setiap 100 orang produktif (usia 15 - 64 tahun) akan menanggung sekitar 50 orang yang dianggap belum produktif (usia di bawah 0 - 14 tahun) dan tidak produktif (65 tahun ke atas).

Tabel. 2.7

Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Banyumas Berdasarkan kelompok Usia

Tahun Jumlah Kelompok Usia Beban

Ketergantungan

% 0 – 14 15 – 64 65 +

2002 Jumlah 93.420 53,55

% 28,68 65,13 6,19

2003 Jumlah 390.505 1.023.900 110.496 48,93

% 25,61 67,15 7,25

2004 Jumlah 418.940 1.016.056 103.289 51,4

% 27,23 66,05 6,71

2005 Jumlah 416.745 1.026.748 101.806 50,5

% 26,97 66,44 6,59

2006 Jumlah 407.899 1.033.104 111.249 50,25

% 26,28 66,56 7,17

Sumber: Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2006b(Diolah)

(22)

dan sebagainya, belum optimalnya koordinasi pelaksanaan kebijakan administrasi kependudukan, kurang optimalnya pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap arti pentingnya manfaat tertib administrasi kependudukan dan pencatatan sipil.

2.1.2.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan menunjukan besarnya jumlah penduduk yang telah menyelesaikan sekolah dasar dapat diindikasikan partisipasi penduduk untuk mendapatkan pendidikan sangat tinggi. Berikut ini jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 2. 8

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Jenis Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. Tidak/ Belum Sekolah 127728 126848 254574

2. Tidak Tamat SD/ Sederajat 130115 140875 270990

3. Tamat SD/ Sederajat 332895 346848 679743

4. SLTP/ Sederajat 133446 120626 254072

5. SLTA/ Sederajat 131172 103148 234320

6. Diploma I/ II 3780 4995 8775

7. Akademi/ Diploma III/ S. Muda 8806 8518 17324

8. Diploma IV/ Strata I 17307 13379 30686

9. Strata II 1465 679 2144

10. Strata III 153 65 218

Jumlah 886865 865981 1752846

(23)

2.1.2.4 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/ Tingkat Kesejahteraan

Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian dan tingkat kesejahteraan dapat dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 2.9

(24)

2.1.3 Profil Ekonomi

Untuk melihat struktur perekonomian Kabupaten Banyumas secara umum, dapat diketahui dari indikator perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berikut akan diuraikan pertumbuhan PDRB dan kontribusi sektor PDRB selama lima tahun terakhir (tahun 2002-2006) berdasarkan atas harga berlaku dan harga konstan.

Hasil perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku dapat menjelaskan besamya peran masing-masing sektor ekonomi. Apabila diurutkan, maka sektor unggulan pertama adalah Pertanian, kemudian sektor industri dan sektor Jasa. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa ketiga sektor yaitu sektor Pertanian, sektor industri dan sektor Jasa merupakan andalan utama Kabupaten Banyumas saat ini karena kontribusinya cukup besar. Besarnya PDRB atas dasar harga berlaku untuk masing-masing sektor dapat dilihat pada tabel berikut ini

(25)

sektor industri dan Sektor Jasa. Secara rinci PDRB menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.11

PDRB Menurut Sektor/Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006 (dalam ribuan)

No Sektor Tahun

2002 2003 2004 2005 2006

1. Pertanian 758.787.772 769.284.399 787.619.381 800.977.116 814.815.101

2. Penggalian 44.467.182 46.626.375 48.377.052 50.357.987 52.684.405

3. Industri 555.090.514 578.401.051 602.635.190 617.386.776 637.418.512

4. Listrik 27.212.846 28.372.714 30.695.515 33.491.610 35.218.195

5. Bangunan 292.150.310 305.069.384 319.185.258 332.338.503 345.851.744

6. Perdagangan 467.123.145 485.074.709 506.180.247 525.396.984 560.700.320

7. Pengangkutan 330.576.403 347.139.828 367.730.771 379.241.054 395.613.431

8. Keuangan 252.352.652 267.628.303 282.793.660 298.619.249 319.089.156

9. Jasa 499.724.376 519.561.182 541.416.615 560.589.880 598.156.751

PDRB 3.227.485.200 3.347.157.945 3.486.633.689 3.598.399.159 3.759.547.615

Jumlah

Penduduk (Jiwa) 1.491.912 1.503.917 1.518.678 1.531.040 1.548.685

PDRB Per Kapita 2.163.321 2.225.627 2.295.835 2.350.297 2.427.574

Sumber: Pendapatan Regional Kabupaten Banyumas 2006

(26)

2.1.4 Profil Sosial dan Budaya

2.1.4.1 Kependudukan

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyumas relatif rendah, terutama pada tahun 2005 dan 2006 dimana laju pertumbuhan penduduk berturut-turut hanya 0,456% dan 0,449%. Dari tabel 2.31 diketahui laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 menunjukkan angka yang semakin menurun. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2003 sebesar 1,029% atau bertambah 15.534 jiwa, tahun 2004 sebesar 0,878% atau bertambah 13.384 jiwa, tahun 2005 sebesar 0,456% atau bertambah 7.014 jiwa, dan tahun 2006 sebesar 0,449% atau bertambah 6.953 jiwa. Dengan demikian rata-rata pertumbuhan penduduk selama lima tahun dari tahun 2002-2006 hanya sebesar 0,703%. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat Kabupaten Banyumas akan arti pentingnya program keluarga berencana dan tingkat pendidikan masyarakat yang semakin membaik sehingga mempengaruhi usia perkawinan masyarakat yang bertambah dewasa.

Tabel 2.12

Sumber: Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2006 (diolah)

(27)

Tabel 2.13

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banyumas Tahun 2006

No. Kecamatan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk 1 Lumbir 48.413 4.841

(28)

Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan murah. Dengan tujuan tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktifitas masyarakat yang bersangkutan.

Keberhasilan dalam penerapan hidup bersih dan sehat di masyarakat dapat diukur dari berbagai indikator, dan tercermin dalam meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Adapun capaian indikator tersebut menggunakan 2 indikator yaitu Indikator Kabupaten Sehat dan Indikator Pelayanan Minimal (SPM).

a. Indikator Kabupaten Sehat

(29)

b. Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Keberhasilan pembangunan pada urusan kesehatan dapat dilihat dari salah satu indikator keberhasilannya, yaitu kualitas pelayanan, yang terdiri dari dua aspek, yaitu sarana kesehatan dan sumber daya aparatur kesehatan. Dua aspek tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Untuk itu dalam rangka menuju Indonesia Sehat tahun 2010. Pemerintah kabupaten selalu berupaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan. Pemerintah kabupaten juga senantiasa tanggap terhadap permasalahan yang ada sehingga mengutamakan pelayanan dan kedekatan terhadap masyarakat. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan Pemerintah Kabupaten Banyumas memantapkan keberadaan puskesmas, revitalisasi posyandu serta pengembangan Badan Layanan Umum Kesehatan.

2.14.3 Kesejahteraan Sosial

Untuk menghitung tingkat kesejahteraan, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan program yang disebut sebagai Pendataan Keluarga setiap setahun sekali yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dasar kependudukan dan keluarga dalam rangka program pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Data kemiskinan dilakukan lewat pentahapan keluarga sejahtera yang dibagi menjadi lima tahap, yaitu: Keluarga Pra Sejahtera (sangat miskin), Keluarga Sejahtera I (miskin), Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, Keluarga Sejahtera III plus. Tabel berikut memberikan gambaran kondisi kesejahteraan masyarakat Kabupaten banyumas menurut tahapan keluarga sejahtera :

Tabel 2.15

Penduduk Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera

Tahap Keluarga Sejahtera Tahun

2003 2004 2005 2006 2007

Pra Sejahtera 112.330 109.433 111.240 116.777 117.424

(30)

Kriteria yang ditetapkan BPS (Biro Pusat Statistik) tentang garis kemiskinan ialah kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan makan 2.100 kalori perhari perkapita. Mendasarkan pada kesepakatan antar Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tentang data kemiskinan. disebutkan bahwa angka kemiskinan merujuk pada data yang dikeluarkan oleh BPS. Terkait dengan hal tersebut di atas. maka BPS Kabupaten Banyumas mempublikasikan data keluarga miskin untuk tahun 2006 berdasarkan 3 kriteria program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diberikan sebagai akibat kenaikan harga BBM kepada masyarakat penerima BLT. yaitu Kepala Keluarga yang sangat miskin. Kepala Keluarga miskin dan hampir miskin. Didalam program BLT tersebut. telah ditentukan yang jumlahnya 173.386 KK dari 409.631 KK (42.33 % ) dengan rincian sebagai berikut:

 Kepala Keluarga sangat miskin sebanyak 9.511 KK (2.39%)  Kepala Keluarga miskin sebanyak 81.356 KK (20.43 %)  Kepala Keluarga hampir miskin sebanyak 82.620 KK (20.74%)

Tabel 2.16

(31)

Masalah kemiskinan dan pengangguran merupakan salah satu faktor penghambat pembangunan pada suatu daerah. Dengan adanya penduduk miskin pada suatu wilayah, akan berdampak pada adanya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Demikian juga di Kabupaten Banyumas, terdapat beberapa penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti tampak pada tabel dibawah ini:

Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang terbesar adalah keluarga miskin. Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Banyumas terus mengalami kenaikan, dengan kenaikan yang paling tinggi adalah pada tahun 2005, yaitu sebesar 117.80 % (88.780 keluarga). Kenaikan jumlah Keluara Miskin pada tahun 2005 dan 2006 merupakan dampak dari adanya kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebanyak dua kali.

2.1.4.4 Ketenagakerjaan

(32)

Banyumas cenderung mengalami peningkatan. terutama pada tahun 2007 yaitu sebanyak 13.757 orang (10.10%).

Tabel 2.18

Jumlah Pengangguran di Kabupaten Banyumas

No. Tahun Pengangguran (orang) Perubahan (%)

1. 2004 136.475 -

2. 2005 135.318 -0.84

3. 2006 136.178 0.63

4. 2007 149.935 10.10

Sumber: Disnakertrans Kabupaten Banyumas Tahun 2008

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah suatu besaran yang merupakan persentase dari jumlah pencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Banyumas tahun 2006 sebesar 8.36%, dengan jumlah pengangguran laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (8.48% berbanding 8.14%). Data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 sebagai berikut:

Tabel 2.19

Data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

No. Indikator Tahun

2002 2003 2004 2005 2006 1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Laki-laki 71,57 73,31 72,46 72,18 71,52 Perempu

an 41,71 42,02 39,15 41,28 39,94 Total 56,62 57,25 55,74 56,82 55,80 2. Tingkat Pengangguran Terbuka

Laki-laki 5,86 4,90 5,62 5,26 8,48 Perempu

an 4,34 5,85 3,86 4,55 8,14

(33)

Tingkat partisipasi angkatan kerja dari tahun 2002 hingga 2006 relatif tidak mengalami perubahan, berkisar antara 55% hingga 57% secara berfluktuasi. Angka ini menggambarkan rasio antara jumlah angkatan kerja terhadap jumlah tenaga kerja, sehingga terlihat dengan jelas bahwa angkatan kerja laki-laki lebih besar jumlahnya bila dibandingkan dengan angkatan kerja perempuan

Pemerintah Kabupaten Banyumas menginginkan adanya penurunan angka pengangguran pada masa yang akan datang. Namun pada sisi lain dapat diketahui bahwa dengan adanya kebijakan Pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak pada tahun 2005 sebanyak 2 (dua) kali. Kebijakan kenaikan BBM tersebut berdampak pada sektor industri dan sektor ekonomi lainnya yang selanjutnya juga mempengaruhi jumlah penyerapan tenaga kerja yang ada.

Permasalahan pokok ketenagakerjaan di Kabupaten Banyumas adalah rendahnya kualitas dan produktifitas tenaga kerja, terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia dan masih banyaknya para pencari kerja yang belum tertampung di lapangan kerja yang tersedia, belum optimalnya informasi pasar kerja dan bursa kerja, rendahnya pengetahuan, pemahaman dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

2.2 Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya

2.2.1 Sub Bidang Air Minum

Penggunaan air bersih dengan memanfaatkan air tanah dangkal harus mendapat ijin pemompaan dan sebaiknya dikelola oleh pemerintah melalui PDAM, hal ini sangat diperlukan untuk menjaga keberadaan dan kualitas air tanah itu sendiri. Untuk sumber air dangkal hampir terdapat diwilayah Kabupaten Banyumas baik perkotaan maupun pedesaan. Pemanfatan sumber air secara berlebihan akan mengakibatkan berkurangnya suplai air pada musim kemarau, oleh karena itu pananaman hutan kembali sangat diperlukan.

(34)
(35)

Tabel 2.20

(36)

Sistem pelayanan air bersih di perdesaan dengan menggunakan sumber mata air yang disalurkan melalui jaringan utama dengan sistem grafitasi ditampung dalam reservoir yang didistribusikan ke rumah tangga. Sedangkan jumlah total pelayanan air bersih di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.21

Jumlah Penduduk Kabupaten Banyumas Yang Dilayani Bidang Air Bersih Tahun 2006

Sumber: Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang Kabupaten Banyumas Tahun 2006

(37)

Berdasarkan jumlah total pemanfaatan air baku di Kabupaten Banyumas harus digunakan seoptimal mungkin karena keberadaannya sangat vital bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Air baku ini pada umumnya dibagi dalam 3 kelompok yakni : air permukaan, air tanah dangkal dan air tanah dalam.

Cakupan pelayanan air minum yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Banyumas cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2006 jumlah air yang disalurkan mencapai 11.383.923 m3. Saat ini pelayanan air bersih telah dilakukan terhadap beberapa jenis

pelanggan, mulai dari rumah tangga, bisnis, tempat peribadatan, instansi pemerintah, dan lain-lain. Mengingat kebutuhan akan air bersih merupakan kebutuhan pokok masyarakat luas, maka peningkatan pelayanan air minum perlu dilakukan. Kebutuhan air bersih pada masa mendatang menjadi tanggung jawab dan perhatian pemerintah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum sebagai kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat dan bersih.

Permasalahan pokok yang dihadapi berkaitan dengan air bersih adalah masih banyak penduduk atau rumah tangga yang belum mendapatkan air bersih dan masih rendahnya kinerja pelayanan air bersih, yaitu belum meratanya sistem jaringan air bersih dan masih minimnya kapasitas air bersih, terutama pada musim kemarau yang berdampak terhadap penghentian penyaluran air secara bergilir di beberapa wilayah Kabupaten Banyumas.

Tabel 2.22

Banyaknya Pelanggan Air Bersih

No. Tahun Jumlah Pelanggan Air yang Disalurkan (m3)

1. 2002 32.388 8.888.878

2. 2003 33.559 9.281.780

3. 2004 35.419 9.798.741

4. 2005 37.006 10.681.927

5. 2006 37.902 11.383.923

Sumber: PDAM Kabupaten Banyumas

(38)

DAK Air Bersih. Selama 3 tahun terakhir investasi Pemerintah Kabupaten Banyumas di bidang air bersih sebesar Rp. 9.954.573.000 dengan target terlayani 87.558 jiwa maka nilai investasi air bersih sebesar Rp. 113.690/ jiwa.

Potensi sumber mata air belum dimanfaatkan secara optimal dan belum tertangani secara keseluruhan, namun banyak lokasi yang rawan air bersih tetapi belum ditemukan sumber mata air yang dapat dimanfaatkan. Kendala untuk suplai air bersih dapat diupayakan dengan eksplorasi air tanah dalam. Namun strategi tersebut membutuhkan dana besar dan rentan berdampak besar dan penting terhadap kelestarian lingkungan.

2.2.2 Sub Bidang Sampah

Persampahan di Kabupaten Banyumas khususnya di wilayah perkotaan Purwokerto dikelola oleh pemerintah, sedangkan di wilayah pedesaan umumnya lebih banyak dikelola oleh masyarakat sendiri. Volume sampah perkotaan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan sejalan dengan makin bertambahnya jumlah dan aktivitas penduduk. Perkembangan jumlah penduduk di Kota Purwokerto dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.23

Jumlah Penduduk Kota Purwokerto Tahun 2001-2005

No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

2001 2002 2003 2004 2005

1 Purwokerto Selatan 61539 62393 63244 63984 64607 2 Purwokerto Utara 44452 45099 45553 46595 42274 3 Purwokerto Barat 49147 49456 50085 50776 50980 4 Purwokerto Timur 63149 63340 63781 64068 64263 Jumlah 220288 222290 224666 227427 224129 Sumber: BPS Kabupaten Banyumas Tahun 2005

Permasalahan persampahan yang utamanya terjadi di wilayah perkotaan Purwokerto antara lain adalah berkaitan dengan masih rendahnya cakupan pelayanan persampahan, bertambahnya volume sampah dan belum optimalnya tingkat kesadaran masyarakat tentang kebersihan.

(39)

sebesar 229.860 jiwa maka dapat diprediksi besarnya timbulan sampah kota yang harus dikelola sebesar 555,703 m3/ hari. Untuk menangani timbulan sampah kota tersebut maka dilakukan upaya

dengan menambahkan berbagai sarana kebersihan, baik berupa gerobak sampah, kontainer, truck kontainer, drum truck, dan sebagainya. Jumlah TPA yang pada tahun 2003 hanya ada 1 unit, meningkat jumlahnya menjadi 4 unit pada tahun 2004. Kondisi persampahan di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.24

Perkembangan Persampahan di Wilayah Kabupaten Banyumas

No. Kondisi Tahun

2002 2003 2004 2005 2006 1. Volume sampah/hari (m3) 575 600 600 650 556

2. Sampah terangkut (m3) 500 535 535 590 282

3. Daerah Pelayanan (Ha) 3.858 3.858 3.858 3.858 4.722

4. TPA (buah) 1 1 4 4 4

Sumber: Banyumas Dalam Angka Tahun 2006

Pelayanan pengelolaan persampahan di Kota Purwokerto meliputi 27 Kelurahan. Salah satu bentuk pelayanan persampahan dengan adanya sarana TPS, transfer depo dan kontainer. Berdasarkan timbulan sampah Kota Purwokerto tahun 2006 sebesar 555,703 m3/ hari, sedangkan

volume sampah yang masuk ke TPA sebesar 282 m3/ hari maka prosentase pelayanan sampah yang

masuk ke TPA mencapai 50,75%. TPA yang saat ini yang digunakan adalah TPA Gunung Tugel yang berada Desa Kedung Randu Kecamatan Patikraja dengan luas 5,4 hektar dan memiliki daya tampung sekitar 1,5 juta m3. Waktu rencana pemakaian tahun 1983-2003 dengan luas area yang

(40)

2. Kurang berfungsinya sarana TPA, seperti sarana pengumpul lindi, pengumpul gas, pengolah lindi dan drainase TPA.

1. Kurangnya SDM bagi pengoperasian TPA yang ideal 2. Tidak adanya SOP Pengelolaan TPA

3. Kurangnya alat berat bagi operasional TPA

4. Lokasi TPA yang dekat dengan permukiman menimbulkan dampak kesehatan dan pencemaran.

2.2.3 Sub Bidang Air Limbah

Kondisi eksisting air limbah di wilayah Kabupaten Banyumas menunjukan sudah tersedia sarana sanitasi yang mendukung kegiatan penduduk, terutama sudah adanya jamban keluarga yang disediakan sendiri namun masih penyediaan sarana jamban keluarga kurang melayani seluruh penduduk di wilayah Kabupaten Banyumas. Berdasarkan kondisi eksisting tingkat sanitasi penduduk di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dikategorikan rendah. Hal tersebut diperkuat dengan minimnya sarana sanitasi dan masih belum tersedianya prasarana air limbah yang memadai dengan tidak dalam satu saluran dengan prasarana drainase.

(41)

Tabel 2.25

Jumlah Rumah Sehat dan Ketersediaan Sarana Sanitasi Kabupaten Banyumas Tahun 2006

(42)

Berdasarkan kondisi pelayanan sarana dan prasarana air limbah dapat diketahui secara umum jumlah rumah tangga yang sudah memanfaatkan sarana sanitasi, berupa jamban keluarga sebesar 172.967 KK atau sekitar 41,7%. Sedangkan sarana jamban keluarga yang perlu disediakan sebesar 58,3%.

2.2.4 Sub Bidang Drainase

Kondisi sarana dan prasarana drainase secara umum belum terlayani secara optimal di Kabupaten Banyumas, baik berupa fisik maupun kondisi jaringan. Permasalahan drainase di Kabupaten Banyumas merupakan permasalahan yang cukup serius, terutama bagi Kota Purwokerto sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan di Kabupaten Banyumas.

Kota Purwokerto berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu yang di dalamnya terdapat beberapa anak sungai Serayu antara lain: Kali Jengok, Kali Bogor, Kali Banjaran yang terletak di sebelah barat kota, sedangkan Kali Kranji, Kali Pelus dan Kali Bakal di sebelah timur kota.

Sistem drainase Kota Purwokerto yang berfungsi sebagai saluran drainase makro terutama adalah sungai-sungai tersebut. Aliran sungai membelah kota dari arah Utara ke Selatan dan selanjutnya bermuara di sungai Serayu. Mengingat kondisi topografi dimana banyak saluran drainase alami dengan kemiringan yang cukup untuk mengalirkan air. Kondisi prasarana drainase di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(43)

No Kecamatan

Sumber: Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang Kabupaten Banyumas

Beberapa lokasi di Kota Purwokerto pada musim hujan sering timbul permasalahan adanya genangan air (banjir) dari air hujan maupun luapan air sungai yang banyak terdapat di dalam kota. Salah satu faktor penyebab genangan air/ banjir adalah kurangnya prasarana drainase kota.

2.2.5 Sub Bidang Tata Bangunan Lingkungan

Dalam identifkasi bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan di wilayah Kabupaten Banyumas sangat erat keterkaitannya dengan bangunan atau benda yang dikategorikan sebagai cagar budaya ataupun bersejarah yang patut dipertahankan eksistensinya dan membutuhkan dukungan segala pihak, terutama Pemerintah Kabupaten Banyumas. Bangunan dan Lingkungan yang dikategorikan sebagai cagar budaya yang harus dilestarikan antara lain:

Tabel 2.27

Identifikasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional/ Bersejarah Kabupaten Banyumas

No Bangunan/ Benda Lokasi Jenis Cagar Budaya Dukungan Pemda

1. Situs Prasejarah Cilongok Kec. Cilongok Situs 2. Situs Batur Agung Desa Baseh Kec. Kedung Banteng Situs 3. Situs Batu Menhir Desa Linggasari Kec. Kembaran Situs

4. Situs Watu Gatel Desa Karangmangu Kec.

Baturraden

Situs

(44)

No Bangunan/ Benda Lokasi Jenis Cagar Budaya Dukungan Pemda

6. Candi Ronggeng Desa Gandatapa Kec. Sumbang Candi 7. Situs Watu Banteng Desa Kramat Kec. Kembaran Situs

8. Kawedanan Desa Plana Kec. Somagede Gedung

9. SMU 2 Purwokerto Jl. Gatot Subroto 69 Purwokerto Gedung 10. Kawasan Komplek Tangsi

Purwokerto

Jl. Palem Purwokerto Rumah Tinggal

11. Pengadilan Militer II-11 Jl. Palem Purwokerto Gedung 12. SMP 1 Purwokerto Jl. Jend Sudirman Purwokerto Gedung

13. Kantor Pemkab

Banyumas

Jl. Alun-alun Purwokerto Gedung

14. Rumah Dinas Pemkab Jl. Alun-alun Purwokerto Rumah Tinggal 15. Pendopo Kabupaten Jl. Alun-alun Purwokerto Bangunan 16. Rumah Tradisional Rejasari, Purwokerto Rumah Adat

17. Makam Syeh

Magdumwali

Pasir, Karanglewas Pemakaman

18. Stasiun Purwokerto Jl. Stasiun Purwokerto Bangunan 19. Kelenteng Hok Tio Bio Jl. Vihara Purwokerto Bangunan 20. Kelenteng Hok Tio Bio

Sokaraja

Jl. Gatot Subroto Sokaraja Bangunan

21. Kawasan Pecinan Jl. Gatot Subroto Sokaraja Rumah Tinggal 22. Kawasan Pecinan Jl. Pungkuran Banyumas

Sumber: Bappeda Kabupaten Banyumas Tahun 2008

Kejadian kebakaran di Provinsi Jawa Tengah terjadi setiap tahunnya, dimana kebakaran tersebut disebabkan oleh faktor ulah manusia, alam, dan listrik. Berikut ini banyaknya kejadian kebakaran di Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah dapat diuraikan pada tabel berikut ini

(45)
(46)

2.2.6 Sub Pengembangan Permukiman

2.2.6.1 Jumlah Rumah dan Rumah Tangga

Rumah tangga yang ada di Kabupaten Banyumas belum seluruhnya memiliki rumah tinggal sendiri, meski dimungkinkan juga ada rumah tangga/keluarga yang memiliki lebih dari satu rumah tinggal. Back log rumah adalah jumlah kekurangan rumah yang didapat dari selisih antara jumlah rumah tangga/keluarga dan jumlah rumah eksisting. Data mengenai jumlah rumah, jumlah rumah tangga (KK), dan back log rumah dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.29

Jumlah Ketersediaan Rumah di Kabupaten Banyumas Tahun 2006

(47)

Untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, Pemerintah Kabupaten Banyumas perlu menyediakan sarana perumahan yang layak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa kebijakan, misalnya mengembangkan pola kemitraan dengan pihak pengembang perumahan untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat menengah kebawah. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat menengah ke atas sudah dilakukan oleh pengembang swasta.

(48)
(49)

No

Kecamatan

Luas Wilayah (Ha)

Luas Permukiman (Ha)

Jumlah Rumah (Unit)

Rumah Sehat (Unit)

Kondisi Sumber Air Minum (unit) rumah terlayani air bersih ledeng

sumur

pompa sumur gali

sungai/ waduk

26 Purwokerto Timur 842 542 14,409 11679 9005 14 5294 1089 15402

27 Purwokerto Utara 901 477 10,818 9602 3878 14 6145 1096 11133

Jumlah 132759 18716 415,784 231664 55709 719 166005 118252 340685

(50)

Gambar

Tabel 2.2   Debit Air Sungai di Kabupaten Banyumas
TABEL 2.3 JENIS TANAH DI KABUPATEN BANYUMAS
Tabel 2.5
Tabel 2.6 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Banyumas Tahun 2009-2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berakhlak baik, akhlak sesuai dengan ajaran Islam, seperti dicontohkan oleh pendidik utama, Muhammad SAW. Diantara akhlak guru tersebut adalah mencintai jabatannya

Sering mendapat kritikan dari ketua organisasi atau mendapatkan nilai yang sangat tidak memuaskan untuk tugas akademik Mendapat kritikan dari ketua organisasi atau

Berdasarkan dari kenyataan ini penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan merumuskan masalah sebagai berikut: bagimana cara penyelesaian pembiayaan

Karak atau kerupuk beras merupakan produk makanan kering yang terbuat dari beras ( Oryza sativa INN ). Permasalahan yang sering terjadi pada pengembangan karak yaitu

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang berjudul “

Keesokan hari ibu dan bapak Boncel berangkat dari Desa Bungbulang dengan tujuan Kadipaten Caringin untuk menemui anaknya yang telah lama pergi.. Berbekal makanan hasil dari

(2) Dalam hal rumah/tempat dipakai untuk keperluan lain dari pada untuk tempat tinggal (untuk toko, perusahaan dan sebagainya) maka besarnya/luasnya rumah/tempat pengganti

Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan efektivitas dana pensiun dalam perusahaan melalui