• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KOTA PEMATANGSIANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KOTA PEMATANGSIANTAR"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

2-1

BAB 2

GAMBARAN UMUM

DAN KONDISI WILAYAH

KOTA PEMATANGSIANTAR

2.1. Kondisi Umum

2.1.1 Profil Geografi

Kota Pematangsiantar secara geografis terletak di bagian tengah Sumatera Utara, terletak pada

garis 2° 53’ 20” Lintang Utara (LU) dan 99° 1’ 00” - 99° 6’ 35” Bujur Timur (BT) pada peta

bumi dan berada di tengah-tengah kabupaten Simalungun. Letak geografis Kota Pematangsiantar

ditunjukkan pada Gambar Peta 2.1.

Wilayah administrasi Kota Pematangsiantar terbagi menjadi 8 kecamatan. Luas wilayah

(2)

2-2 Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Pematangsiantar

(3)
(4)

2-4

(5)

2-5 Gambar 2.2 Batas Administrasi Kota Pematangsiantar

(6)

2-6 2.1.2 Profil Demografi

Penduduk Kota Pematangsiantar pada tahun 2010 mencapai 234.698 jiwa yang tersebar pada 8

(delapan) kecamatan, dimana Kecamatan Siantar Utara merupakan kawasan yang memiliki

jumlah penduduk terbanyak dengan 46.423 jiwa, sementara Kecamatan Siantar Marimbun

merupakan kawasan dengan jumlah penduduk terkecil, yaitu 14.642 jiwa. Adapun kepadatan

penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Siantar Utara diikuti Siantar Barat dan Siantar Timur

yaitu masing-masing 12.719 jiwa/km2, 10.915 jiwa/km2 serta 8.508 jiwa/km2. Hal ini

mengindikasikan bahwa kegiatan perdagangan dan jasa terkonsentrasi di ketiga kecamatan

tersebut sedangkan di sisi lain kecamatan-kecamatan yang mengalami kepadatan penduduk

sedang dan rendah merupakan area yang didominasi oleh permukiman maupun pertanian. Dari

segi jenis kelamin, penduduk berjenis kelamin perempuan di Kota Pematangsiantar pada tahun

2010 berjumlah 120.137 jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah 114.561 jiwa (sex ratio sebesar

95,36).

A. Penggunaan Lahan

Dari hasil interpretasi foto satelit tersebut diperoleh informasi penggunaan lahan (land-use) Kota

Pematangsiantar yang meliputi peta penggunaan lahan dan tabel penggunaan lahan. Hasil

interpretasi menunjukkan bahwa terdapat 24 kategori pemanfaatan ruang di Kota

Pematangsiantar, yang dibagi dalam 3 kategori yaitu non-urban, urban dan utilitas. Dari tabel

tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan lahan terbesar di Kota Pematangsiantar adalah sebagai

(7)

2-7 Gambar 2.3 Penggunaan Lahan di Kota Pematangsiantar

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032

Dari angka-angka tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan lahan Kota Pematangsiantar

masih didominasi oleh kelompok non urban (pertanian) yang meliputi 63.88% dari total wilayah

kota, dimana sawah merupakan komponen terbesar. Sementara penggunaan lahan kelompok

urban hanya meliputi 32.36% dari total wilayah kota. Angka-angka tersebut juga menunjukkan

bahwa Kota Pematangsiantar tidak memiliki lahan/area dengan kategori ‘kawasan lindung’ yang

meliputi hutan primer, hutan sekunder, rawa dan sebagainya.

B. Laju Pertumbuhan Penduduk

- Populasi (2011) : 243,053 jiwa

- Populasi (2015) : 279,557 jiwa (proyeksi)

- Jumlah Kepadatan : 3,148 jiwa/km2

Jenis Kelamin

-Laki : 52,23%

-Perempuan : 54,90 %

-Usia Tengah (median) : 35 tahun

-Lulusan Perguruan Tinggi (S1-S3) : 2,37%

(8)

2-8 ,0 10000,0 20000,0 30000,0 40000,0

0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+

Lk

Pr

Gambar 2.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032

Berdasarkan rumus proyeksi yang ada maka jumlah penduduk dan kepadatan penduduk (per

(9)

2-9 Tabel 2.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tahun 2012-2017

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032

C. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Struktur pendidikan penduduk Kota Pematangsiantar dicirikan dengan besarnya proporsi

penduduk tamat SMTA (44,43%), diikuti oleh kelompok penduduk tamat SD (26,34%) dan

tamat SMTP (24,26%). Sementara kelompok tamat diploma/sarjana hanya sebesar 2,37% (Tabel

(10)

2-10 Tabel 2.3Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas Menurut Tingkat Pendidikan

No. Ijazah Tertinggi Jumlah (Jiwa) Persentase

1 Tidak/belum pernah sekolah 439 0.22

2 Tidak/belum tamat SD 4,751 2.38

3 Tamat SD 52,581 26.34

4 Tamat SMTP 48,429 24.26

5 Tamat SMTA Umum 88,694 44.43

6 Tamat Diploma/Sarjana 4,731 2.37

199,626 100.00

Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pematangsiantar, 2008.

Gambar 2.5 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032

Berdasarkan angka tersebut, dapat disimpulkan bahwa penduduk Kota Pematangsiantar pada

umumnya memiliki kualitas SDM yang relatif baik, di mana hal ini berimplikasi dengan

berbagai hal. Pertama, kondisi ini menunjukkan tingginya kesempatan berkembang dan

mengembangkan kegiatan ekonomi baru di mana kedua hal tersebut menunjukkan tingginya

potensi pengembangan sektor-sektor perkotaan yang membutuhkan tenaga kerja terdidik. Tidak/belum pernah

sekolah

Tidak/belum tamat SD

Tamat SD

Tamat SMTP

Tamat SMTA Umum

Tamat

(11)

2-11 D. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Mata Pencarian

Pada Tahun 2008, struktur mata pencaharian Kota Pematangsiantar dicirikan dengan

dominannya sektor perdagangan dan jasa sebagai sumber mata pencaharian penduduk, yaitu

masing-masing 38,76% dan 24,14%. Sementara sektor lainnya masing-masing memiliki

proporsi yang relatif rendah, seperti industri (9,41%), pertanian (8,81%), konstruksi (7,97%),

angkutan (7,24%) dan keuangan (2,66%). Adapun sektor mata pencaharian terendah adalah

pertambangan dan penggalian (0,25%) (Tabel 2.4).

Tabel 2.4 Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas yang bekerja menurut Pekerjaan Utama

No. Lapangan Usaha Utama Jumlah (Jiwa) Persentase

1 Pertanian 17,587 8.81

2 Pertambangan dan Penggalian 499 0.25

3 Industri 18,785 9.41

4 Listrik, Gas dan Air 1,517 0.76

5 Konstruksi 15,910 7.97

6 Perdagangan 77,375 38.76

7 Angkutan dan Komunikasi 14,453 7.24

8 Keuangan 5,310 2.66

9 Jasa 48,190 24.14

10 Lainnya 0 0.00

Jumlah 199,626 100.00

Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pematangsiantar, 2008.

Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersier sudah menjadi mata pencaharian sebagian

besar penduduk Kota Pematangsiantar (lebih dari 80% penduduk). Sementara sektor primer dan

sekunder bersama-sama hanya menyumbang 18% dari total lapangan kerja. Angka tersebut

mempertegas data PDRB di mana sektor tersier merupakan sektor terbesar dalam perekonomian

kota. Selanjutnya informasi ini juga menjadi pertimbangan dalam kebijakan pengembangan kota

di mana penyediaan ruang bagi pengembangan sektor-sektor tersier menjadi prioritas pemerintah

(12)

2-12 2.1.3 Profil Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pematangsiantar atas dasar harga berlaku pada

tahun 2010 sebesar 4.163.437,74 juta rupiah dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor

perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 34,02%. Sedangkan sektor yang paling kecil

memberikan sumbangan terhadap PDRB adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu

sebesar 0,02%. PDRB Kota Pematangsiantar atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun

2010 sebesar 2.038.9241,45 juta rupiah atau naik sekitar 112.625,8 juta rupiah. Sedangkan

PDRB per kapita atas dasar harga berlaku penduduk Kota Pematangsiantar pada tahun 2010

sebesar 17.739.554 rupiah (meningkat sebesar 10,82% dari tahun 2009).

Pertanian : 2,72%

Listrik, Gas dan Air Bersih : 1,40%

Bangunan : 5,05%

Industri Pengolahan `

`

: 22,23%

Keuangan : 13,40%

Pengangkutan dan Komunikasi : 9,24%

Jasa-jasa : 11,91%

Perdagangan,hotel,dan restoran : 34,02%

(13)

2-13 a. Sektor Pertanian

Sektor pertanian Kota Pematangsiantar meliputi

sub sektor tanaman pangan, tanaman perkebunan,

peternakan dan perikanan. Komoditas yang

dihasilkan meliputi padi, biji sawit, yang

sebagian besar diolah dan dipasarkan melalui

sentra-sentra pemasaran di Kota Pematangsiantar.

Secara keseluruhan, sektor pertanian memberikan nilai output 103 miliar rupiah, atau

2,99% dari total PDRB Kota Pematangsiantar. Sektor ini juga menjadi lapangan

pekerjaan bagi penduduk sebanyak 17.587 jiwa (8,8% dari total angkatan kerja). Karena

itu pengembangan sektor ini cukup strategis baik bagi perekonomian kota maupun mata

pencaharian penduduk. Meskipun demikian, sektor pertanian Kota Pematangsiantar

memiliki arti penting lain yang membuatnya strategis bagi kebijakan pengembangan

Kota Pematangsiantar, yaitu: Sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman pangan,

memiliki nilai strategis secara nasional sehingga keberadaannya harus dipertahankan

(sesuai dengan UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan) demi ketahanan pangan nasional.

Sebagian besar lahan pertanian di Kota Pematangsiantar merupakan sawah beririgasi

teknis, sehingga memang sudah diarahkan sebagai salah satu sentra pertanian oleh

pemerintah. Dengan demikian, alih fungsi lahan pertanian tersebut menyebabkan konflik

terhadap kebijakan pemerintah. Lahan pertanian di Kota Pematangsiantar mencakup area

yang luas, yaitu 4.308 Ha (Sumber: Kota Pematangsiantar Dalam Angka, 2009), tersebar

di beberapa kecamatan dan umumnya mengambil tempat di sekitar jalur sungai. Hal ini

membuat keberadaannya sangat berpotensi untuk sekaligus menjadi ruang terbuka hijau

(14)

2-14 b. Sektor Industri

Sektor industri merupakan sektor penting di Kota Pematangsiantar karena telah menjadi

salah satu sektor pendorong pada periode awal perkembangan kota. Secara historis,

industri Kota Pematangsiantar dikenal menghasilkan rokok putih dan tepung tapioka

yang dipasarkan hingga ke mancanegara. Dewasa ini, terdapat berbagai jenis industri

seperti industri makanan, industri tekstil, industri logam, serta meliputi industri

besar/sedang dan industri kecil.

Tabel 2.5 Jumlah Unit Industri Besar/Sedang dan Industri Kecil Tahun 2008

No. K e l o m p o k I n d u s t r i Jumlah Industri Besar Kecil

1 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 23 164

2 Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit 10 42

3 Industri Kayu dan Barang-barang Dari Kayu 2 30

4 Industri Kertas Percetakan dan Penerbitan 2 54

5

Secara keseluruhan, sektor industri memberikan nilai output sebesar 882 miliar rupiah,

atau 25,5% dari total PDRB Kota Pematangsiantar. Sektor ini juga menjadi lapangan

pekerjaan bagi penduduk sebanyak 18.785 jiwa (9,41% dari total angkatan kerja).

Karena itu sektor industri memiliki arti penting bagi Kota Pematangsiantar sehingga

menjadi penyumbang PDRB kedua terbesar (setelah sektor perdagangan) di Kota

Pematangsiantar merupakan sektor basis sehingga keberadaannya merupakan penentu

bagi berbagai sektor/tenaga kerja non basis. Sektor industri Kota Pematangsiantar

merupakan bagian dari sistem agro bisnis Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi, di mana

(15)

2-15 merupakan sub sistem pengolahan. Sektor industri merupakan mata pencaharian

penduduk yang terdidik.

c. Sektor Perdagangan

Sektor perdagangan memegang peranan penting dan menjadi sektor dengan pertumbuhan

paling pesat selama satu dekade terakhir. Sektor ini pada awalnya digerakkan oleh

kegiatan perdagangan grosir maupun retail yang berlokasi di sekitar Pasar Horas dan

Pasar Parluasan, namun selanjutnya berkembang sehingga mencakup perdagangan

modern, seperti supermarket, rumah makan dengan merk nasional dan internasional.

Kegiatan perhotelan juga terlihat mengalami perkembangan dengan lokasi saling

berdekatan dengan perdagangan dan rumah makan. Saat ini kegiatan perdagangan,

rumah makan dan hotel tersebar di 4 kecamatan pusat kota; Siantar Utara, Siantar Timur,

Siantar Selatan dan Siantar Barat. Pada Tahun 2008, sektor perdagangan menghasilkan

nilai output sebesar 1,05 triliun rupiah, atau 30,33% dari total PDRB Kota

Pematangsiantar sehingga menjadi sektor penyumbang terbesar dalam pembentukan

PDRB kota. Sektor perdagangan memiliki arti penting bagi Kota Pematangsiantar yaitu:

Sektor ini menjadikan Kota Pematangsiantar sebagai pusat koleksi dan distribusi

komoditas pertanian dan industri bagi wilayah dataran tinggi Sumatera Utara terutama

Kabupaten Simalungun, Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan dan Tapanuli

Utara. Sektor ini menjadi mata pencaharian terbesar penduduk Kota Pematangsiantar.

Pada Tahun 2008, sektor perdagangan menyerap tenaga kerja sebesar 77.375 jiwa atau

38,76% dari total tenaga kerja. Sektor perdagangan meliputi kegiatan perdagangan kaki

lima yang memiliki elastisitas penyerapan tenaga kerja yang tinggi.

d. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan menghasilkan nilai output sebesar 411,1 miliar rupiah, atau 11,89% dari

total PDRB Kota Pematangsiantar, sehingga menjadikannya sebagai sektor keempat

terbesar dalam pembentukan PDRB. Sektor keuangan merupakan salah satu sektor yang

mengalami pertumbuhan output paling signifikan disamping sektor perdagangan.

Perkembangan sektor keuangan merupakan dampak langsung dari pertumbuhan

(16)

2-16 e. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa menghasilkan nilai output sebesar 418,6 miliar rupiah, atau 12% dari

total PDRB Kota Pematangsiantar, sehingga menjadikannya sebagai sektor ketiga

terbesar dalam pembentukan PDRB. Sektor jasa-jasa meliputi jasa pemerintahan dan jasa

kemasyarakatan (pendidikan, kesehatan, peribadatan dsb). Salah satu faktor yang

mendorong besarnya kontribusi sektor jasa-jasa dalam perekonomian Pematangsiantar

adalah karena banyaknya unit-unit kegiatan skala besar seperti perguruan tinggi (mis.

STT Nomensen, Universitas Simalungun), Rumah Sakit Umum dan pusat-pusat

peribadatan.

Faktor lainnya adalah banyaknya kantor pemerintahan di mana sebagian merupakan

perwakilan dari tingkat provinsi (balai/kanwil) maupun instansi Pemkab Simalungun. Di

sisi lain, berbagai fasilitas pendidikan, kesehatan dan peribadatan tersebut secara historis

memiliki peran dan kualitas yang menentukan dalam skala regional.

Sebagai contoh, STT Nomensen telah menjadi

salah satu sekolah tinggi agama paling

berpengaruh di Provinsi Sumatera Utara,

sementara SMUN 2 dan SMU Budi Mulia telah

menjadi unggulan dalam skala regional.

Demikian pula RSU Djasemen Saragih dan RSU

Horas Insani memiliki wilayah pelayanan skala

regional. Secara keseluruhan kondisi ini

menjadikan sektor jasa-jasa menghasilkan output

ekonomi dan lapangan kerja yang signifikan.

Dalam waktu mendatang, pengembangan sektor

tersebut perlu diakomodasi secara spasial dalam

(17)

2-17 f. Kondisi Keuangan Daerah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pematangsiantar atas dasar harga berlaku

pada tahun 2010 sebesar 4.163.437,74 juta rupiah dengan kontribusi terbesar diberikan

oleh sektor perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 34,02%. Sedangkan sektor

yang paling kecil memberikan sumbangan terhadap PDRB adalah sektor pertambangan

dan penggalian yaitu sebesar 0,02%. PDRB Kota Pematangsiantar atas dasar harga

konstan tahun 2000 pada tahun 2010 sebesar 2.038.9241,45 juta rupiah atau naik sekitar

112.625,8 juta rupiah. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku penduduk

Kota Pematangsiantar pada tahun 2010 sebesar 17.739.554 rupiah (meningkat sebesar

10,82% dari tahun 2009).

Tabel 2.6

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pematangsiantar Tahun 2010

NO PENDAPATAN JUMLAH (Rp)

1 Bagian Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu

2 Bagian Pendapatan Asli Daerah 24.087.112.660.000

3 Bagian Dana Perimbangan 367.202.506.300.000

4 Bagian Pinjaman Daerah

5 Lain-lain Penerimaan yang Sah 66.646.848.480.000

TOTAL 457.936.467.440.000

PENGELUARAN JUMLAH (Rp)

1 Belanja Rutin 334.914.333.000

2 Belanja Pembangunan 149.482.133.900.000

TOTAL 149.817.048.233.000

(18)

2-18 Profil Sosial Budaya

Pada tahun 1970-an Kota Pematangsiantar mendapat predikat sebagai kota pendidikan di

Propinsi Sumatera Utara. Dari tahun ke tahun jumlah sekolah semakin meningkat mulai

dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Hal ini diharapkan mampu

meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM yang tersedia untuk memajukan Kota

Pematangsiantar ke arah yang lebih baik.

Pada tahun 2010 jumlah sarana pendidikan yang tersebar di 8 kecamatan untuk tingkat

TK sebanyak 24 unit dimana jumlah murid yang diajar oleh 164 guru sebanyak 2.779

orang. Sedangkan untuk tingkat SD dan MI jumlah sekolah sebanyak 168 unit dimana

sebanyak 30.781 orang murid diajar oleh 1.463 orang guru. Selengkapnya dapat dilihat

pada tabel 2.9. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sarana pendidikan untuk tingkat

TK dan SD lebih terpusat di Kecamatan Siantar Barat.

Tabel 2.7 Jumlah Sekolah, Murid, Guru Tingkat TK dan SD Tahun 2010

No Kecamatan TK SD + MI

(19)

2-19 unit dengang jumlah murid sebanyak 13.116 orang dan guru tetap sebanyak 576 orang. Untuk

data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.10 berikut ini:

Tabel 2.8 Jumlah Sekolah, Murid, Guru Tingkat SMP, SMU dan SMK Tahun 2010

No Kecamatan SMP + MTs SMU + MA SMK

Sumber : Pematangsiantar dalam Angka, 2011

Rasio antara murid dan guru menunjukkan jumlah murid yang ditangani oleh setiap guru. Hal ini

secara umum juga dapat diartikan apakah jumlah guru yang ada sudah mencukupi atau belum.

Semakin tinggi nilai rasionya (diatas rasio wajar) maka kebutuhan akan guru sangat diperlukan

dan sebaliknya. Berdasarkan jenjang pendidikannya terlihat bahwa tingkat rasio tertinggi berada

(20)

2-20 Faktor pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat Kota Pematangsiantar

sehingga setiap orang tua mengharapkan anaknya untuk melanjutkan ke jenjang perguruan

tinggi. Selain ke Perguruan Tinggi di luar kota, minat untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi di

Pematangsiantar pun cukup tinggi. Hal ini terlihat dengan jumlah Perguruan Tinggi yang ada

semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 terdapat 17 Perguruan Tinggi yang

terdiri dari 2 Universitas, 6 Sekolah Tinggi dan 9 Akademi, di mana jumlah mahasiswanya

secara keseluruhan sebanyak 15.379 orang dan Dosen yang mengajar sebanyak 740 orang.

Tabel 2.9 Jumlah Perguruan Tinggi (PT) Tahun 2010

Dari segi kemiskinan, jumlah penduduk miskin di Kota Pematangsiantar pada tahun 2011

mencapai 29.850 jiwa atau sekitar 11,08 % dari jumlah penduduk yang ada atau setara dengan

7.148 Pra Keluarga Sejahtera 1. Dari tabel 2.12 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin

tersebar di seluruh kecamatan dimana jumlah terbanyak terdapat di Kecamatan Siantar Timur

yaitu 5.863 jiwa, lalu diikuti Kecamatan Siantar Martoba sebesar 5.704 jiwa. Sedangkan

penduduk miskin yang terkecil terdapat di Kecamatan Siantar Marihat dengan jumlah 966 jiwa.

(21)

2-21 Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Miskin dan KK per Kelurahan, Tahun 2011

(22)

2-22 Pembangunan sektor kesehatan di Kota Pematangsiantar telah berhasil menyediakan sarana dan

prasarana pelayanan kesehatan masyarakat. Pada periode tahun 2010 ketersediaan sarana dan

prasarana kesehatan di Kota Pematangsiantar terdiri atas 7 (tujuh) buah rumah sakit dari

berbagai kategori dengan jumlah kapasitas keseluruhan 664 tempat tidur (TT). Salah satu yang

terbesar adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Djasamen Saragih, dengan kapasitas

220 TT, yang dilayani oleh 25 orang dokter umum, 9 orang dokter gigi dan 26 orang dokter

spesialis. Rumah sakit yang tersebar di berbagai kecamatan tersebut dibantu oleh Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Puskesmas Pembantu (Pustu), Balai Pengobatan Umum

(BPU) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Berikut tabel sarana dan prasarana kesehatan

yang tersedia di Kota Pematangsiantar:

Tabel 2.11 Sarana dan Prasarana Kesehatan, Tahun 2010

No Jenis Sarana dan Prasarana Kesehatan Jumlah (Unit)

1 Rumah Sakit Umum 1

2 Rumah Sakit Swasta 6

3 Puskesmas 17

4 Puskesmas Pembantu 10

5 BPU (Balai Pengobatan Umum) Swasta 19

6 Posyandu 241

7 Apotek 29

8 Klinik Keluarga Berencana 39

Sumber : Pematangsiantar dalam Angka, 2011

g. Potensi Bencana Alam

Pengenalan akan potensi/kerawanan kebencanaan merupakan faktor penting dalam perencanaan

tata ruang. Karena perencanaan tata ruang merupakan tindakan pengalokasian kegiatan

pemanfaatan ruang pada suatu ruang. Oleh karena itu, agar pemanfaatan ruang optimal (sesuai

dengan kebutuhan dan daya dukung lahan) maka hal pertama yang menjadi pertimbangan adalah

apakah lahan tersebut sangat kecil potensi terjadi bencananya. Semakin rawan besar potensi

bencananya maka semakin tidak diijinkan untuk kegiatan yang bersifat permukiman dan

(23)

2-23 Jika dilihat dari kondisi Kota Pematangsiantar, maka secara singkat dapat dilihat potensi

bencana ada yaitu bencana banjir, longsor dan gempa. Karena kondisi topografi dan morfologi

dari Kota Pematangsiantar adalah datar dan memiliki atau dilalui cukup banyak sungai dan anak

sungai sehingga ada kemungkinan terjadi banjir dan longsor pada curah hujan yang tinggi.

Bencana alam yang terjadi juga dapat diakibatkan oleh adanya gerakan tanah dan adanya gunung

berapi yang mungkin menyebabkan gempa maupun letusan gunung berapi.

h. Potensi Bencana Longsor.

Bencana tanah longsor terjadi karena proses alamiah dalam perubahan struktur muka bumi, yang

dapat dipicu oleh beberapa faktor penyebab antara lain: fenomena alam, seperti curah hujan, tata

air tanah, struktur geologi, aktivitas manusia (Proses Man-Made) yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam, yang mengakibatkan kondisi alam dan lingkungan menjadi rusak. Sejalan

dengan proses pembangunan yang berkelanjutan, perlu diupayakan pengaturan dan pengarahan

terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dengan prioritas utama untuk menciptakan kembali

keseimbangan ekologis lingkungan. Langkah yang diambil adalah melalui kegiatan penataan

ruang, dengan penekanan pada pengendalian pemanfaatan ruang.

Pada umumnya kawasan rawan longsor merupakan kawasan dengan tingkat curah hujan

rata-rata yang tinggi, atau kawasan rawan gempa, serta dicirikan dengan kondisi kemiringan lereng

lebih curam. Dalam kawasan ini sering dijumpai alur-alur dan mata air, yang pada umumnya

berada di lembah-lembah dekat sungai. Kawasan dengan kondisi seperti di atas, pada umumnya

merupakan kawasan yang subur, sehingga banyak dimanfaatkan untuk kawasan budidaya,

terutama pertanian dan permukiman. Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait

dengan tingkat kerentanan kawasan terhadap longsoran, mengakibatkan masyarakat kurang siap

dalam mengantisipasi bencana, sehingga dampak yang ditimbulkan apabila terjadi bencana

longsor, akan menjadi lebih besar. Di samping kawasan dengan karakteristik tersebut di atas,

beberapa kawasan yang dikategorikan sebagai kawasan rawan longsor, meliputi Lereng-lereng

pada kelokan sungai, akibat proses erosi atau penggerusan oleh aliran sungai pada bagian kaki

lereng. Daerah tekuk lereng, yaitu peralihan antara lereng curam ke lereng landai, yang ada

permukimannya, karena berdasarkan penelitian pada kondisi hidrologi lereng, (Karnawati, 2000)

(24)

2-24 dari bagian lereng yang lebih curam. Akibatnya daerah tekuk lereng sangat sensitif mengalami

peningkatan tekanan air pori, yang akhirnya melemahkan ikatan antar butir-butir partikel tanah

dan memicu terjadinya longsoran. Daerah yang dilalui struktur patahan (sesar), yang menjadi

kawasan permukiman. Daerah ini dicirikan oleh adanya lembah/sungai dengan lereng curam

(>40) dan tersusun oleh batuan yang terkekarkan (retak-retak) secara intensif atau rapat, serta

ditandai dengan munculnya beberapa mata air pada sungai/lembah tersebut. Retakan-retakan

batuan tersebut dapat mengakibatkan lereng mudah terganggu kestabilannya, sehingga dapat

terjadi jatuhan atau luncuran batuan apabila air meresap dalam retakan saat hujan, atau apabila

terjadi getaran pada lereng. Di sisi lain terjadinya longsor dipengaruhi oleh gerakan tanah yang

terjadi. Berikut perkembangan gerakan tanah yang terjadi di Kota Pematangsiantar:

Tabel 2.12 Perkembangan Gerakan Tanah Yang Terjadi di Kota Pematangsiantar

No. Kecamatan POTENSI GERAKAN TANAH

Tahun 2008 Tahun 2009

1 Siantar Barat Menengah Rendah

2 Siantar Timur Menengah Rendah

3 Siantar Selatan Menengah Rendah

4 Siantar Martoba Menengah Rendah

5 Siantar Sitalasari Menengah Rendah

6 Siantar Marihat Menengah Rendah

7 Siantar Marimbun Menengah Rendah

Sumber:Homepage : http:/www.vsi.esdm.go.id - Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana GeologiDepartemen EnergiDan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

Keterangan :

Menengah : Daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona

ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang

berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

(25)

2-25 Jika dilihat dari tabel di atas terlihat terdapat beberapa kecamatan pada tahun 2008 memiliki

potensi gerakan tanah menengah, yang meliputi hampir seluruh Kota Pematangsiantar kecuali

Siantar Utara. Pada tahun 2009, tidak terdapat potensi gerakan tanah sama sekali di Kota

Pematangsiantar dan ini menunjukkan bahwa untuk bencana yang muncul dari adanya gerakan

tanah, seperti longsor, akan sangat kecil terjadi.

Dalam konteks potensi bencana longsor yang dapat terjadi di Kota Pematangsiantar, beberapa

indikasi faktor penyebabnya berdasarkan pemicunya adalah:

Kota Pematangsiantar memiliki 4 sungai yang melintas (lihat analisis hidrologi) yang cukup

besar dan dengan banyak kelokan sungai, Kota Pematangsiantar memiliki curah dan intensitas

hujan yang tidak begitu tinggi tetapi memiliki banyak aliran sungai, sehingga rentan akan

terjadinya longsor pada wilayah sekitar aliran sungai (DAS).

h. Potensi Bencana Banjir

Bencana banjir dapat dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dipicu

oleh beberapa faktor penyebab, antara lain: Fenomena alam, seperti tingginya curah hujan, iklim,

dan kondisi geomorfologi wilayah; Aktivitas manusia (Proses Man-Made) yang tidak terkendali

dalam mengeksploitasi alam, yang mengakibatkan kondisi alam dan lingkungan menjadi rusak.

Sejalan dengan proses pembangunan yang berkelanjutan, diperlukan upaya pengaturan dan

pengarahan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dengan prioritas utama untuk

menciptakan kembali keseimbangan ekologis lingkungan. Sehubungan dengan masalah banjir,

langkah yang diambil adalah melalui kegiatan penataan ruang, dengan penekanan pada

pengendalian pemanfaatan ruang, serta kegiatan rekayasa teknis yang mendukung proses

(26)

2-26 Terkait dengan kawasan rawan bencana banjir, kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang

dilaksanakan melalui upaya penanggulangan untuk meminimalkan dampak akibat bencana yang

mungkin timbul. Kondisi ini tidak bisa dipisahkan dari pola pengendalian pemanfaatan ruang di

bagian hulu, dalam lingkup wilayah sungai (WS) dan dalam lingkup kecil pengelolaan Daerah

Aliran Sungai (DAS).

Permasalahan banjir yang terjadi selama ini, sangat terkait dengan adanya fenomena alam dan

perilaku manusia dalam penyelenggaraan/pengelolaan alam. Konsep dasar yang harus dipahami

dalam penyelenggaraan/pengelolaan banjir adalah: Perlu adanya pemahaman dasar terkait

dengan pengertian dan ruang lingkup keseimbangan ekosistem, yang mempunyai limitasi

pemanfaatan; Diperlukan pola pengelolaan ruang kawasan rawan bencana banjir, sebagai

langkah nyata dalam mendukung upaya pengendalian; Terjadinya penyimpangan terhadap

konsistensi, terkait dengan kesesuaian dan keselarasan, antara rencana tata ruang dengan

pemanfaatannya, baik pada kawasan hulu maupun hilir.

Permasalahan banjir hanya dapat direduksi, sehingga dampak yang ditimbulkan dapat ditekan

seminimal mungkin. Dengan demikian, secara prinsip masalah banjir tidak dapat dihilangkan

atau ditiadakan sama sekali, sehingga menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melakukan

pemantauan dan penanganan melalui penyediaan sarana dan prasarana, sehingga dampak negatif

dapat direduksi semaksimal mungkin.

Dalam konteks potensi bencana banjir yang dapat terjadi di Kota Pematangsiantar, beberapa

indikasi faktor penyebabnya berdasarkan pemicunya adalah Kota Pematangsiantar memiliki 4

Sungai yang melintas (lihat analisis sumber daya air), yaitu Bah Bolon, Bah Kapul, Bah

Sigulang-gulang dan Bah Sibarang-barang.

Kota Pematangsiantar memiliki dataran rendah yang sangat luas sebesar >50% (lihat analisis

topografi dan kelerengan), atau dapat dikatakan seluruhnya datar, sehingga air sulit mengalir

(27)

2-27 i. Potensi Bencana Gempa Bumi

Potensi bencana gempa bumi dapat terjadi di wilayah rawan bencana gempa bumi, baik darat

maupun laut dan tidak dapat diprediksi pola dan keberadaannya, tetapi potensi yang

diakibatkannya pada tingkat yang rendah. Beberapa faktor yang memungkinkan untuk

menimbulkan potensi bencana gempa bumi adalah sebagai berikut:

 Adanya gunung-gunung berapi di wilayah sekitar, baik yang berada langsung di wilayah

tersebut maupun yang berada di luar wilayah yang berdekatan.

 Adanya wilayah-wilayah yang berpotensi terjadi gempa bumi atau rentan dan memiliki

riwayat kejadian gempa bumi yang berada di wilayah sekitar.

Kondisi geologi atau batuan yang memang rentan akan terjadinya gempa bumi.

Gempa bumi merupakan bencana yang sampai saat ini belum terprediksi kapan terjadinya dan

seberapa besar potensi suatu wilayah akan terjadinya gempa, baik yang bersifat tektonik maupun

gempa vulkanik. Untuk wilayah Kota Pematangsiantar, juga demikian. Hal yang menimbulkan

adanya potensi gempa bumi di wilayah Kota Pematangsiantar adalah adanya gunung berapi di

beberapa wilayah di sekitarnya, seperti gunung berapi di Simalungun, Gunung Sibayak dan

Sinabung di Tanah Karo. Faktor lainnya adalah adanya riwayat gempa bumi di wilayah sekitar

seperti di wilayah Danau Toba, yang apabila terjadi juga akan terasa getaran dan dampaknya di

wilayah Kota Pematangsiantar.

2.2. Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya

2.2.1. Sub Bidang Air Minum

Cakupan pelayanan PDAM Tirta Uli tidak hanya dalam wilayah Kota Pematangsiantar, tetapi

juga mencakup wilayah Kabupaten Simalungun, yakni di wilayah Kecamatan Siantar. Pada

tahun 2007, cakupan pelayanan untuk wilayah Kota Pematangsiantar adalah sebesar 76% dari

jumlah penduduk, dan untuk wilayah Kabupaten Simalungun sebesar 35% dari jumlah penduduk

(28)

2-28

Sistem penyediaan air bersih di Kota Pematangsiantar mempergunakan sistem perpompaan, hal

ini disebabkan karena kondisi topografi yang berbukit-bukit dan juga dikarenakan sumber air

yang diambil sebagian besar berasal dari sungai bawah tanah. Berikut ini adalah instalasi air

minum yang dikelola oleh PDAM Tirta Uli berdasarkan lokasi dengan karakteristiknya

(29)

2-29 Tabel 2.14 Sumber Air Baku PDAM Tirta Uli

No Lokasi Sumber Air Tahun

11 Mata Air Simarimbun Dolok 1997 8,34 Perpompaan

12 Sumur Bor PT Anggi 1953 14,81 Perpompaan

13 Sumur Bor Jl Kertas 1986 11,25 Perpompaan

14 Sumur Bor Jalan Asahan 1983 10,14 Perpompaan

15 Sumur Bor Sabang 1940 10,86 Perpompaan

16 Sumur Bor Merauke 2002 1,38 Perpompaan

17 Sumur Bor Jalan Jambu 2004 5 Perpompaan

18 Sumur Bor Jalan Bakung 2004 6,57 Perpompaan

19 Sumur Bor Nommensen 2010 5,43 Perpompaan

20 Sumur Bor SMP I 2010 Perpompaan

21 Sumur Bor Puskesmas Bah Tongguran 2010 5 Perpompaan

22 Sumur Bor Jl Perwira - - Perpompaan

Total 782,62

Sumber : PDAM Tirta Uli Pematangsiantar

Sedangkan untuk tingkat penjualan air bersih dari PDAM Tirta Uli mengalami kenaikan setiap

tahunnya, sedangkan jumlah kehilangan air mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu

(30)

2-30 Tabel 2.15 Tingkat Penjualan dan Kehilangan Air

No Tahun

Sumber : PDAM Tirta Uli Pematangsiantar

Tabel 2.16 Data Pengelolaan Air Bersih

Data Umum

Jumlah Penduduk Administrasi (Jiwa) 249.985

Jumlah Penduduk Wilayah Pelayanan (Jiwa) - Cakupan Pelayanan Terhadap Penduduk Wilayah Pelayanan

(%) -

Cakupan Pelayanan Terhadap Penduduk Administrasi (%) 79,12

(31)

2-31

Total Kapasitas Termanfaatkan (l/dtk) 785

Jumlah Air Terdistribusi (m3/thn) 22.351.569

Jumlah Air Terjual (m3/thn) 15.329.839

Data Keuangan

Biaya Operasional (Rp./thn) (Sudah termasuk penyusutan &

bunga) 31.390.960.656

Total Penerimaan (Rp./thn) 27.747.588.260

Sumber : PDAM Tirta Uli Pematangsiantar

2.2.2. Sub Bidang Persampahan

Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang persampahan diatur dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, dan Di Kota Pematangsiantar

diatur dengan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematangsiantar Nomor 9 Tahun

1992 tentang Wajib Bersih Lingkungan, Keindahan dan Ketertiban Umum. Satuan kerja

(32)

2-32 Pematangsiantar yang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh seorang

Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota dalam

melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di

bidang kebersihan. Sesuai Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Perubahan Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 3 Tahun 2010 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah. Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

mempunyai susunan organisasi sebagai berikut:

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat

3. Bidang Penyusunan Program dan Pelaporan

4. Bidang Kebersihan Permukiman

5. Bidang Angkutan Sampah

6. Bidang Pemeliharaan TPA dan TPSS

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah (UPTD)

(33)

2-33

Gambar 2.7 Peta Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Air Limbah Domestik

(34)

2-34 Dalam menyelenggarakan tugasnya, Dinas Kebersihan mempunyai fungsi sebagai berikut:

- perumusan kebijakan teknis dan penyusunan program kegiatan operasional pelaksanaan

pembangunan, pengelolaan, peningkatan sarana dan prasarana di bidang kebersihan;

- penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup

tugasnya;

- pengelolaan rekomendasi perizinan di bidang kebersihan;

- pengelolaan administrasi umum yang meliputi pekerjaan ketatalaksanaan, keuangan,

kepegawaian dan perlengkapan/peralatan.

Tabel 2.17

Daftar Pemangku Kepentingan Yang Terlibat Dalam Pengelolaan Persampahan

No Fungsi Instansi

1 Regulator Pemerintah Kota dan DPRD

2 Operator Dinas Kebersihan

3 Koordinator Asisten Administrasi Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setdako

Pematangsiantar

4 Penegakan Hukum Satuan Polisi Pamong Praja

Sumber : Bagian Hukum Setdako, Kota Pematangsiantar

Tabel 2.18

Daftar Peraturan Perundang-Undangan Terkait Pengelolaan Persampahan

No Peraturan Tentang

1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah

2 Undang-Undang No 18 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah

3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

4 Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Kesehatan

5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 21/PRT/2006

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP)

6

Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 2 Tahun 2011

Perubahan Peraturan daerah Kota Pematangsiantar Nomor 3 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah

7 Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar

Nomor 5 Tahun 2011

Retribusi Daerah

8 Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 28 Tahun 2011

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar

(35)

2-35 Yang sangat perlu diparhatikan dalam pengelolaan sampah antara lain:

1. Sistem dan Cakupan Pelayanan

Secara umum pengelolaan sampah yang dilakukan pemerintah Kota Pematangsiantar

melalui 3 tahapan kegiatan, yaitu: pengumpulan, pengangkutan, dan pemrosesan

akhir/pengolahan. Pengumpulan sampah lingkungan/domestik, jalan, pasar dan institusi

dilakukan dengan cara pengumpulan dengan gerobak sampah yang kemudian

mengumpulkannya di TPSS serta penempatan beberapa bak Container di titik-titik

tertentu yang pengangkutannya ke TPA dengan menggunakan Dump Truck dan Armroll.

2. Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS)

Salah satu pendukung utama dalam pengelolaan sampah adalah sarana dan prasarana

yang memadai yakni Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS). Berdasarkan data

dari Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar hingga saat ini memiliki 571 unit TPSS

yang tersebar di seluruh wilayah Kota Pematangsiantar, namun TPSS tersebut sudah

banyak yang mengalami kerusakan sehingga menyebabkan sampah berserakan,

menimbulkan bau yang tidak sedap, menjadi sumber penyakit dan menyumbat saluran

air.

3. Tempat Pemrosesan Akhir

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang dimiliki Pemerintah Kota Pematangsiantar adalah

seluas 2 Ha dan masih bersifat sewa di mana pada akhir tahun 2011 telah berakhir masa

sewanya. Sampah yang telah diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dapat

mengalami proses lanjutan. Teknologi yang digunakan dalam proses lanjutan yang umum

digunakan adalah:

 Pengumpulan/pemilahan sampah organik dan anorganik

 Pengolahan pupuk kompos

 Pengolahan dengan sistem 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)

Berdasarkan data Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar bahwa jumlah penduduk Kota

Pematangsiantar pada tahun 2010 mencapai 234.885 jiwa dengan luas daerah sekitar 79,971

km², sedangkan jumlah masyarakat yang terlayani hanya mencapai 164.420 jiwa atau sekitar

70% dengan luas daerah yang terlayani sekitar 55.980 km². Selain itu data Dinas Kebersihan

(36)

2-36 729,820 kg/hari dengan perhitungan timbulan sampah per jiwa rata-rata 2,5 kg per jiwa

yakni (2,5 x 234.885 jiwa = 587.213 kg/hari) dan timbulan sampah dari jalan, instansi dan

pasar mencapai 142,607 kg/hari, kemampuan pengangkutan sampah dari TPSS yang

tersedia menuju TPA hanya sekitar 510,874 kg/hari dengan jumlah sampah yang tersisa atau

tidak terangkut ke TPA mencapai 218,946 kg/hari sehingga jika ditotalkan dalam satu bulan

(30 hari) maka jumlah sampah yang berserakan dan tidak terangkut ke TPA mencapai

6.568.380 kg/bulan. Hal ini berarti bahwa sarana dan prasarana serta petugas yang ada

dalam pengelolaan persampahan tersebut belum mencukupi untuk kebutuhan daerah, di

mana Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar hanya memiliki petugas lapangan sebanyak

292 orang dengan armada angkutan 27 unit Dump Truk, 5 unit Truck Armroll serta 14 unit

Bak Container.

Tabel 2.19 Diagram Sistem Pengolahan Persampahan

Input User

Rumah Sakit Tong Sampah Rumah Sakit

3

(37)

2-37

1. Kesadaran Masyarakat dan PMJK

Untuk menciptakan keadaan lingkungan yang bersih dan asri peran serta masyarakat

sangat dibutuhkan untuk menciptakan hal tersebut di atas, di mana pihak Pemerintahan

Kota Pematangsiantar membuat Program Jumat Bersih yakni dengan melaksanakan

gotong royong yang melibatkan pemerintah dan masyarakat pada setiap hari jumat tiap

bulannya. Dalam pengelolaan persampahan dapat dilihat peran serta masyarakat dengan

membayar retribusi sampah. Di samping itu peningkatan peran serta masyarakat dalam

pengelolaan sampah dilakukan dengan memberikan penyuluhan mengenai sanitasi dan

kesehatan. Ini dimaksudkan agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan

khususnya di sungai atau saluran air.

Tabel 2.20 Pengelolaan Persampahan di Tingkat Kelurahan/Kecamatan

Jenis Kegiatan

Dikelola oleh sektor formal

ditingkat Kelurahan/Kecamatan Ket L P

Pengangkutan sampah ke TPS 35 30 -

Pembabat rumput bahu jalan 27 - -

Para penyapu jalan 36 70 -

Penggali dan pembersihan parit 33 8 -

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

(38)

2-38

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

Pemetaan Media dalam meningkatkan pengelolaan persampahan di Kota Pematangsiantar tidak lepas dari partisipasi media yang

turut serta dalam mensosialisasikan kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung dengan pengelolaan persampahan. No Sub sektor

Kondisi sarana saat ini Aspek PMJK

Fungsi Tidak

Persampahan Pengadaan truk armroll Badan

Lingkungan Hidup

2011 √

- - - - -

Persampahan Pengadaan TPSS Badan

lingkungan Hidup

2009 √

(39)

2-39

Tabel 2.23 Media Komunikasi dalam Pengelolaan Persampahan

No Nama Media Jenis Acara Isu yang Diangkat Pesan Kunci Pendapat Media

1 Metro Siantar Artikel Sistem pengolahan

sampah

Tabel 2.24 Kerjasama Terkait Sanitasi

No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Pendapat Media

(40)

2-40 1. Partisipasi Dunia Usaha

Pengelolaan Persampahan yang melibatkan dunia usaha di Kota Pematangsiantar

diwujudkan dengan adanya masyarakat pemulung dan usaha jual beli barang bekas.

Dimana sampah yang memiliki nilai jual dikumpulkan dan dipilah berdasarkan jenisnya

kemudian dijual ke pengumpul barang bekas.

Tabel 2.25 Penyedia Layanan Pengelolaan Persampahan

No Nama Provider Tahun Mulai Operasi

Dana yang dialokasikan pada Dinas Kebersihan untuk pengelolaan persampahan dibiayai

dari Dana Alokasi Umum (DAU) APBD Kota Pematangsiantar dimana alokasi

penggunaannya tahun 2011 dan 2012 antara lain:

Tabel 2.26 Ringkasan Pendapatan dan Belanja dari Sub Sektor Persampahan

No Program/Kegiatan Sumber

a Program Pelayanan Administrasi perkantoran DAU 5.269.135.000,- 4.559.340.000,- Dinas

Kebersihan

B Program peningkatan sarana dan prasarana

aparatur, kegiatan pemeliharaan rutin/berkala

kenderaan dinas/operasional DAU 1.740.713.505,- 2.539.710.800,-

Dinas Kebersihan

C Program pengembangan kinerja pengelolaan

persampahan, kegiatan peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan

DAU 527.115.463,- 641.198.000,- Dinas

Kebersihan

B Pendapatan/Retribusi

A Retribusi pelayanan persampahan - 961.082.500,- - Dinas

Kebersihan

B Pendapatan dari penjualan kelapa sawit - 5.000.000,- - Dinas

Kebersihan

C Pendapatan dari penjualan pupuk kompos - 1.500.000,- - Dinas

Kebersihan

(41)

2-41

3. Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak

Sebagai kota yang sedang dengan luas daerah 79,971 Km2 dan jumlah penduduk 234.885 jiwa, maka Kota Pematangsiantar masih berpotensi menjadi kota yang bersih dan asri.

Pengoptimalan koordinasi dan kerja sama dengan instansi yang terkait serta kesadaran

masyarakat dapat menjadi titik tolok ukur untuk mempercepat proses dalam mencapai

maksud tersebut, namun hal ini belum terwujud karena masih banyak kendala-kendala

yang dihadapi.

4. Tarif Retribusi Pada Umumnya Masih Rendah

Masih rendahnya disiplin warga untuk membuang sampah pada waktu yang telah

ditentukan. Sedangkan kondisi truk sampah yang tidak layak untuk melayani

pengangkutan sampah, sehingga setiap harinya tidak semua bisa terangkut. Kondisi lahan

TPA yang dimiliki Kota Pematangsiantar saat ini yang masih bersifat sewa, di mana pada

akhir 2011 telah berakhir masa sewanya dan menjadi permasalahan yang sangat

mendesak. Minimnya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan/kebersihan yang

dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar, keterbatasan tenaga-tenaga

professional di bidang persampahan serta keterbatasan pendanaan dari APBD Kota

Pematangsiantar merupakan hal-hal yang menjadi masalah dalam penanganan sampah di

Kota Pematangsiantar.

2.2.3. Sub Bidang Air Limbah

PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) menjadi program rutin yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kota Pematangsiantar untuk menyadarkan masyarakat supaya memiliki perilaku

hidup yang bersih dan sehat serta untuk menumbuhkan pemberdayaan di masyarakat. Dengan

adanya paradigma baru dalam pelayanan kesehatan (paradigma sehat) yang lebih

menitikberatkan pada upaya peningkatan (promosi) kesehatan dan pencegahan penyakit,

(42)

2-42 PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah upaya mewujudkan prilaku hidup bersih dan

sehat dalam tatanan keluarga/rumah tangga, sarana kesehatan, sekolah/institusi pendidikan,

institusi pemerintah dan tempat-tempat umum. Untuk menetapkan strata pelaksanaan PHBS,

dilakukan pengkajian PHBS sesuai dengan pedoman/petunjuk pembinaan program PHBS

(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ada

beberapa kriteria/indikator yang harus dipenuhi agar desa/institusi atau rumah tangga tersebut

dapat digolongkan sebagai rumah tangga sehat. Adapun program yang dilakukan adalah:

A. Penyuluhan PHBS(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) Rumah Tangga di 16 Kelurahan:

1. Kecamatan Siantar Marimbun.

a. Kel. Pematang Marihat

b. Kel. Naga Huta Timur

2. Kecamatan Siantar Barat

(43)

2-43 8. Kecamatan Siantar Utara

a. Kel. Sukadame

b. Kel. Martoba

B. Pemutaran Film Kesehatan (Narkoba & HIV/AIDS, Demam Berdarah, Rabies) ke

wilayah kerja 27 Puskesmas/Pustu (Kelurahan dan Sekolah).

C. Tatanan Rumah Tangga

- Pemutaran Film Kesehatan

Pemutaran film Kesehatan dilakukan ke seluruh wilayah kerja Puskesmas/Puskesmas

Pembantu di Kota Pematangsiantar (Kelurahan dan Sekolah/SD/SLTP/SLTA). Kegiatan

PHBS berupa penyuluhan ataupun pemutaran Film dilakukan 1 kali di setiap tempat

pelaksanaan. Tujuan pemutaran film untuk menanamkan suatu Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) kepada setiap orang bukanlah hal yang mudah, akan tetapi memerlukan

proses yang panjang. Setiap orang hidup dalam tatanannya dan saling mempengaruhi serta

berinteraksi antar pribadi dalam tatanan tersebut. Memantau, menilai, dan mengukur tingkat

kemajuan tatanan adalah lebih mudah dibandingkan dengan perorangan. Oleh karena itu,

penyampaian PHBS dilakukan melalui pendekatan tatanan, yaitu tatanan rumah tangga

(masyarakat, dan sekolah (SD, SLTP, SLTA) yang dilakukan Dinas Kesehatan.

- Rencana Peningkatan Kampanye PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Upaya-upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat sudah dilakukan dalam

rangka perubahan prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Adapun upaya-upaya

peningkatan kampanye PHBS direncanakan dengan membuat program:

1. Pemutaran Film Kesehatan di 26 Kelurahan

2. Penyuluhan PHBS Sekolah yakni ke Sekolah Dasar (SD)

(44)

2-44 - Tatanan Rumah Tangga

Kesehatan merupakan unsur yang sangat penting dan menentukan sebagai hak dasar

manusia, di samping pembangunan pendidikan dan keuangan ekonomi masyarakat. Salah

satu terobosan yang dapat dilaksanakan dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan

masyarakat adalah pendekatan upaya Kesehatan Lingkungan. Upaya Kesehatan Lingkungan

ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologis

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi

-tingginya.

Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 BAB XI “Tentang Kesehatan

Lingkungan,” Lingkungan Sehat mencakup: lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat

rekreasi serta tempat dan fasilitas umum, bebas dari unsur-unsur yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan. Untuk mewujudkan lingkungan yang sehat Pemerintah Daerah Kota

Pematangsiantar telah mewujudkan upaya berupa Pembangunan Kota Sehat. Tujuan dari

Kota Sehat: yaitu tercapainya kondisi wilayah yang aman, nyaman, bersih dan sehat untuk

dihuni warganya dengan mengoptimalkan potensi masyarakat melalui pemberdayaan

kelompok kerja masyarakat difasilitasi oleh sektor terkait dengan perencanaan wilayah.

Sasaran dari kota sehat terbentuknya forum masyarakat di Kota Pematangsiantar yang

menjalin kerjasama antara masyarakat, pemerintah kota dan pihak swasta, serta dapat

menampung aspirasi masyarakat dan kebijakan pemerintah secara seimbang dan

berkelanjutan dalam mewujudkan sinergi pembangunan yang baik.

Berdasarkan data Kesehatan Lingkungan dari 51.322 KK yang ada, yang mempunyai

Jamban Keluarga: 34.884 (67,97%) KK, Leher Angsa: 32.083 (91,9%), Cemplung: 1.735

(4,9%), Plengsengan: 1.066 (3,1%). Sedangkan yang tidak memiliki jamban sebanyak

16.438 KK (32,03%) di mana yang tidak memiliki jamban umumnya buang air besar di

sungai. Yang menggunakan fasilitas PDAM sebagai sumber air bersih: 31.490 (61.37%)

KK, dan yang tidak memakai fasilitas PDAM ada memakai sumur bor dan umbul sedangkan

yang mempunyai tempat sampah: 22.191 (42,2%) KK dan yang mempunyai saluran air

limbah: 30.137 (58,72%) KK. Studi EHRA dilakukan untuk mendapatkan tingkat penilaian

(45)

2-45 Pengelolaan sampah Rumah Tangga, antara lain:

 Cara pembuangan sampah

 Cara pengelolaan sampah (3R)

(46)

2-46

Tabel 2.27 Rekapitulasi Kondisi Fasilitas Sanitasi di Sekolah/Pesantren

Jenis Sekolah

Punya SAB Jumlah Sekolah Mempunyai

Jumlah

(47)

2-47 A. Pengelolaan Air Limbah Domestik

Limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair, gas dan padat yang mengandung

bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya sehingga air limbah tersebut harus

diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah

berasal dari suatu daerah/kawasan yang telah dipergunakan untuk berbagai keperluan dan

harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat dan baik.

Berdasarkan karateristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu:

- Limbah cair: yaitu sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair.

- Limbah padat: berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik umumnya

berbentuk limbah padat rumah tangga, kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan,

pertanian serta tempat-tempat umum. Contoh-contoh limbah padat diantaranya kertas,

kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur dll.

- Limbah gas dan partikel, berupa polusi udara akibat beberapa partikular zat (limbah)

yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen

oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.

- Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), mengandung bahn berbahaya atau

beracun yang sifat dan konsentrasinya baik langsung maupun tidak langsung dapat

merusak atau mencemarkan lingkungan hidu atau membahayakan kesehatan manusia.

Contoh limbah B3 diantaranya; bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak

digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses dan oli bekas kapal

yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Karakteristik limbah B3

diantaranya mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan

infeksi, bersifat korosif dan lain-lain.

(48)

2-48 2. Limbah Non Domestik

Limbah non domestik sangat bervariasi, terlebih lebih untuk limbah industri. Limbah

pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang besifat organis, bahan

pemberantas hama dan penyakit (peptisida bahan pupuk yang mengandung nitrogen, fosfor,

sulfur, mineral, dan sebagainya. Dalam air buangan terdapat zat organik yang terdiri dari

unsur karbon, hidrogen, dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti nitrogen,

belerang dan lain-lain yang cenderung menyerap oksigen. Dalam hal pengelolaan air limbah

industri dan rumah sakit wajib dilakukan oleh pemrakarsa kegiatan dan melaporkan hasil

pemantauan lingkungan ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Pematangsiantar secara

periodik. Selanjutnya dalam pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga terdapat 3 (tiga)

sistem:

a. Sistem Terpusat

Pengelolaan air limbah di Kota Pematangsiantar belum dapat dilakukan dengan sistem

terpusat.

b. Sistem Komunal

Pada pengelolaan air limbah sistem komunal, dua atau lebih rumah tangga terhubung pada

satu tanki septik. Limbah yang berasal dari kamar mandi dan cucian dibuang ke dalam

saluran drainase, sedangkan limbah dari WC terbuang ke dalam septic tank. Untuk Kota

Pematangsiantar pengelolaan air limbah secara komunal masih mengalami kendala

sehubungan dengan keterbatasan biaya dan tempat.

c. Sistem Setempat

Pengelolaan air limbah setempat atau individual dilakukan oleh rumah tangga memiliki

(49)

2-49

Gambar 2.8 Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Persampahan

(50)

2-50 Gambar 2.9 Saluran Standar Tanpa Perkerasan

(51)

2-51 Kecamatan Siantar Timur

Kelurahan Siopat Suhu, mulai dari depan Gereja GKPS Jalan Sang Nawaluh sampai

simpang Jalan Justin Sihombing (Simpang Sambu) Kelurahan Asahan, mulai dari depan

SPBU Jalan Ahmad Yani sampai depan STM HKBP

Kecamatan Siantar Martoba

Kelurahan Sumber Jaya, Simpang Kerang - Sungai Sigagal

Kelurahan Tambun Nabolon

2.2.4. Sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

Tujuan penataan ruang Kota Pematangsiantar mencerminkan arah spesifik yang akan dituju

dalam proses penataan ruang di masa mendatang. Tujuan penataan ruang tersebut juga

dirumuskan berdasarkan isu pokok kota sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya.

Dengan pertimbangan tersebut maka tujuan penataan ruang Kota Pematangsiantar adalah

Mewujudkan Kota Pematangsiantar sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa bagi wilayah tengah

Provinsi Sumatera Utara dengan dukungan sektor pendidikan, kesehatan, dan pariwisata dalam

ruang kota yang aman, nyaman dan produktif secara berkelanjutan.

Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai di atas, maka kebijakan penataan ruang

Provinsi Sumatera Utara dirumuskan, sebagai berikut:

Pengembangan sistem pusat pelayanan kota yang memperkuat kegiatan perdagangan dan jasa

skala wilayah dan kota. Peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mengarahkan

peningkatan fungsi dan keterkaitan antar pusat kegiatan dan keterkaitan dengan

(52)

2-52 Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana perkotaan. Peningkatan daya dukung

lingkungan melalui upaya mempertahankan kualitas lingkungan. Pengembangan kawasan

budidaya yang mendorong pemerataan pembangunan. Penetapan kawasan strategis dari sudut

kepentingan ekonomi dan sosial budaya.

Adapun strategi perwujudan kebijakan penataan ruang Kota Pematangsiantar tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:

Strategi pengembangan sistem pusat pelayanan kota yang memperkuat kegiatan perdagangan

dan jasa skala wilayah dan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

 Menetapkan hirarkhi pusat pelayanan kota

 Mengarahkan kawasan pusat kota menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa, fasilitas

kesehatan, fasilitas pendidikan dan pusat pemerintahan kota

 Mendorong perkembangan kegiatan perekonomian baru, fasilitas olah raga dan

perumahan baru di kawasan sub pusat kota

 Mengembangkan pusat pelayanan lingkungan

Strategi peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mengarahkan peningkatan fungsi

dan keterkaitan antar pusat kegiatan dan keterkaitan dengan eksternal sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) huruf b meliputi:

 Menciptakan pola pergerakan kendaraan yang efektif dan efisien di kawasan pusat kota;  Memfasilitasi pergerakan regional melalui pembangunan jalan lingkar luar (outer ring

road)

 Menata kembali sistem angkutan umum kota;

 Meningkatkan efektivitas jaringan jalan kolektor dan lokal.

 Mengembangkan sistem jaringan perkeretaapian

Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana perkotaan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf c meliputi:

 Mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi pada wilayah yang akan dikembangkan

 Meningkatkan jangkauan pelayanan air minum

 Mengembangkan jaringan energi/kelistrikan sampai secara menyeluruh

 Meningkatkan kualitas sumber daya air kota

(53)

2-53 2.2.5. Sub Bidang Pengembangan Permukiman

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang memiliki

fungsi strategis sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas

generasi yang akan datang. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat dapat ditandai dengan

meningkatnya kualitas kehidupan yang layak, antara lain melalui pemenuhan perumahan.

Dengan demikian unpaya menempatkan bidang perumahan dan permukiman sebagai salah satu

prioritas dalam pembangunan di daerah adalah sangat strategis. Pertumbuhan penduduk telah

menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan permukiman.

Masih banyaknya masyarakat yang tinggal di permukiman yang kurang layak huni.

Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang bersifat multi sektor,

hasilnya langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Demikian pula Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengisyaratkan bahwa pembangunan perumahan dan

permukiman akan menjadi salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah

Daerah. Demikian halnya dengan pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Pematang

Siantar, sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika kehidupan masyarakat yang semakin

komplek sehingga perlu pengaturan dan penanganan yang lebih terintegrasi sebagai satu

kesatuan dengan sektor lainnya.

Tabel 2.28 Penetapan Kawasan Kumuh Kota Pematang Siantar

No. Lokasi Luas (Ha) Keterangan

1 Kecamatan Siantar Utara Kel. Martoba 32 10.089 Jiwa

2 Kecamatan Siantar Barat Kel. Banjar 36 6390 Jiwa

(54)

2-54 2.3. Isu - Isu Strategis

Isu pengembangan wilayah merupakan rangkuman dari berbagai potensi dan permasalahan, serta

mencerminkan berbagai fenomena yang muncul di wilayah Kota Pematangsiantar, yaitu:

Sebagai Kota Pusat Kegiatan Wilayah dan Kota Sekunder di Provinsi Sumatera Utara, menjadi

penyeimbang pengembangan wilayah Provinsi Sumatera Utara yang memiliki hinterland

wilayah dataran tinggi Danau Toba;

Memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang dataran tinggi bukit barisan dalam wujud

kesamaan iklim, kondisi alam, kegiatan produktif, dan sosial budayanya yang berarti. Berbagai

potensi kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan serta dan pemerintahan dengan

pelayanan skala wilayah dan nasional sudah berlangsung sejak dahulu, yaitu kegiatan

perdagangan dan jasa (komersial) perbankan, supermarket, telekomunikasi, dan pelayanan

imigrasi yang memiliki jangkauan pelayanan regional ketersediaan kegiatan pendidikan

menengah dan tinggi dan dukungan fasilitas kesehatan yang berskala regional yang menciptakan

kualitas SDM yang dapat bersaing secara nasional dan internasional, kantor pusat 4 (empat)

gereja berskala nasional dan internasional memiliki sejarah yang panjang di kota ini. Bangunan

bersejarah budaya adat Simalungun, kegiatan industri pengolahan beberapa produk

pertanian/perkebunan yang sudah memiliki brand dan skala pemasaran nasional dan ekspor.

Fasilitas dan kegiatan pertahanan dan keamanan Kawasan Rindam yang sekaligus pusat

pelatihan militer.

Di samping sudah terbangun infrastruktur nasional dan wilayah, seperti: jalur Kereta Api dan

jalan nasional, sudah ada rencana pengembangan infrastruktur baru lainnya, yaitu: rencana

pembangunan jalur KA baru rute Merek - Pematang Siantar, pembangunan jalan bebas

hambatan Medan - Tebing Tinggi - Parapat yang menambah fungsi distribusi dan koleksi bagi

Kota terhadap wilayah hinterland berupa angkutan barang produk-produk pertanian dari Daerah

Tinggi Bukit Barisan dan transportasi transit menuju daerah tujuan wisata Danau Toba dan

sekitarnya. Pengembangan Kawasan Ekonomi Nasional Industri Hilir Produk Sawit berskala

internasional di Kawasan Sei Mangkei Kecamatan Perdagangan Kabupaten Simalungun yang

(55)

2-55 perekonomian kota melalui kegiatan jasa pendidikan, jasa konsumtif konsumsi, jasa

otomotif/transportasi dan industri turunannya, dan kegiatan lainnya.

Rencana pembangunan jalan lingkar luar kota sebelah Timur dan Barat, yang dapat dikaitkan

sebagai pendorong pengembangan wilayah pinggiran kota. Kemudian terdapat lahan ex HGU di

tepi kota (Kelurahan Tanjung Pinggir, Kecamatan Siantar Martoba) menambah kawasan potensi

lahan pengembangan didominasi oleh lahan pertanian (perkebunan, lading dan sawah) yang

sebagian besar diantaranya dialiri oleh jaringan prasarana irigasi teknis.

Tantangan pengembangan Kota Pematangsiantar dalam waktu mendatang adalah mengendalikan

dan mengarahkan pertumbuhan fisik kota sehingga berlangsung pada lokasi yang direncanakan

dengan intensitas yang sesuai dengan daya dukung lingkungan. Arahan pengembangan fisik

wilayah kota yang mempertimbangkan:

- perkembangan fisik di kawasan pusat kota berlangsung secara intensif dengan orientasi

pada sektor perdagangan dan jasa. Dengan demikian dituntut kebijakan yang dapat

mengakomodasi perkembangan tersebut sekaligus merevitalisasi kawasan pusat kota.

- perkembangan fisik di pinggiran berlangsung secara ekstensif dan sporadis. Dengan demikian dituntut kebijakan yang dapat mengarahkan perkembangan fisik secara optimal

Gambar

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Pematangsiantar
Gambar 2.1 Peta Orientasi Wilayah
Gambar  2.2  Batas Administrasi Kota Pematangsiantar
Gambar  2.3  Penggunaan Lahan di Kota Pematangsiantar
+7

Referensi

Dokumen terkait

muda dalam mencegah hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartini

Dengan luas wilayah 2.950,68 Km², Kabupaten Bangka terdiri dari 8 kecamatan, dengan jumlah penduduk sampai dengan tahun 2013 304.185 jiwa dan

Wilayah yang memiliki luas terkecil terdapat di Desa Gemantar dengan jumlah penduduk 3.792 jiwa dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 1.284 jiwa/km²C. Luas wilayah terbesar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun

kerja yang berumur 10 tahun ke atas wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur. Kota Sampit sebagai ibukota kabupaten sekaligus sebagai

yang dilakukan masyarakat Kota Parepare terdiri atas usaha perdagangan. kecil, menengah dan besar.Jumlah usaha perdagangan Kota

Pada tahun 2006, jumlah penduduk yang terlayani oleh sistem penyediaan air minum dari PDAM Kota Bandung adalah 1.802.356 jiwa, sehingga jika diperhitungkan dari jumlah penduduk

RPJMD Kota Tidore Kepulauan 2021-2026| II - 79 No Aspek/ Fokus/ Bidang Urusan/ Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Realisasi Kinerja Interpretasi belum tercapai 2017