Di dalam Bab Ini akan dijelaskan Gambaran Umum Kabupaten Aceh Jaya dan potensi serta masalah yang dihadapi dalam pembangunan di Kabupaten Aceh Jaya
2.1. Kondisi Umum Kabupaten Aceh Jaya
wilayah Kabupaten Aceh Jaya adalah merupakan Gambaran umum wilayah Kabupaten Aceh Jaya yang menggambarkan kondisi umum wilayah dan potensi eksisting melalui beberapa aspek yaitu Aspek Geografi, Topografi, hidrologi, Klimatologi, Penggunaan lahan eksisting, Sumber Daya Alam, Karakteristik wilayah dan demografi.
2.1.1 Geografi
Secara geografis wilayah Kabupaten Aceh Jaya terletak pada lokasi 04022’-05016’ Lintang
Utara dan 95010’-96003’ Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Aceh Jaya memiliki luas kurang lebih
387,272.36 Ha dengan ibukota kabupaten terletak di Calang yang berjarak 156 km dari Kota Banda Aceh (ibukota Provinsi). Wilayah Aceh Jaya merupakan bagian pantai barat dan daratan Kepulauan Sumatera yang membentang dari Barat ke Timur mulai dari Kaki Gunung Geurutee (pertabatasan dengan Aceh Besar) sampai ke sisi Cot Paleng (perbatasan dengan Aceh Barat). Secara administrasi Kabupaten Aceh Jaya berbatasan dengan:
Utara : Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie. Selatan : Kabupaten Aceh Barat dan Samudra Hindia. Timur : Kabupaten Aceh Barat.
Barat : Samudera Hindia.
Secara geografis selain Kecamatan Pasie Raya semua kecamatan di Wilayah Kabupaten Aceh Jaya berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, jalur panjang garis pantai lebih kurang 156 kilometer juga merupakan tempat permukiman penduduk terpadat dibandingkan dengan daerah permukiman yang jauh dari pantai. Jaringan jalan provinsi yang menyusuri pinggir pantai yang menghubungkan Banda Aceh dengan kota-kota dibagian barat dan selatan provinsi ini menjadi faktor yang sangat mendukung bagi penduduk untuk membangun permukiman disepanjang pantai. Pusat-pusat perdagangan dan berbagai aktifitas perekonomian lainnya pada umumnya berlokasi di kota-kota Kecamatan yang berada di sepanjang pantai wilayah ini.
Pasca peristiwa musibah gempa dan tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 wilayah Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah yang mengalami kerusakan paling parah. Secara fisik kawasan daratan bergeser sejauh 2-4 km dari garis pantai, hubungan transportasi ke luar dan ke dalam wilayah terputus, pemukiman penduduk di sekitar pantai hancur dan kerusakan lingkungan yang cukup parah.
Raya. Selain sembilan kecamatan tersebut juga terdapat 21 (dua puluh satu) Kemukiman dan 172 (seratus tujuh puluh dua) Desa. Selain itu juga di Kabupaten Aceh Jaya mempunyai pulau-pulau kecil dengan jumlah kurang lebih 34 (tiga puluh empat) Pulau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 2.1 dan Peta Administrasi Kabupaten Aceh Jaya di bawah ini.
Tabel. 2.1
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Jaya tahun 2014
Sumber : RTRW kabupaten Aceh Jaya 2014-2034
No Kecamatan Ibukota Kecamatan Banyaknya Luas (Ha)
Gampong Mukim
1 Jaya Lamno 34 5 45,091.46
2 Indra Jaya Kuta Bahagia 14 2 29,946.61
3 Sampoiniet Lhok Kruet 19 2 45,040.86
4 Darul Hikmah Pajar 19 2 40,126.60
5 Setia Bakti Lageun 13 2 47,440.70
6 Krueng Sabee Keudee Krueng
Sabe 16 2 73,051.18
7 Panga Keudee Panga 19 2 50.195,19
8 Pasie Raya Tuwie Kareung 14 2 27,901.93
9 Teunom Teunom 24 2 28,477.83
2.1.2 Topografi
Kondisi Kabupaten Aceh Jaya secara topografi memiliki ketinggian terdiri dari 0-100 sampai dengan ≥ 2000 Mdpl dan kelerengan 0-≥40 % yang dialiri sungai besar dan kecil. Ibukota Kabupaten Aceh Jaya berkedudukkan di Calang Kecamatan Krueng Sabee. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 2.2 dan 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.2
Kondisi Ketinggian Kabupaten Aceh Jaya
No. Ketinggian (Mdpl) Luas (Ha) Persen (%)
1. 0 – 100 136,884.20 35.36
2. 100 – 250 61,417.86 15.86
3. 250 – 500 77,428.92 19.99
4. 500 – 750 44,745.70 11.55
5. 750 – 1000 30,602.03 7.9
6. 1000 – 1250 20,626.46 5.33
7. 1250 – 1500 9,509.85 2.45
8. 1500 – 1750 3,740.95 0.96
9. 1750 – 2000 1,823.21 0.47
10. > 2000 493.14 0.13
Jumlah 387,272.36 100.00
Sumber : RTRW kabupaten Aceh Jaya 2014-2034
Tabel 2.3
Kondisi Kelerengan Kabupaten Aceh Jaya
No. Kelas Lereng (%) Luas (Ha) Persen (%)
1. 0-8 % 79,732.66 20.59
2. 8-15 % 57,199.77 14.78
3. 15-25 % 96,141.16 24.81
4. 25-40 % 105,699.12 27.29
5. >40 % 48,499.63 12.53
Jumlah 387,272.36 100.00
2.1.3 Hidrologi
Dalam menunjang berbagai kegiatan seperti pertanian, industri rumah tangga dan lain sebagainya, sumber daya air yang dapat dimanfaatkan antara lain sebagai berikut:
Danau
Danau yang tersedia di Kabupaten Aceh Jaya berpotensi untuk dijadikan sebagai obyek wisata dan daerah irigasi, danau-danau tersebut antara lain Danau Laot Pineung Suasa, Danau Laot Bhee dan Danau Paya Laot.
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya air, perairan terbuka yang dapat dimanfaatkan yaitu sungai. DAS yang terdapat di Kabupaten Aceh Jaya meliputi: Krueng Teunong, Krueng Lambesoi, Krueng Unga, Krueng Babah Awe, Krueng No, Krueng Ligan, Krueng Crakmong, Krueng Masen, Krueng Pante Kuyun, Krueng Rigaih, Krueng Sabee, Krueng Panga, Krueng Teunom, Krueng Woyla dan Krueng Oen.
Wilayah Sungai (WS)
Berdasarkan klasifikasi WS yang melewati Kabupaten Aceh Jaya adalah WS Teunom-Lambesoi dan WS Woyla-Batee.
2.1.4 Klimatologi
Data iklim yang disajikan berasal dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Cut Nyak Dhien, Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Aceh Jaya sepanjang tahun 2012 berkisar antara 25,60C – 27,7 0C dan kelembaban antara 84-92 persen. Hari hujan pada tahun 2012 rata-rata perbulan 26 hari
dengan rata-rata curah hujan per bulan 393,7 mm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 2.4 di bawah ini.
Tabel 2.4
Keadaan Iklim Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2012
No. Bulan Curah Hujan
1. Januari 592,3 18 26,5 86
2. Februari 280,9 20 27,4 85
3. Maret 537,2 21 27,0 86
5. Mei 393,6 17 27,7 86
6. Juni 367,3 21 26,5 86
7. Juli 284,0 16 26,4 86
8. Agustus 125,7 16 26,6 84
9. September 705,9 16 26,4 86
10. Oktober 542,4 16 26,3 87
11. November 499,0 23 25,6 92
12. Desember 162,0 14 26,2 87
Rata-rata 393,7 26 26,7 87
Sumber : RTRW kabupaten Aceh Jaya 2014-2034
Sebagaimana wilayah Indonesia, Kabupaten Aceh Jaya beriklim tropis (hangat dan lembab) dan di kenal 2 (dua) musim, yaitu musim hujan dengan gejolak gelombang laut yang biasa terjadi bulan September-Februari dengan jumlah hari hujan terbesar berkisar antara 120-170 hari, jumlah hujan rata-rata per tahun berkisar antara 2000-4000 mm.
Musim kemarau yang biasanya berlangsung antara bulan Meret-Agustus dengan tekanan udara rata-rata berkisar antara 260-330C pada siang hari dan 230-250C malam hari dan kelembaban
antara 84-92 %. Kecepatan angin maksimum berkisar antara 12-15 knot walaupun rata-rata kecepatan angin hanya sebesar 0-4 knot. Berdasarkan kemiringan dan ketinggian daratan diatas 25 m dpl Kabupaten Aceh Jaya memiliki daratan yang landai.
2.1.5 Penggunaan Lahan
2.1.5.1. Penggunaan Lahan Eksisting
Tabel 2.5.
Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2012
No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persen (%)
1 danau 57.59 0.01
2 hutan lindung 165,871.42 42.82
3 hutan produksi 14,103.16 3.64
4 hutan produksi terbatas 7,1920.9 18.57
5 perkebunan 16,611.17 4.31
6 perkebunan rakyat 16,433.28 4.25
7 permukiman 3,804.27 0.99
8 pertanian lahan kering 72,101.98 18.62
9 peternakan 1,256.21 0.32
10 sawah 4,198.01 1.08
11 sungai 1,731.49 0.45
12 tambak 4,770.54 1.24
13 transmigrasi 1,4358.4 3.7
14 wilayah pertambangan 53.89 0.01
Jumlah 387,272.36 100.00
Sumber : Bappeda Aceh Jaya dan Bappeda Aceh Tahun 2012
2.1.5.2 Kawasan Hutan
berdasarkan data dari Bappeda Provinsi Aceh hasil Kesepakatan Kabupaten dan Kota meliputi Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Produksi Terbatas dan Area Penggunaan Lain.
lebih jelasnya kawasan hutan berdasarkan hasil kesepakatan kabupaten dan kota seluruh Aceh dapat dilihat padaTabel 2.6.
Tabel 2.6.
Kawasan Hutan Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2012
No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persen (%)
1. Hutan Lindung 165,871.42 42,82
2. Hutan Produksi 14,103.16 3,64
3. Hutan Produksi Terbatas 71,920.90 18,57
4. Area Penggunaan Lain 251,895.48 34.97
387,272.36 100.00
Sumber : TIMDU dan Bappeda Aceh Jaya dan Hasil Perhitungan Peta, Tahun 2012
2.1.5.3 Sumber Daya Alam
Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah yang memiliki sumber daya alam seperti pertambangan mineral logam, mineral non logam, batubara, radioaktif, migas, kekayaan hutan, lahan perkebunan dan wilayah perairan yang sangat potensial. Kabupaten Aceh Jaya berada di tengah-tengah antara Aceh Besar dan Kabupaten Aceh Barat, yang merupakan jalur strategis perekonomian pantai barat dan terbagi menjadi beberapa wilayah, dengan wilayah perikanan tangkap seluas 104.527,74 Ha.
2.1.5.4 Karakteristik Wilayah
Karakteristik wilayah Kabupaten Aceh Jaya dapat digambarkan sebagai berikut:
a. secara topografi, merupakan pertemuan antara darat dan air, dataran landai, serta sering terjadi erosi, abrasi dan sedimentasi yang bisa menyebabkan pendangkalan badan perairan (pantai atau sungai). Topografi tanah dapat dibedakan atas 5 (lima) kategori, yaitu :
datar, kisaran kemiringan lereng antara 0 – 8 %, secara fisik merupakan rawa dan daratan pesisir pantai, dipengaruhi oleh pasang surut air laut;
landai, kisaran kemiringan lereng antara 8% – 15% merupakan daratan pesisir pantai; agak curam, mempunyai kisaran kemiringan lereng 15% - 25% merupakan daerah peralihan
curam mempunyai kisaran kemiringan lereng 25% - 45% merupakan dataran tinggi atau pegunungan;
sangat curam mempunyai kemiringan lereng ≥ 45% merupakan pegunungan.
b. Secara hidrologi merupakan daerah pasang surut, mempunyai air tanah tinggi, terdapat tekanan air laut terhadap air tanah, serta merupakan daerah retensi sehingga run-off air rendah.
c. Secara geologi, sebagian besar mempunyai struktur batuan lepas, tanah lunak, serta rawan bencana (gempa dan tsunami).
d. Secara penggunaan lahan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian permukiman dan lahan yang belum termanfaatkan (lahan tidur).
e. Secara klimatologi memiliki dinamika iklim, cuaca, angin, suhu & kelembaban tinggi.
2.1.6 Demografi
Penduduk merupakan modal bagi pembangunan daerah yang dapat diberdayakan secara tepat guna. Selain itu, penduduk juga dapat menjadi beban bagi pembangunan jika pemberdayaannya tidak diimbangi oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai pada daerah tersebut.
Berdasarkan data DISDUKCAPIL Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013, penduduk Kabupaten Aceh Jaya berjumlah 84.928 jiwa yang terdiri dari 43.723 jiwa laki-laki dan 41.205 jiwa perempuan, sedangkan untuk konsentrasi jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Jaya terdapat di Kecamatan Krueng Sabe dengan proporsi terbesar yaitu 15.567 jiwa atau 18,33 % lebih besar dari Kecamatan Jaya yang mencapai 17,31 % atau 14.701 jiwa dan jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Pasie Raya, Kecamatan Darul Hikmah dan Kecamatan Indra Jaya yang besarannya tidak lebih 8 % dari jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Jaya.
Tabel 2.7
Kepadatan Penduduk Berdasarkan Luas Kecamatan Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No. Kecamatan Luas Wilayah Per Kecamatan (Ha)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kepadatan (Jiwa/Ha)
1. Jaya 45,091.46 14,701 3.07
2. Sampoiniet 45,040.86 7,002 6.43
3. Setia Bakti 47,440.70 7,935 5.98
4. Krueng Sabee 73,051.18 15,567 4.69
5. Panga 50,195.19 7,560 6.64
6. Teunom 28,477.83 12,768 2.23
7. Pasie Raya 27,901.93 6,281 4.44
8. Darul Hikmah 40,126.60 6,270 6.40
9. Indra Jaya 29,946.61 6,844 4.38
Jumlah 387,272.36 84.928 44.26
Sumber : RTRW Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2014-2034.
2.1.6.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk Kabupaten Aceh Jaya menurut jenis kelamin berdasarkan hasil data DISDUKCAPIL Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013 adalah sebesar 43.723 jiwa laki-laki dan 41.205 jiwa perempuan. Secara keseluruhan jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Aceh Jaya lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan seperti tampak dari rasio jenis kelamin.
Tabel 2.8
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No. Kecamatan
Penduduk Rasio
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Jaya 7,605 7,096 14,701 107.17
3. Setia Bakti 4,086 3,849 7,935 106.16
4. Krueng Sabee 8,012 7,555 15,567 106.05
5. Panga 3,848 3,712 7,560 103.66
6. Teunom 6,510 6,258 12,768 104.03
7. Pasie Raya 3,124 3,157 6,281 98.95
8. Darul Hikmah 3,251 3,019 6,270 107.68
9. Indra Jaya 3,649 3,195 6,844 114.21
Jumlah 43,723 41,205 84,928 106.11
Sumber : RTRW Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2014-2034.
2.1.6.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Umur
Komposisi penduduk Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013 menurut kelompok umur didominasi oleh kelompok usia anak-anak sampai usia dewasa (0 - 24 tahun) sebesar 38.965 jiwa, atau tercatat 45.83 persen, kelompok umur 25 – 59 tahun sebesar 26.892 jiwa, atau tercatat 47.79 persen, dan lanjut usia yaitu umur 60 tahun keatas sebesar 5.423 jiwa, atau tercatat 6.39 persen. Kecilnya proporsi usia lanjut menunjukkan rendahnya angka harapan hidup. Untuk lebih jelasnya mengenai penduduk kabupaten Aceh Jaya berdasarkan struktur umur dapat dilihat padaTabel 2.9
Tabel 2.9
Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Umur Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Persen (%)
0 - 4 3,943 3,631 7,574 8.92
5 - 9 4,708 4,673 9,381 11.05
10 - 14 3,714 3,548 7,262 8.55
15 - 19 3,802 3,411 7,213 8.49
20 - 24 3,802 3,687 7,489 8.82
25 - 29 4,294 4,605 8,899 10.48
30 - 34 4,172 4,043 8,215 9.67
35 - 39 3,487 3,285 6,772 7.97
40 - 44 3,226 2,661 5,887 6.93
50 - 54 1,963 1,695 3,658 4.31
55 - 59 1,430 1,219 2,649 3.12
60 - 64 1,084 909 1,993 2.35
65 - 69 712 683 1,395 1.64
70 - 74 506 518 1,024 1.21
75+ 444 567 1,011 1.19
Jumlah 43,723 41,205 84,928 100.00
Sumber : DISDUKCAPIL Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
2.1.6.3 Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk Aceh jaya berdasarkan data DISDUKCAPIL Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013 mengalami pertambahan dan penurunan dari tahun 1995 hingga tahun 2013. Penurunan pertumbuhan penduduk yang sangat besar terdapat pada tahun 2004 hingga mencapai – 31,18%, hal ini disebabkan oleh adanya bencana alam yang menimpa Kabupaten Aceh Jaya bahkan hampir seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Aceh mengalami hal tersebut. Untuk lebih jelas dapat dilihat padaTabel 2.10dibawah ini.
Tabel 2.10
Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No. Tahun
Penduduk
Pertumbuhan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 1995 41.245 40.552 81.797 2,07
2. 1996 41.893 40.672 82.565 0,94
3. 1997 45.372 45.773 91.145 10,39
4. 1998 45.693 46.097 91.790 0,71
5. 1999 44.997 45.394 90.391 (1,52)
6. 2000 43.110 43.491 86.601 (4,19)
7. 2001 43.051 43.431 86.482 (0,14)
8. 2002 41.358 46.878 88.236 2,03
9. 2003 46.447 47.416 93.863 6,38
10. 2004 33.088 31.505 64.593 (31,18)
12. 2006 31.758 29.260 61.018 0,59
13. 2007 36.749 33.924 70.673 15,82
14. 2008 40.029 36.568 76.597 8,38
15. 2009 41.196 39.858 81.054 5,82
16. 2010 41,439 38,953 80,392 (662)
17. 2011 42,725 40,202 82,927 2,535
18 2012 42,988 40,456 83,444 517
19. 2013 43,723 41,205 84,928 1,484
Sumber : RTRW Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2014-2034
2.1.6.4 Administrasi Kependudukan
Keberadaan dokumen resmi kependudukkan seperti akta kelahiran dan kartu penduduk sangat diperlukan bagi terciptanya tertib administrasi kependudukan. Tertib administrasi akan mengoptimalkan pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat di berbagai bidang. Pada tahun 2012, penduduk yang telah memiliki akta kelahiran mencapai 46.317 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.11 berikut.
Tabel.2.11
BANYAKNYA PENDUDUDUK YANG MEMILIKI AKTA KELAHIRAN MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2012
NOMOR KECAMATAN JUMLAH
1 Jaya 8.537
2 Indra Jaya 1.817
3 Sampoiniet 6.432
4 Darul Hikmah 2.295
5 Setia Bakti 7.558
6 Krueng Sabee 6.690
7 Panga 5.294
8 Pasie raya 584
9 Teunom 6.180
Jumlah/Total 460.17
2.2. KONDISI PEREKONOMIAN
2.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB mencerminkan kegiatan perekonomian suatu daerah tertentu, dimana penyajian perhitungan PDRB dinyatakan dengan harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku dihitung berdasar nilai nominal sedangkan berdasar harga konstan memperhitungkan faktor inflasi atau deflasi.
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang merupakan indikator dari pencapaian kinerja perekonomian di suatu wilayah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas kegiatan perekonomian yang cukup berarti. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh meningkatnya PDRB dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 sektor pertanian dalam PDRB masih menduduki nilai tertinggi di Kabupaten Aceh Jaya yaitu sebesar 336.853,78 juta rupiah, dan kontribusi terkecil di berikan oleh sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar 5.158,01 juta rupiah. Untuk lebih jelasnya mengenai PDRB harga berlaku dan konstan dapat dilihat padaTabel 2.12,Tabel 2.13 dan 2.14.
Tabel 2.12
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Jaya Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2008-2011 (jutaan rupiah)
No. Sektor Ekonomi
Tahun
2008 2009 2010 2011
1. Pertanian 263.605,10 278.132,48 308.305,97 336.853,78
2. Pertambangan dan
Penggalian 2.575,50 3.169,49 4.301,76 5.158,01
3. Industri Pengolahan 42.504,52 45.654,98 49.695,85 52.950,10 4. Listrik dan Air Minum 2.092,65 2.926,82 3.535,97 5.367,99 5. Bangunan/Konstruksi 44.295,65 64.236,65 72.150,46 82.575,81
6. Perdagangan, Hotel &
Restoran 57.717,90 64.163,78 78.927,05 88.815.76
7. Pengangkutan dan
8. Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 17.914,70 25.256,10 27.053,55 24.806,36 9. Jasa-Jasa 218.460,22 270.962,69 323.187,55 370.630,94 716.996,06 838.556,12 956.033,79 1.082.218,03
Sumber : Kabupaten Aceh Jaya Dalam Angka, Tahun 2013
Tabel 2.13
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Jaya Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Konstan 2000
Tahun 2008-2011 (jutaan rupiah)
No. Sektor Ekonomi
Tahun
2008 2009 2010 2011
1. Pertanian 113.440,85 115.233,97 118.059,15 119.314,82
2. Pertambangan dan
Penggalian 1.465,54 1.767,56 2.275,41 2.690,51
3. Industri Pengolahan 22.531,93 22.808,97 23.566,44 24.121,22 4. Listrik dan Air Minum 691,22 895,21 1.058,26 1.229,25 5. Bangunan/Konstruksi 13.758,83 16.576,87 17.931,60 19.597,25
6. Perdagangan, Hotel &
Restoran 26.869,41 29.984,33 31.781,26 34.686,27
7. Pengangkutan dan
Komunikasi 20.509,82 21.564,68 23.546,73 23.961,48
8. Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 3.896,39 4.248,30 4.540,01 4.764,45 9. Jasa-Jasa 48.791,15 51.827,72 55.533,52 57.391,30 251.955,15 264.907,59 277.292,50 287.756,55
Tabel. 2.14
Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Jaya Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-2012 (Persen)
No Sektor Ekonomi
Tahun
2009 2010 2011 2012
1. Pertanian
245 267 282 292
2. Pertambangan dan Penggalian
179 208 223 224
3. Industri Pengolahan 200 211 220 220
4. Listrik dan Air Minum
327 424 482 517
5. Bangunan/Konstruksi 357 404 421 433
6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran 212 229 256 265
7. Pengangkutan dan Komunikasi 385 439 473 499
8. Keuangan, Persewaandan Jasa
Perusahaan 472 492 521 547
9. Jasa-Jasa
473 590 645 684
Jumlah/Total
304 349 376 394
Sumber : Kabupaten Aceh Jaya Dalam Angka, Tahun 2013
2.2.2 Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian Kabupaten Aceh Jaya didominasi oleh sektor pertanian, pertambangan, perdagangan, pengangkutan, keuangan, industri, dan jasa-jasa yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.15 dan 2.16 berikut.
Tabel. 2.15
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Jaya Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-2012 (Persen)
No Sektor Ekonomi
Tahun
2009 2010 2011 2012
1. Pertanian
34,66 32,04 31,13 30,85
2. Pertambangan dan Penggalian 0,39 0,45 0,48 0,47
3. Industri Pengolahan 5,69 5,16 4,89 4,56
4. Listrik dan Air Minum
0,36 0,46 0,50 0,53
5. Bangunan/Konstruksi
7,38 7,70 7,63 7,39
6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran 8,01 7,90 8,21 8,03
7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,34 10,38 10,63 10,44
8. Keuangan, Persewaandan Jasa
Perusaha 2,51 2,32 2,29 2,29
9. Jasa-Jasa 30,65
33,59 34,25 35,43
Jumlah/Total 100,0 100,0 100,0 100,0
Tabel. 2.16
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Jaya Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Konstan 2000 Tahun 2009-2012 (Persen)
No Sektor Ekonomi
Tahun
2009 2010 2011 2012
1. Pertanian 43,03 41,90 41,46 41,60
2. Pertambangan dan Penggalian 0,67 0,75 0,80 0,83
3. Industri Pengolahan 8,65 8,54 8,38 8,17
4. Listrik dan Air Minum 0,34 0,38 0,39 0,40
5. Bangunan/Konstruksi 6,29 6,65 6,18 6,73
6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran 11,52 12,03 12,05 11,93
7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,18 8,25 8,46 8,26
8. Keuangan, Persewaandan Jasa
Perusahaan 1,62 1,65 1,66 1,65
9. Jasa-Jasa 19,70 19,85 19,98 20,42
Jumlah/Total 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Kabupaten Aceh Jaya Dalam Angka, Tahun 2013
2.2.3 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menggambarkan kinerja perekonomian suatu wilayah. Ekonomi yang tumbuh dengan baik akan memicu naiknya konsumsi dan investasi di suatu daerah. Tingkat pertumbuhan ekonomi bisa didapat dengan menghitung laju pertumbuhan PDRB ADHK.
digunakan dalam proses produksi, dan atau kemajuan ilmu pengetahuan yang diterapkan oleh pelaku ekonomi dalam menciptakan output.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013 sebesar 4,29 persen yang ditunjukkan oleh PDRB ADHK, secara sektoral di tahun 2013 seluruh sektor ekonomi tumbuh positif dan pertumbuhan tertinggi secara berturut-turut dialami oleh sektor listrik dan air bersih sebesar 10,82 %, sektor pertambangan dan penggalian 7,42 %, serta sektor jasa-jasa 6,96 %, keuangan, real estate dan jasa perusahaan 5,45 %, sektor pertanian 4,48 %, perdagangan, hotel dan restoran 3,31 %, sektor kontruksi 3,22 %, sektor pengangkutan dan komunikasi 2,27 % dan industri pengolahan 1,23 %.
Tabel. 2.17.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No Sektor Lapangan Usaha Pertumbuhan
Tahun 2009 (%)
1 Listrik dan air bersih 10,82
2 Pertambangan 7,42
3 Jasa-jasa 6,96
4 Keuangan, real estate dan jasa perusahaan 5,45
5 Pertanian 4,48
6 Perdagangan, hotel dan restoran 3,31
7 Kontruksi 3,22
8 Pengagkutan dan komunikasi 2,27
9 Industri pengolahan 1,23
Jumlah Pertumbuhan Rata –rata 4,29
Sumber : BPS Kab. Aceh Jaya 2010/2013
2.2.4 Inflasi
Perkembangan harga berbagai komoditas di Kabupaten Aceh Jaya menunjukkan harga yang signifikan. Hal ini sebabkan oleh Pasokan barang/jasa di Kabupaten Aceh Jaya terutama di Kota Calang tergantung pada Kota Banda Aceh dan Kota Medan melalui Kota Meulaboh, sehingga harga barang/jasa di Aceh Jaya juga sangat tergantung pada fluktuasi harga barang di kedua kota tersebut. Berdasarkan berita resmi statistik yang dikeluarkan oleh BPS Aceh, pada bulan Mei 2014 di Kota Banda Aceh terjadi inflasi sebesar 0,86 persen, di Kota Lhokseumawe inflasi sebesar 1,16 persen dan Kota Meulaboh inflasi sebesar 0,42 persen sehingga secara agregat di Provinsi Aceh terjadi inflasi sebesar 0,80 persen.
Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Pada bulan Mei 2014, harga berbagai komoditas di Kota Banda Aceh secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Hal ini ditandai dengan naiknya Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,26 pada bulan April 2014 menjadi 108,18 pada bulan Mei 2014 atau terjadi inflasi sebesar 0,86 persen. Sedangkan di Kota Lhokseumawe terjadi inflasi sebesar 1,16 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 107,19 pada bulan April 2014 menjadi 108,43 pada bulan Mei 2014. Sementara di Kota Meulaboh terjadi inflasi sebesar 0,06 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 112,05 pada bulan April 2014 menjadi 112,52 pada bulan Mei 2014. Secara agregat untuk Provinsi Aceh, pada bulan Mei 2014 mengalami inflasi sebesar 0,80 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 108,70 pada bulan April 2014 menjadi 109,57 pada bulan Mei 2014.
Laju Inflasi tahun kalender 2014 sampai dengan bulan Mei 2014 untuk Kota Banda Aceh adalah sebesar 1,58 persen, Kota Lhokseumawe 1,90 persen, Meulaboh 0,99 persen dan Aceh 1,47 persen. Sedangkan Inflasi “year on year” (Mei 2014 terhadap Mei 2013) untuk Kota Banda Aceh adalah sebesar 6,67 persen, Kota Lhokseumawe 5,27 persen, Meulaboh 6,51 persen dan Aceh 6,22 persen.
Tabel 18
Nilai Inflasi Kota Banda Aceh Tahun 2009-2013
Tahun Inflasi
2009 3.50
2010 4.64
2011 3.32
2012 0.06
2013 6.39
Sumber: BPS Aceh Jaya 2013 (Berpedoman pada Nilai Inflasi Kota Banda Aceh)
Kota Calang sampai saat ini belum tersedia data perhitungan laju inflasi/ belum dapat dipantau laju inflasinya karena belum memenuhi persyaratan penilaian prasyarat aktivitas perdagangan. Oleh karena itu nilai laju inflasi dapat dilihat dari kota terdekat, yakni kota Banda Aceh dan kota Meulaboh. Untuk saat ini data mengenai nilai laju inflasi yang dapat digunakan mengacu pada nilai laju inflasi Kota Banda Aceh. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai inflasi Kota Banda Aceh yang tinggi pada tahun 2013, yaitu sebesar 6.39%. Laju inflasi tersebut meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
2.2.5 Keuangan Daerah
Sumber pendapatan Kabupaten Aceh Jaya secara rinci dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel. 2.19
Proyeksi dan prospek pendapatan daerah Aceh Jaya tahun 20013- 2018 (jutaan rupiah)
Sumber: DPKKD Kabupaten aceh Jaya.
No. Jenis Pendapatan 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Pendapatan Asli
Daerah 18.504 19.429 20.401 21.421 22.492 23.617 2 Dana Perimbangan 273.91
2 280.759 287.778 294.973 302.347 309.906 3 Dana otonomi
khusus 124.995 128.120 131.323 134.6066 137.971 141.420
2.3. KONDISI SARANA DAN PRASARANA
2.3.1 Jalan
Jaringan jalan menjadi perhatian dalam pengembangan pembangunan kabupaten karena jaringan jalan merupakan akses menuju dan keluar dari Kabupaten Aceh Jaya. Diharapkan dengan semakin tinggi tingkat akses antar wilayah memungkinkan terjadinya pemanfaatan dan optimalisasi berbagai potensi pengembangan pembangunan di Kabupaten Aceh Jaya. Rencana pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Aceh Jaya bertujuan untuk menguatkan orientasi struktur pelayanan terhadap kegiatan di wilayah Kabupaten Aceh Jaya serta untuk mendukung kegiatan sektor ekonomi seperti aliran komoditas hasil pertanian mulai dari sentra produksi pertanian ke daerah pemasaran dan aliran wisata ke Kabupaten Aceh Jaya.
Sampai pada tahun 2014 panjang jalan dalam Wilayah Kabupaten Aceh Jaya sepanjang 1,855.56 Km. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.20 berikut.
Tabel 2.20
Status dan Panjang Jalan Dalam Wilayah Kabupaten Aceh Jaya
NO NAMA JALAN STATUS JALAN PANJANG KETERANGAN
1 Jalan Arteri Primer (JAP) Jalan Nasional 133.27 2 Jalan Kolektor Primer (JKP) Jalan provinsi 24.98 3 Jalan Kolektor Primer (JKP) Jalan Kabupaten 433.31
4 Jalan Lokal Primer (JLP) Jalan kabupaten 156.84 Jln. Ling. Permukiman 5 Jalan Lingkungan Primer (JLing-P) Jalan Kabupaten 270.36 Jln. Ling. Permukiman
6 Jalan Khusus Jalan Perkebunan 836.80
Sumber: RTRW Kabupaten Aceh Jaya 2014-2034
2.3.2 Ketenaga Listrikan
Ketersediaan energi merupakan salah satu syarat utama keberhasilan industri di suatu daerah. Keperluan listrik di Kabupaten Aceh Jaya di sediakan oleh PT. PLN melalui 4 rantingnya, yaitu Calang, Lhok Kruet, Lamno dan Teunom.
2.3.3 Telekomunikasi
Sistem jaringan telekomunikasi dalam wilayah Kabupaten Aceh Jaya terdiri dari jaringan kabel dan jaringan nirkabel. Dalam menyongsong era globalisasi sekarang ini PT. Telkom telah mengembangkan jaringan kabel berupa serat obtik yang melintasi jalan Banda Aceh meulaboh serta pengembangannya untuk seluruh wilayah kabupaten aceh Jaya sedangkan untuk jaringan seluler atau tanpa kabel dengan didukung pengembangan menara BTS(base transceiver station) bersama sebanyak 45 BTS yang tersebar di seluruh kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh serta pengembangan VSAT (very small arperture terminal) ditiap ibu kota kecamatan, pengembangan sistem komunikasi dengan dasar BWA (broadband wireless access) dan pengembangan menara melaluiSID-SITTAC.
Sektor Pos sangat diperlukan dalam memperlancar arus berita, informasi dan data. PT.Pos Indonesia dengan 4 kantor pos pembantunya telah berperan aktif dalam mendistribusikan surat keluar dan masuk serta wesel. Hal sebaliknya terjadi untuk paket barang, ada sebanyak 352 paket yang diterima dan 148 paket barang yang dikirim.
2.3.4 Perdagangan
Disamping Bank Aceh terdapat juga beberapa sarana dan prasaranan perdagangan yang meliputi pasar, toko, kios, dan beberapa UKM dan pedagang kaki lima (PKL).
2.3.5 Akses Permodalan KUKM
Salah satu faktor yang dianggap sebagai penghambat pengembangan KUKM adalah rendahnya peluang terhadap akses permodalan. Walaupun hal tersebut tidak secara otomatis menggambarkan rendahnya partisipasi berbagai sumber permodalan, tetapi lebih disebabkan oleh belum terinformasikannya sumber-sumber permodalan yang bisa diakses oleh KUKM. Untuk itu telah dilakukan fasilitasi melalui aktivitas mempertemukan KUKM dengan sumber permodalan yang dapat di akses dan ditindak lanjuti dengan pola pendampingan, antara lain melalui :
BRI, BANK ACEH dan Bank Syariah Mandiri Cabang Calang melalui program KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
Kemitraan Koperasi dan UKM melalui program Dana Bergulir
PROGRAM KEMITRAAN dan BINA LINGKUNGAN (PKBL) atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) dalam bentuk Dana Bergulir
2.3.6 Koperasi
Koperasi sebagai tiang penopang perekonomian bangsa juga berkembang di Aceh jaya. Terdapat 122 koperasi di Aceh Jaya dengan berbagai macam jenis, sedangkan koperasi yang tetap aktif sebanyak 40 unit koperasi. Adapun jumlah anggota yang terserap mencapai 5.024 orang dengan modal usaha keseluruhan didominasi oleh pihak diluar koperasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.20 berikut.
Tabel. 2.21
Jumlah Koperasi Menurut Jenis Dan Aktivitas Di Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2012
Jenis koperasi Aktif Tidak Aktif Jumlah
KUD 0 11 11
Kop. Pertanian 10 3 13
Kop.Perkebunan 7 8 15
Kop. Pertenakan 0 2 2
kop. Nelayan/Perikanan 5 19 24
Koppontren 2 7 9
Kopkar 1 1 2
Kop. Serba Usaha 4 3 7
Kop. Pedagang Pasar 1 2 3
Kop. Pegawai Negeri 1 4 5
Kop. Wanita 6 5 11
Kop.Angkutan 0 1 1
Simpan Pinjam 1 1 2
Kop.Lainnya 1 15 16
Kop.Primkopad 1 0 1
Jumlah 40 82 122
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kab. Aceh Jaya.
2.3.7 Perbankan dan Lembaga Keuangan
2.3.8 Kepariwisataan
Jenis dan Potensi objek pariwisata di Kabupaten Aceh jaya yaitu objek wisata budaya, objek wisata alam dan objek wisata khusus atau minat yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Aceh jaya serta keindahan pesisir pantai disepanjang garis pantai Aceh jaya dengan pasir putihnya Untuk mendukung akomodasi para wisatawan juga ditunjang dengan keberadaan 2 buah hotel di Kecamatan Krueng Sabee yaitu di desa Ketapang dan Sentosa, 1 buah Losmen di Gampong Blang, 1 wisma di desa Dayah Baro dan 3 wisma di Lamno Kecamatan Jaya.
2.3.9 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB ditunjukan dari kontribusi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Berdasarkan data terakhir, peran sektor pariwisata dalam meningkatkan PDRB daerah Kabupaten Aceh Jaya cukup signifikan, dimana pada tahun 2010 kontribusi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap PDRB Kabupaten Aceh Jaya mencapai 12,03%. Berdasarkan indeks perkembangan sektoral harga konstan terlihat bahwa kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran di tahun 2011 mengalami sedikit peningkatan dengan kontribusi terhadap nilai tambah bruto menjadi 12,05%. Pada tahun 2013 kembali mengalami penurunan kontribusi yaitu menjadi 11,93 %.
2.3.10 Air Bersih
Guna memenuhi kebutuhan dasar rakyat berupa air minum, Kabupaten Aceh Jaya memiliki sebuah Perusahaan Air Minun yang masih bersatus BLUD SPAM Tirta Mon Mata Yang Masih Di Subsidi Oleh Pemerintah. Jumlah Pemakaian air minum di tahun 2014 sebanyak 987,023 m3 yang
disalurkan pada 3,568 pelanggan rumah tangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.21 di bawah ini.
Tabel 2.22
JUMLAH PRODUKSI AIR BERSIH
N0 BULAN JUMLAH PRODUKSI M³ KETERANGAN
1 Januari 83,209
2 Februari 83,314
3 Maret 79,611
5 Mei 79,611
6 Juni 82,775
7 Juli 73,462
8 Agustus 79,611
9 September 78,567
10 Oktober 96,392
11 November 87,860
12 Desember 83,000
TOTAL 987,023
Sumber BLUD Kabupaten Aceh Jaya 2014
2.4 KESEHATAN
2.4.1 Fasilitas Kesehatan
Penyediaan sarana kesehatan telah menjangkau sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Jaya diantaranya rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, dan pelayanan kesehatan swasta. Banyaknya sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Aceh Jaya dapat dilihat pada Tabel 2.22.
Tabel. 2.23
BANYAKNYA FASILITAS KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN/ PENGELOLAAN DI KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2013
No FASILITAS
KESEHATAN
PEMERINTAH SWASTA JUMLAH
1 Rumah Sakit Umum 1 0 1
2 Rumah Sakit Jiwa 0 0 0
3 Rumah Sakit bersalin 0 0 0
4 Rumah Sakit khusus 0 0 0
5 Puskesmas perawatan 5 0 5
6 Puskesmas non perawatan 5 0 5
7 Puskesmas Pembantu 28 0 28
9 Rumah Bersalin 0 0 0
10 Balai Pengobatan/Klinik 0 2 2
11 Praktik Dokter bersama 0 0 0
12 Praktik Dokter perorangan 0 18 18
13 Praktik pengobatan 0 0 0
14 Poskesdes 41 0 41
15 Polindes 41 0 41
16 Posyandu 185 0 185
17 Apotek 0 1 1
18 Toko obat 0 8 8
19 GFK 1 0 1
20 Industri obat tradisional 0 0 0
21 Industri kecil obat tradisional 0 0 0
JUMLAH 323 29 352
Sumber: Dinas kesehatan Kab. Aceh Jaya
2.4.2 Derajat Kesehatan
Untuk sarana kesehatan di samping berupa 1 unit Rumah sakit umum juga terdapat puskesmas sebanyak 10 unit yang berada di beberapa kecamatan, pada tahun 2012 juga terdapat 28 unit puskesmas pembantu, 57 Poskesdes, 41 poliklinik desa dan 185 pos pelayanan terpadu/posyandu. Sarana kesehatan tersebut melayani masyarakat dengan tenaga kesehatan berjumlah 483 orang tersebar dan memiliki keahlian yang berbeda–beda, pelayanan kesehatan ibu dan anak juga menjadi perhatian tersendiri. Selama tahun 2012, puskesmas yang tersebar di kabupaten Aceh Jaya telah melayani kunjungan ibu hamil sebanyak 1.902 kali dan terdapat 1.643 ibu bersalin yang di tolong oleh tenaga kesehatan. Kematian ibu maternal yang terjadi hanya 1 kasus sedangkan kematian bayi terjadi 14 kasus dari 1.795 bayi lahir hidup.
2.4.3 Tenaga Kesehatan
Tabel. 2.24
Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013
No Tingkat pendidikan Puskesmas Dinas
kesehatan RSUD Jumlah Total
I Tenaga medis
1 Dokter Spesialis 0 0 1 1
2 Dokter umum 17 0 10 27
3 Dokter gigi 0 0 0 0
II Tenaga Keperawatan
1 Sarjana Keperawatan 3 4 14 21
2 DIII keperawatan 116 10 38 164
3 DIII bidan 79 2 17 97
4 Bidan 47 0 3 50
III Tenaga Farmasi
1 Apoteker 2 1 1 4
2 SI Farmasi 0 0 0 0
3 DIII Farmasi 9 4 9 22
IV Ahli Gigi
1 DIV/SI Gizi 0 0 0 0
2 DIII Gizi 9 3 3 15
3 DI Gizi 0 0 0 0
V Teknisi Medis
1 Analis Laboratorium 10 2 5 17
2 Tem dan P.Rontgen 0 2 8 10
3 P. Anastesi 0 0 0 0
4 Fisioterapis 1 0 2 3
5 Apikes 0 2 1 3
VI Ahli Sanitasi
1 DIII Sanitasi 16 5 3 24
2 DI Sanitasi 0 0 0 0
1 SKM 7 18 0 25
2 DII Kesehatan Masyarakat 0 0 0 0
JUMLAH TOTAL 316 51 114 483
Sumber: Dinas kesehatan Kab. Aceh Jaya
2.5 KESEJAHTERAAN SOSIAL
Klasifikasi keluarga sejahtera di Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2013 dikelompokan menjadi Keluarga pra-sejahtera, keluarga sejahtera 1, keluarga sejahtera 2, keluarga sejahtera 3, dan keluarga sejahtera 3 plus, ada sebanyak 1.745 keluarga yang masih termasuk ke dalam golongan keluarga pra sejahtera dari keseluruhan 25.926 keluarga yang ada di kabupaten Aceh Jaya. Tentu saja perlu di upayakan usaha yang berkelanjutan agar taraf hidup mereka dapat ditingkatkan menjadi lebih baik
Tabel. 2.25
Jumlah Pentahapan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No Keluarga
1 25.926 1.745 4.828 13.666 1.987 184
Sumber: Badan Keluarga Sejahtera Dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Aceh Jaya 2013
2.6 PENDIDIKAN
Kualitas pendidikan yang memadai sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tingginya permintaan jasa pendidikan menuntut tersedianya penyelenggara pendidikan yang makin bermutu. Di lain pihak, salah satu kunci keberhasilan pembangunan di suatu daerah adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Peningkatan SDM di setiap daerah sekarang ini secara umum lebih difokuskan pada pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan pendidikan, khususnya penduduk kelompok usia sekolah (7-24 tahun).
Tabel. 2.26
Jumlah Sekolah, Siswa dan Tenaga Pendidik di Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
NO KECAMATAN
URAIAN
JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
TK GURU SD GURU SLTP GURU SLTA GURU SMK GURU
1 TEUNOM 10 24 13 112 4 62 1 25 1 9
Sumber: Aceh Jaya dalam angka 2013.
2.7 KETENAGAKERJAAN
2.7.1 Penduduk Usia Kerja
Tabel. 2.27
Penduduk Usia Kerja Produktif di Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013 (jiwa)
Lapangan Pekerjaan Utama 2008
Laki – laki Perempuan Jumlah
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Perburuan, dan Perikanan 2.126 920 3.046
2. Pertambangan dan Penggalian 229 8 237
3. Industri 49 40 89
4. Listrik dan Air Minum 8 0 8
5. Kontruksi 300 0 300
6. Perdagangan, rumah Makan, dan jasa
Akomondasi 400 201 601
7. Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 177 35 212
8. Lembaga Keuangan, Real Estate dan Usaha
Persewaan dan jasa Perusahaan 27 0 27
9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 407 195 602
Jumlah 3.723 1.399 5.122
Sumber: Kabupaten Aceh Jaya 2013
2.7.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Aceh Jaya menggambarkan sebaran jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 tenaga kerja. pada tahun 2008 sebesar 65,24 %. Menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki lebih besar dibandingkan TPAK perempuan. TPAK laki-laki sebesar 85,29 % sedangkan TPAK perempuan sebesar 41,52 %. Adapun sebaran angkatan kerja seperti tersebut di atas dapat dilihat pada Tabel 2.27.
Tabel. 2.28
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2009
Uraian Angkatan Kerja TPAK
Laki – laki 38.713 85,29
Perempuan 15.939 41,52
Sumber: Kabupaten Aceh Jaya 2009/2010
2.7.3 Dukungan Ketenagakerjaan
Menyikapi permasalahan tingginya tenaga kerja kabupaten Aceh Jaya namun tidak memiliki kesesuaian dengan ketersediaan lapangan kerja yang ada, serta dalam rangka menciptakan tenaga kerja mandiri yang berbasis kemampuan dan keahlian, Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya secara berkala menyelenggarakan pelatihan ketenagakerjaan yang mencakup pelatihan untuk montir motor dan mobil, las, menjahit pakaian, salon kecantikan, dan tata rias pengantin.
2.8 BUDAYA
2.8.1 Kesenian dan Kebudayaan
Gambaran tentang organisasi kesenian dan kebudayaan yang ada di Kabupaten Aceh Jaya terdapat beberapa jenis dan kelompok masyarakat yang mengorganisir diri dalam kelompok kesenian. Disamping kelompok kesenian tersebut ada juga kelompok masyarakat yang secara tradisional melaksanakan upacara adat atau kebiasaan walaupun mereka belum mengorganisir diri dalam kelompok budaya tertentu. Nilai sosial budaya yang dikembangkan pada masyarakat daerah tersebut berlandaskan pada sistem yang mengacu pada nilai-nilai islam. Semua adat istiadat yang berkembang dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari selalu mengacu kepada nilai sosil-agama, baik adat perkawinan, kematian dan kalahiran maupun dalam struktur sosial masyarakat. Ulama mempunyai status sosial yang tinggi dalam masyarakat. Kegiatan sosial budaya dan keagamaan pada umumnya berpusat di meunasah yang difungsikan selain sebagai beribadah umat islam, juga berfungsi sebagai tempat pertemuan, tempat pelaksanaan acara keagamaan dan tempat perdamaian antara warga yang bertikai serta tempat pengembangan kesenian lokal.
2.8.2 Keagamaan
Kabupaten Aceh Jaya memiliki penduduk yang mayoritas memeluk agama Islam. Pada tahun 2013 di kabupaten Aceh Jaya Tercatat 120 mesjid dan 183 meunasah yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten Aceh Jaya, untuk pendidikan agama terdapat 32 dayah/pesantren dan 52 balee seumebeut.
2.8.3 Ketertiban Masyarakat
Tabel. 2.29
Banyaknya kasus Pelanggaran/Tindak kekerasan menurut jenis kasus di Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No Jenis Kejahatan Dilaporkan Selesai Belum Selesai
1 Asusila 1 1
-2 Pencurian 43 16 27
3 Penganiaan 20 17 3
4 Curanmor 2 1 1
5 Narkotika 17 15 2
6 Penipuan 9 6 3
7 Penggelapan 6 5 1
9 Penadah 2 2
-11 KDRT 6 6
-13 Pengancaman 1 1
-14 Penemuan
Manyat 5
-5
15 Senpi/Handak 1 1
-16 Khalwat 1 1
-18 Pemerkosaan 1 1
-19 Kebakaran 1 - 1
2.8.4 Pemuda dan Olahraga
Peran dan eksistensi pemuda tidak dapat dipisahkan dari upaya pencapaian pembangunan pada suatu bangsa. Pemuda dengan energi besar yang dimilikinya memiliki kemampuan dan kapabilitas, untuk memberikan kontribusi besar dalam pembangunan. Berbagai hal yang terkait dengan perubahan akan terkait dengan peran pemuda di dalamnya. Oleh karena itu, pengembangan pemuda secara berkualitas perlu menjadi perhatian penting.
Terkait dengan hal-hal tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas, kapasitas dan pemberdayaan pemuda sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam pembangunan Kabupaten Aceh Jaya. Beberapa indikator yang menunjukan kondisi pengelolaan urusan Pemuda dan Olahraga adalah banyaknya jumlah organisasi yang aktif.
2.8.5 Angka Harapan Hidup
Angka usia harapan hidup adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Apabila angka usia harapan hidup cukup tinggi, maka dapat diasumsikan kondisi kesehatan daerah tersebut berada dalam kondisi baik. Hal tersebut terkait dengan kondisi kesehatan sebagai faktor yang mempengaruhi usia harapan hidup seseorang. Data angka harapan hidup di Kabupaten Aceh Jaya selama Priode 2012-2013 mengalami kenaikan dari 68.13 tahun menjadi 68.53 tahun, berarti kualitas hidupnya meninggkat, seperti pemenuhan makanan lebih baik, kesehatan terjaga, dan sebagainya sehingga membuat lama hidupnya bertambah.
2.9. PERTANIAN
2.9.1 Lahan Pertanian
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan.
Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu daerah yang sesuai untuk budidaya berbagai jenis komoditi pertanian, baik jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Namun sebagian besar lahan pertanian masih mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairan.
Dari 4,198.01 hektar luas lahan baku sawah Di seluruh Kabupaten Aceh Jaya, sebagian di antaranya masih tadah hujan. Produksi Padi selama tahun 2012 mencapai 18,891.05 ton setara dengan rata-rata produksi 4,5 ton/hektar. Produksi Jagung mencapai 661,3 ton dengan rata-rata produksi 2,9 ton/hektar, Kedelai menghasilkan 199,4 ton dengan rata-rata 1,1 ton/hektar, Kacang Tanah menghasilkan 146 ton dengan rata-rata produksi 1,3 ton/hektar, Ubi Kayu menghasilkan 431,9 ton dengan rata produksi 11,4 ton/hektar, Ubi Jalar menghasilkan 163,9 ton dengan rata-rata produksi 10,1 ton/hektar.
2.9.2 Peternakan
Peternakan merupakan alternatif pengembangan pertanian lainnya yang memiliki potensi pengembangan dan daya jual cukup tinggi di pasar. Jenis ternakan dalam kabupaten Aceh Jaya di bagi menurut jenisnya yaitu ternak besar, ternak kecil dan unggas. Ternak besar meliputi sapi, sapi perah, kerbau, dan kuda. Ternak kecil meliputi, domba. Ternak unggas meliputi ayam buras, ayam ras petelur dan daging, angsa, dan itik. Jumlah populasi ternak pada tahun 2013 tercatat sapi sebanyak 12.757 ekor, kerbau 2.387 ekor, kambing 34.784 ekor, domba 3.957 ekor, itik 116.135 ekor, ayam ras 179.836 ekor.
2.9.3 Perikanan
2.10. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
2.10.1 Fungsi Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Dan Penataan Ruang
Sumber daya alam dan lingkungan hidup memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pembangunan dan sebagai penopang sistem kehidupan. Sumber daya alam, lingkungan hidup, dan penataan ruang di Kabupaten Aceh Jaya meliputi bidang pertanahan, lingkungan hidup, perencanaan pembangunan, dan penataan ruang.
2.10.2 Urusan Pertanahan
Permasalahan pendaftaran tanah merupakan salah satu hambatan dalam pembangunan urusan pertanahan. Hal tersebut dikarenakan kualitas sistem pendaftaran tanah yang belum optimal sehingga berpengaruh terhadap jumlah bidang tanah yang bersertifikat. Sebagai kabupaten yang memiliki tingkat pembangunan tinggi, maka kebutuhan akan sertifikasi lahan menjadi utama karena berkaitan dengan legalitas kepemilikan lahan.
2.10.3 Urusan Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan hidup di Kabupaten Aceh Jaya dapat dilihat dari pencemaran udara, dan pembuangan air limbah.
2.10.4 Pencemaran Udara
Berbagai bentuk penurunan daya dukung lingkungan terjadi seiring dengan perkembangan aktivitas perkotaan antara lain tercermin dengan semakin menurunnya kualitas udara perkotaan. Sumber pencemaran udara di Kabupaten Aceh Jaya berasal dari:
1. Sumber Tetap yang berasal dari kegiatan proses industri pengolahan, konsumsi bahan bakar dari industri dan rumah tangga,
2. Sumber Tetap Spesifik yang berasal dari kegiatan pembakaran sampah,
3. Sumber Bergerak yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor; Tingkat pencemaran udara di Kabupaten Aceh Jaya diukur melalui pengambilan sampling pada wilayah yang telah ditetapkan sebagai titik pantau. Berdasarkan pemantauan terhadap kualitas udara di Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2010, maka didapatkan kesimpulan :
Secara umum monitoring yang dilakukan pada tahun 2010, kualitas udara yang melebihi baku mutu terdapat pada parameter hidrokarbon dan parameter debu.
Secara umum daerah-daerah yang telah melakukan penghijauan dengan baik menunjukkan peningkatan kualitas udara jika dibandingkan pengukuran pada tahun 2010, namun sebaliknya untuk lokasi-lokasi yang berkurang penghijauannya menunjukkan penurunan kualitas udaranya.
Berdasarkan hasil pemantauan pencemaran udara, diindikasikan bahwa kualitas udara di Kabupaten Aceh Jaya sudah mengalami penurunan akibat tingkat pencemaran dan kurangnya ruang terbuka hijau yang efektif. Upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran udara yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya adalah sebagai berikut :
Mewajibkan pemasangan alat pengendalian pencemaran bagi sumber pencemar tetap/industri Daur ulang limbah, memanfaatkan limbah yang ditangkap oleh alat pengendali pencemaran
udara untuk kemudian digunakan dalam proses sendiri atau proses industri lain
Pencegahan limbah, misalnya penutupan bocoran, pencegahan tumpukan limbah atau pemakaian kemasan yang dapat dipakai kembali
Melaksanakan pemeriksaan dan perawatan kendaraan secara berkala, terutama bagi kendaraan plat merah dan plat kuning serta memperketat prosedur KIR.
Selain itu, beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah :
Menyebarkan pusat-pusat aktivitas masyarakat (tidak berpusat pada titik-titik tertentu saja) Melakukan pembinaan, pengawasan dan penindakan kepada industri-industri dan pihak lain
yang berpotensi melakukan pencemaran udara.
Melakukan pengawasan dan penindakan kepada kendaraan bermotor yang memproduksi limbah udara di atas ambang batas normal.
Melakukan penghijauan dan membangun beberapa ruang terbuka hijau yang dapat berfungsi menetralisir kualitas udara
2.10.5 Air Limbah
Aktivitas penduduk dan industri di Kabupten Aceh Jaya telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kualitas perairan di Kabupaten Aceh Jaya akibat dari terjadinya peningkatan produksi limbah cair. Kabupaten Aceh Jaya memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengelola sebagian limbah domestiknya. Namun tingkat pelayanan IPLT dan IPAL masih terbatas belum mampu melayani kebutuhan.
2.10.6 Kondisi Dokumen Rencana Tata Ruang
diupayakan guna mencegah terjadinya konversi lahan yang akan berakibat pada menurunnya daya dukung lahan. Lebih jauh lagi, aktivitas di kawasan perkotaan yang sangat tinggi tanpa diimbangi oleh upaya pengendalian lingkungan, pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yang akan merugikan bagi kelangsungan pembangunan.
Hingga saat ini kelengkapan dokumen perencanaan tata ruang di Kabupaten Aceh Jaya sudah mencukupi. Upaya yang saat ini sedang dilakukan adalah meningkatkan sosialisasi dokumen perencanaan tata ruang agar dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat dan menjaga konsistensi dalam melaksanakan pembangunan agar sesuai dengan rencana tata ruang.
2.10.7 Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang Terbuka Hijau adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH berupa keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. RTH memiliki berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan). Lokasi RTH di Kabupaten Aceh Jaya tidak tersebar secara menyeluruh, hanya didominasi pada Kawasan perkantoran dan kawasan-kawasan perkotaan.
Penataan RTH dilakukan untuk lokasi taman kota calang dengan penanaman pohon Tranbesi dengan pemberian pagar, sedangkan pemeliharaan RTH berupa penyiraman dan penghijauan kembali area taman. Kecenderungan fakta memperlihatkan belum optimalnya fungsi ruang terbuka hijau di Kabupaten Aceh Jaya dan masih memerlukan peningkatan.
Lebih jelasnya rencana pengembangan kawasan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Aceh Jaya meliputi:
a) Penataan kawasan Ruang Terbuka Hijau yang terdiri dari: Penataan kawasan sempadan jalan.
Penataan kawasan sempadan sungai/saluran irigasi. Penataan kawasan sekitar rawa/situ.
Penataan kawasan di bawah jaringan listrik saluran tegangan tinggi. Penataan taman kota, taman lingkungan dan tempat pemakaman umum. b) Pengembangan jalur hijau di sepanjang kawasan sempadan sungai, sempadan jalan.
2.11.1 Fungsi Perumahan Dan Fasilitas Umum
2.11.2 Urusan Perumahan Rakyat
Kebutuhan akan perumahan berbanding lurus dengan pertambahan jumlah penduduk. Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten aceh Jaya dalam lima tahun terakhir (2009-20014) mengakibatkan permintaan akan penyediaan perumahan semakin besar. Pemenuhan kebutuhan perumahan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun juga oleh developer atau swasta. Penyediaan perumahan yang dilakukan pemerintah adalah dengan membangun rumah duafa, rumah sederhana yang ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah dan buruh industri, dengan asumsi kebutuhan perumahan untuk masyarakat kelompok lain telah dipenuhi oleh developer/swasta dan individu.
2.11.3 Kondisi Perumahan
Kelayakan huni suatu rumah akan mempengaruhi kondisi perumahan di kawasan tersebut. Penilaian suatu rumah termasuk layak huni atau tidak, didasarkan kriteria pada Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman oleh Dirjen Perumahan dan Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum. Kriteria yang digunakan adalah (1) Luas lantai minimal 7-9 m2 per
kapita; (2) Adanya jaminan hak atas tanah untuk bermukim (land tenure security); (3) Terpenuhinya pelayanan prasarana dan sarana dasar lingkungan; dan (4) Kualitas struktur konstruksi bangunan yang memenuhi persyaratan teknis. Selama periode tahun 2009-2014, Jumlah rumah layak huni di Kabupaten Aceh Jaya semakin meningkat setiap tahunnya, yang mengindikasikan bahwa pembangunan perumahan di Kabupaten Aceh Jaya cukup berhasil. Hingga tahun 2014 sebesar 99,3% rumah di Kabupaten Aceh Jaya telah tergolong layak huni.
2.11.4 Sanitasi
Kualitas hidup masyarakat sangat dipengaruhi oleh kualitas permukiman/rumah tinggalnya, dengan salah satu kriterianya adalah memiliki sanitasi yang baik. Rumah yang bersanitasi sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 jumlahnya terus meningkat. Pada tahun 2004 jumlah rumah bersanitasi sebanyak 344.232 unit, meningkat 25.604 unit atau 7%, pada tahun 2008 menjadi 369.836 unit. Peningkatan jumlah rumah tinggal yang bersanitasi ini disebabkan adanya sistem pengelolaan air limbah yang beroperasi di Kabupaten Aceh Jaya berupa sistem setempat (off site) dan sistem terpusat (on site).
Sarana penunjang perumahan dan permukiman lainnya adalah tempat pemakaman umum (TPU). Pengembangan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya lebih kepada upaya pembangunan fisik dan pengembangan administratif. Pembangunan kegiatan fisik berupa pematangan lahan TPU, pembangunan saluran drainase, WC Umum, peningkatan jalan lingkungan dan jalan setapak di lingkungan pemakaman serta pemagaran batas TPU
2.12. PEKERJAAN UMUM
2.12.1. Jaringan Jalan
Jalan merupakan sarana transportasi utama di Kabupaten Aceh Jaya. Berdasarkan klasifikasinya, sebagian besar jalan di Kabupaten Aceh Jaya merupakan jalan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten, selain itu terdapat pula jalan negara dan jalan provinsi. Apabila dilihat dari tipe perkerasannya, maka sebagian besar jalan yang terdapat di Kabupaten Aceh dalam kondisi beraspal. Meskipun masih dijumpai jalan dengan perkerasan rabat beton, tanah, dan penetrasi, namun jumlahnya tidak terlalu besar dan letaknya tidak pada jalan-jalan utama.
2.12.2. Drainase
Sistem jaringan drainase di Kabupaten Aceh Jaya dibagi menjadi 2 (dua), yaitu sistem drainase makro/drainase alam, yaitu sungai yang berfungsi sebagai badan air penerima dan sistem drainase mikro meliputi saluran primer, sekunder, dan tersier dengan total panjang saluran sekitar 564.508 m. Dengan kondisi baik sepanjang 226.112 m, rusak ringan 42.316 m, rusak berat mencapai 296.420 m.
Sistem drainase makro Kabupaten Aceh Jaya meliputi 2 (dua) buah sungai yaitu: Sungai krueng teunom,dan saluran pembuangan banjir di dalam kota calang. Kedua sungai tersebut mempunyai daerah tangkapan air yang cukup luas dengan muara ke sebelah Utara dan berakhir di Laut. Kabupaten Aceh Jaya memiliki potensi genangan dan banjir, karena kondisi topografi kota yang cenderung datar dan buruknya kondisi saluran drainase terutama untuk saluran drainase sekunder sebesar 52% dari panjang saluran sekunder. Akibat dari kurang terpeliharanya saluran drainase baik makro maupun mikro, maka genangan atau banjir menjadi permasalahan yang cukup mendesak di Kabupaten Aceh Jaya. Luas genangan banjir pada tahun 2005 adalah 333,000 m2 yang
tersebar di 23 titik lokasi. Kemudian pada tahun 2007 luas genangan air meluas menjadi 180,5 Ha atau 1.805.000 m2 dengan jumlah lokasi yang juga bertambah yaitu 49 daerah pada kawasan
permukiman dan jalan.
1. Berubahnya fungsi tata guna lahan, dari yang semula merupakan daerah resapan air, menjadi bangunan, perumahan, industri/pabrik, pertokoan, pergudangan, dan sebagainya. Kondisi ini mengakibatkan semakin berkurangnya areal yang berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum menuju saluran pembuangan.
2. Kurangnya sarana dan sistem drainase yang memadai sebagai pengganti lahan yang mengalami perubahan fungsi tersebut, terlebih apabila perubahan tersebut tidak disertai dengan analisa dampak lingkungan.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal kebersihan dan pemeliharaan terhadap sarana drainase lingkungan yang menyebabkan sistem drainase lingkungan tidak dapat berfungsi dengan optimal.
4. Penyempitan sungai/saluran pembuang diakibatkan pendangkalan, sedimentasi ataupun pemanfaatan secara liar, sehingga kapasitas daya tampung sungai semakin berkurang.
Dilihat dari standar pelayanan minimal fasilitas drainase maka luas daerah genangan banjir di daerah perkotaan maksimal hanya 10 Ha. Sedangkan pada tahun 2007 genangan air di Kabupaten Aceh Jaya telah mencapai luas 180,5 Ha, jauh melebihi standar yang berlaku. Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum, Subdin Pengairan telah melaksanakan beberapa program/kegiatan untuk mencegah dan meminimalisir banjir yang terjadi di Kabupaten Aceh Jaya. Salah satunya adalah program pembangunan turap, rumah pompa, dan pintu air yang tersebar di 6 Kecamatan Kabupaten Aceh Jaya. Kegiatan tersebut dinilai masih belum berhasil, karena terbukti hingga saat ini Kabupaten Aceh Jaya masih mengalami bencana banjir. Secara fisik program pembangunan tersebut tercapai, namun belum dapat mencapai tujuan yang diinginkan, hal tersebut dikarenakan kurangnya koordinasi antara pemerintah Pusat dan Daerah.
2.12.3. Persampahan
satu upaya yang dilakukan adalah mengembangkan dan mensosialisasikan proses produksi minim limbah. Selain itu, meningkatkan aktivitas daur ulang sampah dan mendorong kawasan-kawasan industri dan perumahan untuk secara mandiri membanguan dan mengelola instalasi pengolahan limbah.
Terkait dengan penanganan sampah, Kabupaten Aceh Jaya mempunyai 2 buah TPA, yaitu TPA Calang yang merupakan TPA eksisting dan TPA Jaya. Dalam pengolahan sampah di TPA, diupayakan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan adalah sekecil mungkin. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari pengelolaan sampah adalah meningkatkan kesehatan masyarakat, sehingga pengelolaan sampah yang tidak ramah lingkungan akan menimbulkan gangguan bagi masyarakat dan tujuan dari pengelolaan sampah menjadi tidak tercapai.
2.13. BIDANG PEMERINTAHAN
2.13.1. Perencanaan Pembangunan
Sistem perencanaan pembangunan Kabupaten Aceh Jaya merupakan bagian dari sistem perencanaan pembangunan daerah Provinsi Aceh, dan dalam lingkup yang lebih luas merupakan bagian dari sistem perencanaan pembangunan Nasional. Oleh karenanya, hubungan antara berbagai dokumen perencanaan pembangunan daerah seyogyanya tidak boleh bertentangan dengan dokumen perencanaan pembangunan Provinsi aceh, bahkan harus diacu/diperhatikan dalam proses penyusunan maupun penetapannya. Sistem perencanaan pembangunan daerah juga merupakan kesatuan dengan sistem penganggaran daerah. Pengintegrasian sistem perencanaan pembangunan dengan sistem penganggaran ditujukan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Lima pendekatan yang digunakan dalam proses perencanaan pembangunan yaitu pendekatan politik, teknokratik, partisipatif,bottom up dan top down. Hal ini sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
2.13.2. Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan daerah dilakukan dalam rangka meningkatan penerimaan daerah secara berkesinambungan, sehingga mendorong kemampuan pembiayaan daerah yang mandiri. Penerimaan Kabupaten Aceh Jaya sangat erat kaitannya dengan pajak daerah, karena apabila dilihat berdasarkan struktur perekonomian maka sektor perindustrian merupakan sektor yang mendominasi ekonomi Kabupaten Aceh Jaya. Optimalisasi penerimaan pajak daerah, akan memperbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan indikator untuk mengukur tingkat kemandirian dan kemajuan ekonomi daerah serta keberhasilan daerah dalam menggali potensi pendapatan. Hingga tahun 2012, realisasi PAD Kabupaten Aceh Jaya, belum melebihi dari target yang direncanakan. Tercatat pertumbuhan PAD Kabupaten Aceh Jaya selama sepuluh tahun lalu mencapai 47,4%. Pertumbuhan PAD yang cukup besar tersebut dipengaruhi optimalisasi pengelolaan sumber-sumber PAD kabupaten yang terdiri dari 4 jenis. Adapun jumlah dan jenis pendapatan berdasarkan jenis pungutan terdiri dari: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli yang sah.
Table 2.30
Target dan Realisasi PAD Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2012
NO JENIS PAD TARGET REALISASI PERSEN
1 Pajak Daerah 4.617.500.000 2.651.008.000 57,41 2 Retribusi daerah 2.137.500.000 2.588.258.000 121,09
3 Hasil Pengelolaan Kekayaan
daerah yang Dipisahkan 2.800.000.000 2.917.579.000 104,20 4 Lain-Lain PAD 6.630.015.000 7.296.817.000 110,05
JUMLAH 16.185.015.000 15.453.662.000 95,48
Sumber : DPKKD kab. Aceh Jaya
2.13.3. Peraturan Daerah
Sejauh ini, pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah belum terlaksana secara optimal serta menghadapi beberapa kendala yang disebabkan adanya inkonsistensi peraturan perundang-undangan dari berbagai tingkat pemerintahan serta belum adanya peraturan untuk pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah secara komprehensif. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah, sepanjang tahun 2009-2012 telah ditetapkan sebanyak 47 Qanun. Disamping itu, telah dihasilkan pula 39 Keputusan DPRD dan 6 Keputusan pimpinan DPRD.
Perkembangan Jumlah Produk Hukum Yang Dihasilkan Kabupaten Aceh JayaTahun 2009-2012
No Tahun 2009 2010 2011 2012
1 Qanun 10 11 8 18
2 Keputusan DPRD 26 0 1 12
3 Keputusan Pimpinan
DPRD 1 0 2 3
Jumlah 37 11 11 33
Sumber : sekretariat DPRK kabupaten Aceh Jaya
2.13.4. Pelayanan Publik
Jaya untuk bidang sarana dan prasarana secara umum sudah berada di atas rata-rata, sehingga dapat dinyatakan bahwa pelayanan publik dapat dikatagorikan baik.
2.13.5. Sistem kelembagaan
Penyelenggaraan urusan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah sejak tahun 2011 telah didukung oleh sejumlah Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) sebagai bentuk organisasi perangkat daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, 13 Dinas, 3 badan, 5 kantor, 5 Sekretariat dan 9 Sekretariat Kecamatan. Namun sistem kelembagaan (organisasi) dan ketatalaksanaan (manajemen) Pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya tersebut masih memerlukan peningkatan kualitas; kondisi ini tercermin dari belum optimalnya koordinasi antar kelembagaan, sehingga pada tataran implementasi masih sering terjadinya tumpang tindih dan ketidakjelasan kewenangan, baik antar SKPK maupun antara Pemerintah Kabupaten, Propinsi dan Pusat.
2.13.6. Urusan Kepegawaian
Sumber daya manusia dalam lingkup pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya terdiri dari dari PNS dan TKK. Berdasarkan data mengenai jumlah pegawai negeri sipil (PNS) di Kabupaten Aceh Jaya menunjukan peningkatan setiap tahunnya. Namun dalam operasionalnya jumlah PNS tersebut masih terbatas untuk menjalankan kinerja pelayanan pemerintahan, sehingga untuk membantu operasional pelayanan pemerintahan, digunakan TKK. Pada tahun 2012 jumlah pegawai negeri sipil daerah sebanyak 3.042 orang yang terdiri atas golongan I sebanyak 61 orang, golongan II sebanyak 1.206 orang, golongan III sebanyak 1.448 dan golongan IV sebanyak 327 orang. Dalam era otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu faktor kuncinya terletak pada aparatur pemerintah yang menjalankan kegiatan pemerintahan. Untuk itu maka dalam menjalankan manajemen dan organisasi pemerintahan, perencanaan sumber daya manusia yang meliputi pengembangan organisasi, sistem perencanaan dan pengembangan karir menjadi mutlak diperlukan. Pengembangan karir yang bertumpu pada kinerja akan membantu mewujudkan kondisi pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan. Salah satu perencanaan sumber daya manusia adalah memberikan kesempatan untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2.13.7. Kearsipan
dan dokumen penting lainnya. Inti utama kearsipan adalah melestarikan arsip demi pemanfaatannya bagi kegiatan administrasi yang akan memiliki nilai memori dan historis yang tinggi bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya.
2.14. KOMUNIKASI DAN INFORMASI
Penerapan teknologi informasi dan komunikasi dapat memberikan nilai tambah dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Dalam lingkungan pemerintahan, penerapan teknologi informasi memunculkan istilah Electronik Government (e-Gov). E-government berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi (seperti: wide area network, internet, dan komunikasi bergerak) oleh lembaga pemerintah yang mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan hubungan pemerintah dengan warganya, pelaku dunia usaha (bisnis), dan lembaga pemerintah lainnya. Teknologi ini mempunyai tujuan yang beragam, antara lain: pemberian layanan pemerintahan yang lebih baik kepada warganya, peningkatan interaksi dengan dunia usaha dan industri, pemberdayaan masyarakat melalui akses informasi, serta manajemen pemerintahan yang lebih efisien. Penyiapan suprastruktur berupa sumberdaya manusia pengelola e-Government terus ditingkatkan setiap tahunnya melalui bintek-bintek seperti: bintek bank data, bintek e-proc, dan lain-lain, bagi operator pengelolae-Governmentsejalan dengan perkembangan teknologi.
pada tahun 2008 terdapat penambahan jaringan yang berupa instalasi jaringanAccess Point pada SKPK.
2.15. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Beberapa permasalahan yang terkait dengan perumahan dan permukiman di Kabupaten Aceh Jayaberupa:
a. Belum memadainya penyediaan perumahan bagi pekerja industri dan PNS. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat kepadatan permukiman yang sangat tinggi dengan kondisi sanitasi lingkungan yang cukup buruk dan terbatasnya ketersediaan air bersih.
b. Minat investasi yang kurang tepat lokasinya seperti di lokasi industri, serta di lokasi banjir.
c. Menurunnya kualitas permukiman. Hal ini dapat dilihat dari tingginya kepadatan penduduk yang tidak sesuai dengan rencana perkembangan jumlah penduduk pada saat merancang kawasan tersebut, dan ini menyebabkan infrastruktur yang disediakan sudah tidak lagi dapat melayani kebutuhan warga (seperti saluran drainase, pengelolaan air limbah dengan sistem perpipaan, supply air bersih, sampah, dan kemacetan di jalan raya).
2.16. RUANG/SPASIAL