• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH - DOCRPIJM 4bf3f8e555 BAB II2. BAB II Review RPJMD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH - DOCRPIJM 4bf3f8e555 BAB II2. BAB II Review RPJMD"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

II-1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Bab ini menjelaskan dan menyajikan secara logis dasar-dasar analisis yang disarikan dari analisis gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Informasi menganai kondisi umum daerah akan memeberikan gambaran mengenai kondisi saat ini sehingga dapat menjadi bahan dan pertimbangan untuk analisis berikutnya khususnya dalam perumusan isu – isu strategis pembangunan daerah kabupaten probolinggo. Namun demikian, tidak seluruh informasi dalam perumusan tentang gambaran umum kondisi daerah ditampilkan dalam penyajian, hanya informasi yang relavan dan penting saja yang perlu dicantumkan untuk mendapatkan fokus yang baik dalam dokumen ini. Suatu informasi dianggap relevan dan penting jika menjelaskan gambaran umum kondisi daerah yang selaras dan mendukung isu strategis, permasalahan pembangunan daerah, visi/misi kepala daerah, dan kebutuhan perumusan strategi.

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

Analisis pada aspek geografi Kabupaten Probolinggo perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah, dan kerentanan wilayah terhadap bencana. Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain mencakup perubahan penduduk, komposisi dan populasi masyarakat secara keseluruhan atau kelompok dalam waktu tertentu pada provinsi/kabupaten/kota. Berikut ini merupakan gambar tentang potensi pengembangan daerah yang mencakup beberapa faktor penunjang untuk dapat menganalisis potensi pengembangan daerah.

(2)

BAB II

II-2

2.1.1 Karakteristik dan Lokasi Wilayah

1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas wilayah Kabupaten Probolinggo lebih kurang 1.696,17 km², terdiri dari:

a). Pemukiman : 147,74 km² b). Persawahan : 373,13 km²

c). Tegal : 513,80 km²

d). Perkebunan : 32,81 km² e). Hutan : 426,46 km² f). Tambak/Kolam : 13,99 km² g). Lain-lain : 188,24 km²

Letak geografis daerah berbatasan dengan : • Utara : Selat Madura

• Timur : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso • Barat : Kabupaten Pasuruan

• Selatan : Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember

Sedangkan di sebelah Utara bagian tengah terdapat Daerah Otonom yaitu Kota Probolinggo.

2) Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu kabupaten yang

termasuk wilayah Provinsi Jawa Timur, berada pada posisi 7°40’- 8°10’

Lintang Selatan (LS) dan 112°50’-113°30’ Bujur Timur (BT). Secara geografis, Kabupaten Probolinggo terletak di lereng gunung-gunung yang membujur dari Barat ke Timur, yakni Pegunungan Tengger, Gunung Lamongan dan Gunung Argopuro.

3) Topografi

Kabupaten Probolinggo merupakan wilayah yang memiliki keragaman topografi berupa dataran rendah, perbukitan dan pegunungan, yang sebagian besar berada pada ketinggian antara 100 - 1.500 meter diatas permukaan laut. Menurut keadaan fisik wilayah Kabupaten Probolinggo terbagi atas 3 bagian yaitu:

(3)

BAB II

II-3

b. Perbukitan, berada pada ketinggian 500-1000 meter di atas permukaan laut, meliputi wilayah bagian tengah dan di sekitar kaki pegunungan, merupakan bentukan lereng dari pegunungan yang membujur dari arah Barat ke Timur;

c. Dataran rendah, berada pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut, meliputi wilayah pesisir dan dataran rendah membentang dari Barat sepanjang garis pantai Utara ke arah Timur kemudian membujur ke arah Selatan.

Untuk melihat lebih jelas kondisi ketinggian di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Ketinggian per Kecamatan di Kabupaten Probolinggo

No Kecamatan

Jumlah (Ha) 23.994,52 34.731,37 47.542,92 30.889,66 32.457,18 169.616,65

Porsentase (%) 14,14 20,47 27,28 18,21 19,88 100

(4)

BAB II

II-4

4) Geologi

Struktur geografis Kabupaten Probolinggo terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng-lereng gunung pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah yang berbeda. Sedangkan bentuk permukaan daratan di Kabupaten Probolinggo di klasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu :

a) Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0 – 100 m diatas permukaan laut. Daerah ini membentang di sepanjang pantai utara mulai dari Barat ke Timur kemudian membujur ke Selatan. b) Daerah perbukitan dengan ketinggian 100-1.000 m diatas permukaan

laut. Daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah sepanjang Pegunungan Tengger serta pada bagian selatan sisi Timur sekitar Gunung Lamongan.

c) Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan laut. Daerah ini terletak di sebelah Barat Daya yaitu sekitar Pegunungan Tengger dan sebelah Tenggara yaitu di sekitar Gunung Argopuro.

5) Hidrologi

(5)

BAB II

II-5

Tabel 2. 1

Panjang, Lebar, Debit Air dan Baku Lahan Sungai

Di Kabupaten Probolinggo

Sumber : Dinas PU Pengairan Kabupaten Probolinggo Tahun 2015

(6)

BAB II

II-6

mengalir terus-menerus sepanjang tahun. Sumber mata air tersebut terutama terdapat di Kecamatan Sumber, Sukapura, Tegalsiwalan, Dringu, Tiris dan Krucil.

Selain itu tercatat pula sumur yang umumnya berupa sumur gali dan beberapa sumur bor. Kedalaman dari sumur-sumur gali berkisar 3 – 30 m. Kedalaman ini berarti air tanah dangkal sampai sedang dan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, sedangkan kedalaman sumur bor yang merupakan air tanah dalam berkisar 40-200 m. Sumur bor yang sudah ada mempunyai debit yang cukup besar, sebagian untuk kebutuhan air minum dan sebagian besar lainnya diperuntukkan irigasi, hal ini mengingat pada saat musim kemarau sebagian besar daerah mengalami kekeringan.

Ditinjau dari sisi kedalaman air tanah, 62,56% dari luas wilayah Kabupaten Probolinggo memiliki kedalaman > 90 m; seluas 11,17% kedalaman air tanahnya antara 60 -90 m; dan selebihnya 26,27% mempunyai kedalaman air tanah < 60 m.

6) Klimatologi

Lokasi Kabupaten Probolinggo yang berada di sekitar garis katulistiwa menyebabkan daerah ini mengalami perubahan iklim dua jenis setiap tahun, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau berkisar pada bulan April hingga Oktober, sedangkan musim penghujan dari bulan Oktober hingga April.

Curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan Maret. Curah hujan selama tahun 2011 berkisar antara 1.100-1.700 mm untuk dataran rendah, dan berkisar 1.700-5.700 mm untuk dataran tinggi dengan rata-rata intensitas hujan sebesar 24,211 mm/hari. Jumlah curah hujan rata-rata dalam setahun di Kabupaten Probolinggo sebesar 1.713 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata 75.41 hari. Suhu udara beragam rata-rata antara 27C hingga 32C pada bagian Utara, sedangkan di wilayah pegunungan Argopuro dan Tengger, yaitu di Kecamatan Tiris, Krucil, Sumber dan Sukapura suhu udaranya berkisar antara 5C hingga 15C.

Di antara dua musim tersebut terdapat musim pancaroba, di mana biasanya ditandai dengan tiupan angin kering yang cukup kencang yang

(7)

BAB II

II-7

7) Penggunaan Lahan

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan sebagai fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Klasifikasi kawasan budidaya berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 – 2029 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. 2

Luas Peruntukan Kawasan Budidaya (Ha)

No Pola Ruang Wilayah Luas (Ha) Prosentase

(%)

1

Kawasan Hutan Produksi 23,971.50 2.54

a. Peruntukan Hutan Produksi Terbatas - -

b. Peruntukan Hutan Produksi Tetap - -

c. Peruntukan Hutan Produksi yang dapat dikonversi - -

2 Kawasan Hutan Rakyat - -

3

Kawasan Peruntukan Pertanian - -

a. Peruntukan Pertanian Lahan Basah 29,009.56 3.07

b. Peruntukan Pertanian lahan Kering 697,644.00 73.86

c. Peruntukan Peruntukan Hortikultura - -

4 Kawasan Peruntukan Perkebunan 28,137.58 2.98

5

Kawasan Peruntukan Perikanan - -

a. Peruntukan Perikanan Tangkap 51,908.79 5.50

b. Peruntukan Budi daya Perikanan 1,996.76 0.21

c. Peruntukan Kawasan Pengolahan Ikan - -

6

Kawasan Peruntukan Pertambangan - -

a. Peruntukan Mineral dan Batu Bara - -

b. Peruntukan Minyak dan Gas Bumi - -

c. Peruntukan Panas Bumi - -

d. Peruntukan Air Tanah di kawasan Pertambangan - -

7

Kawasan Peruntukan Industri - -

a. Peruntukan Industri Besar 77,801.00 8.24

b. Peruntukan Industri Sedang 1,204.53 0.13

c. Peruntukan Indutri Rumah Tangga - -

8

Kawasan Peruntukan Pariwisata - -

a. Peruntukan Pariwisata Budaya - -

b. Peruntukan Pariwisata Alam - -

c. Peruntukan Pariwisata Buatan - -

9

Kawasan Peruntukan Permukiman - -

a. Peruntukan Permukiman Perkotaan 4,715.23 0.50

b. Peruntukan Permukiman Perdesaan 12,052.56 1.28

10

Kawasan Peruntukan lainnya - -

a. Kawasan Peternakan - -

b. Kawasan Khusus - -

c. Rencana Pemanfaatan Lahan Kawasan Pesisir dan

(8)

besar (8.24%), perikanan tangkap (5.50%), serta.pertanian lahan basah (3.07%). Sedangkan lahan permukiman yang merupakan kawasan terbangun, baik di perkotaan dan perdesaan hanya meliputi (1.78%) dari seluruh luas lahan. Berdasarkan kondisi eksisting di Kabupaten Probolinggo Tahun 2017, kawasan budidaya dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2. 3

Kondisi Eksisting Kawasan Budidaya (Ha)

No Pemanfaatan Pola Ruang Luas (Ha) Prosentase (%)

1

Kawasan Peruntukan

Hutan Produksi 27331.3 28.05

2

Kawasan Peruntukan

Industri 162.28 0.17

3

Kawasan Peruntukan

Perikanan 2160.85 2.22

4

Kawasan Peruntukan

Perkebunan 6326.6 6.49

5

Kawasan Peruntukan

Permukiman 11729.3 12.04

6 Pertanian Lahan Basah 49735.5 51.04

Jumlah 97445.83 100.00

Sumber : Peninjauan Kembali RTRW Kab Probolinggo Tahun 2017

(9)

BAB II

II-9

perlindungan terhadap lahan pertanian terkait stabilitas pangan nasional. Peraturan ini juga menjadi salah satu bahan masukan yang harus diimplementasikan dalam peraturan tata ruang setempat.

Pembagian peran dalam mendukung ketahanan pangan nasional harus disikapi secara positif oleh tiap-tiap pemerintah daerah, termasuk didalamnya adalah Pemerintah Kabupaten Probolinggo. Peran yang diemban oleh Kabupaten Probolinggo dalam hal ini adalah kebijakan untuk tetap mempertahankan lahan pertanian beririgasi seluas + 38.269 Ha. Kebijakan tersebut telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 – 2029. Oleh karena itu penting untuk segera menetapkan suatu kebijakan terhadap permasalahan yang akan mengancam keberadaan lahan pertanian pangan agar tetap berkelanjutan.

Dalam rangka mendukung perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Probolinggo serta menjabarkan Perda RTRW dimaksud, maka pada tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Probolinggo telah menerbitkan Peraturan Daerah nomor 10 tahun 2015 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Probolinggo.

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

(10)

BAB II

II-10

Bromo Tengger Semeru. Jenis kawasan lindung di Kabupaten Probolinggo yang akan dikembangkan dalam 5 Tahun ke depan antara lain kawasan suaka alam, hutan lindung, sempadan sungai, dan sempadan pantai. Luas rencana kawasan lindung di Kabupaten Probolinggo sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010 - 2029 dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2. 4

Luas Peruntukan Kawasan Lindung (Ha)

No Pola Ruang Wilayah Luas (Ha) Prosentase (%)

1 Kawasan Hutan Lindung 22,650.800 0.96

2 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya:

a. Kawasan bergambut -

b. Kawasan resapan air 2,507.794 0.11

3 Kawasan perlindungan setempat:

a. Sempadan Pantai 1,087.622 0.05

4 Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya:

a. Kawasan Suaka Alam -

rawan banjir 1,461.072 0.06

c. Kawasan rawan bencana alam lainnya

 Abrasi Pantai 596,742.000 25.21

6 Kawasan lindung geologi:

(11)

BAB II

II-11

Sumber : Perda RTRW No. 3 Tahun 2011

Dari tabel 2.5 diatas, bahwa peruntukan lahan kawasan lindung di

Kabupaten Probolinggo digunakan untuk kawasan sekitar mata air (37.99%), kawasan rawan bencana alam lainnya – abrasi pantai (25,21%). Berdasarkan kondisi eksisting di Kabupaten Probolinggo Tahun 2017, kawasan lindung dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2. 6

Kondisi Eksisting Kawasan Lindung (Ha)

No Pemanfaatan Pola Ruang Luas (Ha) Prosentase (%)

1 Kawasan Hutan Lindung 23640.9 67.14 2 Kawasan Lindung Lainnya 7700.72 21.87

3

Kawasan Perlindungan

Setempat 3869.29 10.99

Jumlah 35210.91 100.00

Sumber : Peninjauan Kembali RTRW Kab Probolinggo Tahun 2017

Dari tabel 2.6 diatas dapat diamati bahwa di Kabupaten Probolinggo kondisi eksisting hutan lindung menempati wilayah paling luas dengan luas kawasan sebesar 67.14%. Hal ini disebabkan karena masih banyak kawasan di Kabupaten Probolinggo yang masih asri dan potensial untuk dijadikan kawasan tersebut.

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Adapun potensi pengembangan wilayah Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut.

a. Potensi kawasan hutan lindung di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Cagar Alam Pegunungan Argopuro.

b. Potensi kawasan perdagangan dan jasa yaitu lebih dari sepuluh buah pasar yang terdiri dari sepuluh jenis pasar (pasar buah, pasar sayur, pasar buah-sayur, pasar hewan, pasar hewan dan umum, pasar induk, pasar ikan/daging, pasar palawija, pasar pelelangan ikan, pasar sayur, dan pasar umum), potensi pasar Semampir yang ada di Kecamatan Kraksaan dan

(12)

BAB II

II-12

pasar kelas II yaitu 3 unit yaitu Pasar Maron, Pasar Leces, dan Pusat Perbelanjaan Kraksaan, potensi Pasar Bawang merah di Dringu.

c. Potensi kawasan pertambangan dan energi berupa PLTU Paiton sebagai salah satu sumber energi listrik Jawa-Bali dan pertambangan gas bumi terbesar di Jawa Timur yang terdapat di kawasan pegunungan Hyang/ pegunungan Argopuro.

d. Potensi kawasan industri kecil, industri kerajinan dan industri menengah. Potensi industri kecil dan kerajinan antara lain: industri konvensi di Tongas, indutri kerajinan meubel di Tongas dan Dringgu. Potensi industri menengah dan pergungan di sepanjang jalur Pantura terutama di Tongas, Dringu dan Paiton.

e. Potensi kawasan pariwisata berupa kawasan pariwisata alam (antara lain: Gunung Bromo, Pantai Bentar, Arung Jeram Sungai Pekalen dan Pulau Giliketapang) dan pariwisata budaya (antara lain:candi, upacara adat Kasodo, Upacara Larung Sesaji, Tarian kuda kecak, Tari Glipang).

f. Potensi kawasan perikanan antara lain kawasan perikanan darat (perikanan kolam dan keramba di Kecamatan Paiton, Krakasan, Pajarakan, Gending, Dringu, Tongas dan Sumberasih). Potensi kawasan perikanan laut di Kecamatan Paiton, Krakasan, Pajarakan, Gending, Dringu, Tongas, Sumberasih.

g. Potensi kawasan perkebunan sebagian besar terdapat di wilayah bagian selatan yaitu: tanaman semusim (antara lain:Tembakau, Tebu, Jarak, kapas, jahe) dan tanaman tahunan (antara lain: kelapa, kopi, aren, asem, cengkeh, lada, kapuk randu, jambu mente, pinang)

h. Potensi kawasan pertanian tanaman pangan pada umumnya terdapat di wilayah utara (misalnya: padi jagung, kedelai, kacang tanah) dan tanaman holtikultura pada umumnya terdapat di wilayah selatan (misalnya: kentang, kobis dan cabe, durian dan mangga).

i. Potensi kawasan peternakan sebagian besar terdapat di wilayah selatan antara lain: ternak besar (sapi, kuda, kerbau), ternak kecil (kambing, domba, babi) dan unggas (ayam ras, ayam kampung, itik, entok, kelinci).

(13)

BAB II

II-13

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana di Kabupaten Probolinggo merupakan wilayah yang sering dan atau mempunyai potensi bencana alam, seperti letusan gunung berapi, angin gending, banjir dan kebakaran yang disebabkan oleh alam.

 Letusan Gunung Berapi

Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang masih aktif mempunyai potensi di samping sebagai obyek wisata, juga dapat menimbulkan bencana letusan gunung berapi. Wilayah-wilayah yang masih berada dalam jangkauan letusan gunung berapi seperti Kecamatan Sukapura dan Kecamatan Sumber perlu mewaspadai aktifitas yang terjadi di kawah Gunung Bromo.

Kabupaten Probolinggo memiliki 2 buah gunung berapi yang berpotensi menimbulkan bencana yaitu Gunung Bromo dan Gunung Lamongan. Gunung Bromo merupakan gunung api yang sering meletus lemah, berupa letusan freatik atau magmatik tipe Stromboli. Material yang diletuskan berupa batu (pijar) dan hembusan gas beracun hanya terbatas disekeliling kawah atau dasar kaldera Lautan Pasir. Ancaman hujan abu lebat tidak lebih dari jarak 6 Km dari kawah Gunung Bromo.

 Tanah Longsor

Kawasan rawan bencana di Kabupaten Probolinggo berupa tanah longsor yang terdapat di berbagai kecamatan. Wilayah yang peka terhadap bahaya ini adalah wilayah yang memiliki tingkat erosi tinggi, kawasan pantai dan tanah-tanah gundul di kawasan hutan lindung, serta kawasan yang mempunyai kelerengan tanah lebih dari 40 %. Berdasarkan Studi identifikasi kawasan rawan bencana Kab. Probolinggo tahun 2007, kawasan dengan tipologi gerakan tanah tertinggi adalah Kecamatan Gading, Krucil, Lumbang, Pakuniran, Sukapura, Sumber, Kota Anyar dan Tiris.

 Banjir

(14)

BAB II

II-14

 Daerah Rawan Abrasi Laut

Kabupaten Probolinggo memiliki panjang kawasan pesisir sekitar 71,893 Km dan seperti kabupaten lain di Indonesia juga memiliki masalah dengan ekosistem pantainya terutama dengan masalah abrasi pantai.

Ada banyak faktor yang mengakibatkan sebuah pantai mengalami abrasi, dari sekian faktor yang mempengaruhi ada satu faktor yang sangat domininan yaitu ketahanan pantai itu sendiri dalam menghadapi gelombang air laut. Ketahanan pantai akan tercipta dengan sendirinya jika ekosistem di kawasan tersebut masih terjaga, salah satu ekosistem pantai yang berperan pengobatan pada korban bencana dan melakukan kerjasama dengan lintas penting dalam menciptakan ketahan pantai adalah keberadaaan dari hutan mangrove atau rawa di wilayah pantai tersebut.

Dari beberapa hal di atas maka, deliniasi kawasan rawan abrasi pantai dicari dengan menganalisa kawasan pantai yang tidak mempunyai vegetasi rawa atau mangrove di pesisirnya. Dari hasil analisa spasial pada peta tata guna lahan didapat distribusi kawasan rawan abrasi pantai meliputi Kecamatan-kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Kraksaan, Gending, Pajarakan dan Paiton.

 Bencana Angin Ribut.

Bencana angin puting beliung di Kecamatan Lumbang, angin puyuh di Kecamatan Krucil. Kegiatan penanggulangan yang dilakukan dengan melakukan survey lokasi bencana, memberikan sektor untuk mengatasi bencana susulan.

(15)

BAB II

II-15

(16)

BAB II

II-16

2.1.4 Demografi

Kabupaten Probolinggo, secara yuridis formal dibentuk dengan Undang– Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah–daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur. Adapun pembagian wilayah Kabupaten Probolinggo terdiri dari 24 Kecamatan, 325 Desa dan 5 Kelurahan, 1.375 Dusun, 1.643 RW)dan 5.869 Rukun Tangga.

Pada periode empat tahun terakhir, jumlah penduduk Kabupaten Probolinggo meningkat terus hingga mencapai 1.108.136 jiwa pada tahun 2012. Dengan luas wilayah sekitar 1.696,16 km2, maka kepadatan penduduk ini lebih tinggi dibandingkan tiga tahun sebelumnya yang masing-masing mencapai 616 jiwa per km2 (2009), 636 jiwa per km2 (2008), dan 631 jiwa per km2 (2007). Sedangkan perkembangan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin mulai tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. 7

Perkembangan Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Probolinggo Tahun 2012 – 2016

No Kecamatan Jumlah Penduduk

2013 2014 2015 2016

(17)

BAB II

II-17

Tabel 2.8

Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Probolinggo Tahun 2012 – 2016

No U R A I A N Ket 2012 2013 2014 2015 2016

1. Laki – laki Jiwa 546.287 550.390 554.345 558.150 561.855

2. Perempuan Jiwa 573.510 577.557 582.240 586.096 589.758

Jumlah Jiwa 1.119.797 1.127.947 1.136.585 1.144.246 1.151.613

Sumber: BPS Kabupaten Probolinggo ( Ket. *) Angka Sementara Tahun 2016

Dari tabel 2.7 dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah penduduk total dari tahun-ketahun cenderung mengalami peningkatan. Sedangkan dari tabel 2.8 dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah penduduk perempuan dalam lima tahun cenderung meningkat lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

Kecamatan Sumberasih merupakan kecamatan terpadat di Kabupaten Probolinggo dengan kepadatan 2.057 jiwa per km2. Kecamatan terpadat kedua adalah kecamatan Kraksaan dengan kepadatan 1.828 jiwa per km2. Kecamatan Kraksaan yang merupakan ibukota Kabupaten Probolinggo, mempunyai pertumbuhan penduduk pada tahun 2010 tercatat 0.87 persen. Tingkat pertumbuhan penduduk tercepat adalah di Kecamatan Kraksaan yakni sebesar 1,4 persen per tahun.

Dari jumlah penduduk yang ada, sebagian besar terdiri dari suku Madura dan Jawa yang mayoritas beragama Islam dan didukung oleh adanya keberadaan sejumlah Pondok Pesantren yang tersebar di beberapa Kecamatan. Sedangkan di Kecamatan Sukapura dan Sumber terdapat kelompok penduduk yang mempunyai sifat sosial dan budaya khas, yaitu suku Tengger dengan sebagian besar penduduknya beragama Hindu.

(18)

BAB II

II-18

2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dilakukan terhadap indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi provinsi, PDRB per kapita, indeks gini, pemerataan pendapatan versi Bank Dunia, Indeks Ketimpangan Williamson (indeks ketimpangan regional), persentase penduduk diatas garis kemiskinan, angka kriminalitas yang tertangani.

1) Pertumbuhan PDRB

Untuk mengetahui prestasi ekonomi makro suatu daerah dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat, yang secara umum diukur melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Meskipun bukan merupakan satu-satunya ukuran untuk menilai prestasi ekonomi suatu daerah, PDRB cukup representatif dan sangat lazim digunakan. PDRB mengukur total nilai barang dan jasa yang bisa dinikmati oleh suatu penduduk.

Berdasarkan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tertuang dalan System of National Account (SNA) 2008 bahwa Badan Pusat Statistik melakukan perubahan Tahun Dasar atas perhitungan pertumbuhan ekonomi dari Tahun 2000 menjadi Tahun 2010.

(19)

BAB II

II-19

Grafik 2.1

PERBANDINGAN HASIL PENGHITUNGAN PDRB ADHB dan ADHK

TAHUN DASAR 2000 DAN TAHUN DASAR 2010 (dalam juta Rp.)

Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo Tahun 2016

PDRB Perkapita

(20)

BAB II

II-20

Grafik 2.2

LAJU PERKEMBANGAN PDRB PERKAPITA KABUPATEN PROBOLINGGO (dalam Rp.)

0.00 5,000,000.00 10,000,000.00 15,000,000.00 20,000,000.00 25,000,000.00

2011 2012 2013 2014 2015 2016

15,230,778.68

16,837,170.36

18,545,944.60

20,442,534.98

22,515,291.24

24,406,716.71

PDRB PERKAPITA

Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo

2) Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Probolinggo

(21)

BAB II

II-21

Grafik 2.3

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN DASAR 2010 (dalam %)

Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo

Dari grafik diatas dapat kecenderungan pertumbuhan ekonomi kabupaten Probolinggo tahun 2012 – 2016 mengalami perlambatan yaitu pada tahun 2012 sebesar 6,44, tahun 2013 sebesar 5,15, tahun 2014 sebesar 4,90 dan tahun 2015 sebesar 4,76. Sedangkan pada tahun 2016, dengan angka sangat sementara, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Probolinggo mengalami percepatan dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 4.81%. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Probolinggo secara umum masih di bawah Jawa Timur.

Tabel 2.9

PERTUMBUHAN EKONOMI ATAS DASAR HARGA KONSTAN KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN DASAR 2010 (dalam %)

No. LAPANGAN USAHA 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,58 7,55 2,66 3,16 3,23 3,08

2 Pertambangan dan Penggalian 5,17 1,88 1,84 2,40 4,24 2,87

3 Industri Pengolahan 6,65 5,75 7,90 6,01 6,55 5,58

4 Pengadaan Listrik dan Gas 12,84 12,01 5,81 4,65 1,25 3,89

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

7,16 1,09 4,94 1,45 5,27 5,18

6 Konstruksi 7,65 7,92 6,91 6,15 2,49 5,17

7 Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,00 5,87 6,76 6,30 6,32 6,38

8 Transportasi dan Pergudangan 3,06 1,40 5,36 7,87 6,58 7,11

9 Penyediaan Akomodasi & Makan Minum

6,26 3,23 4,36 6,17 7,98 8,31

10 Informasi dan Komunikasi 6,13 8,00 9,50 8,02 6,59 7,67

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 6,02 7,60 9,23 6,16 6,45 7,04

12 Real Estate 6,73 6,38 6,72 6,54 4,94 5,23

13 Jasa Perusahaan 4,18 3,98 6,84 6,78 5,48 5,22

14 Administrasi Pemerintahan,

(22)

BAB II

II-22

15 Jasa Pendidikan 7,46 6,29 6,85 8,34 6,24 6,02

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 18,98 10,21 6,89 13,09 1,54 6,09

17 Jasa lainnya 5,73 2,91 5,02 4,98 4,95 4,84

Pertumbuhan Ekonomi 5,88 6,44 5,15 4,90 4,76 4,77

Ket : Tahun 2015* Angka sememtara Tahun 2016** Angka sangat sementara Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo.

2) Laju Inflasi

Selain variabel PDRB (sisi pertumbuhan), variabel ekonomi makro daerah lainnya yang seringkali menjadi indikator bagi perekonomian daerah adalah tingkat penyerapan tenaga kerja dan inflasi. Faktor-faktor lokal yang juga mempengaruhi perekonomian daerah adalah sumberdaya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan kewirausahaan. Pembangunan ekonomi daerah harus berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang ada di daerah tersebut melalui tingginya penyerapan tenaga kerja dan kestabilan tingkat harga-harga umum.

(23)

BAB II

II-23

Grafik 2.4

PERKEMBANGAN INFLASI KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2011-2016

6.05

2011 2012 2013 2014 2015 2016

INFLASI

Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo Tahun 2016

Tabel 2.10

INFLASI DAN ANDIL INFLASI (%) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2016 Kelompok Pengeluaran Inflasi Andil

Umum 2,51 2,5124

1. Bahan Makanan 1,08 0,3275

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 5,44 0,8499

3. Perumahan 5,97 0,9894

4. Sandang 6,73 0,3609

5. Kesehatan 4,65 0,2073

6. Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 3,77 0,2157

7. Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan -1,99 -0,4382

Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo Tahun 2016

Berdasarkan beberapa data yang telah di sajikan pada fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi diatas, permasalahan yang ada antara lain :

 Kondisi perekonomian di Kabupaten Probolinggo stagnan atau tetap yang artinya dapat memberikan pertumbuhan positif akan tetapi kenaikannya tidak terlalu mencolok

(24)

BAB II

II-24

Dari beberapa masalah yang tersebut diatas maka pemerintah Kabupaten Probolinggo perlu melakukan beberapa hal sebagai berikut ini :

 Meningkatkan pembangunan bidang perekonomian terutama sektor UKM yang dapat memacu laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Probolinggo.

 Meningkatkan kontribusi sektor yang lainnya terutama yang potensial dengan melakukan mengimplementasikan beberapa kajian yang pernah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Probolinggo terutama bidang ekonomi.

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

Kondisi sumber daya manusia dan sosial kemasyarakatan di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan sebaran Rumah Tangga Miskin (RTM). Indeks Pembangunan Manusia terdiri dari 3 komponen yaitu Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Daya Beli Masyarakat. Adapun kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Pada Tahun 2014 terjadi perubahan Metodologi penghitungan IPM. Hal ini disebabkan karena beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Diantaranya, angka melek huruf pada metode lama diganti dengan Angka Harapan Lama Sekolah, dan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB).

Besarnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Probolinggo Tahun 2011-2016 pada dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.11

NILAI IPM KABUPATEN PROBOLINGGO DAN KOMPONENNYA

No. INDEKS 2012 2013 2014 2015 2016

1. IPM 61,33 62,61 63,04 63,83 64,12

2. Angka Harapan Hidup (Tahun) 65,58 65,69 65,75 66,15 66,31

3. EYS / Angka Harapan Lama Sekolah

(Tahun) 10,91 11,32 11,60 12,04 12,05

4. MYS / Angka Rata-rata Lamanya

Sekolah (Tahun) 5,16 5,61 5,64 5,66 5,67

5. Pengeluaran Per Kapita /

Kemampuan Daya Beli (Ribu Rupiah) 9.721,20 9.847,45 9.876,57 9.976,00 10.170,0

(25)

BAB II

II-25

Berdasarkan skala internasional, capaian IPM Kabupaten Probolinggo untuk Tahun 2016 sebesar 64,12 termasuk dalam kategori sedang, dimana kategori sedang berkisar antara 60 – 70.

Secara umum pembangunan manusia di Kabupaten Probolinggo selama Periode 2012 - 2016 mengalami peningkatan baik kuantitas maupun kualitasnya. Perkembangan IPM menunjukkan peningkatan capaian IPM seiring dengan membaiknya perekonomian daerah. Peningkatan ini juga tidak lepas dari kinerja pemerintah yang terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu

Grafik 2. 5 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Probolinggo Tahun

2011-2016

Dari grafik diatas dapat dilihat nilai IPM dari Kabupaten Probolinggo dari tahun 2012-2016 mengalami peningkatan. Tetapi jika dibandingkan dengan IPM Jawa Timur, nilai IPM Kabupaten Probolinggo masih jauh dibawah angka IPM Jawa Timur. Hal ini mengindikasikan bahwa harus lebih banyak pembenahan dan peningkatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Probolinggo.

Fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni.

a. Angka rata-rata lama sekolah

(26)

BAB II

II-26

Tabel 2.12

Angka rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Probolinggo

Tahun 2012 2013 2014 2015 2016

Angka rata-rata lama sekolah (SD s/d SMA) 5,16 5,61 5,64 5,66 5,67

Sumber: Dinas Pendidikan/BPS, Tahun 2017

Dari tabel 2.12 dapat diketahui bahwa perkembangan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Probolinggo dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2012, angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Probolinggo yaitu 5,16 tahun, tahun 2013 yaitu 5,61 tahun, tahun 2014 yakni 5,64 tahun, tahun 2015 5,66 tahun dan tahun 2016 menjadi 5,67 tahun. Walaupun begitu, data ini menunjukkan bahwa dari segi rata-rata lama sekolah di Kabupaten Probolinggo masih di bawah rata-rata lama sekolah di Provinsi Jawa Timur dan jauh tertinggal dibandingkan dengan Kabupaten dan Kota lainnya di Jatim. Oleh karena itu untuk meningkatkan IPM maka peningkatan rata-rata lama sekolah anak-anak usia sekolah di Kabupaten Probolinggo layak diprioritaskan.

Tabel 2. 13

Perkembangan Pendidikan Dasar, Menengah Pertama dan Atas Kabupaten Probolinggo

Jumlah Murid Setingkat SD Orang 142.807 122.509 117.299 116.357 115.624

(27)
(28)

BAB II

II-28

No. U R A I A N Satuan 2012 2013 2014 2015 2016

- Ula Orang 119 - - - -

Jumlah Guru Setingkat SD Orang 14.876 11.765 10.950 11.072 10.950

(29)

BAB II

II-29

No. U R A I A N Satuan 2012 2013 2014 2015 2016

- MA Unit 477 206 271 322 466

Jumlah Kelas Setingkat SMA Unit 981 895 936 1.523 1.202

5 Angka Partisipasi - SD / MI sederajad

* APK Prosen 99,05 99,20 99,53 100,89 102,04

* APM Prosen 82,87 83,04 85,70 88,20 90,83

- SMP / MTs sederajad

* APK Prosen 80,72 81,37 84,31 93,19 95,34

* APM Prosen 68,23 69,37 74,35 74,98 77,00

- SMA / MA sederajad

* APK Prosen 52,83 53,47 51,31 52,76 60,84

* APM Prosen 29,05 31,58 31,58 36,01 42,01

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo, Tahun 2017

Berdasarkan beberapa data yang ada dalam fokus kesejahteraan sosial yang telah di paparkan diatas maka permasalahan di Kabupaten Probolinggo meliputi :

- Angka Partisipasi Kasar SMP masih rendah.

- Masih banyaknya anak yang tidak pernah sekolah, siswa yang tidak lulus SD, tidak melanjutkan ke SMP dan tidak lulus SMP.

- Belum semua lembaga memiliki perpustakaan sekolah. - Belum ada sekolah yang berstandart internasional.

- Sangat terbatasnya anggaran yang tersedia melalui APBD, sehingga tidak menjangkau kesemua lembaga sekolah.

- Sarana belajar yang sudah rusak/tidak berfungsi dan belum ada penggantinya.

- Minimnya tenaga kependidikan/guru yang mampu membuat alat peraga sendiri.

- Terbatasnya dana, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pada semua lembaga sekolah.

- Kurangnya sarana transportasi untuk pemantauan dan pembinaan bagi pelaksana teknis ke lapangan.

- Belum keseluruhan guru yang berada di daerah terpencil/sulit memperoleh bantuan transport.

- Terbatasnya sarana dan prasarana lembaga TK.

- Banyaknya ruang kelas dan mebeler khususnya untuk lembaga SD yang rusak berat.

(30)

BAB II

II-30

lembaga SD, belum memenuhi rasio kebutuhan jumlah murid 1 : 1.

2.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Analisis kinerja atas seni budaya dan olahraga dilakukan terhadap indikator-indikator: jumlah grup kesenian, jumlah klub olahraga dan jumlah gedung olahraga. Peningkatan kuantitas pemuda merupakan hal positif bila dikelola dengan baik agar aktif, kreatif, dan produktif. Namun dapat menjadi hal negatif bila tidak dikembangkan dan dilatih dengan tepat. Maka dari itu Pemerintah Kabupaten Probolinggo melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo serta Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Probolinggo melaksanakan program pengembangan kreatifitas, kewirausahaan dan kemandirian serta peningkatan peran serta Pemuda dalam pembangunan, dan diarahkan untuk pengembangan kebijakan manajemen, pemasyarakatan, pembinaan, pemassalan dan peningkatan prestasi olah raga. Peningkatan prestasi olah raga diawali dengan mendirikan pusat pendidikan olah raga dan membangun infrastruktur olah raga. Adapun rinciannya sebagai berikut :

Tabel 2. 14

Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga

Kabupaten Probolinggo

Tahun 2012-2016

No Capaian Pembangunan 2012 2013 2014 2015 2016

1 Jumlah grup kesenian 6 6 7 8 9

2 Jumlah gedung kesenian - - - - -

3 Jumlah klub olahraga (SSB) 264 271 312 336 336

4 Jumlah gedung olahraga 1 1 1 1 1

Sumber : Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga, Tahun 2017

(31)

BAB II

II-31

Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 15

Jumlah Sarana dan Prasarana Olahraga Kabupaten Probolinggo

Sumber : Kantor Pemuda dan Olah Raga, Tahun 2017

Dari data yang telah disajikan diatas dapat dianalisis permasalahan fokus seni budaya dan olahraga yang ada di Kabupaten Probolinggo antara lain :

A. Seni Budaya

Permasalahan yang dihadapi antara lain :

- Terbatasnya atraksi seni budaya daerah, yang bisa diakses dan dinikmati sebagai atraksi budaya oleh wisatawan.

- Terbatasnya sarana dan prasarana pengembangan dan pelestarian seni budaya daerah.

- Terbatasnya kendaraan dinas operasional yang bisa digunakan sebagai sarana mobilitas dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari.

Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain :

(32)

BAB II

II-32

- Pengadaan sarana dan prasarana penunjang pengembangan dan pelestarian seni budaya daerah.

- Penambahan sarana kendaraan dinas/operasional untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan.

B. Olahraga

Permasalahan yang dihadapi antara lain :

- Terbatasnya pengetahuan manajemen organisasi bagi pengurus organisasi. Masih rendahnya semangat kepeloporan pemuda di bidang pendidikan, teknologi pedesaan, seni dan budaya, kewirausahaan serta kebaharian.

- Keterbatasan pemberian pelayanan kepada organisasi kepemudaan, khususnya kuantitas (jumlah) pengurus organisasi kepemudaan yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. Pada Tahun 2012 program pembinaan.

- Organisasi Kepemudaan hanya mampu memberikan out put sebanyak 48 pengurus organisasi kepemudaan. Jumlah ini sangatlah kecil jika

dibandingkan dengan jumlah pengurus organisasi kepemudaan se – Kabupaten probolinggo, baik tingkat Kabupaten, Kecamatan maupun

Desa.

- Terbatasnya data dan informasi tentang organisasi kepemudaan dan pemuda pada umumnya.

- Program Kewirausahaan Pemuda pada Tahun 2012, dengan kegiatan

pendidikan dan Pelatihan rias manten dan jumlah peserta hanya 20 orang, yang terdiri dari remaja putri se kabupaten Probolinggo.

Sedangkan angka pengangguran yang ada relatif tinggi. Keterbatasan dana menjadi permasalahan dalam upaya pembinaan, fasilitasi dan penumbuhkembangan kewirausahaan pemuda.

- Masih rendahnya semangat kepeloporan pemuda di bidang kewirausahaan, kependidikan, kelautan dan kebaharian, kebudayaan, kesenian dan pariwisata serta bidang teknologi tepat guna.

- Terbatasnya sumber daya manusia bidang keolahragaan dalam rangka menunjang pemassalan Cabang Olahraga dan pembibitan atlet berbakat serta intensifikasi program pembinaan olahraga prestasi.

- Terbatasnya dukungan dana, dan kurang fokusnya upaya peningkatan prestasi olahraga di Kabupaten Probolinggo.

(33)

BAB II

II-33

- Kurangnya sarana dan prasarana keolahragaan yang memadai dalam rangka peningkatan pembinaan olahraga prestasi.misalnya keberadaan Stadion Gelora Merdeka Kraksaan yang masih belum memiliki fasilitas Cabang Olahraga Atletik.

2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM

Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib

a. Angka Partisipasi Sekolah

Keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan dapat dilihat berdasarkan perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). Indikator APM ini mencerminkan perbandingan jumlah siswa yang bersekolah di jenjang tertentu dengan usia tertentu dibanding dengan jumlah penduduk usia sekolah tertentu. Berikut perkembangan Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Probolinggo.

Tabel 2. 16

Perkembangan APM dan APK Kabupaten Probolinggo

Tahun 2012-2016

Uraian Satuan 2012 2013 2014 2015 2016

Angka Partisipasi

- SD / MI sederajad

* APK (%) 99,05 99,20 99,53 100,89 102,04

* APM (%) 82,87 83,04 85,70 88,20 90,83

- SMP / MTs sederajad

* APK (%) 80,72 81,37 84,31 93,19 95,34

* APM (%) 68,23 69,37 74,35 74,98 77,00

- SMA / MA sederajad

* APK (%) 52,83 53,47 51,31 52,76 60,84

* APM (%) 29,05 31,58 31,58 36,01 42,01

(34)

turun menjadi 69,37% pada tahun 2013, naik menjadi 74,35% pada tahun 2014, dan 74,89% pada tahun 2015 dan 77,00% pada tahun 2016. Sedangkan perkembangan APK selalu meningkat dari tahun ke tahun. Angka ini bila dibandingkan dengan APK Provinsi Jawa Timur masih lebih rendah. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya partisipasi masyarakat Kabupaten Probolinggo dalam pendidikan.

b. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah

Kondisi perkembangan jumlah murid dan jumlah sekolah rata-rata semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan upaya pemenuhan perataan distribusi pendidikan wajib belajar 9 tahun. Rincian lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. 17

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Probolinggo Tahun 2012-2016

(35)
(36)

BAB II

II-36

Dari tabel tersebut pula menunjukkan adanya peningkatan ketersediaan jumlah sekolah yang ada di Kabupaten probolinggo. Hal ini mengindikasikan adanya perkembangan pembangunan sarana dan prasarana bidang pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Probolinggo.

c. Rasio guru/murid

Rasio jumlah murid dan guru pada jenjang pendidikan SD/MI dan SMP/MTs tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. 18

Tabel Rasio Guru dan Murid Tahun 2016

(37)

BAB II

II-37

Berdasarkan tabel diatas, besarnya rasio jumlah guru terhadap jumlah murid tahun 2016 untuk SD/MI sebesar 1 : 12 sedangkan untuk SMP/MTs adalah sebesar 1 : 10.

Fokus layanan urusan wajib merupakan salah satu aspek dari pelayanan umum yang perlu diperhatikan secara serius oleh pemerintah daerah karena fokus ini merupakan cermin keberhasilan pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan nantinya. Dari beberapa data yang telah disajikan di atas, dapat dianalisis bahwa permasalahan yang dihadapi pada fokus layanan urusan wajib di Kabupaten Probolinggo antara lain :

 Masih rendahnya partisipasi masyarakat Kabupaten Probolinggo dalam pendidikan dibandingkan Kabupaten dan Kota lainnya.

 Belum maksimalnya fungsi sarana dan prasarana pendidikan yang telah berkembang cukup baik di Kabupaten Probolinggo

 Dibutuhkannya banyak tenaga pengajar yang berkualitas untuk menunjang semakin meningkatnya jumlah murid dari tahun ke tahun.  Kurangnya sarana laboratorium IPA untuk SLTP.

 Belum optimalnya peran serta masyarakat, dunia usaha, dewan pendidikan dan Komite sekolah.

 Masih terdapatnya sejumlah guru yang belum memiliki kelayakan mengajar secara akademis dan yang belum bersetifikat profesi.

 Terbatasnya sarana dan prasarana perpustakaan (ruang baca, mebelair dan koleksi buku, komputer, mobil perpustakaan keliling).

 Masih belum meratanya penepatan guru di daerah sulit.

 Kompentensi guru dan pengawas sekolah masih perlu ditingkatkan.

 Kemitraan dengan masyarakat dan dunia usaha dalam proses belajar mengajar masih perlu ditingkatkan.

 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam hal ini ICT sekolah belum maksimal.

Dari beberapa masalah yang telah dipaparkan diatas dapat dianalisis beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain :

 Peningkatan sarana dan prasarana TK secara bertahap.

 Rehabilitasi sarana dan prasarana yang rusak secara bertahap, utamanya diprioritaskan pada sekolah yang rusak berat.

(38)

BAB II

II-38

 Pengadaan sarana transportasi kendaraan dinas roda dua untuk cabang dinas dan pengawas sekolah.

 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha dalam pendidikan.

 Peningkatan peran dewan pendidikan dan komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.

 Peningkatan kompetensi tenaga kependidikan melalui program beasiswa penyetaraan PGSD dan S1 serta meningkatkan kompetensi guru dan pengawas sekolah.

 Mengikutkan program sertifikasi guru.

 Peningkatan kualitas dan kuantitas layanan Mobil Perpustakaan Keliling.  Pemerataan penempatan guru di daerah sulit.

 Meningkatkan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah serta kemitraan dengan masyarakat dan dunia usaha dalam proses belajar mengajar. d. Angka kelangsungan hidup bayi

Angka kelangsungan hidup bayi adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun, dalam kurun waktu setahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kelangsungan hidup bayi di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2012 sebesar 987,57 per 1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2013 sebesar 988,96, tahun 2014 sebesar 987,22., tahun 2015 sebesar 986,45, dan pada tahun 2016 sebesar 987,55.

e. Angka harapan hidup

Angka harapan hidup adalah merupakan peluang lama hidup umur seseorang pada waktu dilahirkan. Angka harapan hidup di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2012 sebesar 65,58 tahun, tahun 2013 sebesar 65,69 tahun, tahun 2014 sebesar 65,75 tahun, tahun 2015 sebesar 66,15 sedangkan tahun 2016 sebesar 66,31.

f. Persentase balita gizi buruk

(39)

BAB II

II-39

Gambaran lebih lanjut mengenai capaian indikator kinerja Urusan Kesehatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.19

Capaian Indikator Kinerja Urusan Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2012-2016

No Urusan Kesehatan 2012 2013 2014 2015 2016

1 Rasio posyandu per 1.000 balita 14,43 14,43 14,31 14,67 18,48 2 Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per 1000

penduduk

0,0449 0,0450 0,0447 0,0444 0,0441

3 Rasio Rumah Sakit per 10.000 penduduk 0,0546 0,0534 0,0530 0,0530 0,0523 4 Rasio dokter per 1.000 penduduk 0,05 0,05 0,049 0,048 0,089 5 Rasio tenaga medis per 1.000 penduduk 0,087 0,087 0,082 0,090 0,159 6 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 97,53 112,94 119,3 133,71 129,49 7 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

87,23 87,11 88,28 96,54 95,02

8 Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

98,79 97,88 98,48 89,53 78,8

9 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 10 Cakupan penemuan dan penanganan penderita

penyakit TBC BTA

80,12 72,65 66,22 93,64 75,61

11 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, Tahun 2017

g. Angka sengketa pengusaha pekerja per tahun

Pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 tidak ada sengketa pengusaha pekerja di Kabupaten Probolinggo.

h. Keselamatan dan perlindungan

Tabel 2.20

Capaian Indikator Kinerja Urusan Kesehatan Kabupaten Probolinggo

Tahun 2013-2016

No Uraian 2013 2014 2015 2016

Pengusaha Pekerja Pengusaha Pekerja Pengusaha Pekerja Pengusaha Pekerja

1 BPJS Kesehatan 4% 1% 4% 1% 4% 1% 4% 1% 2 BPJS

Ketenagakerjaan 3.70% 2% 3.70% 2% 3.70% 2% 3.70% 2%

(40)

BAB II

II-40

i. Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah Pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 tidak ada perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah.

j. Rasio penduduk yang bekerja

Rasio penduduk yang bekerja di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2012 adalah sebesar 0,76; tahun 2013 sebesar 0,61; tahun 2014 sebesar 0,84; tahun 2015 sebesar 0,69 dan pada tahun 2016 belum ada data.

2.3.2 Fokus Pelayanan Pilihan

a. Luas Tanam dan Produksi Padi dan bahan pangan utama

Data mengenai Luas Tanam dan produksi padi dan bahan pangan utama di Kabupaten Probolinggo tahun 2012 sampai dengan 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.21

Luas Tanam Padi dan Bahan Pangan Utama

di Kabupaten Probolinggo

Tahun 2012-2016 (dalam Ha)

No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

1.1. Padi 54.521 62.058 60.114 60.729 68.178

1.2. Jagung 67.630 56.675 59.498 52.180 57.829

1.3. Bawang Merah 4.075 5.865 6.889 6.127 5.743

1.4 Kentang 4.705 3.855 4.158 5.723 3.013

1.5 Kubis 2.117 1.662 1.051 2.156 2.735

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo, Tahun 2017

Tabel 2.22

Produksi Padi dan Bahan Pangan Utama

di Kabupaten Probolinggo

Tahun 2012-2016 (dalam Ton)

No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

1.1. Padi 316.423 329.391 335.232 354.121 363.724 1.2. Jagung 322.921 294.977 251.004 247.317 322.921 1.3. Bawang Merah 42.966 46.998 57.042 49.022 40.234

1.4 Kentang 48.578 64.563 39.087 41.054 32.949 1.5 Kubis 48.770 28.872 22.225 251 33.132

(41)

BAB II

II-41

b. Kontribusi sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terhadap PDRB

Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan sektor yang strategis bagi Kabupaten Probolinggo. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikananmemegang peranan penting yaitu sebagai sumber penyediaan bahan pangan, penyediaan lapangan kerja, dan juga pemberi input bagi sektor industri. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan sektor yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terhadap PDRB Kabupaten Probolinggo sebagaimana tabel dibawah ini :

Tabel 2.23

Kontribusi Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Terhadap PDRB Atas Dasar

Harga Berlaku Tahun 2012 – 2016 (dalam %)

No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 *

1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan

Jasa Pertanian 33,37 32,66 32,16 31,95 31,51

a. Tanaman Pangan 11,65 11,35 10,89 11,04 10,67

b. Tanaman Hortikultura Semusim 3,82 3,42 3,29 3,20 3,54

c. Perkebunan Semusim 1,94 1,88 1,79 1,60 1,53

d. Tanaman Hortikultura Tahunan dan

Lainnya 2,09 2,01 2,05 2,08 2,14

e. Perkebunan Tahunan 6,28 6,26 6,25 6,23 5,94

f. Peternakan 6,94 7,09 7,22 7,08 6,97

g. Jasa Pertanian dan Perburuan 0,65 0,65 0,68 0,73 0,72

2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 1,62 1,62 1,60 1,59 1,32

3 Perikanan 4,23 4,50 4,71 4,73 4,74

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 39,21 38,78 38,46 38,26 37,57

Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo, Tahun 2017

Ket : * Angka Sementara

c. Kontribusi sektor Industri Pengolahan terhadap PDRB

(42)

BAB II

II-42

Tabel 2.24

Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB

Tahun 2012-2016 (dalam %)

No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016*

1 Industri Batubara dan Pengilangan Migas - - - - -

a. Industri Batu Bara - - - - -

b. Industri Pengilangan Migas - - - - -

2 Industri Makanan dan Minuman 13,43 13,60 13,68 14,53 15,10

3 Pengolahan Tembakau 0,51 0,52 0,53 0,54 0,55

4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 0,44 0,45 0,45 0,43 0,43

5 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas

Kaki 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

6

Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

4,56 4,78 4,83 4,41 4,00

7 Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman

0,94 0,88 0,86 0,84 0,81

8 Industri Kimia, Farmasi dan Obat

Tradisional 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

9 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

10 Industri Barang Galian bukan Logam 0,21 0,21 0,21 0,20 0,19

11 Industri Logam Dasar - - - - -

12 Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik

0,08 0,09 0,09 0,09 0,08

13 Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL - - - - -

14 Industri Alat Angkutan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

15 Industri Furnitur 0,80 0,83 0,84 0,82 0,79

16 Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi

dan pemasangan mesin dan peralatan 0,13 0,12 0,13 0,12 0,11

Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo, Tahun 2017

(43)

BAB II

II-43

d. Cakupan bina kelompok

Tabel 2.25

Cakupan Bina Kelompok Pengrajin dan Pedagang/Usaha Informal

Di Kabupaten Probolinggo

Tahun 2012-2016

No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

1 Cakupan Bina Kelompok

Pengrajin 0,01 % 0,02 % 0,02 % 0,02 % 0,02 %

2 Cakupan Bina Kelompok Pedagang/Usaha Informal

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Probolinggo, Tahun 2017

e. Kontribusi sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDRB

Komoditi yang dicakup dalam sektor ini adalah minyak, gas dan bumi, batubara dan lignit, bijih logam, serta segala jenis pertambangan dan penggalian lainnya. Sektor Pertambangan dan Penggalian bukan merupakan penyumbang kontribusi besar di Kabupaten Probolinggo yaitu hanya sebesar rata-rata dibawah 3 % selama tahun 2012 sampai dengan 2016. Data mengenai kontribusi sektor pertambangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.26

Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDRB dan

Pertambangan Tanpa Ijin

Di Kabupaten Probolinggo

Tahun 2012-2016 (dalam %)

No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

1 Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB-ADHB

2,51 2,34 2,31 2,30 2,25

2 Pertambangan tanpa ijin - 15 % 45 % 38 % 55 %

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Dinas PU Pengairan Kabupaten Probolinggo, Tahun 2017

f. Jumlah investasi berskala nasional (PMDN/PMA)

(44)

BAB II

II-44

luar negeri dilaksanakan untuk meningkatkan ketrampilan masyarakat hingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat dan kesejahteraan masyarakat serta konsumen terlindungi sesuai dasar peraturan perundang-undangan. Organisasi Perangkat Daerah yang melaksanakan Urusan Pilihan Perindustrian adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Probolinggo.

Adapun program-program pengembangan industri adalah Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah; Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri; Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial; Program Peningkatan Kemampuan SDM Industri; Program Pengembangan Kemitraan; dan Program Peningkatan Standarisasi Produk Industri.

Perkembangan PMDN/PMA tahun 2012-2016 di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.27

Perkembangan PMA/PMDN Tahun 2012 - 2016

Tahun PMA PMDN JUMLAH INVESTASI

2012 $ 7.226.365.557 Rp. 668.312.973.975

2013 $ 9.026.365.000 Rp. 868.312.900.000 Rp. 109.919.457.061.076,00

2014 $ 9.026.365.000 Rp. 895.153.198.440 Rp. 109.946.297.359.516,00

2015 $ 9.565.584.710 Rp. 901.175.875.150 Rp. 134.819.361.815.150,00

2016 Rp. 66.450.682.332.200 Rp. 1.163.477.084.952 Rp. 67.829.556.547.152,00

Sumber : Kantor Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Probolinggo, Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2.23 menunjukkan jumlah investasi berskala Nasional (PMDN/PMA) meningkat dari tahun 2012 hingga 2016. Melalui program-program investasi seperti program-program perijinan satu pintu; program-program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi; program pameran investasi, dan program lainnya, Pendapatan Asli Daerah juga berhasil meningkat.

Dari beberapa data yang telah dijabarkan dalam fokus pelayanan pilihan berikut ini adalah beberapa masalah yang di hadapi oleh pemerintah Kabupaten Probolinggo :

Permasalahan yang dihadapi antara lain :

- Masih rendahnya tingkat kesadaran pengusaha dan pelaku ekonomi lainnya dalam mengurus perijinan.

(45)

BAB II

II-45

- Terbatasnya SDM yang memiliki kemampuan dan wawasan mengenai prosedur pelayanan publik dan penanaman modal.

Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain :

- Diadakan sosialisasi mengenai tatacara dan pelayanan perijinan di Kabupaten Probolinggo.

- Peningkatan kualitas pelayanan publik serta memperbaiki dan merehabilitasi fasilitas dan sarana yang telah ada.

- Meningkatkan kemampuan personil melalui pelatihan-pelatihan dan workshop tentang perijinan dan penanaman modal.

Pelimpahan sebagian wewenang Bupati kepada Camat telah dilakukan pada tahun 2015 sesuai Peraturan Bupati Probolinggo nomor : 30 tahun 2015, antara lain adalah Ijin HO dan IMB yang dilakukan melalui Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) dan telah dilakukan di 24 kecamatan.

2.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH

2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Perekonomian Kabupaten Probolinggo masih didominasi oleh 3 sektor besar, antara lain Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 37,57%; Sektor Industri Pengolahan 22,08% dan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 12,18%.

Dari perspektif kesejahteraan masyarakat, kenaikan pendapatan regional perkapita memiliki makna sebagai kenaikan status ekonomi masyarakat pula. Dengan lain kata, kondisi empiris tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian daerah Kabupaten Probolinggo memang mengalami pergerakan positif hingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan penduduknya.

a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita (angka konsumsi RT per kapita)

(46)

BAB II

II-46

Tabel 2. 28

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita Penduduk

Kabupaten Probolinggo

Tahun 2012-2016

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

Rata-rata

Pengeluaran 233.075 264.362 273.035 291.263 302.151

Pengeluaran

Makanan(%) 55.59 51.35 52.58 50.79 55.13

Sumber : BPS Provinsi Jatim, Tahun 2017

Grafik 2. 6 Rata-rata Pengeluaran Penduduk Kabupaten Probolinggo Tahun

2012-2016

b. Nilai tukar petani

Data nilai tukar petani di Jawa Timur tahun 2012-2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. 29

Nilai Tukar Petani di Jawa Timur Tahun 2012-2016

Tahun Tanaman

Pangan

Tanaman Holtikultura

Tanaman Perkebunan

Rakyat

Peternakan Perikanan Gabungan Jawa Timur

2012 (rata-rata) 101.98 103.46 107.66 105.41 106.58 103.83

2013 (rata-rata) 103.25 102.77 104.73 107.81 106.75 104.59

2014 (rata-rata) 99.57 104.87 103.72 111.17 106.68 104.87

2015 (rata-rata) 100.34 103.85 101.28 111.35 105.63 104.84

2016 (rata-rata) 102.05 103.73 100.02 11.02 106.09 104.62

Sumber : BPS Provinsi Jatim, Tahun 2017

(47)

BAB II

II-47

penurunan yang signifikan. Sedangkan nilai tukar petani untuk sektor perikanan, perubahannya tidak begitu besar. Untuk konteks keseluruhan Jawa Timur, nilai tukar petani dari tahun 2012 hingga 2016 mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

d. Sapi Induk Wajib Bunting (SIWAP)

Upaya Khusus Percepatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting (UPSUS SIWAB), merupakan program pemerintah pusat, dalam hal ini Kementrian Pertanian yang bertujuan untuk mengakselerasi percepatan target pemenuhan populasi sapi potong dalam negeri. Program tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting yang ditandatangani Menteri Pertanian pada tanggal 3 Oktober 2016. Adapun rangkaian kegiatan – kegiatan pada program tersebut terdiri dari : Indentifikasi Status Reproduksi Akseptor (ISRA), Penanggulangan Gangguan Reproduksi (Gangrep), Pelayanan Inseminasi Buatan (IB),Pemenuhan Semen Beku dan N2 cair, Pengendalian Betina Produktif dan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak

UPSUS SIWAB di Kabupaten Probolinggo merupakan bentuk percepatan peningkatan populasi sapi menuju ketahanan pangan hewani untuk tercapainya swasembada ternak dengan sasaran adalah :

1. Ternak sapi kerbau betina usia produktif milik masyarakat;

2. Sapi betina produktif milik masyarakat yang tidak bisa bunting karena mengalami gangguan reproduksi;

3. Ternak sapi dan kerbau betina usia produktif milik masyarakat dengan status reproduksi normal dan tidak bunting;

4. Ternak sapi dan kerbau betina usia produktif milik masyarakat dengan status reproduksi tidak normal/tidak produktif infausta;

(48)

BAB II

II-48

Tabel 2.30

Target dan Capaian Program UPSUS SIWAB di Kabupaten Probolinggo

TAHUN 2016

1 Indentifikasi Status

Reproduksi Akseptor (ISRA) - 39.347 27.425 69.70

2 Penanggulangan Gangguan

Reproduksi (Gangrep)

Sapi perah 750 750 100

Sapi

potong 5.180 5.180 100

Sumber: DPPKB Kabupaten Probolinggo, 2017

e. Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita (Persentase konsumsi RT untuk non pangan).

Data pengeluaran Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita (persentase konsumsi RT untuk non pangan) Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. 31

Pengeluaran Konsumsi Non Pangan per Kapita Kabupaten Probolinggo Tahun 2012-2016

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

Rata-rata

Pengeluaran 186.199 264.438 249.229 282.173 245.907

Pengeluaran

Non-Makanan(%) 44.41 48.65 47.72 49.21 44.87

Sumber : BPS Provinsi Jatim

(49)

BAB II

II-49

2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Fasilitas wilayah/Infrastruktur merupakan penunjang daya saing daerah dalam ketersediaan (availability) fasilitas untuk mendukung aktivitas ekonomi di berbagai sektor pada suatu daerah atau antar-daerah (wilayah). Semakin lengkap ketersediaan fasilitas wilayah/infrastruktur, maka semakin kuat daya saing daerah.

a. Fasilitas Wilayah

Kawasan hutan lindung di Kabupaten Probolinggo seluas 22,65.80 Ha. Untuk kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya adalah 2,507.794 Ha. Terkait dengan kawasan perlindungan setempat (sempadan pantai sempadan sungai, dan lain-lain) seluas 1,422,846.419 Ha. Di samping itu, terdapat hutan konservasi seluas 11.052,37 Ha, cagar alam seluas 18,8 Ha.

b. Perhubungan

Kebutuhan akan sarana transportasi dan perhubungan untuk angkutan penumpang di Kabupaten Probolinggo dilayani oleh armada bus baik antar kota maupun antar provinsi, minibus/angkutan pedesaan dan angkutan kota. Sedangkan untuk sarana transportasi angkutan barang dipenuhi oleh truk dan mobil pick up/box. Adapun capaian kinerja urusan perhubungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. 32

Capaian Kinerja Urusan Perhubungan Kabupaten Probolinggo

Tahun 2012-2016

Indikator Kinerja Pembangunan Daerah

Capaian kinerja

Satuan 2012 2013 2014 2015 2016

Pelayanan Ijin trayek Unit 100 100 103 103 103

Jumlah uji kir angkutan

umum Buah 6.100 6.140 6.145 6.420 7.095

Lama pengujian kelayakan

angkutan umum (KIR) Menit 15 15 15 15 10

Biaya pengujian kelayakan

angkutan umum Rp 85.000 85.000 85.000 85.000 85.000

Jumlah terminal/sub terminal Unit 3 3 3 3 3

Gambar

Tabel 2.1 Ketinggian per Kecamatan di Kabupaten Probolinggo
Tabel 2. 4
Tabel 2. 6
Gambar 2.2 Peta Kawasan Rawan Bencana Kab. Probolinggo
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam hal rumah/tempat dipakai untuk keperluan lain dari pada untuk tempat tinggal (untuk toko, perusahaan dan sebagainya) maka besarnya/luasnya rumah/tempat pengganti

Gyyas Putra, 2009.. Dalam menganalisis dan menginterpretasikan data penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bermaksud untuk

secara umum masyarakat wajib pajak kendaraan bermotor Unit Pelayanan Pendapatan Tapung memberikan gambaran sikap petugas sudah lumayan baik dan ramah, tetapi ada

Hasil penghitungan analisa Gambar 6 diatas menunjukkan persentase pemotongan sapi perah betina umur produktif sebanyak 26 % atau 47 ekor dari total pemotongan 184

Rumusan Masalah pada penelitian ini adalah : 1) Bagaimana deskripsi kinerja keuangan Bank Panin Dubai Syariah sebelum dan sesudah go public , 2) Apakah terdapat

Penelitian ini untuk melihat Iklim Komunikasi Organisasi IDN Media positif atau negatif, dikarenakan adanya fenomena mengenai uniknya iklim komunikasi organisasi

Sering mendapat kritikan dari ketua organisasi atau mendapatkan nilai yang sangat tidak memuaskan untuk tugas akademik Mendapat kritikan dari ketua organisasi atau

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang berjudul “