• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI

WILAYAH

2.1 Kondisi Umum 2.1.1 Profil Geografi

Wilayah yang menjadi cakupan dalam studi ini, ialah 7 (tujuh) kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Timur. Secara geografis Kabupaten Kowataringin Timur terletak di daerah khatulistiwa, yaitu antara 111°0'18" Bujur Timur 113°0'46" Bujur Timur, 0°23'14" Lintang Selatan, 3°32'54" Lintang Selatan. Lebih lanjut, wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur, secara administratif berada dalam konstelasi wilayah Propinsi Kalimantan Tengah, dengan batas administrasi:

 Sebelah Utara : Propinsi Kalimantan Barat.  Sebelah Selatan: : Laut Jawa.

 Sebelah Barat : Kabupaten Kotawaringin Barat.

 Sebelah Timur : Kabupaten Kapuas dan Kota Palangkaraya.

Secara umum keadaan Topografi Kabupaten Kotawaringin Timur bervariasi dengan kisaran 0 – 60 meter diatas permukaan laut, dimana sebagian besar merupakan dataran rendah yang meliputi bagian selatan sampai bagian tengah memanjang dari timur ke barat. Sedangkan bagian utara merupakan dataran tinggi yang berbukit yang didominasi jenis tanah padsonik merah kuning dan beberapa bagian lain berjenis alluvial, organosal dan lithosol.

Berdasakan kondisi hidrologi Kabupaten Kotawaringin Timur dialiri oleh 1 (satu) sungai besar yaitu Mentaya yang mengalir dari arah utara ke selatan dan bermuara di laut Jawa. Sungai Mentaya memiliki panjang kurang lebih 400 km dan dapat dilayari sejauh kurang lebih 270 km dengan kedalaman rata – rata 6 meter dan lebar rata – rata 400 meter.

Iklim di Kabupaten Kotawaringin Timur pada umumnya termasuk Daerah beriklim tropis basah (lembab) dengan tipe B (menurut Scmidt dan Ferguson) dengan perincian kondisi iklim sebagi berikut :

 Curah Hujan : 1.934 mm/tahun (jumlah hari hujan 69 HH)  Suhu rata – rata/ bulan : 270C – 360C

(2)

Kabupaten Kotawaringin Timur dialiri oleh satu sungai besar dan lima buah cabang sungai yang selama ini hanya dimanfaatkan sebagai prasarana perhubungan dan sebagian kecil untuk pertanian.

Data wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Kotawaringin Timur yang terdiri dari 15 Kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur Tiap Kecamatan N

o

Kecamatan Luas (Km2) % Terhadap Luas Kab.

1 Mentaya Hulu Selatan 318 1,89

2 Teluk Sampit 610 3,63

3 Pulau Hanaut 620 3,69

4 Mentawa Baru 726 4,32

5 Seranau 548 3,26

6 Mentaya Hilir Utara 725 4,32

7 Kota Besi 1.889 11,25 8 Telawang 317 1,89 9 Baamang 639 3,80 10 Cempaga 1.253 7,46 11 Cempaga Hulu 1.183 7,04 12 Parenggean 1.584 9,43 13 Mentaya Hulu 1.766 10,51 14 Bukit Santuai 1.636 9,74 15 Antang Kalang 2.982 17,75

Jumlah dan Rata - Rata 16.796 100,00

(3)

Gambar 2.1

(4)

2.1.2 Profil Demografi

Berdasarkan hasil Registrasi Penduduk pada akhir tahun 2011 yang dikumpulkan BPS Kotawaringin Timur, Jumlah penduduk Kotawaringin Timur adalah 397.057 jiwa. Jumlah ini menunjukkan kenaikan sebesar 0,97% dari tahun sebelumnya tahun 2010 (388.084jiwa). Jumlah keluarga pada tahun 2011 adalah sebesar 103.911 keluarga, yang berarti terdapat rata – rata 4 jiwa dalam satu keluarga.

Tabel 2.2

Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Sex Ratio Menurut Kecamatan

No Kecamatan Rumah

Tangga

Penduduk Jumlah Sex ratio

Laki-laki Perempuan 1 Mentaya Hulu Selatan 5.679 10.825 10.557 21.382 103 2 Teluk Sampit 2.259 4.797 4.453 9.250 108 3 Pulau Hanaut 3.951 8.350 7.964 16.314 105 4 Mentawa Baru 21.503 43.261 40.387 83.648 107 5 Seranau 2.385 5.096 4.788 9.884 106

6 Mentaya Hilir Utara 4.477 8.779 7.333 16.112 120 7 Kota Besi 4.086 8.355 7.434 15.789 112 8 Telawang 4.990 10.047 8.011 18.058 125 9 Baamang 13.510 27.075 27.437 54.512 99 10 Cempaga 4.689 10.170 9.526 19.696 107 11 Cempaga Hulu 6.602 13.318 11.671 24.989 114 12 Parenggean 10.720 20.496 16.814 37.310 122 13 Mentaya Hulu 8.410 16.971 13.983 30.954 121 14 Bukit Santuai 2.477 4.625 3.899 8.524 119 15 Antang Kalang 8.173 16.573 14.062 30.635 118 Jumlah/Total 2011 2010 2009 2008 2007 103.911 208.738 188.319 397.057 111 102.121 203.921 184.163 388.084 111 82.694 171.709 157.107 328.816 109 80.490 170.389 154.474 324.863 110 79.851 168.973 153.108 322.081 110

(5)

Tabel 2.3

Kepadatan Penduduk Rata-rata per Desa/Kelurahan dan Per Rumah Tangga Menurut Kecamatan

No Kecamatan Kepadatan Rata-Rata

Desa / Kel. Rumah Tangga

1 Mentaya Hulu Selatan 67,24 2.138 3,76 2 Teluk Sampit 15,16 2.313 4,10 3 Pulau Hanaut 26,31 1.631 4,13 4 Mentawa Baru 115,22 7.604 3,90 5 Seranau 18,04 1.977 4,15 6 Mentaya Hilir Utara 22,22 2.302 3,60 7 Kota Besi 8,36 1.435 3,87 8 Telawang 56,97 3.010 3,62 9 Baamang 85,31 9.085 4,06 10 Cempaga 15,72 2.462 4,20 11 Cempaga Hulu 21,12 2.272 3,67 12 Parenggean 23,55 1.555 3,49 13 Mentaya Hulu 17,53 1.821 3,64 14 Bukit Santuai 5,21 609 3,45 15 Antang Kalang 10,27 988 3,75 Jumlah/Total 2011 2010 2009 2008 2007 23,64 2.406 3,82 23,53 2.324 3,80 19,93 1.993 3,98 19,6 9 2.005 4,04 19,52 2.133 4,03

(6)

Tabel 2.4

Proyeksi Penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur

No Tahun Proyeksi Penduduk

(Orang) 1. 2012 405.359 2. 2013 414.282 3. 2014 423.403 4. 2015 432.723 5. 2016 442.249 6. 2017 451.985 7. 2018 461.935 8. 2019 472.104 9. 2020 482.497 10. 2021 493.119 11. 2022 503.975 12. 2023 515.069 13. 2024 526.408 14. 2025 539.997

Sumber: Kotawaringin Timur dalam Angka, 2012

Dengan perkembangan penduduk rata-rata 0,97 per tahun bisa diproyeksikan pada tahun 2015 adalah sebesar 539.997 orang. Jumlah penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2011 sekitar 397.057 orang, yang terdiri dari 208.738 orang penduduk laki-laki atau

52,57 persen dan 188.319 orang penduduk perempuan atau 47,43 persen. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur rata-rata sebanyak 23,64 orang per kilometer persegi. Kecamatan terpadat penduduknya adalah Kecamatan MB Ketapang yaitu rata-rata 115,22 orang per kilometer persegi dan yang terjarang penduduknya adalah di Kecamatan Bukit Santuai yaitu rata-rata 5,21 orang per kilometer persegi. Jumlah penduduk yang disajikan dalam publikasi ini, dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Komposisi penduduk serta penyebaran yang belum merata dan keberadaan penduduk masih banyak yang bertempat tinggal di sekitar ibukota kabupaten dan kecamatan.

(7)

Tabel 2.5 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan

Rumah Tangga (Jiwa)

Penduduk (Jiwa) Sex

Ratio Laki-Laki Perempuan Jumlah

Mty. Hilir Selatan 5,540 11,044 10,752 21,796 103 Teluk Sampit 2,099 4,342 4,079 8,421 106 Pulau Hanaut 4,964 9,967 9,093 19,060 110 Mty. Hilir Utara 3,072 6,607 5,712 12,319 116 MB/Ketapang 15,910 33,975 31,724 65,699 107 Baamang 9,777 20,541 19,586 40,127 105 Seranau 2,922 5,902 5,462 11,364 108 Kota Besi 6,652 14,619 12,434 27,053 118 Cempaga 4,768 9,869 9,167 19,036 108 Cempaga Hulu 3,682 7,922 7,012 14,934 113 Parenggean 6,397 13,895 11,830 25,725 117 Mentaya Hulu 7,379 15,744 13,844 29,588 114 Antang Kalang 6,689 14,546 12,413 26,959 117 Jumlah 79,851 168,973 153,108 322,081 111

Sumber: Kabupaten Kotawaringin Timur Dalam Angka, 2012

2.1.2.1. Laju Pertumbuhan Penduduk

Pada tahun 1995 Kabupaten Kotawaringin Timur masih merupakan kabupaten yang sangat luas. Dengan adanya pemekaran maka Kabupaten Kotawaringin Timur dibagi menjadi tiga. Pada bagian yang saat ini masuk Kabupaten Kotawaringin Timur pada waktu itu terdiri dari 10 kecamatan dengan jumlah penduduk 252.604 jiwa. Pada tahun 2010 meningkat menjadi 15 kecamatan 132 desa dan 12 kelurahan dengan jumlah penduduk meningkat menjadi 373.842 jiwa

Berdasarkan perubahan besaran jumlah penduduk tersebut, maka dalam rentang satu dekade penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur telah meningkat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata pertahunnya sebesar 1,18 %. Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki potensi ekonomi cukup besar, dimana perkembangan penduduk mengalami pertumbuhan yang sangat positif. Jumlah penduduk tiap kecamatan tahun 2010 Kotawaringin Timur dapat dilihat pada Tabel 2.6.

(8)

Tabel 2.6

Jumlah Penduduk Per Kecamatan

No Kecamatan Jumlah

Penduduk(2010)

1. Teluk Sampit 8.929

2. Mentaya Hilir Selatan 20.803 3. Mentaya Hilir Utara 15.774

4. Pulau Hanaut 15.442

5. Mentawa Baru Ketapang 76.616

6. Baamang 51.430 7. Seranau 9.582 8. Kota Besi 15.011 9. Cempaga 19.119 10. Cempaga Hulu 22.725 11. Parenggean 35.706 12. Mentaya Hulu 28.554 13. Antang Kalang 28.753 14. Bukit Satuai 8.040 15. Telawang 16.863 Jumlah : 373.842

Sumber: Kotawaringin Dalam Angka 2012

2.1.2.2. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data jumlah Penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur dalam KTDA-BPS tahun 2009/2010, diperoleh informasi struktur penduduk untuk tingkat pendidikan melalui banyaknya pencari kerja menurut jenis pendidikan dan jenis penempatan. Lebih jelasnya seperti pada Tabel 2.7.

(9)

Tabel 2.7

Penduduk Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

2010 2011

Bekerja Pengangguran Bekerja Pengangguran

Tidak/Belum Tamat

SD 39.592 734 34.736

307 Sekolah Dasar dan

Sederajat 54.197 975 70.256

1.199 SLTP dan Sederajat 37.524 1.184 35.218 1.023 SMTA dan Sederajat 30.972 3.821 33.716 911 Dipl/Akademi/Univ. 9.955 762 13.780 550

Jumlah 172.240 7.476 187.706 3.987

Sumber: Kotawaringin Timur Dalam Angka, 2012

2.1.2.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan Mayoritas Penduduk di negara berkembang berada di daerah pedesaan yang pada umumnya bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian dikenal mempunyai surplus tenaga kerja yang penting untuk mendukung proses industrialiasasi. Demikian pula halnya dengan mayoritas penduduk di Kabupaten Kotawaringin Timur, dimana sekitar 71% penduduknya berada di daerah pedesaan, dengan sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja, yaitu sebesar 65.020 jiwa atau 52,54 % dari 123.730 tenaga kerja yang berumur 10 tahun ke atas di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur. Dominannya sektor pertanian ini selain sebagai lapangan usaha yang sudah menjadi ciri khas di wilayah pedesaan, juga sangat dipengaruhi oleh ketersediaan lahan yang luas mengingat kepadatan penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur rata-rata 183 jiwa/km2.

Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu komponen yang mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menyerap tenaga kerja di sektor pertanian di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur. Selain mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar sebagai buruh perkebunan, penerapan sistem plasma dan kebun rakyat memberikan alternatif kepada masyarakat dalam pemanfaatan lahan yang dikuasai yang pada umumnya masih digunakan untuk tanaman pangan.

Sektor perdagangan merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor pertanian yaitu sebesar 17.4 persen dari seluruh tenaga kerja yang berumur 10 tahun ke atas wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur.

Kota Sampit sebagai ibukota kabupaten sekaligus sebagai jantung perekonomian Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan sentra dari sektor pedagangan ini. Keberadaan pelabuhan laut yang langsung menghubungkan Kabupaten Kotawaringin

(10)

Timur Khusnya kota Sampit dengan pulau Jawa merupakan pendorong desa dalam majunya perekonomian khususnya sektor perdagangan.

Pada Tabel 2.8 akan diinformasikan struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian/ tingkat kesejahteraan dengan variabel penduduk usia 10 tahun ke atas menurut lapangan kerja.

Tabel 2.8

Penduduk Angkatan Kerja Menurut Kelompok Umur dan Kategori

No Kelompok/Umur 2010 2011

Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja

1. 15 – 19 11.702 2.648 14.577 1.399 2. 20 – 24 17.600 2.314 17.992 1.337 3. 25 – 29 26.334 558 32.351 769 4. 30 – 34 30.255 777 30.919 0 5. 35 – 39 22.370 428 27.867 1 6. 40 – 44 22.570 214 20.867 176 7. 45 – 49 11.576 507 16.536 119 8. 50 - 54 15.293 0 12.026 1 9. 55 – 59 7.860 0 6.774 185 10. 60 + 6.860 0 8.259 0 Jumlah 172.240 7.476 187.706 3.987

Sumber: Kotawaringin Timur Dalam Angka 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa, usia produktif dalam bekerja ada pada usia 30 – 34 tahun. Dan mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebanyak 664 tenaga kerja produktif.

2.1.3 Profil Ekonomi

Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 laju pertumbuhan ekonomi dari berbagai sektor di Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2011 adalah Rp.

9.248.558,61

Laju pertumbuhan ini meningkat dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahun 2010 sebesar Rp. 7.957.595,05 . Persentase kontribusi sektor-sektor dalam PDRB Kab. Kotim tahun 2009 dan 2011 atas dasar harga konstan tahun 2000 selama tiga tahun terakhir cukup seimbang. Sektor primer (pertanian) merupakan sektor yang kontribusinya terhadap PDRB paling besar. Pertumbuhan sektor

(11)

ekonomi PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2009-2011 (dalam rupiah) dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut.

Tabel 2.9

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstant tahun 2000

(2009 – 2011) No Sektor/Subsektor Tahun 2009 2010 2011 1 Pertanian 2.322.344,48 2.778.502,33 3.281.169,32 2 Pertambangan dan Penggalian 47.380,66 43.024,36 46.879,42 3 Industri Pengolahan 996.473,82 1.164.682,76 1.358.393,45 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 29.672,71 33.751,19 39.193,12 5 Bangunan/Konstruksi 365.374,40 393.652,13 450.190,75 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 1.853.737,79 2.203.641,26 2.586.470,32 7 Pengangkutan dan Komunikasi 598.700,04 576.603,29 583.953,56 8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Pers

194.331,15 236.642,82 284.374,04 9 Jasa-jasa 432.003,52 527.094,91 617.934,62

PDRB 6.839.982,57 7.957.595,05 9.248.558,61

Tabel 2.10

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar harga Konstant 2000 Menurut Lapangan Usaha (dalam jutaan rupiah)

Tahun 2009 - 2011

No Sektor/Subsektor Tahun

2009 2010 2011

1 Pertanian 1.048.414,95 1.139.708,10 1.209.422,38 2 Pertambangan dan Penggalian 27.086,27 20.462,05 20.429,65 3 Industri Pengolahan 413.260,30 454.979,70 496.420,81 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 9.763,08 10.270,84 11.033,45 5 Bangunan/Konstruksi 118.701,46 125.479,31 138.177,82 6 Perdagangan, Restoran dan

Hotel 613.250,94 660.462,88 719.463,52 7 Pengangkutan dan Komunikasi 308.593,20 294.131,01 294.777,55 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Pers 91.082,07 102.586,22 116.931,43

9 Jasa-jasa 169.951,64 182.815,18 195.628,77

PDRB 2.800.103,72 2.990.895,29 3.202.285,37

(12)

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 PDRB Per Kapita Kab. Kotawaringin Timur adalah sebesar Rp. 2.800.103,72 sedangkan pada tahun 2010 adalah Rp. 2.990.895,29 dan tahun 2011 mencapai Rp. 3.202.285,37.

2.2 KONDISI PRASARAN PU BIDANG CIPTA KARYA

Deskripsi kondisi prasarana bidang PU Cipta Karya pada sub bab ini, sengaja tidak dijelaskan secara detail. Hal ini karena mengurangi kesan ganda antara penjelasan pada bab 2 dengan bab 4. Maka dari itu, pada review dokumen RPIJM tahap 1 ini; kondisi prasarana bidang PU Bidang Cipta Karya akan dijelaskan melalui pendekatan permasalahan eksisting. Lebih jelasnya, berikut penjabarannya.

2.2.1 Sub Bidang Air Minum

Pemakaian air bersih merupakan kebutuhan pokok yang harus dikonsumsi penduduk secara rutin guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Baik buruknya pelayanan air bersih akan sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku air untuk pengolahan lebih lanjut. Hingga saat ini sumber bahan baku air yang tersedia untuk diolah dan dijadikan air bersih, umumnya diambil dari sumber bahan baku air sungai. Penduduk yang menggunakan sarana air bersih yang disediakan PDAM masih relatif kecil, karena penduduk (terutama yang berada di tepian sungai) telah menjadikan air sungai tersebut sebagai sarana keperluan air minum ataupun mandi, cuci, dan kakus (MCK) secara langsung yang belum tentu terjamin kesehatannya.

Pelayanan air bersih dari PDAM di Kabupaten Kotawaringin Timur, saat ini persebarannya relatif merata di kecamatan; akan tetapi hanya terpusat kepada kota-kota kecamatan dan beberapa desa yang dekat dengan ibukota kecamatan. Secara rinci permasalahan air bersih tersebut, adalah sebagai berikut:

 Cakupan pelayanan air bersih yang diselenggarakan oleh PDAM saat ini secara nasional baru mencapai 39% penduduk perkotaan, dan 8% penduduk pedesaan. Suatu perbedaan yang sangat jauh dibandingkan target nasional 80% penduduk perkotaan dan 60% penduduk pedesaan terlayani air bersih.  Masyarakat lainnya (yang belum terlayani) memperoleh air bersih dari mata

air, sumur dalam, sumur dangkal, penampungan air hujan dan penjaja air yang tidak terjamin kualitasnya.

(13)

Kondisi di Kabupaten Kotawaringin Timur dapat dilihat pada bab IV-D Rencana Program Investasi Infrastruktur Bidang Penyediaan Air Minum.

2.2.2 Sub Bidang Sampah

Permasalahan yang muncul dalam konteks persampahan, meliputi:

 Kurangnya kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya/TPS yang telah disediakan oleh Pemerintah.

 Masih banyak masyarakat yang membuang sampah di luar TPS dan saluran drainase serta di bantaran sungai.

 Penanganan persampahan masih terpusat pada skala perkotaan, meliputi: Kota Sampit (Kecamatan Baamang dan MB/Ketapang), Ibukota Kecamatan Mentaya Hilir Utara (Bagendang), dan desa sekitarnya, serta Ibukota Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (Samuda) dan desa sekitarnya.

2.2.3 Sub Bidang Air Limbah

Terkait dengan permasalahan kesehatan, derajat kesehatan masyarakat belum terdata secara khusus, terkait dengan pengaruh limbah yang kemungkinan terkonsumsi masyarakat; seperti limbah yang masuk ke sumber air bersih supply PDAM (Sungai Mentaya).

Secara umum, limbah yang dihasilkan belum masuk pada kategori skala besar, karena hanya berupa limbah domestik rumah tangga yang masuk ke saluran drainase. Pernyataan tidak berskala besar ini pada dasarnya bersifat kualitatif, karena belum ada keluhan yang signifikan dari masyarakat terkait pengaruh limbah yang mengalir ke saluran drainase pada derajat kesehatan keluarga.

2.2.4 Sub Bidang Drainase

Peranan drainase di Kabupaten Kotawaringin Timur, khususnya Kota Sampit saat ini sangat-lah penting. Di mana hal ini terkait dengan meningkatnya pertumbuhan permukiman berbanding dengan berkurangnya kawasan resapan untuk menampung air hujan. Kondisi ini berpengaruh pada terjadinya genangan di beberapa tempat. Lebih jelasnya, berikut permasalahan dalam konteks drainase:

 Kondisi topografi Kota Sampit terletak pada dataran rendah dimana elevasi permukaan tanah Kota Sampit hampir sama dengan evelasi permukaan air laut diwaktu pasang.

(14)

 Kota Sampit berada di tepian Sungai Mentaya dimana aliran air dari daratan (bagian barat) akan melintasi Kota Sampit sebelum masuk Sungai Mantaya.  Kondisi saluran Primer lingkar kota yang diharapkan mampu menampung air

dari arah barat agar tidak masuk kota, tidak berfungsi dengan baik dikarenakan adanya pendangkalan, penyempitan penampung, dan adanya bangunan-bangunan penduduk di aliran sungai.

 Kurang lancarnya aliran air/ lambatnya aliran primer, dalam hal ini Sungai Mentaya dan Sungai Pemuatan, karena di hilir; saluran terhambat tiang-tiang rumah penduduk yang berada di bantaran saluran tersebut.

 Sebagian saluran sungai Baamang terjadi pendangkalan/ longsor yang ditumbuhi rumput sehingga menghambat aliran air.

 Sebagian saluran sekunder dalam kota terjadi pendangkalan endapan lumpur tanah dan sampah yang menyumbat saluran.

2.2.5 Sub Bidang Tata Bangunan Lingkungan

Tata bangunan dan lingkungan di Kabupaten Kotawaringin Timur, secara umum mengikuti kondisi eksisting kultur sosial masyarakat. Pada sekitar kawasan sungai di daerah perkotaan, tata bangunan terkesan rapat karena dominansi permukiman untuk perdagangan dan jasa, adapun untuk kawasan yang relatif jauh dari sungai, kondisi eksisting bersifat campuran dengan berbagai fungsi peruntukan. Tata bangunan dan lingkungan yang tampak menunjukkan kecenderungan pengurangan kesan visual yang nyaman, karena pengaruh kerapatan bangunan, ketinggian, serta drainase yang kurang berfungsi optimal untuk mengalirkan air limpasan maupun aliran limbah domestik.

Lebih jelasnya permasalahan dalam bidang Tata Bangunan dan Lingkungan, meliputi:

Permasalahan Tata Bangunan

 Kurang diperhatikannya sarana lingkungan hijau/ terbuka, sarana olah raga, hidran kebakaran, sarana perdagangan serta kurang ditegakannya aturan keselamatan bangunan.

 Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengurus IMB.

 Belum optimalnya penegakan hukum terhadap bangunan yang tidak sesuai dengan peruntukan dan merubah fungsi.

 Belum adanya Perda yang mengatur masalah bangunan gedung.

Permasalahan Tata Lingkungan

(15)

b. Peran serta masyarakat dalam penanganan prasarana lingkungan masih rendah.

2.2.6 Sub Pengembangan Permukiman

Kondisi pemukiman di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur ditinjau dari pola pembentukannya pada umumnya membentuk pola linier. Bentuk pola linier ini diperlihatkan oleh suatu pemukiman yang berkelompok dengan pola perkembangannya membentuk dan memanjang sepanjang tepian jalur-jalur aliran sungai dan jaringan jalan yang ada.

Pembentukan pola pemukiman ini sangat dimaklumi mengingat kondisi fisik di Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan daerah yang banyak dilalui sungai, terlebih keberadaan sungai ini dijadikan urat nadi lalu lintas kegiatan sosial ekonomi penduduknya. Adapun bentuk pola permukiman seperti ini dapat dilihat memanjang pada setiap kecamatan-kecamatan yang dilaluinya, misalnya sepanjang Sungai Mentaya dan beberapa sungai kecil lainnya.

Disamping itu terdapat suatu bentuk pola permukiman yang teratur, yaitu pola pemukiman yang diperlihatkan oleh pemukiman-pemukiman di kawasan Perumnas dan kepemilikan swasta. maupun kawasan yang tumbuh karena pengaruh perdagangan yang saat ini menjalar tidak hanya di sepanjang aliran sungai, tetapi juga daerah atas.

Berdasarkan hasil kajian dalam Dokumen Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (Tahap 1: Penyusunan Data dan Konsepsi) Kabupaten Kotawaringin Timur, diperoleh kondisi perumahan dan permukiman di Kabupaten Kotawaringin Timur.

Kondisi perumahan dan permukiman di Kabupaten Kotawaringin Timur, memberikan kesan yang beragam; dimana kondisi visual seringkali memberikan kesimpulan yang sesat tentang perbandingan kondisi perumahan/permukiman dengan kondisi ekonomi masyarakat yang menempatinya. Artinya, penerapan metode pengklasifikasian kondisi dengan sudut pandang fisik akan memberikan penyesatan terhadap kondisi yang sebenarnya. Kondisi fisik bangunan (atap rumbia, seng, dinding papan, lantai papan) maupun luasan lahan tidak memberikan jaminan akan tingkat kesejahteraan masyarakat. Begitu pula dengan kelengkapan secara fungsional; dimana fungsi rumah juga akan memberikan penyesatan akan kondisi yang sebenarnya. Fakta memperlihatkan kultur masyarakat yang selalu berpindah masih terjadi (nomaden). Disisi lain, rumah yang ada bukan merupakan rumah tinggal tetapi hanya sementara, dan dimanfaatkan hanya untuk berniaga. Adapun hasil yang didapat seringkali tidak

(16)

dialokasikan di daerah tersebut, tetapi keluar daerah. Lebih lanjut, tingkat kesejahteraan mereka dilihat dari kepemilikan lahan akan sangat bertentangan, di mana masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan perumahan dan permukiman tepian sungai dan kawasan yang berkarakter kumuh tetapi mempunyai nilai aset yang cukup tinggi. Disisi lain, juga mempunyai kepemilihan lahan di daratan dengan luasan yang cukup besar tetapi mereka tidak mau pindah ke daratan.

Gambar

Tabel 2.5 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Referensi

Dokumen terkait

Apa yang dapat disimpulkan daripada perbincangan di atas ialah masih wujud konflik bidang kuasa antara Mahkamah Sivil dan Mahkamah Syariah dalam membicarakan

Suku Jawa, Dayak, Lampung, Bali, Banjar, Madura dan Betawi pada individu laki-laki maupun perempuan diperoleh hasil yang sama yaitu persentase tertinggi dijumpai pada pola

4.2 Kondisi Pendukung Dalam Penerapan Aplikasi Pencatatan Penjualan Secara Komputerisasi Pada Toko Buku Penuntun Palembang

Karena sekali lagi saya bersuku bajo sebagian besar keluarga saya melarang saya untuk melanjutkan pendidikan.. Untunglah ayah saya bertengkar dengan keluarga

Dengan kegiatan membaca bacaan berjudul “Makna Proklamasi bagi Bangsa Indonesia”, siswa dapat menjelaskan makna proklamasi kemerdekaan dalam upaya membangun masyarakat Indonesia

Gyyas Putra, 2009.. Dalam menganalisis dan menginterpretasikan data penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bermaksud untuk

Hasil penghitungan analisa Gambar 6 diatas menunjukkan persentase pemotongan sapi perah betina umur produktif sebanyak 26 % atau 47 ekor dari total pemotongan 184

Hasil uji a Chi Square untuk mencari hubungan derajat dehidrasi dengan kadar hematokrit pada anak penderita diare mendapatkan nilai p = 0,494 (Tabel 6), yang