• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KABUPATEN SOPPENG - DOCRPIJM 1480560391BAB II RPIJM fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KABUPATEN SOPPENG - DOCRPIJM 1480560391BAB II RPIJM fix"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH

KABUPATEN SOPPENG

2.1. Kondisi Umum

2.1.1. Profil Geografi ( Kewilayahan ) 2.1.1.1. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Soppeng yang terdiri dari daratan seluas 1.500 Km2 atau 150.000 Ha

2.1.1.2. Letak Astronomi

Secara astronomis Kabupaten Soppeng terletak pada : 4o 06’ 00” LS dan 4o 32’ 00” LS

119o 47’ 18” BT dan 120o 06’ 13” BT 2.1.1.3. Letak Administratif

Secara administratif Kabupaten Soppeng berbatasan dengan :

- Sebelah Utara Kabupaten Sidenreng Rappang - Sebelah Timur Kabupaten Wajo dan Bone - Sebelah Selatan Kabupaten Bone

- Sebelah Barat Kabupaten Barru

2.1.1.4.Letak Geomorfologis

(2)

2.1.1.5.Kondisi Iklim ( Klimatologi )

Sesuai dengan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Soppeng diketahui bahwa temperatur udara di Kabupaten Soppeng berada pada sekitar 24o C sampai dengan 30o C. Keadaan angin berada pada kecepatan lemah sampai sedang sedangkan curah hujan ( rainfall ) rata-rata 180 mm dan hari hujan (daily rainfall ) 15 Hari.

BULAN CURAH HUJAN (MM)

HARI HUJAN

(HH)

Januari 107 14

Februari 101 8

Maret 62 10

April 114 9

Mei 217 14

Juni 269 22

Juli 373 25

Agustus 213 22

Gambar 2.1

(3)

September 420 24

Dari data diatas dapat dilihat bahwa curah hujan tertinggi dan hari hujan tertinggi pada hari bulan September.

2.1.2. Profil Demografi ( Kependudukan )

2.1.2.1. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur Adalah jumlah penduduk Kabupaten Soppeng berdasarkan atas jenis kelaminnya.

Sumber : Soppeng dalam Angka , BPS

(4)

2.1.2.2. Laju Pertambahan Penduduk

Adalah Tingkat Pertumbuhan Penduduk dari waktu ke waktu yang ada di Kabupaten Soppeng.

Sumber : Soppeng dalam Angka , BPS KECAMATAN

TAHUN

2007 2008 2009 2010 2011

Marioriwawo 45.138 45.402 45.646 44.310 44.756 Lalabata 42.398 42.636 42.865 44.269 44.714 Liliriaja 26.773 26.931 27.074 26.964 27.236

Ganra 11.650 11.721 11.800 11.301 11.415

Citta 9.157 9.211 9.259 7.999 8.079

Lilirilau 40.298 40.531 40.748 38.202 38.587 Donri-donri 24.540 24.682 24.813 22.920 23.151

Marioriawa 28.227 28.388 28.539 27.861 28.141

JUMLAH 228.181 229.502 230.74

4 223.826 226.079 Tabel 2.2

(5)

No Tahun Jumlah Penduduk

1 2012 226.191 2 2013 226.304 3 2014 226.416 4 2015 226.528 5 2016 226.641 6 2017 226.753 7 2018 226.866 8 2019 226.979 9 2020 227.091 10 2021 227.204

2.1.2.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Adalah prosentase jumlah penduduk Soppeng yang menamatkan pendidikannya di Kabupaten Soppeng

Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan

Tidak Tamat SD 23,08 % 19,35 %

SD/MI 33,02 % 31,08 %

SLTP/MTs/Sederajat 16,56 % 17,56 %

SLTA/MA/Sederajat 15,56 % 11,8 %

Diploma I/II 0,25 % 0,5 %

Diploma III 0,43 % 1,49 %

Diploma IV/S-1/S-2 4,41 % 4,79 %

Sumber : Soppeng dalam Angka 2012, BPS Dari data tersebut diatas diketahui bahwa masih sangat sedikit penduduk Soppeng yang menamatkan pendidikannya di Kabupaten Soppeng. Yang kemungkinan mereka menamatkan pendidikannya di luar Kabupaten Soppeng, yang dikarenakan masih kurangnya sarana dan fasilitas pendidikan yang lengkap di Kabupaten Soppeng

Tabel 2.3

(6)

2.1.2.4. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/ Tingkat Kesejahteraannya

Adalah tingkat kesejahteraan keluarga di Kabupaten Soppeng dapat digambarkan sebagai berikut.

Sumber : Soppeng dalam Angka 2012, BPS

Dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga di Kabupaten Soppeng telah mencapai Keluarga Sejahtera 1, Sejahtera II dan Sejahtera III bahkan Sejahtera III Plus, dan telah mengalami peningkatan pada Sejahtra III+ serta penurunan keluarga pra-sejahtera di Kabupaten Soppeng

2.1.3. Profil Ekonomi

Pendapatan Daerah merupakan seluruh penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri dan alokasi dari pemerintah pusat sebagai hak pemerintah daerah yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

2.1.3.1 Pendapatan Asli Daerah.

(7)

terbesar terhadap PAD dengan kontribusi yang mencapai rata-rata 49,75 persen selama periode 2007-2011 dan bertumbuh rata-rata 17,62 persen per tahun.

2.1.3.2 Dana Perimbangan

Pendapatan daerah yang berasal dari Dana Perimbangan sangat tergantung dari kebijakan pemerintah pusat. Dalam kurun waktu 2007-2010 pendapatan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan mengalami kenaikan rata-rata 3,01 persen dan meningkat sebesar 12,7 % tahun 2011. Meskipun pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan PAD, namun kontribusinya terhadap total pendapatan daerah jauh lebih besar dibandingkan dengan PAD. Kontribusi Dana Perimbangan mencapai angka rata-rata 86,34 persen per tahun selama lima tahun terakhir, sementara PAD hanya penyumbang sebesar 4,07 persen, selebihnya bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.

2.1.3.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri atas Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya. Realisasi pendapatan dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dalam kurun waktu 2006-2011 menunjukkan kenaikan yang signifikan, dengan rata-rata kenaikan mencapai 113,9 %.

2.1.4. Pengelolaan Belanja Daerah

Belanja daerah sebagai salah satu instrumen penting dalam mewujudkan visi misi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, olehnya itu tentu saja kebijakan yang terkait dengan pengelolaan belanja daerah diarahkan pada upaya pemenuhan pelaksanaan kebijakan strategis dan program-program prioritas yang menunjang pencapaian visi, misi dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.

2.1.4.1 Belanja Tidak Langsung

(8)

belanja bantuan Keuangan kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dan belanja tidak terduga. Rata-rata pertumbuhan realisasi belanja tidak langsung kurun waktu 2007-2011, menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan yakni 11,50 persen.

2.4.2.2 Belanja Langsung

Komposisi belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal yaitu belanja yang diperuntukkan bagi pelaksanaan program-program pembangunan dan mencerminkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD lingkup pemerintah Kabupaten Soppeng. Tabel 3.2 diatas menunjukkan rata-rata pertumbuhan realisasi belanja langsung dari 2007 s/d 2011 mengalami pertumbuhan yang negatif dengan rincian untuk belanja pegawai dengan rata-rata pertumbuhan realisasi 6,94 persen, untuk belanja barang dan jasa dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,07 persen sedangkan pada belanja modal turun rata-rata 8,52 persen

2.1.5. Profil Sosial dan Budaya

Masyarakat Kabupaten Soppeng, seperti halnya masyarakat Sulawesi Selatan umumnya masuk kategori masyarakat homogen, cirinya adalah berkembangnya sifat kegotongroyongan terutama pada saat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang pelaksanaannya dilakukan secara bersama – sama. Karakter budaya masyarakat soppeng juga diwarnai dengan nuansa upacara adat pascapanen. Dominan mereka melaksanakannya dengan Kegiatan Upacara Keagamaan yang bersifat seremonial.

Filosofi pemerintahan dan kemasyarakatan kabupaten soppeng tercermin pada kedalaman kearifan budaya dan moral yang menjadi spirit bagi pelaksanaan pembangunan.

Adapun filosofi yang dimaksud antara lain adalah :

1. RESOPA TEMMANGINGNGI NAMALOMO NALETEI PAMMASE DEWATAE.

Upaya Pembangunan Daerah hanya akan dapat berhasil nyata melalui kerja keras yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

2. SIPAKATAU SIWATA MENRE TESSIGETTENG NO

Menjalin kerjasama dan kebersamaan yang berdasarkan penghormatan terhadap keberadaan dan jatidiri setiap anggota masyarakat.

(9)

Suatu sikap yang mengingatkan hal – hal yang positif untuk mencegah tindakan yang mengarah negatif.

4. MASSEDDI ADA NA GAU

Suatu sikap yang mengutamakan kebersamaan yang saling mengawasi dan mendukung dalam satu tatanan masyarakat yang berbasis tanda keikhlasan. 5. YASSIMATURUSI DECENG MALLEBBANGE

Kehidupan masyarakat yang demokratis, kesepakatan merupakan kiat untuk mempertemukan berbagai aspirasi masyarakat, berbangsa dan bernegara. 6. MASSEDDI SIRI PANGKAUKENG

Suatu sikap yang mengutamakan kebersamaan, saling membantu dalam mewujudkan keinginan masyarakat dan rasa malu jika gagal dalam merealisasikan keinginan tersebut.

7. MABBULOSIBATANG NA CICCA JARUNG

Menghargai keanekaragaman, sosial budaya masyarakat dan meyakini keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan sosial budaya yang menjamin terselenggaranya pembangunan yang berkelanjutan.

2.2. Kondisi Prasarana Bidang PU / Cipta Karya. 2.2.1. Kabupaten Soppeng

2.2.1.1. Sub Bidang Air Minum

Pembangunan Prasarana Dan Sarana Air Minum di Kabupaten Soppeng pada umumnya belum maksimal. Dimana Masyarakat Pedesaan,air minum yang di gunakan masih menggunakan air sungai,air sumur dan air hujan yang belum melalui uji standar kelayakan air minum,sedang masyakat perkotaan di Kabupaten Soppeng pada umumnya telah menggunakan air minum yang bersumber dari PDAM walau dengan begitu keluhan Masyarakat akan pelayanan Air Minum dari PDAM sangatlah tinggi,dimana dengan besarnya pertambahan Penduduk perkotaan maka jumlah permintaan sambungan semakin meningkat yang menyebabkan sumberair bersih semakin berkurang dan keruh, diperparah dengan tingginya tingkat kebocoran pada jaringan pipa pelayanan yang disebabkan karna banyak infrastruktur serta mesin pengolahan yang relatif melewati umur teknis pemakaian, sehingga telah perlu pengantian yang baru.

(10)

secara bertahap,sesuai dengan kemampuan dana baik dari Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota, Swasta dan Swadaya Masyarakat. Sub Bidang Sampah Tingkat penanganan sampah di Kabupaten Soppeng khususnya di Kota Watansoppeng dapat dikatakan sangatlah baik dibuktikan dengan diterimanya Piala Adipura selama 2 Tahun secara berturut-turut,semua itu didapat karna tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya Kebersihan, disamping dukungan dari masyarakat dukungan akan sarana dan prasarana tentunnya juga sangatlah menunjang,dalam hal ini ketersediaan TPS (Tempat Pembuangan Sementara), Kelengkapan Armada Pengangkut,serta Lahan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) haruslah cukup memadai.

Dibidang Persampahan Kabupaten Soppeng telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap namun seiring dengan laju pertambahan penduduk maka akan sangat dibutuhkan pula penambahan TPS serta Renovasi TPS yang rusak, sedang untuk penambahan Armada Pengangkut tentu harus pula mengikuti laju Pertumbuhan Penduduk tadi belum lagi telah harus dilakukan Perawatan akan semua unit armada, sedang untuk TPA,telah sangat mendesak untuk Re-Lokasi TPA yang baru karna TPA yang ada sekarang telah akan full untuk beberapa bulan kedepan,untuk itu sangat perlu dilakukan prioritas Pembangunan TPA.

2.2.1.2. Sub Bidang Air Limbah

Penanganan air limbah bagi daerah perkotaan maupun pedesaan merupakan salah satu bagian penting untuk dibahas karna merupakan faktor pendukung dalam pencapaian hidup sehat dan sejahtra.

Dalam hal pengelolaan air limbah,Pemerintah Kabupaten Soppeng sangatlah serius, hal itu dapat terlihat dengan dikelurkannya beberapa regulasi dibidang Limbah berupa PERDA tentang air limbah.

(11)

diharapkan dibuat suatu Sarana dan Prasarana dengan cakupan yang lebih luas.

2.2.1.3. Sub Bidang Drainase

Pembangunan dan rehabilitasi drainase di Kabupaten Soppeng khususnya di ibukota kabupaten (Kota Watansoppeng) serta dikacamatan lain telah berjalan yang disesuaikan dengan Master Plan Drainase yang telah dibuat namunpun begitu, tingginya intensitas hujan pada satu tahun terakhir mengakibatkan banyak drainase yang harus di rehabilitasi,bahkan karna tingginya intensitas hujan ini menyebabkan terjadi banjir di sebagian wilayah Kabupaten Soppeng, daerah pesisir DAS WalanaE di wilayah Kecamatan Lilirilau, Marioriawa, Ganra, Liliriaja, Citta, Marioriwawo, dan Donri – Donri.

Dengan meluapnya Air Sungai mengakibatkan tergenangnya daerah perkebunan, perdagangan, pertanian serta kawasan permukiman penduduk sehingga terjadi kerusakan pada lingkungan pemukimanan,talud,drainase jembatan dll

Adapun langkah yang akan dilakukan pada tahun 2010 ini dengan melakukan langkah-langkahyang yang koprehensif dengan mencari solusi terbaik dalam penanganan banjir serta mendata kerusakan yang terjadi akibat banjir di Kabupaten Soppeng.

2.2.1.4. Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan

Dibidang Tata Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Soppeng ,perlu dilakukan penanganan yang lebih serius, untuk Tata Bangunan perlu dilakukan penataan di daerah Pusat Pebelanjaan dan Pasar Makanan karna merupakan Pusat Perekonomian Kota Watansoppeng sedang untuk Perdagangan, perlu dilakukan Revitalisasi pada Pasar Sentral serta Pembangunan Teminal Induk di Belakang Pasar untuk lebih menggerakkan roda perekonomian dalam rangka peningkatan PAD dan peningkatan Kesejahtraan Masyarakat,sedang untuk Perkantoran sangat perlu dengan segera dilakukan tanggap darurat dengan pembangunan gedung Kantor Kecamatan Lalabata dan Pembangunan Gedung Kantor KPU yang telah habis terbakar karna adanya aksi anarkis Massa pada pemilukada bulan Mei 2010.

(12)

potensial seperti Tempat Wisata Permandian Air Panas Lejja dan Tempat Wisata Panorama Alam bulu dua sebagai Gerbang Pariwisata

2.2.1.5. Sub Bidang Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Melihat letak geografis Kota Watansoppeng sebagai ibukota Kabupaten Soppeng yang terdiri dari bagian utara, timur dan selatan kota Watansoppeng adalah lahan pertanian ( hamparan sawah ) yang berpengairan teknis dan permukiman penduduk sedangkan di sebelah barat yang terdiri dari hamparan pegunungan yang menyebabkan ke arah tersebut mengalami kesulitan dalam upaya pengembangan Kota Watansoppeng ke depan.

Olehnya itu pengembangan permukiman di masa yang akan datang harus diadakan penataan kembali terhadap lahan dan lingkungan.

Gambar

Gambar 2.1 Peta Administratif Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan  2007 s/d 2011
Tabel 2.3 Proyeksi Penduduk  sampai dengan Tahun 2021

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Sarolangun untuk mewujudkan visi “ Terwujudnya Kabupaten yang maju dan mandiri berbasis ekonomi kerakyatan, agribisnis yang berdaya saing tinggi dan SDM

Air yang berasal dari PDAM digunakan untuk keperluan minum karyawan tiap harinya dan untuk membersihkan toilet sedangkan air yang berasal dari sumur bor digunakan

Untuk keperluan air minum, rumah tangga dan industri, secara umum dapat digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur, dan air hujan yang telah

Berdasarkan data DISDUKCAPIL Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013, penduduk Kabupaten Aceh Jaya berjumlah 84.928 jiwa yang terdiri dari 43.723 jiwa laki-laki dan 41.205 jiwa

kerja yang berumur 10 tahun ke atas wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur. Kota Sampit sebagai ibukota kabupaten sekaligus sebagai

Secara umum, mutu air tanah tergolong baik untuk keperluan air minum, namun di beberapa tempat dijumpai sisipan-sisipan akuifer yang mengandung air tanah payau/asin, yang

Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan pada 11 kecamatan di wilayah Kabupaten Sidrap dapat dilihat pada Tabel Berikut :..

Kondisi perumahan dan permukiman yang ada di Kabupaten Sorong masih. didominasi oleh perumahan dengan jenis konstruksi non permanen