• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN PROFIL WILAYAH KABUPATEN KUDUS - DOCRPIJM 842fc76fd2 BAB IIBAB II GAMBARAN PROFIL DAERAH x

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II GAMBARAN PROFIL WILAYAH KABUPATEN KUDUS - DOCRPIJM 842fc76fd2 BAB IIBAB II GAMBARAN PROFIL DAERAH x"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN PROFIL WILAYAH

KABUPATEN KUDUS

2.1 PROFIL GEOGRAFI

2.1.1. Kondisi Geografi Daerah

Luas wilayah Kabupaten Kudus adalah: 42.516 Ha, terbagi menjadi 9 Kecamatan yang terdiri dari 123 desa, 9 kelurahan. Adapun penjabaran mengenai luas wilayah, banyaknya desa, kelurahan, dukuh, RT dan RW dapat dilihat pada tabel II-1.

TABEL II-1.

PEMBAGIAN DAN LUAS WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

No Nama Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Desa Kelurahan Dukuh RW RT

1 Kaliwungu 3.271 15 0 48 67 441

2 Kota 1.047 16 9 60 110 495

3 Jati 2.630 14 0 51 78 375

4 Hundan 7.177 16 0 31 63 357

5 Mejobo 3.677 11 0 32 69 341

6 Jekulo 8.292 12 0 45 85 443

7 Bae 2.332 10 0 38 51 281

8 Gebog 5.506 11 0 44 81 432

9 Dawe 8.584 18 0 85 104 559

Jumlah 42.516 123 9 434 708 3.724

Sumber: Kudus Dalam Angka 2011

GAMBAR 2.1.

GRAFIK PEMBAGIAN DAN LUAS WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

(2)

2.1.1.1 Sumber

Daya

Air A. Air Permukaan

Air permukaan yang dimaksud disini adalah sungai yang berair sepanjang musim dan sungai yang bersifat musiman (intermitten). Sungai yang mengalir sepanjang tahun diantaranya adalah Kali Serang, dimana sungai tersebut sejak tahun 1968 ditangani oleh proyek Jratunseluna, Departemen Pekerjaan Umum, untuk dimanfaatkan sebagi sumber air irigasi, air bersih dan tenaga listrik. Di daerah perbukitan khususnya pada musim kemarau, sungai-sungai menjadi kering, setempat dijumpai sungai yang berair dengan debit sangat kecil.

Air permukaan merupakan air yang ada di permukaan tanah, baik berupa sungai ataupun danau. Di daerah penyelidikan, air permukaan umumnya dijumpai berupa sungai utama dengan cabang sungainya, sedangkan ranting sungai yang terutama berada di daerah perbukitan umumnya berupa sungai musiman atau kering di musim kemarau dan hanya berair di musim hujan.

Informasi rinci mengenai besarnya aliran permukaan di daerah penyelidikan ini tidak diperoleh di lapangan, kendala utama yang dihadapi adalah relatif luasnya daerah penyelidikan, dimana pencatatan debit sungai hanya terbatas pada beberapa cabang sungai besar yang dimanfaatkan untuk pertanian di bagian tengah daerah penyelidikan.

B. Air Bawah Tanah

Berdasarkan atas jumlah, mutu dan kemudahan untuk mendapatkan air tanahnya, daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam) wilayah potensi air tanah, yakni :

1) Potensi Air tanah sedang pada Akuifer Dangkal dan Tinggi Pada Akuifer Dalam. Wilayah ini terdapat di sebelah barat Kudus, pada bentang alam kaki gunungapi di bagian tengah daerah penyelidikan, meliputi 2 (dua) wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara. Akuifer Dangkal terdapat pada kedalaman antara 0,75–45,0 mbmt dengan ketebalan akuifer yang tidak merata di semua tempat, umumnya kurang dari 15,0 m. Tercatat MAT berkisar antara 0,5–11,5 mbmt, K = 0,003–5,4 m/hari, T = 10,45-28,50 m2/hari, Qs = 0,09–0,281 l/detik/m, Qopt = 2,1–3,51 l/detik dengan jarak antar sumur 35–67 m. Secara umum, mutu air tanah tegolong baik untuk keperluan air minum. Akuifer Dalam umumnya terdapat pada kedalaman 40–124 mbmt, dengan MAT = 1,5–25,0 mbmt, dimana hasil penyelidikan geolistrik menunjukkan adanya lapisan penyekat berupa batulempung dan tuf lempungan yang memisahkan dengan akuifer dangkal pada bagian atasnya.

Hasil uji pemompaan yang dilakukan di wilayah ini menunjukkan nilai T = 125,4-726,7 m2/hari, qs = 1,24–3,4 l/detik/m dan Qopt dapat mencapai lebih dari 10 l/detik, dengan jarak antar sumur berkisar antara 100–170 m.

2) Potensi Air tanah Sedang Pada Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam. Wilayah ini terdapat pada bentang alam kaki gunungapi di bagian tengah daerah penyelidikan, meliputi 2 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara.

(3)

antar sumur antara 35 sampai 67 m. Secara umum, kualitas air tanah dangkal tergolong baik untuk keperluan air minum.

Akuifer dalam di wilayah ini berada pada kedalaman 30–125 mbmt, dengan MAT 1,5–25,0 mbmt, K mencapai 13,248 m/hari, T berkisar antara 97–210 m2/hari, Qs 1,24–3,41 l/detik/m, Qopt dapat mencapai 2,1–8,90 l/detik dengan perhitungan jarak antar sumur mencapai 110–185 m. Mutu air tanah tergolong baik untuk keperluan air minum.

3) Potensi Air tanah Rendah Pada Akuifer dangkal dan Sedang pada Akuifer Dalam. Wilayah ini menempati bagian bawah dari lereng–kaki gunungapi dan sebagian dataran, dengan sebaran di bagian tengah daerah penyelidikan, sebagian besar penyebarannya meliputi Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara, sebagian kecil meliputi wilayah Kabupaten Demak dan Kabupaten Pati.

Akuifer dangkal terdapat pada kedalaman antara 0,75–25,0 mbmt dengan ketebalan akuifer yang tidak merata di semua tempat, umumnya kurang dari 15,0 m di daerah dataran dan menebal ke arah gunungapi di utara. Tercatat MAT berkisar antara 0,5–11,5 mbmt, K = 0,004–1,15 m/hari, T = 8,73–11,8 m2/hari, Qs = 0,09–0,11 l/detik/m, Qopt = 0,2–1,5 l/detik dengan jarak antar sumur 20–45 m. Secara umum, mutu air tanah tergolong baik untuk keperluan air minum, namun di beberapa tempat dijumpai sisipan-sisipan akuifer yang mengandung air tanah payau/asin, yang diyakini karena proses pembentukan litologi akuifernya dipengaruhi kondisi genang laut (transgresi).

Akuifer dalam umumnya terdapat pada kedalaman 20–135 mbmt, dengan MAT = 1,5–12,0 mbmt, T = 97–210 m2/hari, Qs = 1,24–3,4 l/detik/m dan Qopt dapat mencapai 2,1–10 l/detik, dengan jarak antar sumur berkisar antara 110–195 m. Secara umum mutu air tanahnya tergolong baik untuk keperluan air minum.

4) Potensi Air tanah Rendah pada Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam. Wilayah ini menempati bagian puncak dan lereng atas gunungapi Muria di wilayah Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak, serta sebagian daerah dataran di bagian tenggara daerah penyelidikan pada wilayah Kabupaten Pati. Akuifer dangkal, kedudukan akuifer berada pada kedalaman 0,75–35 mbmt, MAT = 0,5–30 mbmt, K bervariasi 0,035–1,15 m/hari dan T = 6,5–10,5 m2/hari, serta penghitungan Qs = 0,06–0,08 l/detik/m dan Qopt = 0,3–12 l/detik dengan jarak antar sumur rata-rata 21–42 m. Mutu air tanah untuk keperluan air minum tergolong baik, namun di daerah dataran perlu diwaspadai adanya sisipan-sisipan akuifer yang mengandung air tanah payau/asin.

Akuifer dalam umumnya terdapat pada kedalaman 20–95 mbmt, MAT berkisar antara 5,0 dan 24,0 mbmt, T = 49,2–104,5 m2/hari, Qs = 0,34–0,85 l/detik/m dan penghitungan Qopt = 0,35–1,46 l/detik dengan jarak antar sumur = 125–175 m. Secara umum, mutu air tanah tergolong baik untuk keperluan air minum, namun setempat di daerah dataran wilayah Pati terdapat sisipan akuifer yang mengandung air tanah payau atau asin.

5) Potensi Air tanah Nihil pada Akuifer Dangkal dan Rendah pada Akuifer Dalam. Sebaran wilayah potensi air tanah ini terdapat di bagian selatan daerah penyelidikan, sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Demak dan Kabupaten Kudus, serta sebagian kecil berada di wilayah Kabupaten Pati dan Kabupaten Jepara.

(4)

Akuifer dalam di wilayah ini berada pada kedalaman 35–140 mbmt, dengan MAT rata-rata antara 1,5–24 mbmt, K mencapai 1,63 m/hari, T = 49,2–104,5 m2/hari, Qs = 0,34–0,85 l/detik/m, serta Qopt mencapai 0,35–1,45 l/detik dengan penghitungan jarak antar sumur mencapai 115–145 m. Mutu air tanah umumnya baik untuk keperluan air minum, namun setempat dijumpai sisipan akuifer yang mengandung air tanah payau atau asin.

6) Potensi Air tanah Nihil pada Akuifer Dangkal dan Dalam. Penyebaran wilayah potensi air tanah ini berada di daerah pantai di bagian barat daerah penyelidikan.

Di dalam wilayah potensi air tanah ini, pemanfaatan air tanah untuk keperluan air minum tidak mungkin dilakukan karena kualitasnya jelek, terutama disebabkan oleh genesa akuifernya yang terbentuk dalam lingkungan pengendapan laut pada saat proses transgesi berlangsung, sedangkan akuifer dangkal dipengaruhi oleh peristiwa pasang air laut yang terus berlangsung hingga saat ini.

2.1.1.2

Penggunaan

Lahan

Penggunaan lahan berdasarkan fungsi tanah di Kabupaten Kudus, terluas berupa lahan pertanian sawah dengan luas 20.691 Ha (48,67%). Lahan pertanian sawah terluas terdapat di Kecamatan Undaan dengan luas 5.805 Ha. Penggunaan lahan bukan sawah di Kabupaten Kudus seluas 7.680 Ha (17,91%), dengan lahan sawah terluas di Kecamatan Dawe dengan luas 3.414 Ha. Penggunaan lahan di Kabupaten Kudus meliputi fungsi lahan kering seluas 7.615 Ha, sedangkan fungsi lahan basah/persawahan seluas 20.691 Ha. Penggunaan lahan kering meliputi fungsi tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, hutan rakyat, tambak/kolam/empang, dan lainnya. Sedangkan fungsi lahan basah meliputi lahan irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa, dan tadah hujan.

Penggunaan lahan kering meliputi tegalan/kebun 77%, ladang/huma 4% hutan rakyat 2%, perkebunan 1% dan penggunaan lainnya 16%. Sedangkan fungsi lahan persawahan meliputi sawah irigasi teknis 31%, sawah setengah teknis 25%, sawah irigasi sederhana 12% dan sawah tadah hujan 28%. Adapun penjelasan mengenai penggunaan lahan di Kabupaten Kudus, dapat dilihat pada tabel II-2, tabel II-3 dan tabel II-4.

TABEL II-2.

LUAS PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

No Kecamatan Lahan Sawah (Ha)

Lahan Bukan Sawah (Ha)

Jumlah (Ha)

1 Kaliwungu 1.984 407 2.391

2 Kota 174 49 223

3 Jaati 1.038 165 1.203

4 Undaan 5.805 200 6.005

5 Mejobo 1.812 103 1.915

6 Jekulo 4.277 1.096 5.373

7 Bae 881 286 1.167

8 Gebog 2.052 1.895 3.947

9 Dawe 2.668 3.414 6.082

Jumlah 20.691 7.615 28.306

(5)

GAMBAR 2.2.

GRAFIK PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

Sumber: Kudus Dalam Angka 2011

TABEL II-3.

PENGGUNAAN LAHAN SAWAH SECARA PENGAIRAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010 (Ha)

No Kecamatan Teknis 1/2 Teknis Sederhana

Irigasi Desa/Non

PU

Tadah

Hujan Jumlah

1 Kaliwungu 321 178 130 0 1.355 1.984

2 Kota 20 90 0 0 64 174

3 Jati 224 302 0 0 512 1.038

4 Undaan 4.840 965 0 0 0 5.805

5 Mejobo 209 618 26 0 959 1.812

6 Jekulo 803 1.084 1.003 0 1.387 4.277

7 Bae 0 456 15 0 410 881

8 Gebog 0 976 885 0 191 2.052

9 Dawe 90 466 435 807 870 2.668

Jumlah 6.507 5.135 2.494 807 5.748 20.691

Persentase (%) 31% 25% 12% 4% 28% 100%

(6)

TABEL II-4.

PENGGUNAAN LAHAN KERING DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

No Kecamatan

Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kudus, Kudus Dalam Angka 2011

2.1.1.3

Bencana

Alam A. Banjir

Berdasarkan RTRW Kabupaten Kudus tahun 2011-2031, kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawan tanah longsor dan kawasan rawan banjir. Kawasan rawan longsor antara lain: Desa Rahtawu Kecamatan Gebog, Desa Menawan Kecamatan Gebog, Desa Terban Kecamatan Jekulo, Desa Ternadi Kecamatan Dawe, Desa Soco Kecamatan Dawe, Desa Colo Kecamatan Dawe, Desa Japan Kecamatan Dawe, Desa Cranggang Kecamatan Dawe, Desa Glagah Kulon Kecamatan Dawe, dan Desa Kuwukan Kecamatan Dawe. Sedangkan kawasan rawan banjir antara lain: Kecamatan Undaan, Kecamatan Jekulo bagian selatan, Kecamatan Mejobo bagian selatan, Kecamatan Jati bagian selatan, dan Kecamatan Kaliwungu bagian selatan.

Banjir yang terjadi di Kabupaten Kudus diakibatkan oleh berkurangnya kawasan resapan, sedimentasi dan faktor alam (curah hujan yang tinggi), di samping karena memang kondisi topografi yang cenderung datar. Banjir tahunan yang melanda ini menimbulkan kerugian baik moril maupun materiil serta juga menelan korban jiwa.

B. Gerakan Tanah

Setelah dilakukan analisis dengan mempertimbangkan 4 (empat) faktor, yaitu geologi, keairan, kelerengan dan tata guna lahan, maka Kabupaten Kudus dapat dibagi menjadi 4 zona kerentanan gerakan tanah, yaitu sebagai berikut :

1) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah.

(7)

sampai dengan < 15%, wilayahnya meliputi Kecamatan Undaan, Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe dan Kecamatan Jekulo. Batuan terdiri dari endapan alluvial dan sebagian tuf, tuf pasiran dari Formasi Tuf Muria. Lahan umumnya digunakan sebagai permukiman, sawah, pasar, tambak dan perkantoran.

2) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah

Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadinya gerakan tanah, sehingga jarang terjadi adanya gerkan tanah. Bahkan bila kondisi kelerengan diganggu tidak akan membentuk gerakan tanah, karena tanah di daerah ini umumnya telah teguh. Gerakan tanah yang terjadi di jumpai di lereng-lereng sungai karena adanya gerusan aliran sungai.

Di Kabupaten Kudus mempunyai tebal tanah berkisar 0,3-5 m. Terdapat pada daerah datar sampai terjal, lereng umumnya berkisar antara 5% sampai dengan 15%, di lembah sungai bagian atas kadar lereng sampai >50%, wilayahnya meliputi sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe sebelah selatan, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Mejobo. Batuan terdiri dari tuf, tuf pasiran kadang dari Formasi Tuf Muria. Lahan umumya digunakan sebagai hutan sejenis, sawah, tegalan dan permukiman.

3) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah

Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadinya gerakan tanah, sehingga kadang-kadang terjadi adanya gerakan tanah, bila kondisi kelerengan diganggu. Karena tanah di daerah ini umumnya sebagian masih merupakan tanah lepas-lepas yang menumpang di batuan dasarnya. Gerakan tanah dijumpai di lereng-lereng yang terjal dan mengarah ke lembah sungai. Penyebab gerakan tanah di zona ini umumnya disebabkan oleh kondisi tanah yang belum teguh dan gerusan air sungai yang membentuk tebing terjal dan kelerengan tinggi. Tebal tanah berkisar antara 0,5–10 m. Terdapat pada daerah bergelombang sampai terjal, lereng umumnya berkisar antara 30-50% sampai dengan >70%, di lembah sungai, wilayahnya meliputi daerah Gunung Paliyan sebelah utara dan Kecamatan Gebog. Batuan terdiri dari tuf, tuf pasiran, breksi andesit dari Formasi Tuf Muria, lava dari Formasi Lava Muria dan Batupasir–Gamping dari Formasi Patiayam. Lahan umumnya digunakan sebagai hutan sejenis, hutan heterogen dan pemukiman.

4) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi

Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadinya gerakan tanah, sehingga sering terjadi adanya gerakan tanah. Gerakan tanah lama maupun baru akan sering terjadi. Faktor penyebab gerakan tanah di daerah ini karena kondisi tanah lapuk yang menumpang di batua segar, kelerengan terjal dan sebagian terjadi karena adanya penggundulan hutan. Tebal tanah berkisar 0,3 - >5m. Terdapat pada daerah bergelombang sampai terjal, lereng umumnya berkisar antar 50-70% sampai dengan >70%, di lembah sungai, wilayahnya meliputi Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe dan puncak Muria bagian selatan. Batuan terdiri dari tuf, tuf pasiran, breksi andesit dan lava dari Formasi Lava Muria, batupasir dari Formasi Patiayam. Lahan umumnya digunakan sebagai tegalan, hutan heterogen.

2.1.2. Gambaran Fisiografi Daerah

(8)

 Kelerengan 0-8%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa dataran koluvial dengan relief datar. Kelerengan ini terdapat di Kecamatan Undaan, Kecamatan Kota, Kecamatan Jati, Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Mejobo, sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Bae.

 Kelerengan 8-15%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa dataran koluvial dengan relief landai. Kelerengan ini terdapat di sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe sebelah selatan, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Mejobo.

 Kelerengan 15-25%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa perbukitan struktural dengan relief bergelombang dan agak curam. Kelerengan ini terdapat di Kecamatan Dawe dan Gunung Paliyan bagian Timur.

 Kelerengan 25-45%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan perbukitan struktural dengan relief berbukit kecil dan curam. Kelerengan ini terdapat di daerah Gunung Paliyan bagian utara, Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe, Kecamatan Jekulo.

 Kelerengan >45%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan perbukitan struktural dengan relief bergelombang dan sangat curam. Kelerengan ini terdapat di sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe, Kecamatan Gebog dan daerah Puncak Muria bagian selatan.

2.1.3. Letak Daerah

Secara geografis Kabupaten Kudus Terletak diantara 110°36’ Dan 110°50’ BT serta 6°51’ dan 7°16 LS. Secara Administrasi Kabupaten Kudus dibatasi oleh :

- Sebelah Utara : Kabupaten Jepara - Sebelah Timur : Kabupaten Pati

- Sebelat Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati - Sebelah Barat : Kabupaten Demak

2.1.4. Gambaran Meteorologi

(9)

TABEL II-5.

BANYAKNYA HARI HUJAN DIRINCI PER BULAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2006-2010 (hari)

Bulan 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 24 10 17 23 22

Februari 17 16 22 18 15

Maret 14 17 16 11 12

April 14 12 9 7 12

Mei 11 5 4 10 14

Juni 1 5 1 2 9

Juli 0 2 0 1 8

Agustus 0 1 3 1 6

September 1 1 1 2 9

Oktober 1 5 8 4 11

November 3 11 8 9 6

Desember 18 22 15 10 18

Jumlah 104 107 104 98 142

Lokasi : Colo Dawe, Ketinggian : 700 m/DPL Sumber: Stasiun Meteorologi Pertanian Kudus

TABEL II-6.

BANYAKNYA CURAH HUJAN DIRINCI PER BULAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2006-2010(mm)

Bulan 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 777 120 387 562 112

Februari 346 261 722 296 74

Maret 263 227 224 186 177

April 151 170 102 115 167

Mei 152 22 22 88 223

Juni 5 53 8 5 122

Juli 0 25 0 6 91

Agustus 0 9 36 6 60

September 0 12 7 9 112

Oktober 23 41 89 38 147

November 22 187 92 105 87

Desember 325 411 224 139 278

Jumlah 2.064 1.538 1.913 1.555 1.650

Lokasi : Colo Dawe, Ketinggian : 700 m/DPL Sumber: Stasiun Meteorologi Pertanian Kudus

2.1.5. Kondisi Geologis

(10)

Kabupaten Kudus memiliki struktur tanah yang bervariasi mulai daerah pantai, perbukitan sampai pegunungan. Berikut ini adalah jenis tanah yang terdapat di daerah Kabupaten Kudus dan penyebarannya :

 Jenis tanah andosol. Penyebarannya di Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe.

 Jenis tanah grumosol mediteran. Jenis tanah ini tersebar di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog, dan Kecamatan Dawe.

 Jenis tanah latosol merah. Penyebarannya meliputi Kecamatan Jekulo.

 Jenis tanah planosol coklat. Penyebarannya di Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Gebog.

 Jenis tanah latosol coklat. Penyebarannya di Kecamatan Gebog, dan Kecamatan Dawe.

 Jenis tanah litosol grumosol. Penyebarannya di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog, dan Kecamatan Dawe.

 Jenis tanah mediteran. Jenis tanah ini penyebarannya di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe, Kecamatan Bae, Kecamatan Kota, Kecamatan Mejobo, Kecamatan Jati, dan Kecamatan Kaliwungu.

 Jenis tanah aluvial coklat. Jenis tanah ini paling banyak dijumpai di Kecamatan Jati, Kecamatan Undaan, Kecamatan Jekulo, Kecamatan Mejobo, dan Kecamatan Kaliwungu.

2.2 PROFIL DEMOGRAFI

2.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Kudus tahun 2010 adalah 764.606 jiwa, yang meliputi 9 (sembilan) kecamatan yang ada di Kabupaten Kudus. Jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Jekulo yaitu 97.888 jiwa (12,80%), sedangkan jumlah penduduk terendah sekitar 61.966 jiwa (8,10%) berada di Kecamatan Bae. Sebaran penduduk tertinggi di Kabupaten Kudus berada di Kecamatan Jekulo. Sedangkan sebaran penduduk terendah terdapat di Kecamatan Bae.

TABEL II-7.

PERSEBARAN PENDUDUK PER KECAMATAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2006-2010

No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Persebaran

(%)

2006 2007 2008 2009 2010

1 Kaliwungu 87.327 87.868 88.739 89.391 90.219 11.8 2 Kota 91.737 91.588 92.504 91.526 91.489 12.0 3 Jati 92.113 93.366 94.288 96.084 97.291 12.7

(11)

Kepadatan penduduk di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 memiliki kepadatan netto sebesar 81,36 jiwa/Ha, kepadatan brutto sebesar 17,58 jiwa/Ha. Kepadatan netto yang tertinggi yaitu di Kecamatan Kaliwungu sebesar 144,81 jiwa/Ha, sedangkan kepadatan yang terendah yaitu di Kecamatan Bae sebesar 56,90 jiwa/Ha. Kepadatan brutto yang tertinggi di Kecamatan Kota sebesar 87,38 jiwa/Ha dan yang terendah di Kecamatan Undaan sebesar 9,61 jiwa/Ha. Berikut dijabarkan tabel II-8 kepadatan penduduk di Kabupaten Kudus Tahun 2010.

TABEL II-8.

KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

Kecamatan Luas daerah Sumber: Kudus Dalam Angka 2011

TABEL II-9.

KEPADATAN PENDUDUK NETTO DAN BRUTO KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

No Kecamatan Penduduk (jiwa)

(12)

2.2.2 Struktur Penduduk Berdasarkan Umur

Jumlah penduduk berdasarkan struktur umur di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 jumlah penduduk 764.606 jiwa tercatat pada usia produktif (15-59 tahun) menunjukkan angka tertinggi yaitu 80.056 jiwa kemudian kelompok belum produktif (0–14 tahun) sebesar 67.945 jiwa, serta kelompok tidak produktif (75+ tahun keatas) sebesar 9.823 jiwa.

Di sisi lain, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Kudus, berdasarkan data Kudus Dalam Angka Tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan jenis kelamin wanita lebih banyak daripada jumlah penduduk pria, masing-masing yaitu 385.586 jiwa dan 379.020 jiwa.

TABEL II-10.

BANYAKNYA PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN DI KABUPETEN KUDUS TAHUN 2010

Kelompok

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 33.310 34.635 67.945

5-9 38.978 34.677 73.655

10-14 38.054 34.178 72.232

15-19 39.059 40.997 80.056

20-14 36.452 39.490 75.942

25-29 33.481 36.115 69.596

30-34 31.422 32.183 63.605

35-39 26.707 28.358 55.065

40-44 27.738 26.763 54.501

45-49 21.417 18.234 39.651

50-54 15.771 15.187 30.958

55-59 11.118 12.848 23.966

60-64 9.820 12.486 22.306

65-69 7.191 9.344 16.535

70-74 5.689 6.081 11.770

75+ 2.813 4.010 9.823

Jumlah 379.020 385.586 764.606

(13)

GAMBAR 2.3.

PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

Sumber: Kudus Dalam Angka 2011, diolah

Dari gambar di atas terlihat bahwa piramida penduduk Kabupaten Kudus termasuk piramida dengan bentuk segitiga atau limas, yang berarti sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda atau berciri ekspansif. Penduduk tumbuh cepat karena terjadi penurunan tingkat kematian bayi tetapi tingkat kelahiran masih tinggi. Namun jumlah penduduk produktif masih lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tidak produktif. Hal itu berarti potensi tenaga kerja di Kabupaten Kudus tinggi karena banyak terdapat penduduk yang produktif.

2.2.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 jumlah penduduk 764.606 jiwa terdiri atas laki-laki sebesar 379.020 Jiwa dan perempuan sebesar 385.586 jiwa. Hal ini menunjukkan adanya selisih jumlah yang tidak jauh beda yaitu lebih banyak penduduk perempuan dari pada laki-laki, namun mayoritas keseimbangan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kudus.

Di sisi lain, angka perbandingan sex ratio penduduk rata-rata berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Kudus, adalah 98,30 berdasarkan data Kudus Dalam Angka Tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan jenis kelamin wanita lebih banyak daripada jumlah penduduk pria, masing-masing yaitu 385.586 jiwa dan 379.020 jiwa atau setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki.

(14)

TABEL II-11.

BANYAKNYA PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN SEX RATIO PER KECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

Kaliwungu 44.858 45.361 90.219 98,89

2.2.4 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama dalam mempersiapkan sumber daya manusia untuk ikut berperan serta secara aktif dalam pembangunan. Selain itu, juga dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki keunggulan kompetitif dalam menghadapi era persaingan global.

Dari tabel dibawah dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kabupaten Kudus yang merupakan lulusan Akademi dan atau Perguruan Tinggi sebanyak 43.394 orang, lulusan SMA sebanyak 91.393 orang, lulusan SMP sebanyak 195.358 orang. Sedangkan jumlah penduduk yang merupakan lulusan SD mencapai 130.531 orang, tidak lulus SD yaitu 125.771 orang dan tidak bersekolah 36.559 orang.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten Kudus masih berpendidikan rendah, yaitu mencapai 47,00% dari seluruh jumlah penduduk yang termasuk dalam kelompok usia sekolah (10 tahun ke atas).

TABEL II-12.

BANYAKNYA PENDUDUK (10 TAHUN KEATAS) MENURUT PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN PER KECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

(15)

No. Kecamatan AK/ PT SMA SMP SD Tak/ Blm Tamat SD

Tak

sekolah Jumlah 8 Gebog 5.493 16.821 19.224 18.538 1 2.015 3 .776 75.868 9 Dawe 4.988 10.599 28.057 15.587 1 3.717 3 .533 76.480 Jumlah 43.394 91.393 195.358 130.531 125.771 36.559 623.006 Sumber: Kudus Dalam Angka, 2011

2.2.5 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Kudus berkaitan erat dengan jumlah penduduk yang termasuk usia kerja. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Kudus pada tahun 2010, yang sudah bekerja adalah 353.120 orang. Dari jumlah tersebut sebagian besar bekerja pada sektor perdagangan 73.520 orang, industri 140.083 orang dan pertanian 44.387 orang, sedangkan sebagian kecil bekerja di sektor keuangan dan pertambangan, masing-masing yaitu 5.367 dan 247 orang.

TABEL II-13.

PENDUDUK (USIA 10 TAHUN KEATAS) YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA UTAMA DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2006 – 2010

No Lapangan Usaha Jumlah

2006 2007 2008 2009 2010

1 Pertanian 60.201 60.642 60.361 60.054 44.387 2 Pertambangan 1.142 1.150 1.145 226 247 3 Industri 155.733 156.874 156.147 140.665 140.083 4 Listrik, Gas dan Air 1.526 1.537 1.530 452 989 5 Bangunan 35.589 35.849 35.683 42.546 36.336 6 Perdagangan 54.830 55.231 54.975 66.454 73.520 7 Transportasi 17.738 17.868 17.785 21.988 15.537 8 Keuangan 4.379 4.411 4.391 2.899 5.367 9 Jasa-jasa 41.249 41.551 41.359 41.228 36.654 Jumlah 372.387 375.113 373.376 376.512 353.120 Sumber : Kudus dalam Angka ,2006-2011

Hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi kecenderungan peralihan mata pencaharian penduduk di Kabupaten Kudus, dari sektor primer (pertanian dan pertambangan) ke sektor sekunder (industri dan perdagangan), bahkan sektor tersier (jasa-jasa). Hal ini berarti sektor-sektor sekunder yang cenderung modern telah menggantikan peranan sektor primer yang relatif bersifat tradisional.

2.3 PROFIL EKONOMI

2.3.1 Kondisi Ekonomi Daerah dengan Perkembangan PDRB

Kondisi perekonomian Kabupaten Kudus pada saat ini antara lain dapat dilihat dari beberapa indikator ekonomi seperti meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya pendapatan perkapita, tingkat inflasi serta terjadinya pergeseran struktur ekonomi dengan semakin berkurangnya peran sektor primer

sejalan dengan semakin meningkatnya peran sektor sekunder dan tersier. Kondisi ekonomi makro Kabupaten Kudus Tahun 2005-2009 cukup berat. Hal ini terlihat pada

(16)

Dari tabel diketahui bahwa PDRB atas dasar harga konstan Tahun 2005 sebesar Rp 10.619.525,79 juta meningkat menjadi Rp 12.125.681,80 juta pada 2009. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Tahun 2005-2009 adalah 3,37%. Kondisi ini menggambarkan perekonomian tetap berkembang meskipun lamban. Sektor bangunan, sektor pertambangan, dan sektor keuangan rata-rata tumbuh tinggi sebagai dampak dari meningkatnya permintaan akan perumahan dan layanan keuangan dari perbankan. Sektor industri dan perdagangan rata-rata tumbuh 3%, tetap menopang perekonomian daerah secara konsisten. Adapun sektor pertanian mengalami pertumbuhan dengan rata-rata tumbuh 5%. Namun pada tahun 2007 sempat mengalami penurunan sebesar 2%.

Pada 2015 diperkirakan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp. 14.796.099,07 juta dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 3,37%. Diasumsikan situasi perekonomian riil terus tertekan sebagai imbas arus perekonomian global sehingga akan terjadi penyesuaian harga barang dan jasa sampai tercipta keseimbangan baru.

TABEL II-14.

PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN KUDUS ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2005-2009 (Rp Juta)

No. Lapangan Usaha Tahun

2005 2006 2007* 2008* 2009**

1 Pertanian 340.618,20 362.548,16 355.496,07 369.112,83 386.786,84

2 Pertambangan &

Penggalian 4.165,91 4.443,31 4.609,93 4.666,99 4.797,69 3 Industri Pengolahan 6.557.621,25 6.689.910,12 6.901.299,63 7.145.779,11 7.421.852,42

4 Listrik, Gas & Air

Bersih 33.134,30 34.548,41 36.330,30 39.434,71 46.682,57 5 Bangunan 162.748,06 167.298,67 174.711,93 174.741,85 187.232,67

6 Perdagangan, Hotel

& Restoran 2.887.991,97 2.958.744,27 3.079.673,70 3.218.014,82 3.309.324,07

7 Pengangkutan &

Komunikasi 191.001,04 201.682,93 213.080,03 229.419,85 237.284,29

8 Keu Persewaan &

Jasa Perusahaan 229.463,82 238.231,78 240.954,45 252.551,43 276.390,68 9 Jasa - Jasa 212.781,24 223.752,16 237.203,33 250.098,15 255.330,57 Jumlah 10.619.525,79 10.881.159,81 11.243.359,37 11.683.819,74 12.125.681,80 *)Angka Sementara

**)Angka Sangat Sementara Sumber: Kudus Dalam Angka 2011

TABEL II-15.

PDRB KABUPATEN KUDUS ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONTRIBUSI SEKTORAL TAHUN 2005-2009 (Rp Juta)

No. Lapangan Usaha Tahun

2005 2006 2007* 2008* 2009**

(17)

No. Lapangan Usaha Tahun

2005 2006 2007* 2008* 2009**

3 Industri Pengolahan 12.844.125,27 13.992.851,76 15.616.390,95 17.408.531,63 18.369.527,90

4 Listrik, Gas & Air

Bersih 74.875,78 83.444,04 88.994,54 100.612,94 135.642,91 5 Bangunan 246.809,77 270.997,53 319.534,84 347.586,21 379.547,02

6 Perdagangan, Hotel

& Restoran 5.084.180,13 5.468.286,16 6.074.941,57 7.102.368,42 7.516.800,09

7 Pengangkutan &

Komunikasi 293.616,56 323.498,78 340.685,13 394.677,34 416.103,57

8 Keu Persewaan &

Jasa Perusahaan 373.489,86 4.1347,63 466.480,96 556.816,77 637.502,66

9 Jasa - Jasa 414.300,37 470.202,69 525.318,64 656.060,27 705.631,88 Jumlah 19.784.423,34 21.562.981,37 24.013.253,71 27.245.392,30 28.905.457,01 *)Angka Sementara

**)Angka Sangat Sementara Sumber: Kudus Dalam Angka 2011

Dari tabel di atas, diketahui bahwa struktur ekonomi Kabupaten Kudus ditopang oleh sektor industri dan didukung oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Pergeseran struktur ekonomi secara cepat dimotori oleh perkembangan sektor industri dan dipacu oleh sektor keuangan dan jasa-jasa. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB rata-rata berkisar 63,55%.

Industri besar mampu meningkatkan nilai tambahnya secara berkelanjutan merupakan keberhasilan industri yang inovatif, aktif meningkatkan produktivitasnya, dan berbahan baku lokal. Kemampuan industri kecil perlu dioptimalkan hingga kapasitas penuh melalui penguatan struktur industri (up grading), perbaikan sistem dan rel intermoda dengan rantai pasokan global, fasilitas manajemen, dan pengembangan basis informasi.

Kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran rata-rata berkisar 26%. Sedangkan kontribusi dari sektor pertanian dan sektor yang lain masih di bawah 10 persen, yakni sektor pertanian sebesar 2,54 persen, sektor jasa 2,44 persen, sektor keuangan sebesar 2,21 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 1,44 persen.

Dari tahun 2005 kontribusi dari sektor industri pengolahan terlihat fluktuatif stabil. Hal ini menunjukkan kemajuan dalam proses industrialisasi. Proses industrialisasi merupakan proses dimana perkembangan sektor industri pada umumnya akan diikuti berkembangnya transaksi perdagangan dan menurunnya aktivitas pertanian. Terlihat bahwa selama beberapa dekade ini sektor perdagangan selalu memberikan kontribusi terbesar kedua, lebih besar dari kontribusi sektor pertanian.

Besarnya kontribusi sektor industri menunjukkan bahwa sektor ini memegang peranan penting dalam menopang perekonomian di Kudus, walaupun secara geografis Kabupaten Kudus merupakan kabupaten dengan wilayah terkecil, namun dari sisi industri memiliki potensi dan peluang pasar yang dapat diandalkan.

(18)

pertambangan dan penggalian dalam perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari konstribusinya yang paling kecil, hanya sebesar 0,03 persen.

Pada tahun 2009 sektor sekunder tetap menjadi kontributor pertama terhadap PDRB. Atas dasar harga berlaku kontribusi sektor sekunder pada tahun 2009 sebesar 65,33 persen, disusul kemudian sektor tersier sebesar 32,09 persen dan kontribusi terkecil adalah sektor primer sebesar 2,58 persen. Hal tersebut semakin menunjukkan bahwa peranan sektor primer di Kabupaten Kudus sangat kecil dominasinya dibandingkan dengan kedua sektor yang lain.

Laju pertumbuhan PDRB di Kabupaten Kudus tahun 2009 atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar 3,78 persen, yang berarti telah terjadi kenaikan riil kuantitas barang/jasa sebesar 3,78 persen dibanding tahun sebelumnya.

Adapun PDRB per kapita merupakan indikator ekonomi yang mampu menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. PDRB per kapita pada 2005 mencapai Rp 10,619,525.79 meningkat pada 2009 sebesar Rp 12,125,681.80. Kondisi ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat relatif tinggi dibanding daerah lain.

TABEL II-16.

PERKEMBANGAN PDRB PER KAPITA ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN

No. Tahun PDRB Per Kapita

(Harga Konstan) %

PDRB Per Kapita

(Harga Berlaku) % 1 2005 10,619,525.79 4,43 19,784,423.34 20,16 2 2006 10,881,159.81 2,46 21,562,981.37 8,99 3 2007* 11,243,359.37 3,32 24,013,253.71 11,36 4 2008* 11,683,819.74 3,92 27,245,392.30 13,46 5 2009** 12,125,681.80 3,78 28,905,457.01 6,09 *)Angka Sementara

**)Angka Sangat Sementara Sumber: Kudus Dalam Angka 2011

2.3.2 Pendapatan Perkapita

Atas dasar harga berlaku Kecamatan Kota memiliki PDRB Perkapita tertinggi yakni sebesar 100,93 juta rupiah. Diikuti oleh Kecamatan Kaliwungu dan Jati Masing-masing sebesar 54,11 juta rupiah dan 51,00 juta rupiah. Sedangkan PDRB perkapita terkecil masih dipegang kecamatan Dawe sebesar 10,04 juta rupiah. Dan secara keseluruhan PDRB Perkapita kabupaten Kudus untuk tahun 2009 sebesar 16,10 juta rupiah.

(19)

TABEL II-17.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA DIRINCI

MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2008 – 2009 ( RUPIAH )

Kecamatan

2008* 2009**

Harga Berlaku Harga Konstan

2000 Harga Berlaku

Harga Konstan 2000 Kaliwungu 55,096,981.39 23,260,889.71 54,117,757.92 22,445,978.89 Kota 93,999,863.69 39,921,399.96 100,933,267.30 41,945,550.12 Jati 48,509,990.70 20,942,367.27 51,003,796.50 21,535,593.09 Undaan 9,263,609.60 4,405,199.50 10,090,027.37 4,620,419.82 Mejobo 12,563,975.49 5,538,843.34 12,780,620.72 5,487,366.41 Jekulo 21,263,143.84 9,141,067.73 23,603,772.27 9,898,438.51 Bae 26,273,295.18 11,184,358.62 24,938,303.12 10,403,775.76 Gebog 35,794,885.89 15,207,825.74 39,776,611.26 16,543,818.55 Dawe 9,082,330.78 4,227,530.66 10,044,828.14 4,531,835.40 Jumlah 36,321,523.57 15,575,996.46 38,212,693.48 16,030,016.80 *)Angka Sementara

**)Angka Sangat Sementara Sumber: Kudus Dalam Angka, 2011

TABEL II-18.

PENDAPATAN REGIONAL DAN ANGKA-ANGKA PERKAPITA ATAS DASAR HARGA BERLAKU DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2005-2009

Rincian Satuan 2005 2006 2007* 2008* 2009**

19,784,423.33 21,562,981.38 24,013,253.71 27,245,392.30 28,905,457.00

Penyusutan Jutaan Rupiah

1,150,579.81 1,205,855.25 1,292,305.01 1,389,998.96 1,413,800.46

Produk

18,633,843.52 20,357,126.13 22,720,948.70 25,855,393.34 27,491,656.55

Pajak Tak Langsung

Jutaan Rupiah

8,125,331.64 8,754,806.35 10,382,104.50 11,678,481.57 12,537,956.55

Produk

10,508,511.88 11,602,319.78 12,338,844.19 14,176,911.77 14,953,700.00

Jumlah

Rupiah 14,314,121.47 15,699,283.23 16,569,479.75 18,899,600.68 19,768,625.50

PDRB Perkapita

Rupiah 26,949,261.89 29,177,212.68 32,246,709.24 36,321,523.57 38,212,693.48

(20)

2.4 PROFIL SOSIAL DAN BUDAYA

2.4.1 Kesejahteraan Sosial

Perlindungan dan kesejahteraan sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan keterlantaran, baik anak maupun lanjut usia, kecacatan, ketunasusilaan, dan bencana alam, serta bencana sosial. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan oleh pasal 28H ayat (1), (2), dan (3) Perubahan Kedua dan pasal 34 ayat (1) dan (2) Perubahan Keempat UUD 1945.

Menurut Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Kudus, jumlah anak terlantar pada tahun 2010 sekitar 766 anak, sedangkan jumlah lanjut usia terlantar sekitar 969 jiwa. Berdasarkan data Kudus Dalam Angka tahun 2011, jumlah penderita cacat tercatat 1.844 jiwa sebagian tuna raga/tubuh dan tuna netra, serta jumlah penduduk miskin yang ditangani berjumlah sekitar 39.644 jiwa. Data kemiskinan terdiri dari 5 tahapan keluarga sejahtera, yaitu keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I (miskin), keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III, dan Keluarga sejahtera III plus.

TABEL II-19.

PENDUDUK MENURUT TAHAPAN KELUARGA SEJAHTERA TAHUN 2006-2010

Tahap Keluarga Sejahtera

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

Pra sejahtera 28.874 28.352 28.237 26.192 25.934 Keluarga Sejahtera I 37.877 38.545 36.701 38.774 39.644 Keluarga Sejahtera II 58.546 61.669 67.265 73.263 70.616 Keluarga Sejahtera III 49.692 51.377 50.735 51.903 57.001 Keluarga Sejahtera III+ 11.000 9.907 10.222 10.061 10.139 Sumber: Kudus Dalam Angka 2011

Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) khususnya fakir miskin apabila tidak dilakukan secara tepat akan berakibat pada kesenjangan sosial yang semakin meluas dan berdampak pada melemahnya ketahanan sosial masyarakat.

2.4.2 Agama

Di Kabupaten Kudus, pemeluk Agama Islam merupakan pemeluk agama yang dominan mencapai 743.733 orang pada tahun 2010. Pemeluk Agama Kristen sebanyak berjumlah 10.928 orang, pemeluk agama Katolik mencapai 7.534 orang, Pemeluk Agama Hindu sebanyak 793 orang dam Agama Budha sebanyak 1.618 orang.

Tempat peribadatan yang tersedia di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 adalah 659 masjid, 1.769 Mushola, 21 gereja kristen, 7 gereja katolik, 13 vihara budha dan klenteng.

(21)

Maka secara sederhana dapat disebutkan bahwa melihat masyarakat dan kebudayaan Kudus adalah melihat wajah mereka melalui karya-karya budaya mereka yang terekspresi dalam benda-benda purbakala, upacara-upacara adat, tari-tarian, kesenian, kerajinan tangan dan sebagainya.

Kebudayaan daerah dapat dilihat dari adat istiadat yang mengarah pada budaya jawa dan Islam. Bahasa daerah yang ada sangat didominasi oleh Bahasa Jawa. Tempat bersejarah yang ada antara lain Makam Sunan Kudus yang berada satu kompleks dengan Masjid Menara dan Makam Sunan Muria.

2.4.3 Pendidikan

Penduduk yang bersekolah di Kabupaten Kudus secara umum mengalami fluktuasi selama periode tahun ajaran 2005/2006 – 2009/2010. Pada tingkat pendidikan dasar (Negeri dan Swasta) tahun ajaran 2009/2010 jumlah murid yang bersekolah mengalami peningkatan sebesar 0,15 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk pendidikan SLTP (Negeri dan Swasta) juga mengalami kenaikan sebesar 1,49 persen, sedangkan untuk SLTA (Negeri dan Swasta) mengalami kenaikan sebesar 3,54 persen.

Pada tahun ajaran 2009/2010, tersedia jumlah SD sebanyak 467 unit dan MI sebanyak 135 unit, SLTP dan MTs masing-masing sebanyak 51dan 61 unit, SLTA dan MA masing-masing sebanyak 43 dan 29 unit. Untuk jumlah Universitas/Perguruan Tinggi tahun akademik 2009/2010 tercatat ada 8 buah.

TABEL II-20.

JUMLAH SEKOLAH (NEGERI DAN SWASTA) BERDASARKAN TINGKATAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2009/2010

(22)

2.5 KONDISI PRASARANA BIDANG PU/CIPTA KARYA

A. Sub Bidang Pengembangan Permukiman

Kabupaten Kudus memiliki letak yang strategis yaitu dilalui oleh jalan propinsi Semarang – Surabaya dan didukung dengan pertumbuhan kawasan industri. Dengan kondisi yang strategis tersebut menjadikan Kabupaten Kudus berkembang dengan pesat.

Perkembangan Kabupaten Kudus yang pesat tersebut memicu pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi yang tinggi. Dengan kondisi yang demikian maka kebutuhan permukiman baru serta sarana dan prasarana dasar akan bertambah. Tetapi dengan adanya keterbatasan lahan di perkotaan, dan rendahnya daya beli masyarakat sehingga masyarakat memanfaatkan kantong-kantong strategis kota seperti di sempadan sungai Gelis difungsikan sebagai tempat tinggal dan perdagangan dan jasa, dimana seharusnya sempadan ini merupakan kawasan lindung yang berfungsi untuk melindungi sungai dari aktivitas-aktivitas yang dapat mengganggu kelestarian kawasan sekitar sungai. Sehingga kawasan sepanjang sungai Gelis ini menjadi kumuh, dan tingginya tingkat sedimentasi/ pendangkalan sungai menjadi tinggi, dan sampah yang tersebar di badan maupun dipinggir sungai.

Aktivitas di kawasan ini belum dilengkapi oleh sarana dan prasarana yang memadai, seperti prasarana air bersih yang layak dikonsumsi, prasarana persampahan (TPS), dan sistem drainase yang kurang baik. Apabila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut akan menjadikan kawasan sempadan sungai Gelis menjadi semakin kumuh. Maka diperlukan pengembangan permukiman baru yaitu dengan pembangunan rusunawa di Desa Bakalan Krapyak.

Berdasarkan data pada tahun 2010, luas kawasan permukiman sebesar 3.535 ha dengan status kepemilikan rumah milik sendiri berjumlah 212.509 unit dan rataan luas lantai 50 -100m2. Perumahan yang

disediakan oleh Perumnas terdapat di Desa Gondang Manis, Desa Sumber, Desa Terban, dan lainnya. Untuk perumahan yang disediakan oleh developer swasta antara lain di Desa Purwosari, Desa Singocandi, Desa Bae, Desa Rendeng, Desa Tersono dan lainnya.

TABEL II-21.

JUMLAH PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2006-2010 Jenis

Perumahan

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

Rumah milik sendiri

207.350 208.839 210.927 211.718 212.509

Rumah sewa - - - 192 192

Perumnas 5 5 5 5 5

KPR/BTN 169 195 195 250 250

Real Estate 55 46 46 210 210

Perorangan 3 64 64 77 77

Sumber: SIPD Kabupaten Kudus

(23)

rumah yang mempunyai kualitas bahan bangunan sederhana maupun yang tidak sederhana. Jumlah persebaranya dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL II-22.

JUMLAH PERSEBARAN RUMAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2007

Sumber: RTRW Kab. Kudus, 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah rumah untuk kualitas bahan bangunan yang tidak sederhana terbesar adalah di Kecamatan Jati sebanyak 18.416 unit, sedangkan jumlah terkecil adalah Kecamatan Bae sebanyak 6.143 unit. Jumlah rumah untuk kualitas bahan bangunan sederhana terbesar adalah Kecamatan Gebog sebanyak 9.492 unit, sedangkan jumlah terkecil adalah Kecamatan Kota sebanyak 3.718 unit.

TABEL II-23.

PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA SEHAT(RSH)

No. Kawasan Perumahan Luas Kawasan Jumlah rumah ( unit )

1. Muria Indah 6 Ha 952

2. Muria Raya 2 Ha 28

3. Sumber Indah I 3 Ha 244

4. Sumber Indah II 3 Ha 250

5. Sumber Indah III 3 Ha 58

6. Gerbang Harapan 10 Ha 1056

7. Pepabri 5 Ha 206

8. Pakis Indah 3 Ha 158

9. Muria Asri 2.5 Ha 158

10. Kudus Permai 6 Ha 1000

11. Perumahan Pemda 2 Ha 175

12. Perumahan Singo Candi - -

Sumber : RPIJM Bidang Cipta Karya

No Kecamatan Kualitas Bahan Bangunan Tidak Sederhana Sederhana

1 Kota 17.136 3.718

2 Undaan 9.282 9.212

3 Kaliwungu 11.778 7.204

4 Jati 18.416 7.169

5 Gebog 11.261 9.492

6 Dawe 15.714 9.484

7 Bae 6.143 5.062

8 Jekulo 12.965 8.591

9 Mejobo 11.561 8.784

(24)

Perkembangan permukiman di Kabupaten Kudus termasuk cukup pesat. Hal ini dibuktikan banyaknya investor di bidang penyediaan Rumah Sederhana Sehat (RSH). Kawasan rumah sederhana sehat di Kabupaten Kudus berjumlah 12 unit perumahan.

Dari data kawasan perumahan di atas, sebagian besar telah tersedia sarana dan prasarana dasar permukiman, tetapi tidak dapat menjangkau ke seluruh kawasan. Sebagian besar pelayanan yang baik hanya dapat menjangkau kurang lebih 40% dari total luas kawasan perumahan. Keberadaan kawasan perumahan yang terus berkembang, akan lebih baik jika ditunjang dengan tersedianya sarana dan prasana dasar permukiman.

B. Sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

Berdasarkan fungsi kawasan yang ada di RTRW Kabupaten Kudus, pusat aktivitas Kabupaten Kudus berada di Kecamatan Kota Kudus yang terdiri dari berbagai macam aktivitas yaitu sebagai kawasan perkantoran, perdagangan, dan industri. Untuk aktivitas perekonomian di Kabupaten Kudus pada sektor industri tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Kudus, sedangkan pada sektor perdagangan terpusat di sepanjang koridor jalan pantura.

Pada umumnya kondisi bangunan gedung di Kabupaten Kudus dapat dikatakan relatif baik. Khusus untuk kantor-kantor pemerintahan, terdapat beberapa kantor yang memerlukan rehabilitasi baik ringan maupun sedang. Sedangkan fasilitas hydran pemadam kebakaran di kantor pemerintahan belum semuanya tersedia. Untuk hydran di kawasan perdagangan seperti yang terdapat di Pasar Bitingan dan Pasar Kliwon.

Pada bangunan gedung yang berfungsi sebagai perkantoran dan perdagangan, belum menyediakan fasilitas public space dan open space. Untuk Public space yang ada di Kabupaten Kudus berupa GOR Krida sebagai tempat sarana olahraga yang belum dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang lainnya. Di samping itu juga, Keberadaan Alun-Alun Simpang Tujuh sebagai open space terbesar di Kabupaten Kudus serta taman-taman kota baik itu berupa taman aktif maupun taman pasif.

Untuk bangunan bersejarah seperti di Kawasan wisata Menara Kudus dan Colo Muria perlu direvitalisasi dan juga penataan PKL yang kurang tertata dengan baik. Disamping itu juga perlu peningkatan sarana dan prasarana pendukung wisata, termasuk terminal dan taman parkir yang aksesibel dan nyaman, serta moda transportasi penghubung terminal dengan tempat wisata yang layak, aman, dan nyaman agar pengunjung/ peziarah nyaman untuk singgah di Kudus.

C. Sub Bidang Air Minum

Kondisi alam Kabupaten Kudus yang terdiri dari dataran tinggi dan rendah tentunya berpengaruh terhadap sistem penyediaan air minum. Sistem pengelolaan air minum di Kabupaten Kudus terdiri dari sistem perpipaan dan non perpipaan, dimana sistem perpipaan dikelola oleh PDAM Kabupaten Kudus yang melayani kebutuhan air minum untuk wilayah kawasan perkotaan Kabupaten Kudus dan sekitarnya.

Untuk dataran tinggi pengaliran air dapat menggunakan sistem gravitasi karena memanfaatkan beda tinggi, sedangkan untuk dataran rendah tentunya harus menggunakan pompa guna mengalirkan air. Hal itu tentunya berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan nantinya.

Penyediaan dan pengelolaan air minum sistem jaringan perpipaan di Kabupaten Kudus dilakukan dengan menggunakan beberapa model, yaitu:

(25)

b. Penyediaan air minum oleh pemerintah dan pengelolaannya oleh masyarakat. Model seperti ini misalnya kegiatan pembangunan prasarana dan sarana air bersih pedesaan dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Pemerintah Pusat.

c. Penyediaan air minum oleh masyarakat bersama pemerintah dan pengelolaannya oleh masyarakat. Model seperti ini misalnya kegiatan Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).

Sistem jaringan perpipaan PDAM terdiri dari jaringan pipa transmisi yang berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber mata air ke instalasi pengolahan dan penampungan yang selanjutnya dialirkan ke pipa distribusi langsung ke pelanggan. Sistem operasi yang digunakan adalah sistem gravitasi yang mengalirkan air sesuai dengan topografi dan kemiringan tanah. Kualitas mata air yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku kondisinya baik. Sistem yang digunakan untuk pengolahan air baku adalah dengan sistem chlorinasi.

Sistem perpipaan dengan Sumur Dalam dan Pompa :

- Sumber : Air tanah (Sumur dalam/sumur bor) - Pengolahan : Chlorinasi

- Transmisi : Dengan pemompaan ke reservoir distribusi - Distribusi : - Pengaliran secara gravitasi

- Pelayanan melalui Sambungan rumah dan Hidran Umum

Dalam melaksanakan posisinya sebagai penyedia air bersih di Kabupaten Kudus, PDAM baru mempunyai kapasitas terpasang ± 347,5 liter/ detik dengan jumlah sumur produksi 29 unit yang hanya dapat dimanfaatkan ± 296,39 liter/ detik. Saat ini PDAM mengandalkan air baku dari sumur dalam dengan cara di pompa.

Sedangkan sistem non perpipaan merupakan sistem pemenuhan air bersih yang diperoleh langsung dari sumbernya tanpa melalui jaringan penyalur/ pipa.Sumber air baku yang digunakan adalah air tanah atau air permukaan. Air tanah diperoleh dari sumur gali atau sumur pompa, sedangkan air permukaan diperoleh dari air sungai atau air belik.

Sumber air baku langsung digunakan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Padahal berdasarkan hasil uji sempel air permukaan dan air tanah, sebagian besar sumber air tesebut telah tercemar oleh bakteri coli. Selain itu kuantitas air akan mengalami fluktuasi pada saat musim penghujan maupun musim kemarau. Di Kabupaten Kudus terdapat daerah rawan air bersih, diantaranya adalah Kecamatan Undaan dan sebagian Kecamatan Dawe.

(26)

TABEL II-24.

TINGKAT PELAYANAN AIR MINUM DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

No Sistem / Subsistem Penduduk Terlayani (jiwa)

Tingkat Pelayanan (%)

Jumlah Penduduk (jiwa)

I Non Perpipaan 615.481 79,94 769.961 1 Sumur 363.215 47,17

2 Sungai 37.630 4,89 3 Hujan 1.950 0,25 4 Lain-lain 212.686 27,62

II Perpipaan 154.480 20,06

1 PDAM 115.515 15,00

2 DAK & PAMSIMAS dll 38.965 5,06

III Total 769.961 100,00

Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2011

Menurut data Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tahun 2010 PDAM telah melayani fasilitas air bersih di Kabupaten Kudus, sampai saat ini volume air yang disalurkan sebesar 4,34 juta m3 dengan jumlah

pelanggan sebanyak 22.750 dan nilai 12,5 milyar rupiah. Selain dari PDAM, kebutuhan sumber air juga dipenuhi dari air tanah, karena cadangan sumber air di Kabupaten Kudus masih sangat besar. Dengan demikian keberadaan PDAM ini dapat mendukung pengembangan usaha di sebagian besar wilayah kabupaten.

TABEL II-25.

KONDISI LAYANAN AIR BERSIH YANG DISALURKAN OLEH PDAM MENURUT JENIS PELANGGAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2009-2010

No Jenis Pelanggan Jumlah Pelanggan Jumlah Air yang Disalurkan 2009 2010 2009 (m3) 2010 (m3)

1 Rumah tangga 19.477 21.464 3.438.598 3.866.573

2 Instansi pemerintah 121 126 93.625 76.867

3 Badan sosial, rumah sakit, dan

tempat ibadah 384 459 146.501 168.075

4 Hidrant umum 103 21 95.392 48.300

5 Niaga 668 677 183.907 177.094

6 Industri 4 3 13.842 3.622

7 Lain-lain 0 0 0 0

8 Hilang dalam penyaluran 0 0 0 0

Jumlah 20.757 22.750 3.971.865 4.340.531

(27)

TABEL II-26.

SISTEM PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR MINUM DI KABUPATEN KUDUS

No Uraian Satuan Sistem Non

Perpipaan Sistem Perpipaan

1 Pengelola - Masyarakat PDAM, Masyarakat

2 Tingkat Pelayanan % thd total

penduduk 79,94% 20,06 %,

3 Sumber air - Sumur bor, Mata air,

Sungai

Sumur dalam

4 Kapasitas Terpasang Kapasitas Produksi

L / dtk L / dtk

- -

347,5 303,2

5 Jumlah Sambungan Unit - 24.078

6 Jam Operasi Sub Sistem Produksi Jam / hr - 24 jam

7 Kehilangan Air (UFW) % - 51,6 %

8 Jam Operasi Pelayanan Jam/hr - 24 jam

Sumber: PDAM Kabupaten Kudus

D. Sub Bidang Persampahan

Penanganan dan pengelolaan sampah di Kabupaten Kudus baik yang berupa sampah domestik maupun non domestik ditangani oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kudus. Pelayanan penanganan masih sebatas di sekitar jalan protokol dan daerah komersial antara lain kawasan pasar dan pertokoan yang merupakan daerah perkotaan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga kerja dan sarana prasarana yang ada.

Pelayanan kebersihan kota di Kabupaten Kudus saat ini meliputi daerah-daerah kecamatan di Kabupaten Kudus yaitu :

- Seluruh wilayah Kecamatan Kota - Sebagian wilayah Kecamatan Jati - Sebagian wilayah Kecamatan Kaliwungu - Sebagian wilayah Kecamatan Gebog - Sebagian wilayah Kecamatan Bae - Sebagian wilayah Kecamatan Mejobo - Sebagian wilayah Kecamatan Jekulo, dan - Sebagian wilayah Kecamatan Dawe

- Sebagian kecil wilayah Kecamatan Undaan.

Dari semua wilayah kerja tersebut yang pada akhirnya ditimbun pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Tanjungrejo yang mempunyai luas areal ± 5,6 Ha. Rata-rata timbunan sampah kota yang terlangkut ke TPA sebesar 514,90 m3/hari dengan tingkat pelayanan sebesar 97,56 persen. Sistem

pengolahan sampah di Kabupaten Kudus secara umum dikelompokkan dalam 2 (dua) Kategori, yaitu :

(28)

dipertahankan khususnya bagi daerah yang masih bersifat pedesaan karena masih banyaknya lahan yang kosong.

b. Sistem Modul. Yaitu sistem pengelolaan sampah secara bertahap melalui pos-pos pembuangan, mulai dari tong sampah, TPS, dan dilanjutkan ke TPSA/TPA. Berbagai jenis sampah yang dikelola system ini adalah sampah rumah tangga, sampah pasar, pertokoan, perkantoran, sampah jalan kota, maupun sampah industri.

TABEL II-27.

RATA-RATA PRODUKSI SAMPAH PER HARI DAN YANG TERANGKUT DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2007-2010

Tahun Rata-rata produksi sampah per hari (m3)

Terangkut (m3)

2007 646,82 551,3

2008 646,82 551,3

2009 662,30 502,4

2010 636,30 501,2

Sumber: Kudus Dalam Angka 2011

TABEL II-28.

PERSENTASE KOMPOSISI SAMPAH DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2009-2010

Komposisi Sampah 2009 2010

1. Kertas 4,01 4,41

2. Kayu 1,78 1,58

3. Kain 2,00 1,94

4. Karet/Kulit 1,59 1,47

5. Plastik 6,86 8,64

6. Metal/Logam 2,10 2,81

7. Gelas/Kaca 1,34 1,28

8. Organik 77,41 75,37

9. Lain-lain 2,91 2,50

Jumlah 100,00 100,00

Sumber: Kudus Dalam Angka 2011

E. Sub Bidang Air Limbah

Hampir semua masyarakat wilayah di Kabupaten Kudus menggunakan sistem pembuangan setempat (on site sanitation) yaitu sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengolahannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, berupa jamban keluarga (sendiri), jamban jamak (bersama), maupun jamban umum (MCK: mandi, cuci, kakus).

(29)

lingkungan penduduk berpenghasilan rendah dan pada kawasan lingkungan permukiman kumuh di sepanjang Sungai Gelis yang membuang limbah rumah tangga dan limbah manusia langsung ke sungai.

Keseriusan melaksanakan pengelolaan air limbah akan menaikkan tingkat kesehatan masyarakat dan lingkungan, seperti rendahnya angka kematian bayi dan kasus penyakit menular melalui air. Jenis penderita penyakit tertentu menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus tahun 2010 banyak menyerang penduduk adalah penyakit diare sebanyak 17.613 orang dan demam berdarah sebanyak 1.188 orang. Di Kabupaten Kudus angka kematian bayi dan kasus penyakit menular melalui air adalah sebagai berikut:

TABEL II-29.

ANGKA KEMATIAN BAYI DAN KASUS PENYAKIT MENULAR MELALUI AIR KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

No Kecamatan

Angka Kematian Bayi (jiwa/1000 kelahiran)

Kasus penyakit menular melalui air (kali/tahun)

diare* DBD*

1 Kaliwungu 10,9 2730 137

2 Kota 7.29 2792 198

3 Jati 6,921 1258 256

4 Undaan 11,29 1012 120

5 Mejobo 6,83 2436 101

6 Jekulo 12,44 3256 118

7 Bae 2,57 1145 123

8 Gebog 12,39 1157 77

9 Dawe 3,48 1827 58

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, 2011

Faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat adalah sanitasi. Penanganan sanitasi yang benar akan memperkecil adanya penularan penyakit berbasis lingkungan. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif jika ditunjang dengan upaya perbaikan sanitasi lingkungan yang baik.

Sistem Prasarana dan Sarana Pengolahan Air Limbah di Kabupaten Kudus masih menggunakan sistem pembuangan setempat. Air limbah domestik yang berasal dari kegiatan rumah tangga berupa air limbah manusia (faces), air limbah dari kegiatan mandi, cuci, dapur dan air limbah hasil kegiatan kamar kecil (WC) serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3) dibuang langsung ke saluran drainase atau langsung ke sungai.

Sedangkan untuk limbah manusia (faces) ditampung dalam septictank atau jamban/kakus dimana penguraian terjadi secara alamiah dan cairannya dibuang sekaligus melalui saluran resapan.

(30)

TABEL II-30.

JUMLAH RUMAH TANGGA DAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR KABUPATEN KUDUS - 2011

No. Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

Tempat Buang Air Besar

Sendiri Bersama Umum Tidak Ada

1 Kaliwungu 21.594 17.275 2.159 1.080 1.080

2 Kota 22.652 21.519 453 227 453

3 Jati 23.099 18.479 1.386 2.310 924

4 Undaan 17.542 12.279 1.754 877 2.631

5 Mejobo 16.636 13.309 1.664 1.165 499

6 Jekulo 23.305 18.644 1.398 1.165 2.097

7 Bae 14.959 11.967 1.496 1.047 449

8 Gebog 22.234 15.564 1.112 3.335 2.223

9 Dawe 23.439 17.579 1.406 1.172 3.281

Sumber : Status Lingkungan Hidup Kab. Kudus 2011Tabel SP-2, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kab. Kudus

F. Sub Bidang Drainase

Wilayah Kabupaten Kudus termasuk dalam wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Serang Lusi Juana. Terdapat 2 buah sungai yang melintasi Kabupaten Kudus, yaitu Kali Wulan dan Kali Juana. Aliran Kali Wulan berasal dari Kali Serang dan Kali Lusi yang bertemu di sebelah hulu Bendung Klambu.

1) Sistem Drainase Kota Kudus.

Drainase Kota Kudus dilayani dengan saluran drainase yang mengalir secara gravitasi dan sistem retensi, baik berupa polder maupun long storage yang menampung kelebihan limpasan air selama terjadi banjir di sungai pembuangnya.

a. Drainase Primer / Major Drain. Jaringan primer drainase di Kota Kudus yang utama adalah Kali Wulan. Setelah sampai pintu Wilalung, aliran kali sungai Wulan beralih sebagian ke kanan ke Kali Juana, yang kemudian menjadi jaringan primer drainase wilayah Selatan Kabupaten Kudus. Kali Wulan lebih banyak berperan sebagai jaringan primer drainase di bagian Barat Kabupaten Kudus. Lokasi alur dari jaringan diatas adalah :

- Kali Gelis merupakan sungai terbesar yang membelah ditengah wilayah kota Kudus. Sungai ini sangat penting karena pada sungai ini terdapat 2 buah bendung yaitu Bendung Kedunggupit dan Bendung Ploso.

- Kali Gondang, alurnya melalui wilayah desa Wergu Wetan, Loram

- Kali Sumber, alurnya melalui desa Janggalan, Purwosari dan Pasuruhan Lor.

- Kali Jaranan, alurnya melalui Desa Karangmalang, Klumpit, Garung Lor, Gribig, Prambatan Lor dan Pasuruhan Kidul.

(31)

- Kali Serut, alurnya melalui wilayah desa Mijen, Kedungdowo dan Setrokalangan.

- Kali Jember, alurnya melalui wilayah Getasrabi, Kaliwungu dan Karangdowo. - Kali Srabi, alurnya melalui batas kota sebelah Barat Daya di wilayah Desa Getasrabi.

- Kali Tali, alurnya melalui wilayah Desa Mijen dan Setrokalangan

- Kali Kencing 1, alurnya melalui Desa Jetiskapuan, Tanjungkarang dan Jati Wetan. - Kali Kencing 2, alurnya melalui Desa Jetis Kapuan, Ngemplak, Ketanjung dan Jati Wetan.

- Kali Jumirah 1, alurnya melalui wilayah Desa Jetiskapuan, Gulang, Payaman, Kirig.

- Kali Jumirah 2, alurnya melalui wilayah Desa Medini, Undaan Kidul, Undaan Tengah dan Larikrejo

- Kali Ngeseng, alurnya melalui wilayah Larikrejo dan Karangdowo.

- Kali Jumirah 3B, alurnya melalui wilayah Desa Undaan Kidul, Undaan Tengah, Undaan Lor dan Wates.

- Kali Tumpang, alurnya melalui wilayah Desa Gonangmanis, Bacin, Pedawang, Dersalam, Tumpangkrasak, Megawon, Mejobo dan Kirig.

- Kali Dawe, alurnya melalui wilayah Desa Hadipolo, Tenggeles, Gulangtepus, Mejobo dan Temulus.

b. Drainase Minor / Minor Drain.

Bentuk dari drainase minor berupa saluran drainase di tepi – tepi jalan berupa saluran tertutup dengan dilengkapi hole atau bak kontrol, sebagian besar lahan ini juga dimanfaatkan untuk trotoar jalan.

2) Kinerja Jaringan Drainase

a. Jaringan drainase primer.

Bila pada Kali Wulan dan Kali Juana meluap, maka tumpuan drainase kota Kudus ada pada Long Storage Kali Kencing, Kali Jumirah dan Kali Juana. Akibat laju sedimenasi yang cepat, ketebalan sedimen pada semua long storage cukup mengurangi kapasitasnya. Dengan demikian harus diadakan normalisasi pada semua long storage.

Di Sub Major Drain juga terdapat masalah yang perlu pembenahan. Hambatam itu antara lain :

- Bottle neck, seperti pada Kali Taji, Kali Sumber (Purwosari).

- Bangunan, misalnya pada Kali Sat (sekitar RSI dan Karangampel), Kali Jaranan (Garung Lor), Kali Gelis (Bae), Kali Sili (Sekitar SD Bakalan Krapyak dan Krandon) Kali Kencing 1 (sekitar terminal), Kali kencing 2 (Ngemplak).

- Sampah, termasuk tumbuhan liar Seperti Kali Serut (Karangampel) Kali Sat (Jalan Jepara), Kali Sumber, Kali Jaranan, Kali Sili, Kali Jumirah

- Sedimen, seperti Kali Serut, Kali Sat, Kali Jaranan, Kali Sumber, Kali Tumpang - Pencemaran, seperti pada Kali Jaranan.

b. Jaringan drainase minor (minor drain).

(32)

2.6 KONDISI KEUANGAN DAERAH

2.6.1. Pendapatan Daerah

Nilai realisasi pendapatan daerah kabupaten Kudus tahun 2010 adalah sebesar 837,48 milyar rupiah dimana anggarannya sebesar 847,91 milyar rupiah. Dana pendapatan tersebut digunakan untuk belanja daerah dengan realisasi belanja daerah sebesar 905,61 milyar rupiah. Kalau diperhitungkan antara pendapatan dengan belanjanya maka terjadi defisit keuangan, kekurangan dana tersebut diakumulasikan dengan pembiayaan netto daerah yang nilainya sebesar 123,58 milyar rupiah.

TABEL II-31.

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

Rincian Anggaran 2010

(juta Rp)

Realisasi Anggaran Tahun 2010 (Juta Rp)

I. Pendapatan 847.913,20 837.477,19

1. Pendapatan Asli Daerah 92.241,86 9.4032,74

2. Pendapatan Dana Perimbangan 630.737,53 623.439,21 3. Pendapatan Lain-lain yang Sah 124.933,81 120.005,24

II. Belanja 969.817,70 905.610,15

1. Belanja Operasi 782.101,42 737.119,25

2. Belanja Modal 183.714,96 165.092,73

3. Belanja Tidak Terduga 1.500,00 896,85

4. Belanja Transfer 2.501,32 2.501,32

III. Surplus/Defisit Anggaran -121.904,50 -68.132,96

(I dikurangi II)

IV. Pembiayaan Daerah Netto 121.904,50 123.586,35

V. SILPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran)

0,00 55.453,39

(33)

TABEL II-32.

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010

Rincian Anggaran 2010 Realisasi Anggaran

Tahun 2010

A. Pendapatan Asli Daerah 92241,87 94032,74

1. Pajak Daerah 21194,75 21681,68

2. Retribusi Daerah 53981,72 55623,65

3. Bagian Laba Usaha Daerah 3706,33 3879,53

4. Lain-lain PAD yang Sah 13359,07 12847,88

B. Pendapatan Dana Perimbangan 630737,53 623439,21

1. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 137222,75 129924,43

2. Dana Alokasi Umum 463012,58 463012,58

3. Dana Alokasi Khusus 30502,20 30502,20

C. Pendapatan Lain-lain yang Sah 124933,81 120005,24

1. Hibah 0,00 0,00

2. Dana Darurat 0,00 0,00

3. Bagi Hasil Pajak dari Propdan Pemerintah 42160,68 38663,81

4. Penyesuaian dan Otonomi Khusus 45899,12 44505,02

5. Bantuan Keuangan dari Prop./Pemerintah 36874,01 36836,41

Jumlah 847913,21 837477,19

Sumber: Kudus Dalam Angka 2011

2.6.2. Pengeluaran Daerah

Pengeluaran daerah terdiri dari belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.

Belanja daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan

merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya

dalam

pemberian

pelayanan umum. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan public untuk penduduk dalam suatu daerah. Dalam menyusun

APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya

penerimaan dalam jumlah yang cukup. Kebutuhan tersebut akan dilayani dalam bentuk

pembangunan yang pendanaan dan pembiayaannya diambil dari pemerintah daerah dalam bentuk

belanja daerah.

Gambar

GAMBAR 2.1.
GAMBAR 2.2.
TABEL  II-4.
TABEL  II-5.
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah perlu disesuaikan dengan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2008

Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran udara dari Pusat Pembangkit ke Pusat-Pusat Beban (load center),baik

Refined Kano , identifikasi langkah yang sesuai (dari kerangka kerja 4 langkah Blue Ocean Strategy ) untuk tiap kategori tersebut, dan mengembangkan produk baru yang

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam Laporan posisi keuangan konsolidasian jika, dan hanya jika, entitas saat ini memiliki hak

Sedangkan besarnya pengaruh model kepemimpinan terhadap produktivitas kerja karyawan dalam perspektif ekonomi islam di BPRS Bandar Lampung sebesar 77.3 persen.Hal

yang dapat dirumuskan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah pemberian pelet dengan campuran ekstrak tepung wortel ( Daucus carota L) dan ekstrak

Selain itu dalam penelitian ini juga digunakan penelitian pustaka ( library research ) sebagai pendukung kesempurnaan data. Adapun metode analisis data yang digunakan

Saya rasa tidak menjadi masalah jika suami pulang lebih awal dari saya dan mengurus pekerjaan rumah tangga.. Saya tidak merasa bingung jika harus SS S TS