• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SOPPENG - DOCRPIJM 1480560433BAB III RPIJM FIX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SOPPENG - DOCRPIJM 1480560433BAB III RPIJM FIX"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH

KABUPATEN SOPPENG

3.1. Strategi / Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Soppeng Berdasarkan Rancangan Rencana Tata Ruang dan Wilayah ( RTRW

Review Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

disusun untuk mengembangkan struktur dan pola ruang wilayah dalam tataran

kabupaten melalui rencana struktur dan pemanfaatan ruang maupun rencana

pengembangan prasarana wilayah. Selain itu Review RTRW Kabupaten Soppeng

juga menjadi pedoman bagi pemerintah kabupaten untuk menata ruang wilayah

agar terwujud struktur dan pola ruang wilayah yang sinergis dan terpadu dalam

sistem tata ruang wilayah Kabupaten Soppeng. Sesuai dengan UU No 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang, RTRW Kabupaten Soppeng juga mengacu pada

tataran yang lebih makro yaitu RTRW Nasional, Rencana Tata Ruang Pulau

Sulawesi dan RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2014

3.1.1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang

Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:

 Peningkataan akses perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah secara merata dan hierarkis;

 Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh

wilayah Kabupaten Soppeng.

3.1.2. Strategi Untuk Peningkatan Akses Pelayanan Perkotaan dan Pusat

Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

 Menjaga interkoneksi antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, serta antar kawasan perkotaan dengan wilayah

sekitarnya;

 Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensiil dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan eksisting;

 Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya.

3.1.3. Strategi Untuk Peningkatan Kualitas dan Jangkauan Pelayanan Jaringan

Prasarana

 Meningkatnya kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat dan udara;

(2)

 Meningkatkan jaringan energi dengan lebih menumbuh-kembangkan pemanfaatan sumber daya terbarukan yang ramah lingkungan dalam sistem

kemandirian energi area mikro, dibanding pemanfaatan sumber daya yang tak

terbarukan, serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan  Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem

jaringan sumber daya air.

3.1.4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung;  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya; dan  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis kabupaten. 3.1.5. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung

` Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi sistem ekologi

wilayah meliputi

 Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, laut maupun udara, termasuk di dalam bumi; dan

 Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan

memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.

Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat

menimbulkan kerusakan sistem ekologi wilayah meliputi:

 Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem ekologi wilayah;

 Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan / atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu

mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

 Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan / atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;

 Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan

hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;  Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk

menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

 Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana, termasuk revitalisasi fungsi sistem

 ekologi lokal serta pembangunan sumber daya baru untuk penghasilan dan pelestarian lingkungan;

 Mengelola sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta

(3)

 Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.

Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya

a. Strategi untuk perwujudkan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar

kegiatan budidaya meliputi:

 Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis kabupaten untuk memanfaatkan sumber daya alam di ruang darat, laut, dan udara, termasuk

ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan

pemanfaatan ruang wilayah;

 Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan

perekonomian kawasan;

 Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik, pertahanan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;

 Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan kabupaten;

b. Strategi untuk mengendalikan perkembangkan kegiatan budidaya agar tidak

melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan, meliputi:

 Membatasi perkembangan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana.  Menumbuhkembangkan fisik pusat kota dengan mengoptimalkan pemanfaatan

ruang secara vertikal dan kompak, asri dan lestari

 Menumbuhkembangkan agropolitan yang memadukan agroindustri, agrobisnis, agroedukasi serta model rumah kebun di klaster sentra-sentra produksi

komoditas pertanian unggulan;

 Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% dari luas kawasan perkotaan; dan

 Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan

perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya.

Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategi Kabupaten

Kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten ini meliputi:

 Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan

keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi

perlindungan kawasan, melestarikan keunikan rona alam, dan melestarikan

warisan ragam budaya lokal;

 Mendukung fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;

 Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan

perekonomian kabupaten yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam

(4)

 Pemanfaatan sumberdaya alam dan atau perkembangan iptek secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

 Pelestarian dan peningkatan kualitas sosial dan budaya lokal yang beragam.  Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai

warisan dunia, cagar biosfer; dan

 Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan sosekbud antar kawasan.

a. Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan

hidup, meliputi:

 Menetapkan kawasan strategis kabupaten berfungsi lindung;

 Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional, provinsi maupun kabupaten yang berpotensi mengurangi daya lindung kawasan;

 Membatasi pemanfatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional, provinsi maupun kabupaten yang berpotensi mengurangi daya lindung kawasan.

 Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional, provinsi maupun kabupaten yang dapat memicu

perkembangan kegiatan budi daya;

 Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis

nasional, provinsi maupun kabupaten yang berfungsi sebagai zona penyangga

yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; dan

 Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak

pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis

nasional, provinsi maupun kabupaten.

b. Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan bagi pertahanan dan keamanan negara,

meliputi:

 Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;

 Mendukung kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan, dan

 Mendukung pengembangkan kawasan lindung dan atau kawasan budidaya tidak

terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang

memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budi daya terbangun.

c. Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam

pengembangan perekonomian kabupaten meliputi:

 Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;  Menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung peningkatan

kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan;

(5)

 Mengintensifkan promosi peluang investasi bagi kegiatan ramah lingkungan dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, dan

 Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi. d. Strategi untuk pemanfaatan sumber daya alam dan atau teknologi tinggi secara

optimal, meliputi:

 Mengembangkan kegiatan penunjang dan atau kegiatan turunan dari

pemanfaatan sumber daya dan atau teknologi tinggi.

 Meningkatkan keterkaitan pemanfaatan sumber daya dan atau teknologi tinggi

dengan kegiatan penunjang dan / turunannya, dan

 Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat.

e. Strategi untuk pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa, meliputi:  Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap nilai budaya lokal yang

mencerminkan jati diri komunitas lokal yang berbudi luhur.

 Mengembangkan penerapan ragam nilai budaya lokal dalam kehidupan

masyarakat; dan

 Melestarikan situs warisan budaya komunitas lokal yang beragam.

f. Strategi untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai

warisan dunia, meliputi:

 Melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangkan ekosistemnya;  Meningkatkan kepariwisataan kabupaten, provinsi dan nasional;

 Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi serta seni; dan

 Menjaga kualitas, keasrian dan kelestarian eksistensi sistem ekologi wilayah; g. Strategi untuk pengembangan kawasan tertinggal, meliputi:

 Memanfaatkan sumber daya alam lokal secara optimal dan berkelanjutan;

 Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dengan pusat pertumbuhan wilayah;

 Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi rakyat;  Meningkatkan akses rakyat ke sumber pendanaan; dan

 Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

3.1.6. Visi Kabupaten Soppeng

Sejalan dengan visi pembangunan Kabupaten Soppeng yang berorientasi jangka

panjang maka ditetapkan visi Pemerintah Kabupaten Soppeng sebagai berikut: “Terwujudnya masyarakat sejahtera dan pemerintahan yang adil, jujur, profesional dan bertanggungjawab di Bumi Latemmamala”.

Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut:

1. Masyarakat sejahtera adalah masyarakat yang terpenuhi hak-hak dasarnya meliputi; kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air

(6)

perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam

kehidupan sosial politik.

2. Pemerintahan yang adil mengandung makna yaitu antara Eksekutif dan Legislatif dalam menjalankan roda pemerintahan tidak memihak, tidak

diskriminatif dan tidak condong pada satu pihak, tetapi untuk kepentingan

masyarakat. Selain dari itu tersedianya berbagai pilihan dalarn semua aspek

kehidupan (choice) dan kemandirian dalarn menentukan pilihan (Voice) dengan

memperkuat sinergi pencapaian tujuan pemerintah, masyarakat, dan swasta.

3. Jujur bermakna bahwa pemerintahan itu menjadi suatu amanah yang dapat dipercaya, lurus hati, ikhlas, tulus dan berkata apa adanya.

4. Profesional bermakna tanggap dan mempunvai skill sehingga mampu menyelesaikan tugas secara cepat, tepat dan taat azas dalam menjalankan

pemerintahan.

5. Bertanggung jawab bermakna pertanggung-jawaban tentang efektifitas, efisiensi dan keberlanjutan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

hukum yang berlaku, serta kepada masyarakat dan kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

3.1.7. Misi Kabupaten Soppeng

Misi Pembangunan Kabupaten Soppeng 2005 — 2010 dengan motto Yassisoppengi Soppeng “Berubah Untuk Maju” Yang dimaknai sebagai suatu tekad bersama untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih

maju di masa yang akan datang; dengan penjabaran, sebagai berikut:

1. Mewujudkan kelembagaan dan manajemen pemerintahan yang bersih.

berkeadilan, efektif dan profesional.

2. Mewujudkan terselenggaranya sistem pemerintahan sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang nomor : 33

Tahun 2004.

3. Mewujudkan tatanan sosial masyarakat yang Bersih, Aman, Serasi, Adil

dan Sejantera Serta Indah dan Nyaman (BERASAS IMAN) lahir batin

yang diridhoi oleh Allah SWT.

4. Mengoptimalkan pengelolaan segenap sumber daya alam dan sumber

daya manusia yang dimiliki Kabupaten Soppeng dalam rangka memacu

pertumbuhan ekonomi daerah.

5. Mengupayakan terwujudnya otonomi Desa tahun 2015.

3.1.8. Strategi Pembangunan Kabupaten Soppeng.

Strategi dalam konsep visi dan misi ini dimaksudkan sebagai landasan operasional

pembangunan Kabupaten Soppeng periode 2005 - 2010, untuk itu strategi yang

(7)

akan dilakukan. Adapun strategi tersebut terdiri atas empat penggarisan sebagai

berikut:

1. Sidongiri Temmatipa

Strategi ini dimaknai sebagai pertumbuhan ekonomi, dengan strategi ini

dimaksudkan agar seluruh proses pembangunan baik langsung maupun tidak langsung

terarah pada upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng.

Strategi ini dipandang penting bahwa tanpa pertumbuhan ekonomi daerah maka

baik untuk keperluan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang akan

menyulitkan untuk melakukan akselerasi pembangunan yang diimplementasikan dalam:

a. Revitalisasi pertanian

b. Pengembangan budaya dan pariwisata c. Pembangunan perdesaan

d. Pembangunan infrastruktur

f. Pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup.

2. Sisalipuri Temmadinging

Strategi ini dimaknai sebagai optimalisasi partisipasi. Dengan strategi mi

dimaksudkan agar seluruh elemen masyarakat mempunyai pengertian, pemahaman dan

kesadaran serta tanggung jawab bersama untuk membangun Kabupaten Soppeng sesuai

dengan fungsi dan kedudukannya masing-masing.

Strategi ini dipandang penting dengan pertimbangan bahwa tanpa

persatuan, kebersamaan dan partisipasi aktif seluruh elemen

masyarakat, maka pembangunan Kabupaten Soppeng akan berjalan

lambat dan akan menghadapi berbagai kendala yang

diimplementasikan dalam:

a. Peningkatan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan

kriminalitas.

b. Pembenahan dan peningkatan kesadaran hukum.

c. Peningkatan rasa saling percaya dan harmonisasi antar kelompok

masyarakat.

3. Siwessei Temmakapa

Strategi ini dimaknai sebagai pemerataan hasil pembangunan. Dengan

strategi ini dimaksudkan agar seluruh elemen masyarakat Kabupaten

Soppeng dapat menikmati hasil Pembangunan.

Strategi ini dipandang penting dengan pertimbangan bahwa partisipasi

masyarakat akan tumbuh dan berkembang jika masyarakat dapat

merasakan manfaat dan pembangunan yang dilakukan, yang

diimplementasikan dalam:

a. Penanggulangan kemiskinan

b. Peningkatan akses terhadap pendidikan dan kesehatan

(8)

4. Strategi Dinamika yang Terkendali

Strategi ini dirnaksudakan agar seluruh elemen masyarakat memiliki

daya tanggap terhadap berbagai perubahan untuk melakukan

penyesuaian dengan tetap berpijak pada kesadaran sebagaibagian dan

masyarakat Kabupaten Soppeng yang sadar hukum, berbudaya dan

bertakwa kepada Allah SWT.

Strategi ini dipandang penting dengan pertimbangan bahwa di era

otonomi daerah, dinamika pembangunan masing-masing daerah sesuai

dengan situasi dan kondisinya merupakan sesuatu yang menjadi

kebutuhan. Tetapi dinamika tersebut tentu harus berada pada

batas-batas kedudukan Kabupaten Soppeng sebagai bagian dan negara

kesatuan RI yang berkedaulatan hukum dan dengan masyarakatnya

yang memiliki nilai-nilai budaya serta sebagai masyarakat yang

beragama yang dimplementasikan dalam :

a. Mewujudkan tata pemerintahan yang profesional.

b. Pemantapan desentralisasi otonomi daerah dan desa.

c. Peningkatan peran lembaga dan kehidupan demokrasi.

3.1.9 Rencana Strategi Pengembangan Wilayah

Secara umum pusat kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan

pemerintahan berada di kawasan perkotaan. Secara umum pula kebutuhan

hasil pertanian diproduksi di kawasan perdesaan untuk memenuhi kebutuhan

wilayah Kabupaten Soppeng dan wilayah luarnya, baik berupa bahan mentah

maupun barang siap konsumsi. Begitu juga sebaliknya kebutuhan barang

hasil industri manufaktur diproduksi di atau disalurkan melalui kawasan

perkotaan. Agar interkoneksitas antar pusat kegiatan, serta pelayanan

prasarana wilayah efisien dan efektif maka perlu diwujudkan sistem

interkoneksitas antar kawasan perkotaan dan perdesaan yang berdaya guna

besar. Sistem perkotaan Kabupaten Soppeng dibangun dengan beberapa

pusat kegiatan seperti pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal maupun

sub pusat kegiatan lokal, serta kawasan perkotaan berupa kota, ibukota

kabupaten, ibukota kecamatan dan kawasan pusat pertumbuhan industri dan

perdagangan yang padat dengan kegiatan pekotaan dan fasilitas

permukiman.

3.1.9.1.Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Perkotaan

Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

Rencana pengembangan sistem kota-kota secara umum diarahkan

untuk mencapai keseimbangan perkembangan ruang antara pusat-pusat

pemukiman dan/atau pusat pertumbuhan. Adanya peningkatan hirarki serta

pengembangan fungsi memberikan implikasi terhadap kebutuhan penyediaan

(9)

Rencana pusat-pusat permukiman dilakukan untuk mengetahui arah

perkembangan wilayah, sehingga dapat memberikan gambaran pola struktur

tata ruang pada wilayah Kabupaten Soppeng.

Rencana pusat-pusat permukiman di Kabupaten Soppeng didasarkan

pada hasil analisis penentuan pusat pelayanan, sehingga dapat ditentukan

wilayah yang merupakan pusat perkembangan permukiman dengan skala

primer maupun skala sekunder.

a. Pengembangan Kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL) (Kota Watansoppeng)

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) mempunyai skala pelayanan wilayah

Kabupaten Soppeng dalam klaster ruang di sekitarnya dan diarahkan pada:

Penataan ruang kota melalui perencanaan detail tata ruang kota (RDTR dan

RTRK), pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang kota.

 Penyediaan sarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota, serta peningkataan ketersediaan prasarana dan sarana produksi bagi

kawasan pertanian, perkebunan, dan perikanan.

 Peningkatan prasarana komunikasi antar wilayah pengembangan yang ada di Kabupaten Soppeng.

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan sistem transportasi yang memadai.

 Peningkatan fungsi kota sebagai penyangga fungsi ibukota kabupaten.

b. Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) (Kota Kecamatan Lainnya)

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) mempunyai skala pelayanan di

wilayah kecamatan sekitarnya, dan diarahkan pada:

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah PPK dan Ibukota Kabupaten.  Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya

melalui pengembangan jaringan jalan.

 Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana produksi bagi kawasan pertanian, perkebunan, dan perikanan.

 Peningkatan prasarana komunikasi antar sentra produksi

1. Hirarki Kota

Dalam kaitannya dengan terminologi sistem kota penerapan pusat permukiman dalam

lingkup wilayah Kabupaten Soppeng serta kaitanya dengan kedudukan dalam sistem pusat

(10)

tentang RTRWN dan Perda Sulsel No.9 Tahun 2009 tentang RTRWP Sulawesi Selatan.

Adapun rencana hirarki kota secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Rencana Hirarki Kota-kota di Kabupaten Soppeng

Tahun 2010-2029

1 Hirarki Kota

(1) (2) (3)

1 Pusat kegiatan Lokal (PKL) Kota Watansoppeng, Kec.

Lalabata (Wilayah Efektif

Perkotaan)

2 Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) - Marioriwawo

- Lilirilau - Marioriawa - Ganra - Donri-Donri - Liliriaja

- Citta

Sumber:Review 2009

Berdasarkan rencana hirarki kota-kota tersebut diatas, maka dapat ditentukan struktur

tata ruang Kabupaten Soppeng. Adapun rencana struktur tata ruang Kabupaten Soppeng lebih

jelasnya sebagaimana pada tabel 3.2

Tabel 3.2

Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah Kabupaten Soppeng

Tahun 2010-2029

No Pusat Kota Fungsi Kota Wilayah Pengaruh

(1) (2) (3) (4)

1 Watansoppeng

Kec.Lalabata

Ibukota kabupaten

(PKL)

Seluruh wilayah Kabupaten

2.

Marioriawa PPK Wilayah Kecamatan

Lilirilau PPK Wilayah Kecamatan

Marioriwawo PPK Wilayah Kecamatan

Ganra PPK Wilayah Kecamatan

Donri-Donri PPK Wilayah Kecamatan

Liliriaja PPK Wilayah Kecamatan

Citta PPK Wilayah Kecamatan

Sumber: Hasil Analisis Tim,2006, review 2009

(11)

Rencana fungsi kota bertujuan untuk mengetahui fungsi yang diemban oleh tiap kota,

oleh karena itu pengembangan kota diarahkan sebagai pusat-pusat pelayanan regional.  Pusat administrasi wilayah kabupaten

 Pusat perdagangan, jasa dan pemasaran  Pusat perhubungan dan komunikasi  Pusat produksi industri pengolahan  Pusat pelayanan sosial.

Selanjutnya kelengkapan dalam penyediaan sarana dan prasarana baik sosial

maupun ekonomi pada dasarnya bergantung pada hirarki kota yang bersangkutan. Selain itu

terdapat fungsi kota sebagai pusat administrasi pemerintah yang mempunyai sifat pelayanan

hirarki menurut status administrasi (Ibukota Kabupaten dan Ibukota Kecamatan).

Penentuan fungsi kota didasari oleh kelengkapan fasilitas pusat pelayanannya yang

akan dikembangkan ditiap kota. Adapaun fungsi kota didasari oleh alasan tertentu, yaitu:  Fungsi pusat pelayanan sosial dan ekonomi bagi wilayah belakang dari

keberadaan kota sebagai pusat pengumpul atau simpul kegiatan perdagangan.  Fungsi pusat komunikasi dan hubungan dilihat dari keberadaan transportasi

utama (terminal kendaraan darat) dan akses jaringan transportasi utama.

 Fungsi pusat kegiatan industri dilihat dari perkembangan dan dominasi kegiatan sektor dimasing-masing wilayah dan kemudahan hubungan ke pusat komunikasi

dan perhubungan.

Tabel 3.3

Rencana Pusat-Pusat Pelayanan di Kabupaten Soppeng

No Pusat

Liliriaja

Citta

Sumber: Hasil analisis Tim, 2006, review 2009

(12)

A = Pusat Pemerintahan

B = Pusat perdagangan jasa dan pengelolaan

C = Pusat perhubungan dan komunikasi

D = Pusat produksi dan pemasaran

E = Pusat pelayanan sosial

Untuk menetapkan sistem kota-kota di Kabupaten Soppeng sesuai dengan

masing-masing pusat pelayanan yang direncanakan dalam kurun waktu 20 tahun yang akan datang,

maka perlu arahan fungsi masing-masing kota di Kabupaten Soppeng sampai dengan akhir

tahun perencanaan. Disamping fungsi pusat pelayanan pada umumnya, terdapat pula

kota-kota kecamatan yang akan diberi beban khusus menjadi pusat pemerintahan/ibukota-kota

kabupaten.

3.2.1. Kriteria PKN, PKW, PKL dan PPK

a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

PKN minimal memenuhi fungsinya sebagai:

1. pusat jasa pelayanan keuangan / perbankan yang cakupan pelayanannya berskala

nasional atau beberapa provinsi;

2. pusat pengolahan / pengumpul barang secara nasional / beberapa provinsi,

3. simpul transportasi skup pelayanan nasional / beberapa provinsi;

4. jasa pemerintahan nasional / beberapa provinsi;

5. jasa publik lainnya yang skup pelayanannya nasional / beberapa provinsi;

6. berdaya dorong pertumbuhan wilayah sekitarnya;

7. potensiil menjadi pintu gerbang internasional.

Ketersediaan minimal fasilitas umum:

 Perhubungan : pelabuhan udara (primer), dan atau pelabuhan laut (utama) dan

atau terminal tipe A.

 Ekonomi : pasar induk antar wilayah, perbankan skup nasional dan internasional.  Kesehatan : rumah sakit umum tipe A.

 Pendidikan : perguruan tinggi.

b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

PKW minimal berfungsi sebagai:

- pusat jasa pelayanan keuangan / perbankan yang melayani beberapa kabupaten; - pusat pengolahan / pengumpulan barang yang melayani beberapa kabupaten;

simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten; serta

- pusat pelayanan publik lainnya untuk beberapa kabupaten. Fasilitas minimal yang harus tersedia di PKW:

 Perhubungan : pelabuhan udara (sekunder), dan atau pelabuhan laut

(13)

 Ekonomi : pasar induk regional, perbankan skup provinsi dan nasional.

 Kesehatan : rumah sakit umum tipe B.

 Pendidikan : perguruan tinggi.

PKW untuk Kabupaten Soppeng berada di Kota Watanpone Kabupaten Bone dengan

indikator andalan bandara, terminal tipe A, stasiun KA antar provinsi, kota transit, pusat agro

industry dan agro bisnis.

c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

PKL minimal berfungsi sebagai:

1. pusat pengolahan / pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan beberapa

kecamatan kabupaten tetangga;

2. simpul transportasi yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten

tetangga;

3. jasa pemerintahan kabupaten / kota; serta

4. pusat pelayanan publik lainnya untuk kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten

tetangga.

Fasilitas minimal yang harus tersedia di PKL:

 Perhubungan : terminal bis tipe C.

 Ekonomi : pasar induk kabupaten/kota, perbankan skup

kabupaten / kota.

 Kesehatan : rumah sakit umum tipe C.

 Pendidikan : SLTA

PKL untuk Kabupaten Soppeng berada di Kecamatan Lalabata dengan indikator

andalan pusat administrasi kabupaten, rumah sakit, terminal bus, pasar induk kabupaten,

SLTA..

d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

PPK minimal berfungsi sebagai:

1. pusat pengolahan / pengumpulan barang yang melayani beberapa kecamatan kabupaten

tetangga;

2. simpul transportasi yang melayani beberapa kecamatan;

3. jasa pemerintahan kecamatan; serta

4. pusat pelayanan publik lainnya untuk bebarapa kecamatan.

Fasilitas minimal yang harus tersedia di SPKL:

 Perhubungan : terminal angkot.

 Ekonomi : pusat perbelanjaan (pasar/pertokoan) kecamatan

 Kesehatan : Puskesmas.

 Pendidikan : SLTP

Selanjutnya sistem struktur ruang Kabupaten Soppeng disusun terutama berdasarkan

(14)

Transportasi Nasional, Sistem struktur Pulau Sulawesi, dan sistem perkotaan Kabupaten

Soppeng.

3.1.2. Kawasan Andalan

Berdasarkan PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Kabupaten Soppeng masuk dalam

Kawasan andalan Bulukumba-Watampone dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian,

perkebunan, agroindustri, pariwisata, perikanan dan perdagangan.

3.2.2. Kriteria Kawasan Andalan

Kawasan andalan minimal memenuhi fungsinya sebagai:

(i) tempat aglomerasi pusat-pusat permukiman perkotaan;

(ii) pusat kegiatan produksi dan atau pusat pengumpulan / pengolahan komoditas

wilayahnya dan wilayah sekitarnya;

(iii) kawasan yang memiliki sektor-sektor unggulan berdasarkan potensi sumber daya alam

kawasan.

3.3.Rencana Sistem Transportasi

Transportasi merupakan hal pokok bagi aktivitas dan mobilitas masyarakat yang dapat

berpengaruh terhadap lokasi permukiman, penyediaan barang dan jasa, kebutuhan konsumsi,

serta kualitas hidup. Sistem transportasi yang ada di Kabupaten Soppeng belum menunjukkan

adanya pengelolaan yang maksimal, dimana dipengaruhi terbatasnya sarana dan prasarana

transportasi, sehingga perlu adanya perencanaan pembangunan prasarana dan sarana

transportasi yang dapat mendukung kelancaran pola interaksi antar maupun inter wilayah.

3.3.1. Konsep Sistem Transportasi

Transportasi mempunyai peranan penting dalam mempercepat pertumbuhan wilayah

dan mempengaruhi kondisi perekonomian wilayah. Kabupaten Soppeng mempunyai wilayah

terbagi dalam 3 (tiga) dimensi, yakni; pegunungan, dataran tinggi, dan dataran rendah. Untuk

itu diperlukan strategi sistem transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas antara pusat-pusat

pertumbuhan wilayah.

Pengembangan sistem transportasi darat dimaksud untuk memudahkan interaksi antar

dan inter wilayah Kabupaten Soppeng. Adapun strategi yang dapat dilakukan adalah;

1). Pelebaran jalan arteri yang merupakan jalan negara (poros regional) yang memanjang

dari arah Selatan ke Utara, minimal 3 lajur diluar kawasan perkotaan dan 4 lajur didalam

kawasan perkotaan.

2). Membangun dan merintis jaringan jalan dari arah Kota Soppeng menuju ke arah Barat

tembus ke jalur Barat (jalan negara) melalui Kabupaten Barru.

3). Meningkatkan poros jalan dari Lajoa menuju Citta ke Kecamatan Amali Kabupaten Bone,

(15)

4). Terminal yang dibutuhkan Kabupaten Soppeng adalah terminal lokal, yang melayani

armada angkutan lokal dan pedesaan.

a. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Sistem Transportasi

Fungsi utama sistem prasarana transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan

manusia dan barang dari suatu tempat ketempat lain. Sistem transportasi berfungsi untuk

menjembatani keterkaitan fungsional antar kegiatan sosio-ekonomi di Kabupaten Soppeng.

Sesuai dengan fungsi tersebut, maka kebijakan pengembangan sistem transportasi diarahkan

untuk menunjang pengembangan wilayah di Kabupaten Soppeng, tujuan pengembangan

sistem transportasi adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan sistem transportasi yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah Kabupaten Soppeng agar dapat berkembang dengan

serasi bersama-sama dengan wilayah yang ada di sekitarnya dimana

sasarannya adalah:

 Membuka daerah-daerah yang terisolasi dalam wilayah Kabupaten

Soppeng.

 Meningkatkan interaksi antar dan inter wilayah Kabupaten Soppeng.

 Menunjang perkembangan sektor-sektor kegiatan utama di Kabupaten

Soppeng

b. Pengembangan sistem transportasi yang bertujuan untuk mendukung

pemerataan pembangunan, yaitu dengan sasaran:

 Memperlancar koleksi dan distribusi arus barang dan jasa serta

meningkatkan mobilitas penduduk di Kabupaten Soppeng.

 Meningkatkan keterhubungan ke wilayah-wilayah potensi yang masih

terisolasi.

c. Pengembangan sistem transportasi yang bertujuan untuk mendukung kegiatan pariwisata, yaitu dengan sasaran: meningkatkan hubungan kawasan pariwisata

dengan dunia luar (asing maupun domestik).

d. Mempertinggi aksesibilitas dan mobilitas pergerakan penumpang dan barang. b. Pola Pergerakan

Transportasi memiliki peran yang sangat penting dalam menghubungkan satu wilayah

pusat pertumbuhan tertentu dengan wilayah pusat pertumbuhan lain. Transportasi mempunyai

peran penting dalam menghubungkan tempat-tempat atau kawasan. Hubungan fungsional

dapat dikelompokkan ke dalam ketegori: (i) hubungan eksternal, (ii) hubungan antar pusat,

dan (iii) hubungan pusat dan wilayah belakangnya (hinterland).

1.Hubungan Eksternal

Hubungan eksternal dicirikan dengan pola pergerakan yang didefenisikan sebagai

pergerakan yang berasal dari luar wilayah perencanaan atau pergerakan yang

menuju ke luar wilayah perencanaan. Pergerakan eksternal memperlihatkan peran

Kabupaten Soppeng dalam kontelasi regional yang terlihat dari tingkat interaksi

(16)

perkembangan hubungan eksternal, maka jaringan jalan yang menghubungkan

dengan wilayah sekitarnya harus ditingkatkan.

2. Hubungan Antar Pusat (Antar Ibukota Kecamatan)

Hubungan antar pusat (kota-kota kecamatan) di wilayah Kabupaten Soppeng

umumnya memiliki hubungan fungsional yang relatif kuat dengan Kota

Watansoppeng yang merupakan pusat pertumbuhan dan pusat pengembangan

perekonomian di wilayah Kabupaten Soppeng secara keseluruhan.

Hubungan fungsional antar kota (kota kecamatan) di wilayah Kabupaten Soppeng

masih relatif kecil, kecuali pada kota-kota yang sudah tersentuh dengan jaringan

transportasi. Hubungan fungsional yang relatif kecil disebabkan oleh tingkat

perkembangan kota yang masih lambat dan keberadaan sarana dan prasarana

transportasi belum memadai serta kendala fisik wilayah Kabupaten Soppeng.

3. Hubungan antara pusat dan wilayah belakangnya.

Hubungan fungsional antar pusat (kota) dan wilayah belakangnya di Kabupaten

Soppeng terutama berkaitan erat dengan fungsi dan peran kota sebagai pusat

pemerintahan, pendidikan, pusat perdagangan, pusat koleksi dan distribusi, dan

pusat jasa pelayanan untuk wilayah pengaruh kota bersangkutan (hinterland).

Hubungan antar kota dan wilayah belakangnya di wilayah Kabupaten Soppeng

masih relatif rendah. Hal ini disebabkan keterbatasan sarana dan prasarana

transportasi, selain itu pola sebaran desa-desa yang menyebar dan jarak antar

kota serta topografi wilayah Kabupaten Soppeng yang berbukit-bukit yang

merupakan salah satu faktor kendala untuk pembangunan jaringan transportasi.

Berdasarkan pola pergerakan yang terjadi di wilayah Kabupaten Soppeng, maka konsep

pengembangan sistem transportasi di wilayah Kabupaten Soppeng harus didasarkan pada

konsep integrasi sistem transportasi intermoda khususnya moda angkutan darat, dimana

pergerakan eksternal (dalam kaitannya dengan hubungan eksternal) menggunakan sistem

transportasi darat. Sedangkan untuk pergerakan internal (dalam kaitannya dengan hubungan

antar pusat dan antara pusat dengan wilayah belakangnya), agar tercapai efisiensi dan murah,

maka terutama dikembangkan sistem transportasi darat.

1. Rencana Jaringan Jalan

Rencana jaringan jalan akan dikembangkan untuk menghubungkan antar pusat kegiatan.

Dengan mengacu pada peraturan pemerintah No.34 Tahun 2006 tentang jalan. Jaringan jalan

dibagi menjadi jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder. Jaringan jalan primer

menghubungkan antara PKN, PKW, PKL PPK sampai PPL dan menghubungkan pusat

kegiatan nasional. Sedangkan jaringan jalan sekunder adalah jaringan jalan yang

menghubungkan antara pusat-pusat kegiatan dalam satu kota. Rencana pengembangan

jaringan jalan yang mendesak untuk dilakukan adalah:

(17)

 Peningkatan jalan alternatif dari Lajjoa via Citta sampai ke perbatasan Kabupaten Bone.

 Peningkatan jalan poros Labessi – Kota Watansoppeng

 Peningkatan jalan alternatif poros Soppeng- Barru, melalui Kecamatan Donri-donri sampai keperbatasan Kabupaten Barru, dengan panjang jalan 22,5 Km.

Tebel 3.4

Klasifikasi Jaringan Jalan

Sistem Jaringan

Jalan Klasifikasi Fungsional

Klasifikasi

Administrasi

Instansi

Berwenang

(1) (2) (3) (4)

Arteri

Jalan Nasional Kementerian

Pek. Umum

Sistem Primer Kolektor

Kelas I

Kelas II

Jalan Provinsi Pemerintah

Provinsi Kelas III

Kelas IV

Jalan Kabupaten Pemerintah Kabupaten Lokal

Sistem Sekunder

Arteri

Kolektor

Lokal

Jalan kota Pemerintah

Kota

Sumber: Roads In Indonesia, 1995

Catatan :

Kolektor kelas I : Menghubungkan Ibukota Provinsi dan Ibukota Provinsi

Kolektor kelas II : Menghubungkan Ibukota Provinsi dan Ibukota Kabupaten

Kolektor kelas III : Menghubungkan antar Ibukota Kabupaten/Kota

Kolektor kelas IV : Menghubungkan Ibukota Kabupaten/Kota dan Ibukota

Tebel 3.5

Klasifikasi Fungsional dan Kelas Teknik Jalan Kota

TIPE I

Fungsi LHR

(Smp/jam)

Kelas

Teknik

Kecepatan (V)

(km/jam) Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Primer 1. Arteri

2. Kolektor

T.A.K

T.A.K

I

II

80-100

60-80

 Standar tertinggi antar

wilayah/kota

 Standar tinggi, antar wilayah

atau dalam metropolitan

Sekunder Arteri T.A.K II 60-80  Idem untuk Kelas II

(18)

Fungsi LHR (Smp/jam)

Kelas

Teknik

Kecepatan(V)

(km/jam) Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Primer 1. Arteri

2. Kolektor

T.A.K

 Standar teritinggi 4 lajur antar/inter  Idem untuk kelas I

 Standar tinggi 4 lajur antar/dalam

kota/distrik

Sekunder Arteri

Kolektor

 Standar sedang 2 jalur antar distrik  Idem untuk kelas III

 Standar rendah 1 jalur akses

kepemilikan tanah di sisi jalan

Sumber: Hasil Analisis Tim,2006

4. Fasilitas Terminal

Fasilitas terminal yang dibutuhkan di Kabupaten Soppeng adalah terminal lokal, yaitu

terminal yang melayani angkutan kota dan angkutan perdesaan, sedangkan angkutan

antar kota terutama ke Kota Makassar, masih memungkinkan di pusat kota lama. Lokasi

terminal lokal diarahkan berdampingan dengan pasar sentral di Lapajung.

3.3.2. Kriteria Sistem Jaringan Transportasi

Prinsip sistem transportasi adalah lancar, aman dan nyaman dengan biaya terjangkau.

Dalam konteks tata ruang, sistem prasarana transportasi harus tahan dan mampu melayani

jenis maupun ukuran sarana transportasi serta intensitas dan waktu pemakaian yang

direncanakan. Kriteria pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Soppeng adalah

sebagai berikut:

Jaringan jalan arteri primer dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan

antar antar PKN, antar PKW dan antar kota yang melayani kawasan berskala besar dan atau

cepat berkembang dan atau pelabuhan-pelabuhan utama. Dengan demikian, kriteria jalan

arteri primer adalah:

a. Jalan arteri primer dalam kota yang merupakan terusan jalan arteri primer luar kota.

b. Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer;

c. Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 Km/jam.

d. Lebar perkerasan jalan arteri primer tidak kurang dari 11 meter.

e. Lalu-lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lintas regional, untuk itu

lalu-lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu-lalu-lintas ulang alik dan lalu-lalu-lintas lokal yang

bersumber dari kegiatan lokal.

(19)

g. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan

masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 m.

h. Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai

dengan volume lalu-lintasnya.

i. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu-lintas

rata-rata.

j. Besarnya lalu-lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi jalan yang

lain.

k. Kegiatan berhenti dan parkir kendaraan pada badan jalan tidak diijinkan.

l. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperti rambu, marka, lampu pengatur

lalu-lintas, lampu penerangan jalan, dan lainnya.

m. Jalur khusus harus disediakan yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan

lambat lainnya.

n. Jalan arteri primer harus dilengkapi dengan median.

Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan

kota-kota besar pusat kegiatan nasional, antar pusat kegiatan wilayah dan/atau

kawasan-kawasan berskala kecil. Berdasarkan pengertian tersebut maka kriteria jalan kolektor primer

adalah:

a. Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar kota.

b. Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.

c. Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40

Km/jam.

d. Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 9 m.

e. Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan

masuk / akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 m.

f. Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diijinkan melalui jalan ini.

g. Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai

dengan volume lalu-lintasnya.

h. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas lebih besar dari volume lalu-lintas rata-rata.

i. Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan pada jam

sibuk.

j. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperti: rambu, marka, lampu

pengatur lalu-lintas dan lampu penerangan jalan.

k. Besarnya lalu-lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri primer.

l. Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan

lainnya.

3.4.Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi

(20)

 Peningkatan pelayanan akan kebutuhan prasarana listrik untuk masa yang akan datang

harus diupayakan mencapai 100% guna memberi penerangan kepada masyarakat dan

meningkatkan produksi industri bagi pengguna jasa listrik.

 Peningkatan jangkauan pelayanan dapat dilakukan dengan distribusi melalui PLN ranting,

sub-ranting dan listrik desa, sehingga mampu melayani jumlah desa secara keseluruhan.

Sumber energi yang digunakan di wilayah Kabupaten Soppeng bersumber dari PLTA

Bakaru. Sistem jaringan listrik dengan pola linear yang mengikuti pola jalan yang ada dan

telah menjangkau wilayah Kabupaten Soppeng meskipun masih adanya kawasan yang belum

terlayani. Prediksi pertumbuhan ekonomi wilayah yang lebih kondusif akan mempengaruhi

tingkat pertumbuhan energi listrik sebagai energi utama yang dipergunakan untuk aktivitas

produktif wilayah. Dengan estimasi tersebut, maka diperlukan upaya penyiapan energi

cadangan baik energi listrik maupun energi lain dapat dimanfaatkan. Disisi lain peningkatan

kebutuhan energi listrik harus dibarengi dengan perluasan jaringan pelayanan dan

peningkatan kualitas sehingga keterbelakangan dan isolasi daerah terhadap energi listrik

dapat terlayani.

Adapun standar yang digunakan untuk rencana kebutuhan adalah:

- Perumahan dengan golongan tipe A adalah 450 Va/Watt, tipe B adalah 900 Va/Watt dan tipe C sebesar 1.300 VA/Watt.

- Fasilitas perdagangan dan perkantoran membutuhkan suplay energi listrik sesuai standar yakni 60 watt/m2 atau 25 % dari kebutuhan rumah tangga.

- Fasilitas sosial dan pelayan umum untuk kegiatan pendidikan, kesehatan dan peribadatan dan pelayanan umum meliputi pos keamanan dan balai

pertemuan. Standar kebutuhan energi listrik untuk fasilitas tersebut adalah 60

watt/m2 atau 25 % dari kebutuhan rumah tangga.

- Penerangan jalan membutuhkan 10% energi listrik dari total kebutuhan rumah tangga.

- Perkiraan kehilangan energi listrik dalam transmisi diperkirakan 30 % dari total energi listrik yang dibutuhkan.

a. Rencana Kebutuhan Energi Listrik untuk Fasilitas Perumahan

Beradasarkan hasil estimasi, rencana kebutuhan energi listrik hingga tahun 2019 yaitu

untuk jenis rumah tipe A membutuhkan energi listrik 62.327.700 watt, rumah tipe B

62.325.000 watt, dan jenis rumah tipe C yaitu 30.009.200 watt. Sedangkan hasil estimasi

hingga tahun perencanaan 2029, maka direncanakan penambahan energi listrik sesuai

dengan jenis tipe rumah yaitu tipe A 65.372.850 watt, tipe B 65.374.200 watt dan tipe C

31.476.900 watt.

b. Rencana Kebutuhan Energi Listrik untuk Sarana Wilayah

Rencana kebutuhan energi listrik untuk prasarana wilayah, seperti fasilitas perdagangan

dan perkantoran, fasilitas sosial dan pelayanan umum, serta penerangan jalan.

(21)

2029 adalah untuk sarana wilayah seperti fasilitas perdagangan dan perkantoran

dibutuhkan energi listrik sebanyak 40.173.075 watt, fasilitas sosial dan pelayanan umum

yaitu 40.173.075 watt dan penerangan jalan 16.069.230 watt. Sehingga secara

keseluruhan rencana kebutuhan energi listrik di Kabupaten Soppeng hingga tahun

2010-2029 yaitu 96.415.380 watt. Untuk lebih jelasnya tingkat kebutuhan energi listrik menurut

(22)

Tabel 3.6

Rencana Kebutuhan Energi Listrik Fasilitas Perumahan Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

No Kecamatan

Kebutuhan Listrik Untuk Perumahan (2010-2029)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

2010-2029

Kebutuhan (Unit)

Tahun 2010-2029

Kebutuhan Listrik (Watt)

Tahun 2010-2029

Kebutuhan (Unit)

Tahun 2010-2029

Kebutuhan Listrik (Watt)

Tahun 2010-2029

Tipe A Tipe B Tipe C Tipe A Tipe B Tipe C Tipe A Tipe B Tipe C Tipe A Tipe B Tipe C

Mario Riwawo

Lalabata

Lili Riaja

Ganra

Lili Rilau

Donri-Donri

Mario Riawa

(23)

Jumlah 270.147 138.506 69.250 23.084 62.327.700 62.325.000 30.009.200 145.273 72.638 24.213 65.372.850 65.374.200 31.476.900

(24)

Tabel 3.7

Rencana Kebutuhan Energi Listrik Fasilitas Wilayah Menurut Kecamatan Di

Kabupaten Soppeng Tahun 2009-2029

No Kecamatan

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Kebutuhan Listrik Untuk Sarana Wilayah 2010-20329 (watt)

Perdag.&

Perkantoran

Fas.sosial &

Pel. Umum

Lilirilau

Donri-Donri

Jumlah 270.147 40.173.075 40.173.075 16.069.230 96.415.380

Sumber: Review 2009

3.4.1. Kriteria Sistem Jaringan Energi

Kapasitas pelayanan sistem prasarana energi sampai menjangkau:

a. Desa-desa yang letaknya berada di daerah tidak terjangkau jaringan listrik.

b. Desa-desa yang jaraknya jauh dari jaringan kabel listrik dan kondisi topografi alamnya

sulit untuk dilalui jaringan teresetrial listrik.

Desa-desa yang dapat diakses oleh jaringan kabel listrik tetapi desa tersebut tergolong

miskin.

3.4.2. Rencana Prasarana Telekomunikasi

Salah satu indikator tingkat perkembangan wilayah dapat diukur dengan

ketersediaan pelayanan pos dan telekomunikasi. Sistem jaringan informasi di Kabupaten

Soppeng terlayani melalui pos dan sistem jaringan telekomunikasi (telepon), sehingga

(25)

demikian akan mengacu pertumbuhan tingkat perkembangan struktur wilayah pada

berbagai dimensi kehidupan.

Pelayanan jaringan telekomunikasi saat ini masih sangat terbatas pada kawasan

perkotaan dengan penggunaan sistem jaringan bentangan di wilayah Kota Watansoppeng.

Pada kawasan Ibukota Kecamatan alternatif penggunaan saat ini dengan menggunakan

digital radio system (drs) yang memanfaatkan teknologi komunikasi yang berhubungan

langsung dengan satelit.

Pelayanan kebutuhan telepon didasarkan pada standar kebutuhan dengan rasio

tingkat layanan kebutuhan telepon baik pribadi dan umum adalah

1 : 14 dan 1 : 250. Tetapi tingkat pelayanan akan disesuaikan dengan antara suplay dan

demand yang ada untuk mengoptimalkan kinerja dan pemerataan sistem telekomunikasi

pada semua kawasan. Tingkat kebutuhan pelayanan telepon sesuai standar kebutuhan

hingga akhir tahun perencanaan (2019) adalah 920 SST untuk layanan telepon umum dan

16.484 SST untuk layanan telepon pribadi. Sedangkan hingga tahun perencanaan 2029

dibutuhkan 47 SST untuk telepon umum dan 808 SST telepon pribadi. Apabila dilihat dari

penyebaran tingkat kebutuhan telekomunikasi di Kabupaten Soppeng, maka terdapat

beberapa wilayah kecamatan yang tingkat kebutuhannya cukup tinggi yaitu kecamatan

Mario Riwawo dan Kecamatan Lalabata, dan Lili Riaja sedangkan wilayah kecamatan

tingkat kebutuhan akan sarana telekomunikasi tersebut relatif sedikit adalah Kecamatan

Ganra dan Citta. Banyak sedikitnya tingkat kebutuhan, sangat dipengaruhi oleh jumlah

penduduk yang ada pada wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel

(26)

Tabel 3.8

Rencana Kebutuhan Sarana Komunikasi

Di Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

No Kecamatan

Kebutuhan Sarana Komunikasi 2010-2029

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

2010-2019

Kebutuhan (SST)

2010-2019

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

2020-2029

Kebutuhan (SST)

2020-2029

Lilirilau

Donri-Donri

Sumber : Review 2009

3.5. Prasarana Air Bersih

Sumber air baku yang ada di Kabupaten Soppeng cukup tersedia yaitu kebutuhan

air baku yang dipergunakan pada saat ini dengan memanfaatkan sumber air permukaan

(sungai) dan mata air. Beberapa sumber air baku yang dimanfaatkan sebagai air bersih

adalah bersumber dari air Sungai Langkemme, Soppeng, Lawo, Paddangeng, dan Sungai

Lajaroko.

Adapun standar kebutuhan air bersih yang menjadi pedoman estimasi kebutuhan

di Kabupaten Soppeng adalah:

(27)

 Kebutuhan air bersih untuk fasilitas pendidikan (STK, SD, SMP dan SMU)

adalah 10 liter/orang/hari.

 Kebutuhan air bersih untuk fasilitas kesehatan menurut jenisnya adalah

Rumah sakit bersalin 5.000 liter/hari, Puskesmas 3.000 liter/unit/hari, PUSTU

1.500 liter/unit/hari. Balai pengobatan 8.000 liter/unit/hari. Tempat praktek

dokter 300 liter/unit/hari dan Apotik 30 liter/unit/hari.

 Kebutuhan air bersih untuk fasilitas olahraga dan rekreasi adalah balai

pertemuan 1.000 liter/unit/hari, gedung serbaguna 10.000 liter/unit/hari, taman

untuk bermain untuk 250 jiwa membutuhkan 1.000 liter/unit/hari, taman untuk

2.500 jiwa membutuhkan 5.000 liter/unit/hari dan lapangan olahraga 10.000

liter/unit/hari.

 Kebutuhan air bersih untuk fasilitas perekonomian menurut jenisnya adalah

warung 250 liter/unit/hari, pertokoan 10.000 liter/unit/hari dan pusat

perbelanjaan 86 m3 /ha/hari.

 Kebutuhan air bersih untuk mesjid adalah 10.000 liter/unit/hari dan

mushollah/langgar 2.000 liter/unit/hari.

 Kebutuhan air bersih untuk fasilitas pelayanan umum adalah parkir dan MCK

membutuhkan air bersih sebanyak 1.000 liter/unit/hari.

a. Rencana Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Perumahan

Berdasarkan hasil estimasi kebutuhan air bersih untuk fasilitas perumahan di

Kabupaten Soppeng, maka rencana kebutuhan air bersih hingga tahun 2019 yaitu

untuk jenis rumah tipe A direncanakan jumlah air bersih yang dibutuhkan sebanyak

41.551.800 liter/hari, dari jumlah rumah 138.506 unit, rumah tipe B dengan jumlah

rumah 69.250 unit dan rencana kebutuhan air bersih 20.775.000 liter/hari, dan jenis

rumah tipe C yaitu 6925200 liter/hari dari jumlah keseluruhan unit rumah yaitu 23.084

unit. Sedangkan rencana kebutuhan air bersih untuk masing-masing jenis rumah

hingga tahun perencanaan 2029 adalah rumah tipe A dengan jumlah rumah 145.273

unit membutuhkan air bersih 43581900 liter/hari, tipe B sebanyak 72.638 unit dengan

kebutuhan air bersih 21791400 liter/hari dan jenis rumah tipe C 24.213 unit dengan

kebutuhan air bersih 7263900 liter/hari. Adapun tingkat kebutuhan air bersih menurut

(28)

b. Rencana Kebutuhan Air Bersih untuk Fasilitas Pendidikan

Tersedianya air bersih untuk fasilitas pendidikan dapat memperlancar proses kegiatan

belajar mengajar. Dari hasil estimasi kebutuhan air bersih untuk fasilitas pendidikan

hingga tahun 2019, yaitu untuk fasilitas STK direncanakan dengan tingkat kebutuhan

air bersih 139.200 liter/unit/hari, SLTP 2.400 liter/hari, SLTA 64.800 liter/hari,

sedangkan untuk fasilitas SD hingga tahun 2019 tidak ada kebutuhan air bersih,

dimana rencana kebutuhan untuk fasilitas SD tidak ada penambahan. Sedangkan

perencanaan hingga tahun 2029 dibutuhkan air bersih untuk fasilitas STK 12.000

liter/hari, SLTP 12.000 liter/hari dan SLTA 4.800 lter/hari, sedangkan untuk fasilitas SD

hingga tahun 2029 belum ada penambahan sehingga tidak dubutuhkan air bersih

Untuk lebih jelasnya tingkat kebutuhan air bersih untuk fasilitas pendidikan menurut

(29)

Tabel 3.9

Rencana Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Perumahan Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

No Kecamatan

Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Perumahan (2010-2029)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

2010-2019

Kebutuhan (Unit)

2010-2019

Kebutuhan Air Bersih

(liter/unit/hari)

Kebutuhan (Unit)

2020-2029

Kebutuhan Air Bersih

(liter/unit/hari)

Lilirilau

(30)

Jumlah 250.849 138.506 69.250 23.084 4155180 0

2077500

0

692520

0 270.147

145.27

3

72.63

8

24.21

3

4358190

0 21791400

726390

0

(31)

Tabel 3.10

Rencana Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Pendidikan Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

No Kecamatan

Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Pendidikan (2010-2029)

Jumlah

Pnddk

(Jiwa)

2010-2029

Kebutuhan (Unit)

Tahun 2010-2029

Kebutuhan Air Bersih

(liter/unit/hari)

Tahun 2010-2029

Jumlah

Pnddk

(Jiwa)

2010-2029

Kebutuhan (Unit)

Tahun 2010-2029

Kebutuhan Air Bersih

(liter/unit/hari)

Tahun 2010-2029

STK SD SLTP SLTA STK SD SLTP SLTA ST

Lilirilau

(32)

Jumlah 250.849 174 - 1 27 139.200 - 2.400 64.800 270.147 18 2 6 12.000 - 12.000 4.800

(33)

c. Rencana Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Kesehatan

Semakin bertambahnya jumlah fasilitas kesehatan, maka akan mempengaruhi

besarnya volume kebutuhan air bersih. Berdasarkan hasil estimasi rencana fasilitas

kesehatan hingga tahun 2019, jenis fasilitas yang direncanakan yaitu Rumah Sakit bersalin

(RSB), Puskesmas Pembantu (Pustu), Balai Pengobatan (BP) dan Apotik, sehingga

kebutuhan air bersih yang dibutuhkan semakin bertambah pula. Oleh karena itu, maka

rencana kebutuhan air bersih pada tahun 2019 untuk fasilitas RSB sebanyak 105.000

liter/hari dengan jumlah fasilitas 21 unit, Pustu dibutuhkan 2 unit dengan kebutuhan air

bersih 1.500 liter/hari, Balai Pengobatan sebanyak 73 unit dan air bersih yang dibutuhkan

58.400 liter/hari dan apotik 630 liter/hari dengan jumlah fasilitas yang dibutuhkan 20 unit,

sedangkan kebutuhan air bersih hingga tahun perencanaan 2029 sebanyak 11.420

liter/hari dari jumlah fasilitas kesehatan yang dibutuhkan 14 unit. Adapun kebutuhan air

bersih untuk masing-masing fasilitas kesehatan menurut kecamatan lebih jelasnya

(34)

Tabel 3.11

Rencana Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

No Kecamatan

Kebutuhan Air bersih Fasilitas Kesehatan (2010-2029)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

2010-2029

Kebutuhan (Unit)

2010-2029

Kebutuhan Air Bersih (liter/unit/hari)

2010-2029

Kebutuhan (Unit)

2020-2029

Kebutuhan Air Bersih

(liter/unit/hari)

Marioriawa

(35)

Jumlah 250.849 21 - 2 73 20 105.000 3000 58.400 630 270.147 1 3 6 4 5.000 4.500 4.800 120

(36)

d. Rencana kebutuhan Air bersih untuk Fasilitas Peribadatan

Rencana penambahan fasilitas untuk fasilitas peribadatan hingga tahun 2019 yaitu

Mushollah sebanyak 53 unit, sedangkan untuk fasilitas Mesjid tidak ada penambahan

hingga tahun 2019. Adapun jumlah kebutuhan air bersih fasilitas peribadatan seperti

Mushollah sebanyak 106.000 liter/hari. Sedangkan banyaknya penambahan fasilitas

Mushollah/Langgar hingga tahun 2029 sebanyak 8 unit dengan kebutuhan air bersih

14.000 liter/unit/hari. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel 3.12

e. Rencana Kebutuhan Air Bersih untuk Fasilitas Perdagangan

Rencana kebutuhan air bersih untuk fasilitas perdagangan seperti pasar, fasilitas

pertokoan dan warung hingga tahun 2019 dibutuhkan air bersih untuk fasilitas warung

sebanyak 92.750 liter/hari dari jumlah fasilitas warung yang dibutuhkan 403 unit.

Sedangkan untuk fasilitas perdagangan seperti pertokoan dibutuhkan air bersih 40.000

liter/hari dari jumlah kebutuhan fasilitas pertokoan 4 unit dan fasilitas perdagangan

seperti pasar tidak ada rencana kebutuhan hingga tahun perencanaan 2010-2029.

Sedangkan kebutuhan akan fasilitas perdagangan seperti warung hingga tahun

perencanaan 2029 terjadi penambahan sebanyak 133 unit dan kebutuhan air bersih

33.250 liter unit/hari. Untuk lebih jelasnya tingkat kebutuhan air bersih menurut

(37)

Tabel 3.12

Rencana Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Peribadatan Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

No Kecamatan

Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Peribadatan (2010-2029)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

2010-2019

Kebutuhan (Unit)

2010-2029

Kebutuhan Air Bersih

(liter/unit/hari)

Kebutuhan (Unit)

2020-2029

Kebutuhan Air Bersih

(liter/unit/hari)

2020-2029

Mesjid Mushollah Mesjid Mushollah Mesjid Mushollah Mesjid Mushollah

(38)

Jumlah 250.849 - 53 - 106.000 270.147 - 8 - 14.000

(39)

Tabel 3.13

Rencana Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Perdagangan Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

No Kecamatan

Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Perdagangan (2010-2029)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

2010-2029

Kebutuhan (Unit)

2010-2029

Kebutuhan Air Bersih

(liter/unit/hari)

Kebutuhan (Unit)

2020-2029

Kebutuhan Air Bersih

(liter/unit/hari)

Lilirilau

(40)
(41)

f. Rencana Kebutuhan Air Bersih untuk Fasilitas Olahraga

Kebutuhan air bersih untuk fasilitas olahraga sangat dibutuhkan, sehingga rencana

kebutuhan air bersih hingga tahun perencanan 2019 untuk fasilitas Lapangan Bola

Volly 45.000 liter/hari, tenis lapangan 320.000 liter/hari, gedung serbaguna 40.000

liter/hari, dan lapangan bola basket 445.000 liter/hari dan untuk fasilitas lapangan

sepak bola tidak ada penambahan hingga tahun 2010-2029. Sedangkan rencana

hingga tahun 2029 terjadi penambahan kebutuhan air bersih sesuai dengan banyaknya

fasilitas olahraga yang dibutuhkan. Adapun kebutuhan air bersih hingga tahun 2029

adalah 850.500 liter/hari dari jumlah fasilitas olahraga 26 unit. Untuk lebih jelasnya

kebutuhan air bersih masing-masing fasilitas olahraga menurut kecamatan

(42)

Tabel 3.14

Rencana Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Olahraga Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

No Kecamatan

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

2010-2029

Kebutuhan Air bersih Fasilitas Olahraga & Rekreasi (2010-2029)

Kebutuhan (Unit)

2010-2029

Kebutuhan Air Bersih (liter/unit/hari)

2010-2029

Lilirilau

Donri-Donri

(43)

Tabel 3.15

Rencana Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Olahraga Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

No Kecamatan

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

2010-2029

Kebutuhan Air bersih Fasilitas Olahraga & Rekreasi (2010-2029)

Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Air Bersih (liter/unit/hari)

L.Spk.B

Lilirilau

Donri-Donri

(44)

3.6. Rencana Prasarana Air Hujan dan Irigasi

Sistem pembuangan air hujan di Kabupaten Soppeng yang teridentifikasi

menunjukkan penyatuan sistem dengan buangan limbah rumah tangga (limbah). Sistem

drainase yang lebih lengkap dapat dijumpai pada kawasan perkotaan (Ibukota Kecamatan

dan Kabupaten), dengan sistem jaringan sekunder dan tersier yang berada di sepanjang

jalan yang berkonstruksi batu, disamping masih adanya jaringan tanah.

Pengembangan prasarana air hujan dan irigasi harus memperhatikan beberapa

hal yaitu (1) kondisi topografi lahan, (2) daerah genangan air, dan (3) hirarki jaringan

drainase, ini dilakukan untuk memenuhi syarat optimal fungsi drainase.

Sistem pembuangan drainase diarahkan pengembangannya pada konsentrasi

permukiman di perkotaan dan perdesaan sehingga kualitas lingkungan permukiman tetap

terjamin. Arahan pengembangan yang dimaksud adalah peningkatan kualitas konstruksi

jaringan drainase dan pembuangan/perluasan jaringan drainase. Rencana pengembangan

drainase dimaksudkan untuk menghindari luapan air hujan, sehingga resiko genangan

dapat dihindari dan kerusakan jaringan jalan tidak terjadi. Usaha pengembangan drainase

sebaiknya diadakan pemisahan dengan buangan air limbah industri sehingga tidak terjadi

kerusakan ekosistem akibat pelepasan limbah langsung ke badan air.

Fungsi saluran irigasi dikembangkan untuk meningkatkan produksi pertanian,

utamanya meningkatkan konstruksi saluran dan penambahan panjang saluran irigasi,

sehingga luasan sawah yang teraliri bertambah. Selain fungsi tersebut maka

dikembangkan pula fungsi sebagai pengaliran air hujan yang tetap beriorentasi pada

kepentingan pertanian.

Berdasarkan hasil analisis budidaya lahan basah, maka di Kecamatan Donri-donri

dan Marioriawa, sebagian besar areal persawahan termasuk dalam kategori budidaya

lahan basah sesuai tidak permanen. Kondisi tersebut disebabkan oleh tidak adanya sistem

irigasi yang mendukung budidaya tersebut. Disisi lain terdapat Sungai Lawo dan

(45)

kemarau debit air drastis menurun. Untuk mendukung budidaya lahan basah, maka kedua

sungai tersebut sebaiknya dibuatkan bendungan irigasi. Namun dalam pembangunan

irigasi, maka harus diikuti dengan kebijakan, sebagai berikut;  Penghijauan pada daerah hulu kedua sungai.  Penghijauan pada daerah aliran sungai (DAS).

Dengan tujuan untuk memperbaiki sistem tata air sungai dari hulu sampai hilir,

agar suplay air ke areal persawahan sepanjang tahun dengan debit air yang cukup.

Dengan demikian maka budidaya lahan basah dapat dilakukan sepanjang tahun.

3.7. Rencana Sistem Persampahan

Pengembangan prasarana persampahan diarahkan untuk peningkatan dan

perluasan jangkauan pelayanan sehingga permasalahan dapat ditekan secara dini dengan

sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Dilain pihak harus dikompensasikan melalui

peningkatan budaya bersih masyarakat dengan kemampuan untuk mengelola sampah

rumah tangganya sendiri. Pengelolaan sampah melalui peningkatan daya angkut armada

persampahan di kawasan Kota Watansoppeng utamanya pada sumber sampah dimana

timbulan sampah relatif besar, ini ditunjang dengan pengadaan armada sampah.

Sedangkan pada wilayah lain yang belum mampu ditangani oleh Dinas kebersihan maka

sampahnya dapat dikelola secara tradisional atau pemanfaatan sampah sebagai pupuk

organik. Standar yang digunakan untuk menghitung produksi sampah adalah diasumsikan

bahwa setiap orang menghasilkan 2-3 liter/orang/hari. Dengan menggunakan standar

tersebut maka timbulan sampah yang dihasilkan seluruh Kabupaten Soppeng hingga akhir

tahun perencanaan (Tahun 2019) adalah 461.682 liter/hari dan pada tahun perencanaan

2029 yaitu 484.244 liter/hari. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel 3.16

Tabel 3.16

Estimasi Timbulan sampah

Di Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

No Kecamatan

Kebutuhan Sarana Komunikasi tahun 2010-2029

Jumlah

Penduduk

Timbulan

(liter/hari)

Jumlah

Penduduk

Timbulan

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3
Tabel 3.6
Tabel 3.7
+7

Referensi

Dokumen terkait

1 Aspek Penggunaan Lahan Lahan di Kabupaten Paser, khususnya di wilayah pengembangan baru merupakan lahan yang masih mentah, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit

(4) Menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan/atau TNI. 3.4 Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Kutai Barat. 3.4.1 Arahan Pengembangan Struktur Kabupaten Kutai

Kaw asan perdesaan yang sebagian besar merupakan kaw asan perm ukim an dan pert anian diarahkan m em iliki dan dilengkapi dengan pelayanan jasa pem erint ahan,

Wonosobo juga diarahkan pada pola yang telah terbentuk dengan pengembangan wilayah.. di

ekonomi wilayah Kabupaten Pidie diarahkan pada pengembangan.. industri yang didukung oleh kegiatan

 Peningkatan produksi pertanian tetap merupakan prioritas utama sebagai sektor basis yaitu dengan peningkatan peran lembaga ekonomi dalam kegiatan usaha inti dan plasma

perdagangan dan jasa yangberskala internasional peningkatan fungsi dan pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala.

Pengembangan strategi pengamanan kota-kota di Kabupaten Sorong pada periode jangka menengah ini secara umum diarahkan untuk memperkuat keterkaitan ekonomi dan spasial di