• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH 3.1 STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH BERDASARKAN RTRW KABUPATEN PIDIE 2007 3.1.1 TUJUAN PENGEMBANGAN - DOCRPIJM 7f3505a104 BAB IIIBAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH 3.1 STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH BERDASARKAN RTRW KABUPATEN PIDIE 2007 3.1.1 TUJUAN PENGEMBANGAN - DOCRPIJM 7f3505a104 BAB IIIBAB III"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-1 BAB III

RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

3.1 STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH BERDASARKAN RTRW KABUPATEN PIDIE 2007

3.1.1 TUJUAN PENGEMBANGAN

Secara umum, tujuan pengembangan wilayah dapat dikelompokan

menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

1. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan wilayah sebagai

kelanjutan dari hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai ;

2. Mempercepat proses pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya

kesegenap bagian wilayah ;

3. Menciptakan pola struktur tata ruang wilayah yang saling terintegrasi ;

4. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan melalui pengembangan

kawasan sentra produksi komuditi pertanian yang diharapkan mampu

menciptakan pertumbuhan untuk wilayah sekitarnya (trickle-down

effect), sehingga mampu membangun pusat-pusat pertumbuhan yang

sinergis ;

5. Pengembangan dan pengamanan fungsi lindung pada zona-zona

dampak kerusakan pasca tsunami ;

6. Penataan kawasan perumahan dan pemukiman serta kegiatan industri

yang berorientasi pada sektor agroindustri ;

7. Meningkatkan pertumbuhan wilayah melalui pengoptimalan

pemanfaatan potensi sumber daya dengan mempertimbangkan

keterbatasan daya dukung lingkungan ;

8. Mewujudkan struktur tata ruang yang seimbang dan optimal dengan

memperhatikan arahan pengembangan kawasan lindung dan budi

daya, sistem kota-kota, sistem prasarana wilayah dan kawasan

tertentu ;

9. Menciptakan kelestarian lingkungan hidup dengan senantiasa

(2)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-2 3.1.2 KONSEPSI PENGEMBANGAN WILAYAH PIDIE

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan selanjutnya

dirumuskan konsepsi pengembangannya. Konsepsi pengembangan

tersebut sebagai tindak lanjut dan bentuk perlakukan terhadap

masing-masing wilayah. Perlakuan terhadap masing-masing-masing-masing wilayah yang

dimaksudkan tersebut merupakan manifestasi dari tujuan pembangunan,

yaitu dalam bentuk pengembangan tata ruang. Rumusan pengembangan

tata ruang yang akan digunakan adalah :

a. Peningkatan fungsi ekonomi pusat-pusat perkotaan yang

terintegrasi dengan kawasan/zona industri ;

b. Peningkatan kualitas tata ruang wilayah yang berwawasan

lingkungan ;

c. Pengembangan kawasan budi daya pertanian yang menunjang

industri, fungsi lindung dan penanggulangan desa tertinggal ;

d. Pembentukan kesatuan ekonomi ; dan

e. Integrasi spatial.

A. Peningkatan Fungsi Ekonomi Pusat-Pusat Perkotaan Yang Terintegrasi dengan Kawasan/Zona Industri

Pada bagian sebelumnya talah dikemukakan bahwa pusat-pusat

perkotaan wilayah Kabupaten Pidie belum bersifat generatif bagi

wilayah belakangnya. Hal ini disebabkan karena fungsi ekonomi

pusat-pusat perkotaan belum tumbuh dan dikembangkan secara

optimal, efektif dan efisien. Dalam rangka memacu pertumbuhan

dan mengurangi disparitas intra-wilayah, maka pusat-pusat

perkotaan perlu dikembangkan sehingga mampu menjadi memacu

perkembangan wilayah sekitarnya. Atas dasar itu maka perlu

(3)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-3  Menggerakkan pertumbuhan fisik Kota Sigli sebagai pusat

utama, agar mampu dimanfaatkan pengembangan fungsi

ekonomi

 Penyediaan sejumlah prasarana dan sarana wilayah di Kota

Sigli yang memadai, sehingga dapat mendorong kegiatan

investasi ekonomi pada kota tersebut

 Mengembangkan objek wisata yang ada di Kota Sigli dan

sekitarnya untuk menambah daya tarik dan intensitas kegiatan

ekonomi kota

 Fungsi ekonomi Kota Beureunuen juga ditingkatkan dengan

memanfaatkan peluang-peluang pertumbuhan yang digerakkan

oleh berbagai potensi ekonomi pada wilayah tersebut serta

pemantapan fungsi distribusinya

 Pengembangan Kota Beureunuen sebagai sub pusat

pengembangan, sehingga dapat membantu beban Kota Sigli

sebagai pusat utama

 Pendistribusian kegitan perkotaan ke pusat-pusat pertumbuhan

lokal untuk proses percepatan perkembangan

kawasan-kawasan tertentu

B. Peningkatan Kualiatas Tata Ruang Wilayah yang Berwawasan Lingkungan

Isu utama dalam pengembangan wilayah Kabupaten Pidie adalah

menciptakan tata ruang wilayah yang berwawasan lingkungan. Isu

ini bertolak dari kecenderungan menurunnya jumlah areal hutan

pada kawasan hutan lindung akibat kegiatan HPH dan budidaya

(perambahan) yang dilakukan penduduk pada kawasan tersebut.

Tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, yaitu

dalam bentuk pemantapan fungsi lindung melalui penghutanan

areal bekas hph atau perambahan, sehingga tercipta tata ruang

(4)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-4

dilakukan untuk menunjang pemantapan fungsi kawasan lindung,

antara lain :

 Penataan batas-batas fisik hutan lindung

 Pembinaan masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan

secara kesinambungan

 Pemukiman kembali para perambah hutan melalui

transmigrasi lokal

 Evaluasi ijin HPH untuk selanjutnya dirumuskan bentuk-bentuk

penanganannya

 Memproporsionalkan penguasan lahan oleh pengusaha dan

rakyat secara berimbang dengan penekanan pada aspek

kemakmuran rakyat

 Penghutanan kembali kawasan hutan bakau (mangroove)

yang telah rusak, khususnya pada kawasan sempadan pantai

 Memberikan pengarahan terhadap petani tambak dalam hal

teknik pengelolaan bahan yang tidak merusak lingkungan

C. Pengembangan Kawasan Budidaya Pertanian yang Menunjang Industri, Fungsi Lindung dan Penanggulangan Desa Tertinggal

Sebagaimana yang telah tertuang dalam sasaran pembangunan,

yaitu memacu laju pertumbuhan ekonomi, maka pengembangan

ekonomi wilayah Kabupaten Pidie diarahkan pada pengembangan

industri yang didukung oleh kegiatan pertanian. Pengembangan

kegiatan pertanian yang menunjang sektor industri ini perlu

diwujudkan melalui upaya pengembangan kawasan budidaya

pertanian komersial dan menghasilkan bahan baku bagi industri

pengolahan produk pertanian (usaha tani intiplasma). Dengan

demikian diharapkan tercipta nilai tambah (value added) yang tinggi

bagi produk pertanian. Pengembangan kawasan budidaya

(5)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-5

kesempatan kerja bagi perambah hutan lindung, serta

meningkatkan pembangunan desa-desa tertinggal (miskin dan

terisolasi).

D. Pembentukan Kesatuan Ekonomi

Pembentukan kesatuan ruang ekonomi, yaitu dengan strategi

mengintegrasikan kegiatan ekonomi kawasan perdesaan dengan

kegiatan ekonomi kawasan perkotaan kedalam suatu kesatuan

ruang ekonomi, sehingga diperoleh nilai tambah yang optimal.

Strategi ini dimaksudkan untuk mengarahkan pengembangan

kawasan perkotaan untuk pemasaran dan industri pengolahan hasil

pertanian, sehingga kawasan perdesaan diarahkan untuk kegiatan

budidaya pertanian yang menghasilkan bahan baku industri.

Strategi ini juga dimaksudkan untuk mengintegrasikan

kantong-kantong desa tertinggal/miskin dengan jalur ekonomi dan lokasi

pemasaran dipusat-pusat perkotaan. Penerapan strategi ini perlu

disertai dengan upaya pengembangan akses dan kantong-kantong

desa-desa tertinggal ke jalan-jlan regional dan kota-kota yang relatif

telah berkembang sebagai prasyarat terbentuknya kesatuan ruang

ekonomi. Untuk itu kegiatan ekonomi pada kantong-kantong desa

tertinggal terlebih dahulu perlu dipacu dengan program bantuan

Inpres Desa Tertinggal (IDT), maupun Pembangunan Kawasan

Terpadu (PKT).

E. Integrasi Spasial

Integrasi spsial dimaksudkan untuk meningkatkan intensitas

interaksi intra wilayah dan antar wilayah. Interaksi intra wilayah

dicerminkan oleh keterkaitan fungsi antara bagian-bagian wilayah.

Keterkaitan fungsional intra wilayah dapat diwujudkan dalam

(6)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-6

dicerminkan oleh keterkaitan antar bagian-bagian wilayah

Kabupaten pidie dengan kabupaten lain khususnya yang

berbatasan di dalam lingkup provinsi Nanggroe Aceh Darussallam

maupun sumatera Utara yang diwujudkan dalam hubungan

produksi, koleksi dan distribusi pemasaran. Dalam konteks

pengembangan wilayah Kabupaten Pidie, peningkatan intensitas

interaksi intra dan antar wilayah pada dasarnya merupakan upaya :

 Mendayagunakan nilai ekonomi melalui peningkatan mobilitas

komoditi (barang, modal) dan penumpang.

 Mencapai tingkat pertumbuhan yang serasi intra dan antar

wilayah, sehingga secara bertahap disparitas intra wilayah dapat

diperkecil.

 Meningkatkan laju pertumbuhan wilayah yang didorong adanya

sinergi dalam hubungan intra dan antar wilayah.

 Wilayah kecamatan yang berbatasan langsung dengan

Kabupaten Pidie Jaya diperkirakan akan berkembang pesat.

Pengembangan wilayah ini perlu diserasikan dan diintegrasikan

dengan pengembangan kota-kota yang menjadi pusat

pengembangan.

3.2 VISI DAN MISI

Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan merupakan hal yang sangat penting dan harus terpenuhi.

Masyarakat harus selalu dilibatkan dalam setiap proses pembangunan

dan pengambilan kebijakan. Agar partisipasi masyarakat sebagai salah

satu prasyarat bagi tegaknya sistem pemerintahan yang demokratis dapat

berjalan optimal, maka hak-hak dasar masyarakat baik yang berupa hak

sipil dan politik maupun hak ekonomi, sosial dan budaya tidak cukup

hanya diakui tetapi harus dihormati. Dalam konteks ini, pemerintah daerah

(7)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-7

pikiran dan pendapat, untuk membentuk dan menjadi anggota sebuah

organisasi, untuk memilih dan dipilih, serta untuk bersaing secara sehat

memperebutkan posisi tertentu dalam kehidupan bernegara, berbangsa

dan bermasyarakat.

Disamping itu, pemerintah daerah harus memberikan jaminan

kepada masyarakat terhadap hak atas standar hidup yang layak termasuk

hak atas pangan, hak atas kepemilikan, hak untuk bekerja dan hak dalam

pekerjaan, hak atas pendidikan, hak atas kesehatan dan atas perumahan.

Dengan demikian melalui pengakuan dan penghormatan terhadap

hak-hak dasar masyarakat tersebut, akan dapat meningkatkan derajat

kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat ini yang

sebenarnya menjadi core dari sebuah pemerintahan apapun bentuk dan

modelnya, termasuk model desentralisasi yang terkemas dalam otonomi

daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dalam jangka waktu

tahun 2007-2012 akan diwujudkan dalam sebuah pemerintahan yang

bekerja dan dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan

pembangunan selalu berdasarkan pada prinsip-prinsip partisipasi

masyarakat, sehingga semua warga masyarakat dapat merasakan dan

menikmati adanya peningkatan kesejahteraan. Untuk itu, diperlukan

sebuah rumusan visi dan misi dalam rangka mewujudkan semua hal yang

diinginkan tersebut.

Visi dan Misi memberikan landasan pemikiran yang rasional

tentang hasrat dan upaya yang harus dilakukan oleh pemangku

kepentingan sebagai pihak yang terlibat dan terkait. Ini menunjukkan

bahwa perlu penyelarasan antara kemauan dan kemampuan bersama

dalam membangun wujud kehidupan melalui usaha yang disepakati

bersama. Konsep kebijakan ini menjadi tuntunan bagi semua pihak dan

diwujudkan melalui kebersamaan pandangan, sikap dan perbuatan.

(8)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-8

kebijakan dan strategi pembangunan oleh seluruh pelaku pembangunan

khususnya satuan kerja perangkat daerah.

3.2.1 Visi

Visi adalah pandangan jauh ke depan, dimana kepentingan

bersama disangkutkan, kemana kelembagaan dibawa agar eksistensinya

semakin mantap, bagaimana komunitas bersikap dan bertindak antisipatif

terhadap nilai-nilai yang diperjuangkan bersama. Visi Pemerintah

Kabupaten Pidie tahun 2007 – 2012 berdasarkan kondisi ideal yang

diinginkan (desirable) dan yang dapat dicapai (achievable) yaitu :

TERCIPTANYA KESINAMBUNGAN PERDAMAIAN DI KABUPATEN

PIDIE UNTUK MEMBANGUN KERANGKA DASAR PENGEMBANGAN

DAERAH KE DEPAN YANG BERBASIS PADA PENINGKATAN

KESEJAHTERAAN RAKYAT PIDIE DALAM BINGKAI UDEP SAREE

MATE SADJAN, IBADAT, HAREKAT, MEUSAPAT

Kata-kata kunci didalam Visi yang perlu dijelaskan maknanya adalah

sebagai berikut :

1. Perdamaian adalah terwujudnya kondisi aman, tertib pemerintahan dan tertib kemasyarakatan dalam mewujudkan stabilitas daerah yang

dinamis dan kondusif.

2. Kabupaten Pidie adalah salah satu kabupaten yang terletak di ujung barat Pulau Sumatera dan merupakan bagian dari Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam.

3. Kesejahteraan berarti kemakmuran yang dirasakan oleh seluruh warga dengan terpenuhinya kebutuhan jasmaniah dan rohaniah dalam

berbagai aspek kehidupan sebagai individu dan anggota masyarakat.

(9)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-9

5. Harekat adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh setiap individu, kelompok dan golongan dalam rangka memperoleh rezeki untuk

mencukupi berbagai kebutuhan hidup.

3.2.2 Misi

Misi adalah penjabaran visi yaitu pernyataan-pernyataan tentang

upaya yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran

pembangunan yang diinginkan. Misi memberi arahan kepada para pelaku

pembangunan dalam pemanfaatan sumberdaya secara ekonomis, efektif

dan efisien. Apabila visi dijadikan acuan dasar dalam merumuskan tujuan

maka misi menjadi acuan dasar dalam merumuskan sasaran.

Berdasarkan tiga komponen pokok dalam visi pembangunan

daerah yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya

kelembagaan dirumuskan 4 (empat) misi pembangunan. Misi ini harus

dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pidie dalam jangka waktu 5 (lima)

tahun kedepan yaitu :

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pidie. 2. Menyusun kerangka dasar pengembangan Kabupaten Pidie

yang konstruktif untuk mencapai tingkat kesejahteraan dan kebersamaan dalam masyarakat.

3. Menumbuhkan dan memperkuat konsep hidup dalam masyarakat Kabupaten Pidie: udep sare, mate sadjan, ibadat, harekat, meusapat.

(10)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-10

Satu misi dilaksanakan oleh berbagai pelaku pembangunan

berdasarkan karakteristik kelembagaannya sesuai dengan kebutuhan dan

kepentingannya.

3.3. INDIKASI PROGRAM JANGKA MENENGAH Bid. ClPTA KARYA 3.3.1. Indikasi Berdasarkan Kriteria Millenium Development Goals

(MDGs)

Dalam rangka menjawab semua tantangan dalam pembangunan

Indonesia 2004-2009, Pemerintah Indonesia telah menetapkan tiga

agenda pembangunan jangka menengah yaitu: (i) menciptakan

Indonesia yang aman dan damai, (ii) menciptakan Indonesia yang

adil dan demokratis, serta (iii) meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Khusus terkait agenda yang ketiga, prioritas pembangunan dan

arah kebijakannya adalah sebagai berikut: penanggulangan

kemiskinan dan pengurangan pengangguran, peningkatan

investasi, revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan,

pembangunan pedesaan dan pengurangan ketimpangan antar

wilayah, peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan dan

layanan kesehatan yang berkualitas, peningkatan perlindungan dan

kesejahteraan sosial, pembangunan kependudukan yang

berkualitas, dan percepatan pembangunan infrastruktur.

1. Tujuan (Goals) yang Disepakati

Dengan Millennium Development Goals, pada tahun 2015

semua negara anggota PBB akan:

a. Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan

b. Mencapai Pendidikan Dasar Secara Universal

c. Meningkatkan Kesetaraan Gender dan memperdayakan

Perempuan

d. Menurunkan Angka Kematian Balita

(11)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-11

f. Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit lainnya

g. Menjamin Keberlanjutan Lingkungan

h. Membangun Kerja Sama Global Untuk Pembangunan

2. Definisi Penanggulangan Kemiskinan & Kelaparan Menurut

MDGs Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan diartikan dalam;

 Mengurangi hingga separuh proporsi penduduk yang hidup

dengan biaya kurang dari US$ '! per hari

 Mengurangi hingga separuh proporsi penduduk yang

menderita kelaparan

Upaya utama penanggulangan kemiskinan Indonesia telah

dilakukan dan menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai

prioritas utama kebijakan pembangunan nasional. Kebijakan

penanggulangan kemiskinan merupakan prioritas Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan

dijabarkan lebih rinci dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

setiap tahun serta digunakan sebagai acuan bagi

kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan

pembangunan tahunan. Berbagai kebijakan dalam RPJM 2004 -

2009 diharapkan dapat menurunkan persentase penduduk miskin

menjadi 8,2 persen pada tahun 2009. Sebagai wujud gerakan

bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai Tujuan

Pembangunan Milenium (MDGs), Strategi Nasional

Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) (National Strategy for Poverty

Reduction) telah disusun melalui proses partisipatif dengan

melibatkan seluruh stakeholders pembangunan di Indonesia. SNPK

menggunakan pendekatan berbasis hak (right-based approach)

sebagai pendekatan utama dengan menegaskan adanya

pencapaian secara bertahap dan progresit (progressiverealization)

(12)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-12

pemenuhan (fulfilr) hak dasar rakyat memberikan perhatian

terhadap perwujudan kesetaraan dan keadilan gender, serta

percepatan pengembangan wilayah.

Langkah Prioritas Dalam Jangka Pendek;

a. untuk mengurangi kesenjangan antar daerah antara lain

dengan (i) penyediaan sarana irigasi, air bersih dan sanitasi

dasar terutama daerah-daerah langka sumber air bersih; (ii)

pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga terutama daerah

terisolasi dan tertinggal; (iii) redistribusi sumber dana kepada

daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah dengan

instrumen dana alokasi khusus (DAK).

b. untuk perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan

melaiui: bantuan dana stimulan untuk modal usaha terutama

melalui kemudahan dalam mengakses kredit mikro dan UKM,

pelatihan keterampilan kerja untuk meningkatkan kualitas

tenaga kerja, meningkatkan investasi dan revitalisasi industri

termasuk industri padat tenaga kerja, pembangunan sarana

dan prasarana berbasis masyarakat yang padat pekerja.

c. khusus untuk pemenuhan hak dasar penduduk miskin secara

langsung diberikan pelayanan antara lain (i) pendidikan gratis

bagi penuntasan wajib belajar 9 tahun termasuk bagi murid

dari keluarga miskin dan penunjangnya; serta (ii) jaminan

pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di

puskesmas dan rumah sakit kelas III. Untuk mencapai ketiga

langkah prioritas tersebut di atas, akan dikembangkan dalam

budaya pembangunan di Indonesia adalah pemberdayaan

masyarakat dan pelibatan peran aktif masyarakat terutama

masyarakat miskinnya mulai dari perencanaan program

(13)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-13

penganggarannya, maupun pelaksanaan program serta

monitoring dan evaluasinya.

3. Sasaran Air Bersih

Air bersih semakin sulit diakses oleh penduduk Indonesia dari

sekitar 220 juta penduduk, baru sekitar 18 persen yang

mendapat akses air bersih.

Angka ini masih jauh dari target yang ditetapkan dalam Millenium

Development Goals (MDG's), yang pada 2015 menargetkan 69

persen penduduk Indonesia mendapat akses air bersih. Apalagi

tahun 2004, air bersih di Indonesia mengalami penurunan hingga

87 persen.

Penurunan ini salah satunya diakibatkan saat ini 80 persen air di

kota-kota di Indonesia, termasuk Jakarta terkontaminasi bakteri

E.coli. Bakteri eschericia coli ini menyebar ke air baku karena 60

persen septic tank warga di perkotaan maupun di pedesaan

letaknya terlalu berdekatan dengan sumur, yakni kurang dari 10

persen. Untuk mengatasi masalah ini, harus ada aksi konkret

dari pemerintah. Yakni dituangkan dalam program aksi yang

pro-poor dan berbasis kinerja yang berkelanjutan. Erna pun

mengusulkan harus ada action plan, yang terdiri dari

pembangunan manusia, infrastruktur dasar, dan tata kelola

pemerintah. Berdasar pada definisi air minum sebagai air dari

sumber air yang berjarak lebih dari 10 meter dari tempat

pembuangan tinja, maka akses air minum Indonesia pada tahun

2002 baru mencapai 50 persen dimana 18 persennya terlayani

dari air perpipaan. Pada tahun 2004 terjadi peningkatan akses

menjadi sekitar 53,4 persen. Melihat kecenderungan tersebut

akses air minum sudah menunjukkan perbaikan namun masih

(14)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-14

tahun 2015. Masih relatif rendahnya akses air minum disebabkan

oleh rendahnya komitmen Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam

pembangunan sarana dan prasarana air minum, rendahnya

kemampuan teknis keuanganmanajemen PDAM, ketidak jelasan

pengaturan investasi air minum yang menyebabkan masih

rendahnya keterlibatan masyarakat dan swasta dalam

pembangunan air minum. Selain itu banyak sarana clan

prasarana air minum terbangun tidak terpelihara dan tidak

berlanjut pengelolaannya. Kondisi di atas semakin rumit dengan,

tidak tersedianya data yang akurat dan disepakati oleh semua

pihak yang berakibat pada kurang optimalnya penetapan

kebijakan. Kebijakan pembangunan air minum diarahkan pada

peningkatan cakupan pelayanan dalam upaya memenuhi

kebutuhan air minum masyarakat. Peningkatan cakupan

pelayanan dicapai melalui peningkatan peran serta seluruh

pemangku kepentingan (stakeholders), pembenahan kinerja

PDAM, regionalisasi pengelolaan air minum, pembenahan

peraturan perundang-undangan. Selain itu juga dilakukan

pembangunan sarana dan prasarana air minum perdesaan yang

berbasis partisipasi masyarakat.

4. Sasaran Sanitasi Menurut MGDs

Khusus mengenai agenda sanitasi, bagi Indonesia kesepakatan

tersebut membuahkan target pembangunan infrastruktur sanitasi

nasional pada 2009 dapat melayani sebesar 69%, dan hingga

tahun 2015 angka persentase penduduk yang harus

memperoleh kemudahan, pelayanan penyediaan sanitasi

75,34%. Sedangkan sekarang berdasarkan Survei Sosia!

Ekonomi Nasional, baru sekitar 55% penduduk Indonesia yang

mempunyai akses sanitasi. Sedangkan dari total niiai tersebut di

(15)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-15

maupun offsite di perkotaan pada tahun 2000 baru mencapai

25,5%, kondisi ini masih jauh dari memadai.

Sistem pembuangan air limbah dengan PAL baru mencapai

1,26% dari penduduk Indonesia, sedangkan fasilitas IPLT yang

baru melayani 7,19% penduduk, sebagian tidak berfungsi.

Sebagian besar air limbah rumah tangga, yaitu mencapai 70%

tidak diolah secara memadai dan belum mencapai standar baku

pengolahan yang ramah lingkungan, dan sisanya dilayani sistem

pembuangan on site. Dikaitkan dengan Konferensi Tingkat

Tinggi Bumi, MDG sesuai sasaran No 7, yaitu menjamin

pengelolaan lingkungan hidup berkefanjutan, target 10 :

menurunkan samrai separuh Froporsi penduduk tanpa akses

terhadap sanitasi pada tahun 2015. Dan target 11 adalah

mencapai perbaikan yang berarti untuk paling tidak 100 juta

penduduk miskin di daerah kumuh. Sasaran yang diharapkan

dalam peningkatan pengelolaan sanitasi adalah membawa

masyarakat berperan serta secara aktif dalam pengelolaan

sanitasi. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka pembangunan

dan pengelolaan perlu didasarkan pada prinsip pendekatan

partisipatif dalam semua aspek pembangunannya, yaitu sedapat

mungkin ditetapkan oleh masyarakat di tingkat bawah atau

berbasis masyarakat. Sesuai dengan Undang-undang No 321,

tahun 2004, bahwa Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, clan

Daerah Kota berwewenang mengatur clan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat.

Adapun yang dimaksud masyarakat dalam hal ini adalah

masyarakat umum, perorangan maupun kelompok pengguna

atau pemakai, pengelola dan pemelihara sarana sanitasi, yang

(16)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-16

upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Peran serta

masyarakat merupakan upaya peningkatan kesadaran dan

kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sarana sanitasi.

Untuk pencapaian sararan pengelolaan sanitasi berbasis

masyarakat, perlu adanya pembaharuan kebijakan

pembangunan di bidang sanitasi dan meningkatkan

pemberdayaan masyarakat dan organisasi lokal melalui proses

pendukung yang mengarah pada pengembangan kapasitas dan

penguatan kelembagaan. Dalam pelaksanaan pengelolaan

sanitasi berbasis masyarakat perlu dilengkapi dengan perangkat

dan mekanisme kerja berupa pedoman manajemen aspek

kelembagaan dan pembiayaan yang disepakati dan dipahami

oleh semua stakeholder, untuk menjamin sistem pengelolaan

yang optimal dan berkelanjutan.

Kebijakan pembangunan sanitasi diarahkan pada peningkatan

aksesibilitas masyarakat terhadap sarana dan prasarana sanitasi

melalui peningkatan kesadaran masyarakat terhadap perilaku

hidup bersih dan sehat, peningkatan peran serta seluruh

pemangku kepentingan, serta pembangunan sarana dan

prasarana sanitasi yang berbasis partisipasi masyarakat.

Dalam upaya penyusunan pedoman kerja perlu teriebih dulu

mengkaji terhadap kendala-kendala dan faktor-faktor

keberhasilan di masyarakat dalam kaitannya dengan

pengelolaan sanitasi yang menyangkut aspek, yaitu pola-pola

kelembagaan, pembiayaan, operasional, dan peran serta

(17)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-17

5. Sasaran fisik yang Disepakati (output) dalam MDGs adalah :

 Pola-pola kelembagaan, pembiayaan, operasional, dan

peran serta masyarakat yang dilandasi oleh kearifan lokai

yang ada.

 • Konsep pedoman aspek Kelembagaan dan Pembiayaan

(Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat.

6. Sasaran hasil (outcome) dalam MDGs adalah :

Meningkatkan kemampuan manajemen pengelolaan sanitasi

yang melibatkan peran masyarakat sebagai subyek

pembangunan dan pengelolaan sarana sanitasi berdasarkan

kearifan lokal, ditandai dengan berfungsinya kelembagaan lokal

yang mengelola terhadap keberlanjutan pemanfaatan sarana

sanitasi.

3.4. Strategi Pembangunan Sektor Bidang Ke Cipta Karya-an

3.4.1. Penyediaan Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabupaten Pidie sampai akhir

periode perencanaan diarahkan untuk meningkatkan cakupan

pelayanan terutama pada daerah yang saat ini sudah sudah

mendapat pelayanan. Pelayanan sistem penyediaan air minum

diperkirakan di kawasan kota / semi kota meningkat menjadi 60 %

pada tahun 2009, dan 70% pada tahun 2013 peningkatan ini

berdasarkan asumsi:

 Meningkatnya daya beli penduduk

 Kesadaran akan pentingnya hidup sehat yang makin tinggi.

 Peningkatan sistem penyediaan air minum

 Kebutuhan air minum di kawasan kota/semi kota pada tahun

2005 adalah 4.624 m3/hari atau 53 It/detik dan pada tahun

2013 adalah 9.328 atau 108 It/detik.

Kebutuhan air minum di Kota Sigli pada tahun 2009 adalah 227

(18)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-18

untuk lebih jelasnya perkiraan kebutuhan air bersih dan

perhitungan debit air bersih dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3.4.1. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih melalui PDAM Tirta Mon Krueng Baro di Kabupaten Pidie pada Tahun 2013

No. Tahun Jumlah

Meningkatnya jumlah penduduk akan berimplikasi terhadap

tingginya peningkatan kebutuhan air bersih, sehingga perlu

dilakukan pemeliharaan dan penambahan kapasitas produksi air

bersih (pembangunan intake baru) di Mutiara ke Water Treitmen

yang ada. Berdasarkan data kondisi eksisting yang diperoleh dari

PDAM Tirta Mon Krueng Baro, bahwa kapasitas produksi air

bersih yang melayani kota/semi kota adalah 170 I/dtk.

(19)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-19

penduduk dapat diketahui proyeksi kebutuhan air minum untuk

kawasan kota/semi kota. Bila dikaitkan dengan jumlah penduduk

pada tahun 2013 membutuhkan 282 Liter/det. Bila dikaitkan

dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 (376.409 Jiwa) maka

indikasi program sektor air bersih adalah sebagai berikut :

 Tahap I

Peningkatan debit produksi air bersih dari WTP yang ada

dan untuk kawasan keseluruhan dengan kapasitas

maksimum 220 liter/detik.

 Tahap II

Mengurangi tingkat kebocoran hingga mencapai dibawah

20%. Peningkatan intake baru untuk menambah debit

produksi air bersih yang dihasilkan dengan kapasitas

maksimum 282 liter/delik.

 Tahap III

Meningkatkan jumlah sambungan dengan prioritas ke daerah

yang sumber air tanahnya tidak baik dan pengembangan

sistem jaringan yang terpadu dengan sistem utilitas kota

lainnya.

 Tahap IV

Meningkatkan fasilitas dan sistem pelayanan air baku

dengan pengendalian perkembangan kegiatan disekitar

sumber air baku dan Cathmen area air sungai.

3.4.2. Jalan Desa / Pemukiman

Kondisi jaringan jalan yang perlu mendapat perhatian dikarenakan

kondisinya yang tidak layak lagi serta untuk mendukung laju

pergerakan maupun mobilitas masyarakat (secara ekonomi,

keselamatan dan pertumbuhan kota) dapat dilihat pada tabel

(20)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-20 Tabel 3.4.3. Panjang Jalan yang kondisinya Buruk (prioritas)

Kabupaten Pidie Tahun 2008

.No Uraian Volume Kondisi

Baik R. Ringan R. Berat

1 Jalan Lingkungan/Desa 1227 KM 490 KM 368 KM 369 KM

2 Drainase Desa 2045 KM 511 KM 409 KM 125 KM

3 Program Jalan Baru 200 KM - - -

4 Program Drainase Baru - - -

3.4.3. Drainase Kota

Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa sistem

drainase di kawasan kota/semi kota belum terencana dengan

baik dan masih mengikuti pola alamiah, sebagian lagi sistem

drainase jalan. Drainse pada hakekatnya adalah suatu saluran

atau parit, baik terbuka atau tertutup yang dibuat sedemikian

rupa sehingga dapat mengumpulkan dan mengalirkan air hujan

yang jatuh ke bumi menuju badan air penerima. Sistem drainase

yang tidak terencana dengan baik dapat menyebabkan

terjadinya genangan-genangan air, erosi lapisan tanah, banjir,

dan kemungkinan berjangkitnya berbagai penyakit.

Selain berfungsi sebagai penyalur air hujan, saluran drainase di

beberapa kawasan permukiman di Kota Sigli juga berfungsi

sebagai penyalur air bekas mandi, mencuci, dan masak. Air

limbah tersebut disalurkan langsung ke saluran-saluran drainase

di tepi jalan yang umumnya terbuka. Permasalahan yang sering

dijumpai akibat kondisi sistem seperti ini adafah di musim

kemarau terjadi aliran yang lambat dengan kedalaman air di

(21)

endapan-RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-21

endapan dan memberi kesempatan berkembangbiaknya vektor

penyakit seperti nyamuk, lalat, dan insekta lainnya. Di lain pihak

pada musim hujan akan terjadi genangan air (melewati saluran

air yang ada) seperti di sekitar lampu merah (pasar) yang apabila

terjadi hujan akan banjir. Hal ini disebabkan karena sistem

kurang baik, juga karena adanya penumpukan sampah/endapan

dari para pedagang,rumah tarigga. Permasalahan lainnya adalah

tidak terpenuhinya syarat keindahan dan timbulnya bau yang

tidak sedap pada saluran. Apabila saluran tersebut tidak kedap

air, maka sebagian air limbah akan meresap ke dalam tanah

sehingga mencemari air tanah.

3.4.4. Air Limbah

Masyarakat di kawasan kota/semi kota di Kabupaten Pidie

sebagian yang masih menggunakan sungai sebagai sarana

MCK. Apabila prosentase timbulan air limbah adalah 70% dari

penggunaan air bersih dan produksi lumpur tinja adalah 30

liter/orang/tahun (produksi lumpur tinja ini merupakan hasil

proses yang teriadi dalam cubluk/tangki septik), maka timbulan

air limbah di Kota Sigli dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3.4.4. Perkiraan Timbulan Air Limbah di kawasan kota/semi kota Kabupaten Pidie pada Tahun 2013

No Uraian Tahun Ket

2006 2013

1 Jumlah Penduduk daerah pelayanan (Jiwa)

108,143

114,631

2 Cakupan jumlah daerah pelayanan (%)

50

60

3 Jumlah Penduduk yang dilayani (jiwa)

54,072

68,779

4 Kebutuhan air bersih (lt/org/hari)

110

(22)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-22

5 Timbunan air limbah dari air bersih (%)

7 Produksi lumpur tinja (lt/org/hr)

Berdasarkan jumlah dan pertumbuhan penduduk maka prediksi

kebutuhan MCK pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Berdasarkan pada kondisi tersebut dan permasalahan yang ada

maka perlu disusun secara terhadap mengenai program

pengolahan air limbah seperti Berikut :

 Tahap I

Pembuatan MCK komunal, serta perbaikan MCK yang telah

ada. Pengadaan dan mensosialisasikan septic tank bagi

masyarakat.

 Tahap II

Penyediaan peralatan pompa penyedot dan truk tinja untuk

pelayanan daerah perumahan dan kegiatan perkotaan

lainnya.

 Tahap III

Pembebasan lahan dan pembangunan Instalasi Pengolahan

Limbah Tinja (IPLT).

 Tahap IV

Mengupayakan penyedotan septik tank pada lingkungan

perumahan. Pengadaan dan mensosialisasian kamar

mandi/WC bagi masyarakat yang belum memiliki kamar

mandi/WC.

 Tahap V

Mengupayakan bantuan teknis kepada Dinas kebersihan dan

memberikan penyuluhan kepada masyarakat guna

(23)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-23 3.4.5. Persampahan

Sejalan dengan meningkatnya perkembangan penduduk clan

beragamnya aktivitas kota maka timbulan sampah bertambah

menjadi 130 m3/hari (2013) sehingga pada akhir tahun

perencanaan, 2013 tindakan pelayanan perlu ditingkatkan

sampai 70%. Jumlah fasilitas kebersihan, Yang terdapat di

Kabupaten Pidie saat ini adalah berupa:

 Mobil angkut sampah (5 buah) 4 baik dan 1 rusak

 Bak sampah (2 buah)

 Tong sampah (15 Buah)

Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang ada untuk

melayani Kabupaten Pidie berada didesa Cot Padangnila, Padang Tiji dengan luas ……ha. TPA ini saat ini duginakan untuk melayani Kota Sigli dan sekitarnya dan kawasan semi

kota, Beureunuen, Peukan Baro, Indrajaya.

Tabel 3.4.5. Perkiraaan Timbulan Sampah di Kawasan kota/Semi kota sampai Tahun 2013

No Uraian Tahun Ket

2008 2013

1 Jumlah Penduduk daerah perencanaan (jiwa)

355,103

373,568

2 Cakupan daerah pelayanan (%)

50

70

3 Jumlah Penduduk yang dilayani (jiwa)

Sumber : Hasil perhitungan, Asumsi standar SK SNI S-04-1993-03

Dengan adanya peningkatan jumlah timbulan sampah maka

(24)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-24

Dalam menampung produksi sampan kawasan, perlu terlebih

dahulu disediakan tempat pembuangan sementara (diusulkan

berupa container) yang diletakkan pada lokasi strategis mudah

dicapai dan tidak mengganggu Lingkungan. Kemudian dialihkan

/diangkut dengan gerobak sampah atau truk sampah. Uniuk

pembuangan sampah non domestik khususnya pembuangan

beracun atau membahayakan seperti buangan dari industri,

kawasan kesehatan harus menggunakan sistem yang bersifat

khusus, hal ini sangat penting bagi keselamatan manusia untuk

melindungi kesehatan. Berdasakan jumlah pertumbuhan

penduduk di Kabupaten Pidie yaitu 373.568 jiwa pada tahun

2013. Maka diproyeksikan kenaikan volume sampah di tahun

2013 (koef; sampah organik 0,75 It/org/hr & sampah non non

organik: 30% dari vol.sampah domestik ) yaitu;

- Sampah organik = 219.668 lt/hr

- Sampah non organik = 94.139 lt/hr

- Total volume sampah. = 313.796 lt/hr

Jumlah fasilitas kebersihan yang terdapat di Kabupaten Pidie

saat ini adalah berupa;

 Mobil angkut sampah (8 buah) 5 baik dan 3 rusak

 Container sampah TPS (2 buah)

 Tong sampah (12 Buah) (data kondisi belum teridendifikasi)

Sejalan dengan meningkatnya perkembangan penduduk dan

beragamnya aktivitas kota maka timbulan sampah bertambah

menjadi 43.043 lt/hr (2013) sehingga pada akhir tahun

perencanaan tingkat pelayanan periu ditingkatkan sampai 80%.

Dengan adanya peningkatan jumlah timbulan sampah maka

(25)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-25

3.4.6. Kondisi lingkungan perumahan saat ini umumnya kurang tertata

dengan baik terlebih di sekitar lingkungan pasar dan terminal,

terutama daiam penyediaan saluran pembuangan air kotor dan

air hujan (drainase permukiman).

Selanjutnya penelaahan kawasan pemukiman meliputi

identifikasi awal ke arah pembentukan kelompok-kelompok

pemukiman, direncanakan arah pembentukan umum lingkungan

perumahan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

 Peningkatan kualitas perumahan, sehingga lingkungan

perumahan yang terbentuk dapat menciptakan suasana

nyaman dan aman dari bencana.

 Menampilkan karakter tiap kelompok pemukiman/unit

lingkungan sebagai satu kesatuan.

 Adanya rencana jalan masuk dan keluar dari setiap unit

lingkungan perumahan sehingga pencapaian suatu kawasan

ke kawasan lainnya relatif mudah untuk dicapai.

 Penetapan pusat pelayanan sebagai komponen pengikat di

setiap unit perumahan yang mempunyai jarak tempuh relatif

dekat.

 Pemanfaatan ruang terbuka sebagai suatu orientasi kegiatan

di setiap unit lingkungan perumahan yang dijadikan unsur

pengikat dan dapat diwujudkan dalam bentuk taman dan

fasititas sosial yang sifatnya lokal.

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan

Kawasan Kota/Semi Kota maka kebutuhan terhadap fasilitas

perumahan akan terus meningkat dimasa yang akan datang.

Untuk itu terdapat beberapa kriteria atau persyaratan yang harus

dipenuhi dalam penempatan lokasi perumahan, antara lain

(26)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-26  Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara) Dapat

disediakan air bersih (air minum) Tidak terletak di daerah

banjir/iongsor

 Tidak terletak di posisi bantaran sungai / DAS (Daerah Aliran

Sungai) Memberikan kemungkinan untuk perkembangan

pembangunannya Mempunyai aksesibilitas yang baik

 Mudah dan aman mencapai tempat kerja

 Tidak berada di bawah permukaan air setempat

 Mempunyai kemiringan rata-rata.

 Mempunyai daerah atau zona penyelamatan dari bencana

3.4.7. Identifikasi Permasalahan Kawasan Kota/Semi Kota

a. Identifikasi Permasalahan secara Umum dapat diurutkan sebagai

berikut:

 Perumahan liar pada lahan bekas asset PJKA di kota Sigli

(jumlahnya belum terdata)

 Selokan sering mampet/macet karena sampah, sehingga

menyebabkan banjir ke jalan raya

 Kurangnya sarana MCK sehingga masyarakat banyak yang

menggunakan sungai sebagai sarana MCK

 Jalan banyak yang rusak

 Jalan desa yang rusak akibat drainase yang memadai

 Banjir terjadi setiap tahun terutama di sepanjang daerah aliran

sungai Krueng Baro, Krueng Tiro, Krueng Tepin Raya dan

Krueng Lala kualitas air bersih (PDAM) yang kurang baik

 Banyaknya pedagang kaki lima (PKL) di daerah pasar yang

kurang tertib

 Banyaknya saluran drainase yang digunakan untuk

pembuangan limbah

 Kurangnya fasilitas dan wadah untuk pelatihan untuk industri

(27)

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

III-27  Proses pengolahan sampah yang kurang baik

 Sarana transportasi ke desa- desa kurang

b. Urutan Sarana dan Prasarana dan Program Pembangunan:

 Peningkatan kualitas air bersih (PDAM) dan penambahan

jaringan air Pengadaan sarana air bersih disetiap desa

 Penertiban rumah/petak yang berada di tanah bekas asset

PJKA semua di dalam wilayah Kota Sigli

 Perbaikan dan pembuatan saluran drainase (selokan)

Perbaikan jalan yang rusak

 Pengadaan sarana jalan lingkungan yang melewati desa-desa

Sosialisasi tentang pentingnya sarana MCK yang baik serta

bantuan pengadaan MCK disetiap desa

 Penyuluhan tentang pentingnya MCK dan bantuan pembuatan

MCK umum

 Penertiban parkir

 Pembuatan pengaman sungai (bronjong, disemen pinggir

sungai)

 Bantuan pelatihan masyarakat

 Pembangunan dan penataan perumahan

 Peningkatan jaringan jalan dan drainase

 Peningkatan fasilitas pelayanan masyarakat

Gambar

Tabel 3.4.2 kondisi existing dari WTP yang ada adalah sebagai
Tabel 3.4.3.  Panjang Jalan yang kondisinya Buruk (prioritas)
Tabel 3.4.4. Perkiraan Timbulan Air Limbah di kawasan kota/semi
Tabel 3.4.5.  Perkiraaan Timbulan Sampah di Kawasan kota/Semi kota

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan

Prinsip yang dimuat dalam pasal 76 KUHP tersebut dikenal dengan ne bis in idem , yang artinya tidak boleh suatu perkara yang sama yang sudah diputus,

Proses utuh dari survei dan pemetaan ini memberikan satu hipotesa dengan menamai lokasi survei sebagai “situs” yang disebut “Situs Selancuk”, pada lokasi yang berada di tengah

Iklan brand susu formula nutrilon royal Pronutra 3 menceritakan tetang seorang anak dengan pakaian astronot sedang.. berimajinasi dirinya adalah

“Penerapan metode read, repeat dan distribute dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa pada mata pelajaran Fiqih yang saya lakukan adalah menyuruh siswa

Teman dekat menurut Kail dan Reilson (dalam Smet, Bart, 1994: 13) merupakan sumber dari dukungan sosial karena teman dekat, yang pada umumnya teman sebaya dapat memberikan rasa

Alhamdulillahhirrobbil’alamin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas nikmat, karunia, taufik serta hidayahNya sehingga penulis dapat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori dukungan sosial dalam konteks psikologi perkembangan, khususnya yang terkait