• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KUDUS - DOCRPIJM 459c40c023 BAB IIIBAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KUDUS - DOCRPIJM 459c40c023 BAB IIIBAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KUDUS

3.1. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN KUDUS

Arahan pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten dituangkan dalam tiga (3) substansi besar, yiatu : sistem perkotaan, sistem/kawasan perdesaan sebagai wilayah pelayanan, dan sistem jaringan prasarana (mencakup : transportasi, energi dan kelistrikan, telekomunikasi, persampahan dan sanitasi, sumber daya air). Secara rinci arahan pengembangan wilayah Kabupaten Kudus, adalah :

3.1.1. Sistem Perkotaan

Rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Kudus berdasarkan hirarkinya diklasifikasikan, meliputi :

1)

PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten; yaitu Kota Kudus dengan fungsi utama sebagai pusat pelayanan permukiman.

2)

PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi) adalah Pusat Pelayanan Kawasan yang dipromosikan untuk di kemudian hari menjadi PKL (Pusat Kegiatan Lokal); yaitu ibukota Kecamatan Jekulo dengan fungsi utama sebagai kawasan pengembangan industri baru dan pelayanan permukiman.

3)

PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) adalah kawasan perkotaan yang direncanakan memiliki skala pelayanan satu kecamatan; meliputi :

a. Ibukota Kecamatan Undaan, memiliki fungsi sebagai pusat aktivitas pertanian dan pengembangan konservasi alam.

b. Ibukota Kecamatan Gebog, memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sarana daerah. c. Ibukota Kecamatan Dawe, memiliki fungsi sebagai pusat aktivitas wisata dengan karakter wisata

alam dan wisata religius.

d. Ibukota Kecamatan Mejobo, memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan permukiman.

4)

PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa meliputi :

a. Desa Puyoh, memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil perkebunan. b. Desa Menawan, memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan permukiman.

c. Desa Colo, memiliki fungsi sebagai pusat aktivitas wisata dengan karakter wisata alam dan wisata religius.

d. Desa Gondoharum, memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan aktivitas pertanian dan penunjang industri.

e. Desa Bulungcangkring, memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan aktivitas pendukung industri. f. Desa Kesambi, memiliki fungsi sebagai pusat pemasaran produksi hasil bumi dan distribusi

barang-barang kebutuhan sekunder.

g. Desa Kaliwungu, memiliki fungsi sebagai pusat pengembangan aktivitas industri kecil.

(2)

i. Desa Kalirejo, memiliki fungsi sebagai pusat pengumpul dan distribusi hasil-hasil bumi dari desa-desa lain di sekitarnya (hinterlandnya).

(3)

GAMBAR 3.1.

(4)

3.1.2. Sistem Jaringan Prasarana

Arahan pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Kudus, meliputi : jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air dan sistem pengelolaan lingkungan. Adapun rencana pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Kudus adalah :

3.1.2.1. Rencana Sistem Jaringan Transportasi

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi Kabupaten Kudus meliputi sistem jaringan jalan, terminal dan jaringan jalur kereta api, yang diuraikan sebagai berikut :

A. Jaringan Jalan

Rencana pengembangan sistem jaringan jalan Kabupaten Kudus, meliputi :

1) Jalan Nasional yang sudah dikembangkan sepanjang 19,91 km, meliputi ruas : Jalan R. Agil Kusumadya (batas terminal – arah Semarang); Jalan R. Agil Kusumadya (tugu Ahmad Yani – batas terminal); Jalan Lingkar Tenggara (Jati – Ngembalrejo); Jalan Raya Kudus-Pati (Ngembalrejo-Pati).

2) Rencana Jalan Provinsi yang sudah dikembangkan sepanjang 51,53 km , meliputi ruas : Jalan Sunan Kudus – Jalan Jepara; Jalan Jati – Purwodadi; Jalan Purwodadi; Jl. Lukmonohadi - Jl A. Yani; Jl. Dr Ramelan – Jl. Simpang Tujuh – Jl. Jendral Sudirman – Ngembalrejo; Jalan Sunan Muria – Jalan RM Sosrokartono - Colo; dan yang akan dikembangkan sepanjang 19,6 km meliputi ruas Jalan Lingkar Utara (Mijen – UMK); Jalan Lingkar Timur (UMK - Ngembalrejo) dan Jalan Lingkar Jati – Mijen.

3) Rencana Jalan Kabupaten meliputi :

a. Rencana Jalan kolektor sekunder meliputi ruas : Jalan Pemuda – Pramuka – Mlati Kidul – Megawon – Jepang Pendem – Mejobo; Jalan KH Asnawi – Jalan Besito– Peganjaran; Prambatan – Gribig – Tulis; Ngembalrejo – Karangbener – Gondangmanis.

b. Rencana jalan lokal primer meliputi ruas : Jalan Kapten Ali Mahmudi - Jalan Mayor Kusmanto; Jalan HOS Cokroaminoto – Jalan Patimura – Getas Pejaten; Jalan Mayor Basuno – Jalan Subchan ZE; Jalan Dewi Sartika – Jalan Gribig.

c. Rencana jalan lokal sekunder meliputi ruas : Jalan Dersalam – UMK – Bae; Jalan Ngembalrejo – Karangbener – Bae; Jalan Karangbener – Gondangmanis – Bae – Jalan Trunojoyo – Getasrabi; Jalan KH Noorhadi – Jalan Dr Wahidin Sudiro Husodo – Jalan Mangga – Jalan Titsudono – Mlati Kidul; Jalan Kyai Telingsing; Jalan H Agus Salim – Jalan Tanjung – Jalan Kartini – Jalan Bakti; Jalan Tumpang Krasak – Mlati Kidul – Loram Wetan – Loram Kulon – Jalan Kresna; Jalan Getas Pejaten – Tanjung Karang; Jalan Loram Wetan – Jepang – Megawon – Ngembal Kulon; Jalan Gulang – Payaman – Jalan Sal. Kencing; Jalan Pasuruhan Lor – Jati Kulon; Jalan Pasuruhan Lor – Garung Kidul – Kedungdowo – Mijen; Jalan Garung Lor – Getasrabi; Jalan Mijen – Karangampel.

d. Rencana jalan lingkungan, meliputi jalan – jalan yang menghubungkan antar desa dan antar dukuh yang terdapat di Kabupaten Kudus.

(5)

B. Terminal

Rencana pengembangan terminal Kabupaten Kudus meliputi :

1)

Terminal tipe A berada di Kecamatan Jati; berfungsi untuk melayani angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) dan direncanakan menggunakan konsep terpadu dengan angkutan kereta api.

2)

Terminal Tipe B di rencanakan di Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Undaan dan Kecamatan Dawe, berfungsi untuk melayani angkutan antar Kabupaten Dalam Provinsi.

3)

Terminal tipe C direncanakan di tiap kecamatan yang berfungsi sebagai sub terminal; merupakan pangkal dan ujung dari suatu pergerakan antar kecamatan dan berfungsi untuk melayani angkutan perdesaan, antara lain di Desa Bae, Desa Getaspejaten, Desa Padurenan, Desa Kesambi, Desa Piji, Desa Honggosoco, Desa Singocandi, Desa Gulang, Desa Jekulo, dan Desa Krandon.

4)

Terminal Barang direncanakan di Kecamatan Jati, berfungsi untuk melayani angkutan barang. C. Jaringan Kereta Api

Rencana pengembangan jaringan jalur kereta api Kabupaten Kudus, meliputi :

1) Pengembangan jaringan rel kereta api komuter yang menghubungkan Semarang, Kudus, Pati dan Rembang;

2) Pengembangan prasarana transportasi kereta api, berupa revitalisasi rel mati dan revitalisasi stasiun Wergu.

D. Prasarana Lalu Lintas Lainnya

Rencana pembangunan atau pengembangan prasarana lalu lintas lainnya, meliputi:

1) Fasilitas tempat khusus parkir yang berlokasi di Bakalan Krapyak, Colo, Pangkalan Truk Klaling, Getaspejaten.

2) Halte/Shelter, yang berlokasi di sepanjang jaringan trayek angkutan umum.

3.1.2.2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana energi di Kabupaten Kudus, meliputi :

1) Pengembangan jaringan Pipa Bahan Bakar Minyak (BBM), yaitu jaringan Pipa BBM Cepu – Semarang dengan Depo di Kota Semarang.

2) Pengembangan jaringan Pipa Gas meliputi 3 (tiga) jalur, yaitu dari Semarang – Demak – Kudus – Pati – Rembang sebanyak 2 (dua) jaringan dan dari Jepara – Kudus – Pati – Rembang sebanyak 1 (satu) jaringan.

3) Pengembangan SPBU diarahkan untuk setiap kecamatan serta pengembangan SPBE pada daerah-daerah yang stratategis dan mudah jangkauannya.

4) Pengembangan pembangkit tenaga listrik, meliputi rencana pengembangan jaringan pembangkit tenaga listrik yang mengikuti jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Jawa Bali. 5) Pengembangan jaringan pembangkit tenaga listrik Kabupaten Kudus dilakukan dengan

menggunakan sumber energi alternatif lain yang ada dan telah dikembangkan di Kabupaten Kudus, seperti minyak jarak, biogas, energi bayu (angin) dan solarcell.

Rencana pengelolaan jaringan energi Kabupaten Kudus, meliputi :

(6)

b. Pengembangkan jaringan transmisi tenaga listrik nasional dan lokal oleh perusahaan listrik negara, swasta maupun masyarakat.

Pengembangan jaringan pembangkit tenaga listrik baru dan terbarukan di Kabupaten Kudus meliputi : 1. Pengembangan jaringan transmisi listrik di daerah-daerah terpencil.

2. Peningkatan daya kapasitas listrik.

3.1.2.3. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi

Rencana Pengembangan Telekomunikasi berupa jaringan kabel di Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut :

1) Jaringan Terestrial.

Jaringan terestrial terdiri atas : a. Jaringan Kabel.

Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi berupa jaringan kabel di Kabupaten Kudus adalah pengembangan jaringan distribusi dan prasarana penunjang telepon kabel sampai ke tingkat ibukota perdesaan.

b. Jaringan Nirkabel.

Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi berupa jaringan nirkabel di Kabupaten Kudus adalah pengembangan sistem telepon tanpa Kabel sebagai jaringan internet murah di kawasan perdesaan.

2) Jaringan Satelit.

Rencana pengembangan jaringan satelit di Kabupaten Kudus adalah pengembangan prasarana telepon satelit berupa BTS (Base Transceiver Station) sampai ke tingkat perdesaan dan kawasan terisolir serta pengembangan sistem telepon satelit berbasis masyarakat.

Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Kudus, meliputi :

a.Meningkatkan perkembangan dan pelayanan sistem jaringan telekomunikasi hingga mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana telekomunikasi.

b.Penyediaan infrastruktur sistem jaringan telekomunikasi berupa tower BTS (Base Transceiver Station) secara bersama-sama.

3.1.2.4. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air, meliputi :

1) Pengembangan sistem jaringan sumber daya air untuk air bersih diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah.

2) Pemenuhan kebutuhan akan air bersih dan irigasi dilakukan dengan : a. Peningkatan jaringan sampai ke wilayah yang belum terjangkau,

b. Peningkatan saluran dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi irigasi teknis.

3) Upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih di Kabupaten Kudus meliputi : a. Rencana perlindungan sumber-sumber air baku,

b. Peningkatan area resapan air,

(7)

4) Rencana perlindungan sumber-sumber air baku dan peningkatan area resapan air dilakukan dengan :

a. Pemanfaatan air baku dilakukan juga dengan memperhitungkan daya dukung lingkungan dan upaya perlindungannya.

b. Penataan kawasan sempadan sungai, waduk, telaga, mata air dan embung dari bangunan-bangunan yang merusak

c. Membatasi penggunaan sumur bor di wilayah kabupaten maksimal sebesar 30% (tiga puluh persen) dari rumah tangga yang ada.

d. Membatasi penambahan penggunaan sumur bor pada kawasan non perumahan dan

permukiman maksimal 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ada. e. Pengembangan pembuatan sumur resapan di setiap kawasan perumahan.

f.Optimalisasi lahan tidak produktif milik masyarakat untuk area resapan air dengan pola insentif. 5) Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air meliputi :

a. Rencana sistem jaringan irigasi mencakup jaringan irigasi primer, sekunder dan tersier dengan mengoptimalkan SWS (Sistem Wilayah Sungai), sistem DAS (Daerah Aliran Sungai) dan Sub DAS (Daerah Aliran Sungai).

b. Peningkatan jaringan irigasi pada kawasan pertanian yang potensial untuk dikembangkan sebagai lahan sawah lestari.

6) Pengembangan dan peningkatan kemampuan kapasitas tampung dan pemeliharaan konstruksi waduk dan embung di kabupaten Kudus, meliputi :

a. Waduk Logung yang terletak di Desa Rejosari dan Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe dan Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo.

b. Embung Ngemplak di Desa Ngemplak Kecamatan Undaan dengan pengaturan sempadan 50 – 100 m (lima puluh sampai seraus meter) dari titik pasang ke arah darat.

c. Pengembangan embung-embung seluas 100 Ha (seratus hektar) dan bendung-bendung di sungai untuk memperbanyak tampungan cadangan air baku.

7) Rencana sistem pengendalian banjir dilakukan dengan :

a. Sistem pengendalian banjir dilakukan dengan upaya perlindungan di wilayah hulu dan tata kelola air di wilayah hilir.

b. Upaya perlindungan di wilayah hulu dilakukan dengan pengamanan kawasan lindung dan daerah resapan air.

c. Tata kelola air dilakukan dengan pengembangan sistem drainase wilayah terpadu dengan sistem wilayah sungai, sistem DAS (Daerah Aliran Sungai) dan sub DAS (Daerah Aliran Sungai) serta pengembangan sumur resapan.

d. Pengembangan sistem drainase wilayah disinergiskan dengan sistem penampungan air berupa waduk dan embung maupun polder.

3.1.2.5. Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan Rencana sistem prasarana pengelolaan lingkungan Kabupaten Kudus, meliputi : 1) Rencana Sistem Drainase, meliputi :

(8)

b. Pengembangan drainase Kabupaten Kudus dilakukan dengan mengintegrasikan sistem drainase dengan sistem DAS (Daerah Aliran Sungai) dan Sub DAS (Daerah Aliran Sungai).

c. Rencana pengembangan sistem jaringan drainase terpadu pada satuan kawasan perkotaan yang memiliki kerentanan terhadap banjir sebagai upaya pengurangan resiko bencana.

2) Rencana Sistem Persampahan, meliputi :

a. Sistem pengelolaan persampahan Kabupaten Kudus dilakukan dengan sistem 3R, yaitu Reduce, Reuse dan Recyle.

b. Rencana lokasi TPS (Tempat Penampungan Sementara) di Kabupaten Kudus lokasinya menyebar di setiap kecamatan di Kabupaten Kudus.

c. Rencana lokasi TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) di Kabupaten Kudus adalah di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo.

d. Rencana sistem pengelolaan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Kabupaten Kudus dilakukan dengan sistem sanitary landfill dan insenerator.

3) Rencana Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum, meliputi : a. Optimalisasi sumber air dan mengurangi tingkat kebocoran.

b. Penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan dan sistem non perpipaan.

c. Upaya pemanfaatan sumber-sumber air baku di permukaan secara optimal, dari kawasan perkotaan sampai dengan kawasan perdesaan dan kawasan yang kesulitan air.

4) Rencana Sistem Pengelolaan Limbah, meliputi :

a. Pengelolaan limbah untuk kawasan perkotaan dilakukan dengan sistem perpipaan dan pengolahan manual untuk kawasan perdesaan.

b. pengembangan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang dilakukan dengan pengembangan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk industri yang dilengkapi jaringan perpipaan air limbah untuk kawasan perkotaan yang padat.

(9)

GAMBAR 3.2.

(10)

GAMBAR 3.3.

(11)

3.2. RENCANA PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN KUDUS

Arahan pengembangan pola ruang wilayah Kabupaten Kudus secara garis besar dikalsifikasikan menjadi dua (2), yaitu : kawasan lindung dan kawasan budidaya. Secara rinci rencana pola ruang di Kabupaten Kudus diuraikan sebagai berikut.

3.2.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

Kawasan lindung yang ditetapkan adalah kawasan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan Lindung mempunyai keterbatasan untuk dikembangkan karena adanya faktor limitasi. Kawasan lindung di Kabupaten Kudus, meliputi :

3.2.1.1. Kawasan Hutan Lindung

Rencana lokasi dan luasan hutan lindung di kabupaten Kudus, yaitu kawasan hutan lindung di Kabupaten Kudus ditetapkan di kawasan hutan Gunung Muria seluas kurang lebih 1.477Ha ( Hektar).

Rencana Pengelolaan kawasan hutan lindung, melalui :

- Budi daya yang diperkenankan adalah kegiatan yang tidak mengolah permukaan tanah seperti hutan atau tanaman keras yang panennya tidak atas dasar penebangan pohon atau merubah bentang alam, seperti penambangan bahan galian atau perindustrian, kecuali kegiatan tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bagi kepentingan nasional atau regional.

- Kegiatan yang sudah ada dan tidak menjamin fungsi lindung, secara bertahap dikembalikan pada fungsinya dan pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi fisik, sosial ekonomi setempat dan kemampuan pemerintah disertai dengan penggantian yang layak.

- Hutan produksi yang ada segera dialihfungsikan dan tidak diperkenankan untuk dieksploitasi dengan cara penebangan kecuali secara terbatas.

- Untuk kegiatan pariwisata yang diperkenankan adalah pariwisata yang bersifat menikmati pemandangan saja.

- Untuk tanah rusak atau gundul di kawasan hutan lindung segera dilakukan reboisasi. Sedang yang terletak di luar kawasan hutan segera dihijaukan.

- Hak atas tanah yang sudah ada di kawasan hutan lindung masih tetap dihormati dan masih boleh dikuasai, sepanjang kegiatan atau penggunaan tanahnya masih dapat memenuhi fungsi lindung dan tetap melaksanakan fungsi lahan konservasi yang intensif.

- Untuk hak atas tanah, khususnya Hak Guna Bangunan (HGB) tidak diberikan perpanjangan kecuali bila penggunaan tanahnya tetap difungsikan untuk menjamin konservasi tanah dan air.

- Penguasaan tanah oleh masyarakat pada kawasan hutan lindung dikenakan beban pajak yang lebih tinggi dan pengaturannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.

- Untuk pembangunan sarana dan prasarana ke arah kawasan ini dibatasi agar dapat lestari. Oleh karena itu bangunan yang sudah ada dan tidak mengurangi fungsi lindung masih diperkenankan sepanjang masih dapat memenuhi ketentuan yang berlaku mengenai tata bangunan serta tetap melakukan tindakan konservasi. Untuk rencana bangunan baru tidak diizinkan.

(12)

- Terhadap lahan hutan dan kawasan pendukungnya yang telah terlanjur dimiliki oleh perorangan atau suatu badan hukum, perizinan atas suatu kegiatan perlu dengan batasan atas KDB bila menyangkut suatu bangunan fisik.

- Penguasaan tanah negara oleh masyarakat yang belum memperoleh hak atas tanah menurut Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), apabila penggarap kegiatannya sesuai dengan fungsi lindung, pada tahap pertama dapat diberikan Hak Pakai (HP) dengan persyaratan peningkatan intensitas penggunaan tanah mengutamakan fungsi lindung.

- Pembangunan sarana dan prasarana pada kawasan ini dibatasi, sehingga bangunan yang sudah ada dan tidak mengurangi fungsi lindung masih diperkenankan sepanjang masih dapat memenuhi ketentuan yang berlaku mengenai tata bangunan dan tetap melakukan tindakan konservasi, sedangkan bangunan baru tidak diizinkan.

- Penguasaan dan pemilikan tanah yang cenderung mewujudkan jenis kegiatan yang bertentangan dengan kegiatan konservasi hidrologis, secara bertahap dibebaskan hak atas tanahnya melalui penggantian yang layak oleh pemerintah untuk dikembalikan menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh negara untuk selanjutnya dikelola menjadi hutan lindung, apabila pemilik atau penguasa tanah yang bersangkutan tidak mampu mewujudkan kegiatan yang berfungsi lindung di atas tanahnya sendiri dengan biaya sendiri.

3.2.1.2. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten Kudus berupa kawasan resapan air, yang mana kawasan resapan air berupa kawasan konservasi lahan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air (recharge area), pejaga kesuburan tanah dan pencegah erosi serta hilangnya kesuburan tanah serta pencegah bencana alam gerakan tanah (longsoran).

Lokasi kawasan resapan air di kabupaten Kudus, yaitu :

- Desa Rahtawu, Desa Menawan dan Desa Kedungsari Kecamatan Gebog.

- Desa Ternadi, Desa Kajar, Desa Colo, Desa Japan, Desa Soco, Desa Kandangmas, Desa Dukuh Waringin, Desa Tergo dan Desa Glagah Kulon Kecamatan Dawe.

- Desa Tanjungrejo, Desa Klaling, Desa Terban dan Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo. Rencana Pengelolaan kawasan resapan air, melalui :

- Pengelolaan kawasan konservasi dapat dilakukan dengan pengamanan lahan beserta fungsinya yang mengikuti pola pengelolaan kawasan lindung yang ada.

- Pengembangan kegiatan budi daya dapat diizinkan dengan batasan dan pengawasan tertentu, penanganan paling efektif adalah reboisasi dengan tanaman keras serta membatasi masuknya air permukaan dan air bawah tanah masuk ke areal tersebut, bila masih memungkinkan dimanfaatkan sebagai areal pertanian lahan kering, penanganan yang diperlukan adalah pembuatan teras bangku dengan penguat penahan teras berupa batu dan perakaran tanaman keras/pohon serta pembuatan sistem drainase yang tidak memungkinkan air untuk menggenang pada lahan tersebut.

3.2.1.3. Kawasan Perlindungan Setempat

A.

Sempadan Sungai

(13)

Sungai Juana dan sungai kecil lainnya yang terdapat di Kabupaten Kudus. Luasan keseluruhan kawasan sempadan sungai Kabupaten Kudus adalah kurang lebih 4.020 Ha (Hektar).

Rencana pengelolaan sempadan sungai di Kabupaten Kudus, melalui :

- Pada kawasan ini dibangun jalan inspeksi pada jalur jalan tertentu, sekaligus dapat berfungsi sebagai jalur lintas pada umumnya. Untuk kawasan yang sudah terbangun diadakan program konsolidasi tanah dan pemeliharaan lingkungan, sedangkan yang sudah terbangun tidak diberikan izin mendirikan bangunan.

- Kegiatan yang masih diperkenankan adalah pertanian dengan jenis tanaman, yang diizinkan, pemasangan papan reklame/pengumuman, pemasangan pondasi dan rentangan kabel listrik, pondasi jembatan/jalan umum maupun kereta api, yang bersifat sosial dan kemasyarakatan, serta bangunan lalu lintas air.

- Tanah pada sempadan sungai dikelola oleh instansi pemerintah dan diberikan Hak Pakai. Tanah timbul di sungai berstatus tanah negara bebas. Jika aliran sungai berpindah tempat, termasuk kegiatan pelurusan sungai atau kegiatan teknis pengairan lainnya, maka aliran sungai yang lama menjadi tanah negara bebas yang dapat dimohonkan hak tanahnya. Prioritas pemberian hak tanah diberikan kepada bekas pemilik tanah yang tanahnya terkena aliran sungai yang baru, sekaligus sebagai kompensasi terhadap tanahnya yang hilang.

- Kegiatan yang diperkenankan sesuai dengan lebar masing-masing jenis sungai atau saluran adalah kegiatan yang mampu melindungi atau membuat tebing sungai atau saluran dari kelongsoran, kegiatan yang fidak memperlambat jalannya arus air, kecuali memang sengaja bermaksud untuk memperlambat laju arus air seperti pembuatan cek dam atau krib penahan atau pembelok arus air sungai.

- Kegiatan yang berkesesuaian dengan tujuan di atas meliputi penanaman tanaman keras atau tanaman perdu, perlindungan tebing sungai dengan pasangan batu/beton, krib pengendali aliran air. Sedangkan kegiatan pembangunan bangunan fisik yang mengakibatkan penghambatan aliran air sungai dilarang.

- Pemilikan atau penggunaan tanah yang tidak sejalan dengan tujuan di atas, dibina untuk menyesuaikan kegiatannya agar serasi atau sejalan, secara bertahap yang diberikan kepada pemilik atau penguasatanah dengan jalan membebaskan mereka dari pengenaan pajak, bumi dan bangunan atau sumbangan bentuk lainnya yang dikaitkan dengan pemilikan atau penguasaan tanah.

- Apabila yang bersangkutan tidak mampu melaksanakan penyesuaian ini secara sukarela, maka pemerintah baik pusat maupun daerah dapat melakukan pembebasan hak atas tanah dengan penggantian yang layak secara bertahap yang peruntukannya diprogamkan untuk kegiatan konservasi. Kegiatan budi daya di sepanjang sungai dan garis sempadan yang diperkenankan meliputi jembatan penyeberangan, gardu listrik, bangunan telekornunikasi dan pengontrol atau pengukur debit air.

B.

Kawasan Sekitar Danau atau Waduk

(14)

sempadan 50 – 100 m (lima puluh sampai seratus meter) dari titik pasang ke arah darat. Luasan Waduk Logung adalah kurang lebih 195 Ha (Hektar) dan Embung Ngemplak adalah kurang lebih 11,38 Ha (Hektar).

Rencana Pengelolaan kawasan sekitar danau atau waduk di Kabupaten Kudus, melalui :

- Kegiatan yang mengganggu kelestarian daya tampung/waduk seperti pendirian bangunan, permukiman dan penanaman tanaman semusim yang mempercepat proses pendangkalan tidak diperkenankan dan dilarang.

- Kegiatan yang masih boleh diusahakan adalah perikanan, pariwisata yang hanya untuk menikmati pemandangan saja, pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan, pemasangan papan reklame/pengumuman, permasangan pondasi dan rentang kabel, pondasi jembatan/jalan umum, bangunan lalu lintas air, serta pengambilan dan pembuangan air.

- Selain bangunan pengendali/pengukur volume air, yang diperkenankan adalah kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata seperti hotel, rumah makan, tempat rekreasi, dengan tetap mengupayakan pembangunan fisik yang mampu mencegah terjadinya sedimentasi ke dalam danau.

- Penggunaan tanah terus diusahakan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, konservasi vegetatif atau sabuk hijau (green belt) wajib diusahakan dan pada kawasan yang sudah terbangun diadakan program konsolidasi tanah dan pemeliharaan lingkungan.

- Tanah pada kawasan sekitar waduk dikuasai oleh negara dan apabila dimiliki masyarakat, maka dibebaskan dengan penggantian yang layak dan dapat diberikan Hak Pakai kepada Dinas Pekerjaan Umum Pengairan. Pemilikan atau penguasaan tanah yang tidak sejalan dengan tujuan di atas, diadakan pembinaan secara bertahap kepada pemilik atau penguasa tanah untuk menyesuaikan kegiatannya secara sukarela dan meringankan mereka dari pengenaan pajak bumi dan bangunan atau sumbangan bentuk lainnya yang dikaitkan dengan pemilikan atau penguasaan tanah. Apabila yang bersangkutan tidak mampu melaksanakan penyesuaian ini secara sukarela, maka pemerintah baik pusat maupun daerah dapat melakukan pembebasan hak atas tanah dengan penggantian yang layak secara bertahap kemudian peruntukannya diprogramkan berupa kegiatan penanaman kembali/reboisasi hutan yang berfungsi sebagai sabuk hijau.

C.

Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan Sekitar Mata Air di Kabupaten Kudus, yaitu Kawasan Sekitar Mata Air Menawan, yaitu di Desa Menawan Kecamatan Gebog, Mata Air Buton di Desa Rahtawu Kecamatan Gebog, Mata Air Rejenu di Desa Rahtawu Kecamatan Dawe, Mata Air Kaliyitno di Desa Ternadi Kecamatan Dawe, Mata Air Tanjungrejo di Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo, Mata Air Asem Doyong di Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo, dan Mata Air Wonosoco di Desa Wonosoco Kecamatan Undaan. Luasan kawasan sekitar mata air adalah kurang lebih 88 Ha (Hektar).

Rencana pengelolaan Kawasan Sekitar Mata Air di Kabupaten Kudus, melalui :

- Kegiatan yang diutamakan adalah kegiatan kehutanan atau tanaman tahunan yang produksinya tidak dengan penebangan pohon. Sedangkan penggalian atau perubahan bentuk medan atau pembangunan bangunan fisik yang mengakibatkan penutupan jalannya mata air serta mengganggu keberadaan dan kelestarian mata air dilarang.

(15)

- Kegiatan yang masih diperkenankan adalah pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan, pemasangan papan reklame/pengumuman, pondasi dan rentangan kabel listrik, kegiatan sosial dan kemasyarakatanyang fisik menggunakan tanah secara menetap atau terus menerus, bangunan lalu lintas air.

- Kawasan sekitar mata air yang sumber airnya dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah (misal PDAM) dapat diberikan Hak Pakai. Areal tanah pada kawasan sempadan mata air dikuasai langsung oleh negara dan jika dikuasai masyarakat, maka diadakan penggantian yang layak. Tindakan konservasi yang diutamakan adalah yang bersifat vegetatif.

- Kegiatan yang sifatnya tidak sejalan dengan ketentuan baik melalui swadaya atau penggantian yang layak oleh pemerintah menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh negara dan penggunaan tanah yang mampu memelihara kelancaran jalannya mata air diprogramkan secara bertahap oleh pemerintah. Penyesuaian kegiatan yang mendukung pelestarian mata air.

- Keberadaan mata air potensial perlu dijaga kelestariannya agar kondisi air yang ada dapat berkelanjutan atau meningkat, penetapan kawasan lindung sekitar mata air merupakan upaya yang tepat untuk tujuan tersebut, Kawasan lindung sekitar mata air untuk penerapan ruang kawasan budi daya telah ditetapkan dengan radius minimal 200 (dua ratus) meter sedangkan untuk kegiatan pertambangan ditetapkan radius minimal sejauh 500 (lima ratus) meter.

D.

Kawasan Lindung Spiritual dan Kearifan Lokal Lainnya

Kawasan Lindung Spiritual dan Kearifan Lokal Lainnya, yaitu Menara Kudus di Kecamatan Kota dan Colo di Kecamatan Dawe. Luasan Kawasan Lindung Spiritual dan Kearifan Lokal Lainnya adalah kurang lebih 2 Ha (Hektar).

Rencana pengelolaan Kawasan Lindung Spiritual dan Kearifan Lokal Lainnya, melalui : pengelolaan kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya secara mendasar bertujuan untuk menjaga kelestarian peninggalan sejarah secara benar dan konsisten sebagaimana alur perjalanan budaya yang terjadi di lokasi peninggalan. Proses pengelolaan dapat ditempuh melalui penelitian dan inventarisasi nilai-nilai yang terkandung, serta mengembangkan berbagai bentuk atraksi pelestarian sejarah. Untuk itu segala aktivitas yang tidak selaras dengan kelestarian budaya perlu ditiadakan.

3.2.1.4. Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya di Kabupaten Kudus meliputi :

 Kecamatan Dawe, yaitu : Kawasan Gunung Muria, Makam Kramat Masin Dewi Nawangsih, Makam Bagus Rinangku dan Makam Kali Yitno;

 Kecamatan Jati, yaitu : Masjid Loram, Sumur Gentong dan Klenteng Hok Tik Bio, dan Klenteng Hok Lin Bio;

 Kecamatan Jekulo, yaitu : Eks. Kawedanan Tenggeles, Makam Mbah Dudo Bulusan dan Situs Pati Ayam;

 Kecamatan Gebog, yaitu : Situs Menawan dan Situs Rahtawu;

 Kecamatan Kota, yaitu : Makam Sunan Kudus, Klenteng Hok Hin Bio dan Beberapa Bangunan Masa Kolonial Belanda;

 Kecamatan Mejobo, yaitu : Masjid Jepang/Masjid Wali

(16)

- Mengelola Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (termasuk benda-benda peninggalan bersejarah dan budaya leluhur) melalui pengembangan zona-zona pelestarian kawasan cagar budaya.

- Pemanfaatan ruang yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pariwisata (rekreasi budaya).

- Melakukan pengelolaan yang memadukan kepentingan pelestarian nilai-nilai budaya bangsa dengan kegiatan wisata budaya.

- Pelarangan dilakukannya kegiatan budidaya apapun kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsi kawasan, tidak mengubah kondisi fisik, nilai-nilai yang terkandung didalamnya, penggunaan lahan serta kelestarian budaya bangsa.

3.2.1.5. Kawasan Rawan Bencana Alam

A.

Kawasan Rawan Bencana Longsor

Kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Kudus, berada di Desa Rahtawu, Desa Menawan Kecamatan Gebog, puncak Muria bagian selatan Desa Terban Kecamatan Jekulo dan Desa Ternadi, Desa Soco, Desa Colo, Desa Japan, Desa Cranggang, Desa Glagah Kulon, Desa Kuwukan Kecamatan Dawe.

Rencana pengelolaan Kawasan rawan bencana longsor, melalui :

- Penetapan sebagai kawasan lindung dan kawasan lindung sempadan sungai adalah suatu upaya yang tepat untuk pengelolaan kawasan rawan bencana tanah longsor.

- Reboisasi dengan tanaman keras, pembuatan terasering serta pembatasan dan pengawasan ketat terhadap kegiatan budi daya sangat diperlukan untuk menangani lahan rawan bencana tanah longsor.

- Pengelolaan lahan sebagai objek wisata diupayakan sebagai wisata ekologi sehingga keberadan kegiatan tersebut justru akan memiliki dampak positif terhadap kondisi lahan yang ada.

- Perencanaan dan pembuatan sistem drainase yang tepat sehingga mengurangi masuknya air tanah pada tubuh batuan yang rawan longsor. Budi daya pertanian lahan basah berisiko tinggi untuk diterapkan pada lahan jenis ini.

- Penyuluhan/pelatihan pada masyarakat sekitar mengenai pengelolaan lahan rawan bencana longsor serta percontohan konstruksi penahan/pencegah longsoran merupakan usaha yang diharapkan segera diterapkan.

B.

Kawasan Rawan Bencana Banjir

Kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Kudus, berada di Kecamatan Undaan, Kecamatan Jekulo bagian selatan, Kecamatan Mejobo bagian selatan, Kecamatan Jati bagian selatan dan Kecamatan Kaliwungu bagian selatan.

Rencana pengelolaan Kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Kudus, melalui :

- Perlu upaya penetapan batas dataran banjir serta pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau;

- Pelarangan pemanfaatan ruang sempadan sungai bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya;

- Normalisasi sungai dengan cara mengurangi sedimentasi tanah serta membangun kualitas tanggul penahan aliran secara permanen;

(17)

- Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai atau saluran pembuangan (drainase) melalui program penyuluhan atau penguatan lembaga lokal pemerhati masalah sungai.

3.2.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

Kawasan budi daya merupakan kawasan yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan untuk kepentingan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia.

3.2.2.1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

A.

Peruntukan Hutan Produksi Terbatas

Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor 125 (seratus dua puluh lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat).

B.

Peruntukan Hutan Produksi Tetap

Kawasan peruntukan hutan produksi tetap ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat).

C.

Peruntukan Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi

Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi ditetapkan dengan kriteria:

 Memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat); dan/atau

 Merupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Kawasan Peruntukan Hutan Produksi di Kabupaten Kudus meliputi kawasan peruntukan hutan produksi terbatas dan kawasan peruntukan hutan produksi tetap. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas dengan luasan keseluruhan kurang lebih 1.086Ha (hektar), berada di Kecamatan Dawe, meliputi Desa Ternadi, Desa Kajar, Desa Colo dan Desa Japan; Kecamatan Gebog, meliputi Desa Menawan dan Desa Rahtawu; dan Kecamatan Jekulo, meliputi Desa Gondoharum, Desa Terban, Desa Klaling dan Desa Tanjungrejo.

Adapun kawasan peruntukan hutan produksi dengan luasan keseluruhan kurang lebih 1.113 Ha (hektar), berada di Kecamatan Jekulo, meliputi Desa Gondoharum, Desa Terban, Desa Klaling, Desa Tanjungrejo; dan Kecamatan Undaan meliputi Desa Wonosoco.

Rencana pengelolaan kawasan peruntukan hutan produksi di Kabupaten Kudus, melalui:

- Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan tidak boleh mengubah fungsi pokok kawasan peruntukan hutan produksi.

- Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri terkait dengan memperhatikan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian hutan/lingkungan.

(18)

3.2.2.2. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

Kawasan peruntukan hutan rakyat di Kabupaten Kudus terdapat di Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe, Kecamatan Jekulo dan Kecamatan Undaan, dengan luasan kurang lebih 400 Ha (Hektar).

Rencana pengelolaan Kawasan peruntukan hutan rakyat di Kabupaten Kudus, melalui :

- Kawasan hutan yang ada dijaga luasan dan tingkat produksinya dengan pemberian insentif kepada pemiliknya oleh pemerintah berupa kemudahan pengadaan bibit, penjualan hasil produksinya, kemudahan perijnannya dan lain-lain.

- Pengembangan fungsi budidaya yang mendukung kegiatan di kawasan Hutan Produksi seperti wisata agro, penelitian dan pengetahuan alam, pendidikan dan kuliner.

- Pengembangan dan pengelolaan kawasan hutan rakyat menjadi hutan rakyat lestari dilakukan dengan pengelolaan seperti kawasan lindung dan sistem tebang pilih

- Pada kawasan hutan rakyat, kegiatan budidaya yang diperkenankan adalah kegiatan yang tidak mengolah permukaan tanah secara luas dan panennya atas dasar penebangan pohon secara terbatas/terpilih sehingga tidak terjadi erosi tanah.

3.2.2.3. Kawasan Peruntukan Pertanian

A.

Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan a. Peruntukan Pertanian Lahan Basah

Kawasan peruntukan pertanian lahan basah, yaitu berupa rencana pengembangan lokasi kawasan peruntukan pertanian lahan basah yang dilakukan dengan penyiapan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Kawasan pengembangan pertanian lahan basah di Kabupaten Kudus terdapat di seluruh Kecamatan yang berada di Kabupaten Kudus. Luasan kawasan peruntukan petanian lahan basah adalah kurang lebih 20.579 Ha (Hektar) dengan perincian sebagai berikut :

 Kecamatan Kaliwungu seluas 1.984 Ha

 Kecamatan Kota seluas 176 Ha

 Kecamatan Jati seluas 986 Ha

 Kecamatan Undaan seluas 5.805 Ha

 Kecamatan Mejobo seluas 1.699 Ha

 Kecamatan Jekulo seluas 4.307 Ha

 Kecamatan Bae seluas 881 Ha

 Kecamatan Gebog seluas 2.052 Ha

 Kecamatan Dawe seluas 2.689 Ha

Jumlah seluas 20.579 Ha

Rencana pengelolaankawasan peruntukan pertanian lahan basah:

- Kawasan ini hanya diperuntukan bagi tanaman padi sesuai dengan penetapan bupati. Penggunaan jenis tanaman lainnya selain padi diperkenankan apabila air tidak mencukupi atau adanya pertimbangan pencapaian target produksi optimal seperti palawija.

- Pembangunan gedung, perumahan dan pabrik atau bangunan fisik di kawasan ini tidak diperkenankan kecuali bangunan fisik pendukung prasarana irigasi.

(19)

basah atau bukan sawah tetapi berpotensi untuk berkembang menjadi sawah. Perubahan penggunaan tanah dari pertanian ke non pertanian wajib memperhatikan rencana produksi pangan secara nasional maupun regional serta ada Izin Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan tanah.

- Pembangunan yang bersifat non pertanian diusahakan agar tidak menggunakan areal pertanian yang subur, beririgasi teknis, setengah teknis dan sederhana, serta berfungsi utama melindungi sumber daya alam dan warisan budaya.

- Pelaksanaan konservasi tanah atas dasar status irigasi, produktivitas, sifat penggunaan tanah (perkotaan atau perdesaan) dan letak serta luas tanah dilakukan secara bertahap. Kegiatan yang diizinkan adalah pengolahan lahan dan penelitian. Jenis bangunan yang diizinkan yaitu prasarana irigasi.

- Penyediaan bibit unggul oleh petani secara mandiri perlu dikembangkan untuk secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap bibit unggul produksi daerah lain atau pengusaha bibit. Sehingga sektor partanian di Kabupaten Kudus akan menjadi kuat yang pada akhirnya akan menghambat berkembangnya sektor industri yang tidak berbasis potensi lokal.

- Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus memanfaatkan potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya. Kawasan peruntukan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh dialihfungsikan.

b. Peruntukan Pertanian Lahan Kering

Kawasan peruntukan pertanian lahan kering, yaitu berupa rencana pengembangan lokasi kawasan peruntukan pertanian lahan kering, yaitu di Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe, Kecamatan Bae, Kecamatan Kota. Luasan kawasan peruntukan pertanian lahan kering adalah kurang lebih 10.322 Ha (Hektar).

Rencana pengelolaan kawasan peruntukan pertanian lahan kering, melalui :

- Selain untuk tanaman lahan kering, dapat dikembangkan kegiatan agroindustri dan agrowisata, serta diperkenankan mengusahakan tanaman keras yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman dan dapat diberikan hak guna usaha.

- Kawasan ini dapat diubah menjadi lahan basah dengan memperhatikan potensi fisik wilayah dan rencana pengembangan jaringan irigasi.

- Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus memanfaatkan potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya.

- Kawasan peruntukan pertanian tanaman lahan kering tidak produktif dapat dialihfungsikan dengan syarat-syarat tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat dan atau oleh Departemen Pertanian.

c. Kawasan Agropolitan

Kawasan Agropolitan di Kabupaten Kudus berupa kawasan yang diperuntukan untuk produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam. Kawasan Agropolitan di Kabupaten Kudus ini terletak di Kecamatan Undaan.

(20)

berkelanjutan. Dalam rangka mendukung program dimaksud maka Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah dan Lahan Kering di Kabupaten Kudus seluas kurang lebih 30.901 Ha (Hektar) perlu dikelola dengan baik melalui penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Adapun kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Kudus direncanakan seluas kurang lebih 25.334 Ha (Hektar).

B.

Peruntukan Hortikultura

Kawasan peruntukan hortikultura di Kabupaten Kudus berupa kawasan yang diperuntukan untuk tanaman sayur-sayuran. Varietas holtikultura yang cukup potensial di Kabupaten Kudus berupa cabe, kacang panjang, bawang merah, terung, ketimun, labu siam dan bayam. Kawasan peruntukan hortikultura di Kabupaten Kudus berada di Kecamatan Mejobo, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe.

Rencana pengelolaan kawasan peruntukan hortikultura, melalui :

- Selain untuk tanaman hortikultura, dapat dikembangkan kegiatan agroindustri dan agrowisata, serta diperkenankan mengusahakan tanaman keras yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman dan dapat diberikan hak guna usaha.

- Kawasan ini dapat diubah menjadi lahan basah dengan memperhatikan potensi fisik wilayah dan rencana pengembangan jaringan irigasi.

- Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus memanfaatkan potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya.

- Kawasan peruntukan pertanian tanaman hortikultura tidak produktif dapat dialihfungsikan dengan syarat-syarat tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat dan atau oleh Departemen Pertanian.

C.

Peruntukan Perkebunan

Kawasan peruntukan perkebunan di Kabupaten Kudus meliputi peruntukan perkebunan Tebu seluas kurang lebih 5.811 Ha (Hektar), peruntukan perkebunan Kapuk seluas kurang lebih 1.187 Ha (Hektar), peruntukan perkebunan Kelapa seluas kurang lebih 790Ha (Hektar), peruntukan perkebunan Kopi seluas kurang lebih 490 Ha (Hektar), peruntukan perkebunan Cengkeh seluas 107 Ha (Hektar), dan peruntukan perkebunan Kapas. Luasan kawasan peruntukan Perkebunan di Kabupaten Kudus adalah seluas 8.387 Ha (Hektar) yang tersebar ke semua kecamatan, yaitu :

1) Kecamatan Kaliwungu, meliputi peruntukan perkebunan Tebu, Kelapa dan Kapas. 2) Kecamatan Kota, melputi peruntukan perkebunan Tebu dan Kelapa.

3) Kecamatan Jati, meliputi peruntukan perkebunan Kelapa. 4) Kecamatan Undaan, melputi peruntukan perkebunan Kapuk dan Kelapa. 5) Kecamatan Mejobo, melputi peruntukan perkebunan Tebu, Kapuk dan Kelapa. 6) Kecamatan Jekulo, melputi peruntukan perkebunan Tebu, Kapuk dan Kelapa. 7) Kecamatan Bae, melputi peruntukan perkebunan Tebu, Kapuk dan Kelapa.

8) Kecamatan Gebog, melputi peruntukan perkebunan Tebu, Kapuk, Kelapa, Kopi dan Cengkeh. 9) Kecamatan Dawe, melputi peruntukan perkebunan Tebu, Kapuk, Kelapa, Kopi dan Cengkeh. Rencana pengelolaan kawasan peruntukan perkebunan di Kabupaten Kudus, melalui :

(21)

25,35 % asalkan penahan dapat berfungsi dengan baik, teras dapat dibangun menurut lebar lereng.

- Masih diperkenankan untuk pengembangan kegiatan agrowisata dan menebang pohon tetapi pada tempat-tempat terbuka, supaya ditanami perdu yang mampu melindungi tanah air hujan, serta dilengkapi dengan tempat penampung air hujan untuk mengurangi aliran permukaan.

- Untuk penggarapan tanah berupa pembalikan lapisan atas tanah seminimal mungkin kecuali keperluan penyuburan tanah sekitar pangkal pohon selebar tajuk pohon. Penebangan tanaman keras dalam rangka panen, dilakukan secara tebang pilih dan selanjutnya dilaksanakan penyulaman guna menciptakan ruang terbuka.

- Penguasaan/pemilikan tanah yang mampu menghasilkan kondisi sebagaimana yang diminta memperoleh insentif berupa pengurangan pajak, sedangkan pihak yang tidak mampu dikenakan pajak lebih tinggi dari nilai pajak yang normal.

D.

Peruntukan Peternakan

Kawasan peruntukan peternakan di Kabupaten Kudus meliputi: a. peternakan besar;

b. peternakan kecil; dan c. peternakan unggas.

Kawasan peruntukan peternakan besar berada di Kecamatan Undaan, Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Mejobo. Kawasan peruntukan peternakan kecil berada di Kecamatan Gebog. Sedangkan kawasan peruntukan peternakan unggas berada tersebar di semua wilayah kecamatan. Deliniasi spasial kawasan peruntukan perkebunan tidak dapat dibedakan secara terpisah karena menyatu dengan kawasan peruntukan lainnya yaitu kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan dan kawasan peruntukan permukiman.

3.2.2.4. Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Kudus diarahkan tersebar di semua wilayah Kecamatan kecuali Kecamatan Kota, dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Rencana pengelolaan peruntukan perikanan, melalui :

- Diperlukan adanya kontrol berupa peraturan, sanksi dan arahan dari pemerintah Kabupaten khususnya dalam mengatur aktivitas perikanan dan pemanfaatannya.

- Pengelolaan limbah buangan hasil kegiatan perikanan (baik limbah cair atau limbah padat) harus diolah terlebih dahulu, sebelum dibuang ke perairan umum.

3.2.2.5. Kawasan Peruntukan Pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan mineral batuan di Kabupaten Kudus berada pada beberpa daerah, yaitu :

- Kecamatan Jekulo terdapat di Desa Tanjungrejo dan Dukuh Kaliwuluh Desa Gondoharum berupa andesit – pasir, tanah urug dan pasir.

(22)

Rencana pengelolaan kawasan peruntukan pertambangan :

- Diperlukan adanya kontrol berupa peraturan, sanksi dan arahan dari pemerintah Kabupaten khususnya dalam mengatur aktivitas pertambangan dan pemanfaatannya.

- Kegiatan yang diizinkan adalah penambangan, pengolahan awal dan pengemasan, pengangkutan, pengelolaan dan pemantauan kawasan dan penelitian. Jenis bangunan yang diizinkan adalah bangunan pengolahan dan penunjang, fasilitas pengangkutan dan penunjangnya, pos pengawasan dan kantor pengelola, balai penelitian.

- Kegiatan yang diperbolehkan pada kawasan peruntukan pertambangan batuan adalah kegiatan pertambangan yang memperhatikan ketersediaan dan keberlangsungan bahan tambang untuk masa yang akan datang dan menjaga kualitas lingkungan di sekitar lokasi kawasan peruntukan pertambangan.

3.2.2.6. Kawasan Peruntukan Industri 1) Peruntukan Industri Besar

Kawasan peruntukan industri besar dan kawasan industri diarahkan di sepanjang jalan selebar 500 m (lima ratus meter) ke kiri-kanan dari as jalan, di sepanjang jalan Jekulo – Pati dan jalan Kaliwungu – Jepara.

2) Peruntukan Industri Sedang

Kawasan peruntukan industri sedang di Kabupaten Kudus diarahkan pada lokasi baru di luar kawasan perkotaan, tepatnya di Kecamatan Mejobo, Kecamatan Jati, Kecamatan Bae, dan Kecamatan Gebog.

3) Peruntukan Industri Rumah Tangga

Kawasan peruntukan industri rumah tangga di Kabupaten Kudus yang sudah ada di kawasan perkotaan maupun kawasan peruntukan permukiman secara umum dilakukan penataan dan pengelompokan menjadi sentra atau lingkungan industri kecil.

Luas keseluruhan kawasan peruntukan industri Kabupaten Kudus adalah + 720,99 Ha (Hektar). Rencana pengelolaan kawasan peruntukan industri, melalui :

- Pengelolaan kawasan peruntukan industri tergantung oleh jenis pengelompokkan industri yang akan dikelola. Selain itu, perlu juga disediakan sarana dan prasarana ke dan di kawasan yang akan dijadikan kawasan bagi peruntukan industri, seperti prasarana jalan, listrik dan telepon, fasilitas air bersih untuk kegiatan industri, fasilitas pengolahan dan pembuangan limbah.

- Pengelolaan limbah buangan hasil kegiatan industri (baik limbah cair atau limbah padat, yang bersifat B3 (berbau, beracun dan berbahaya)) harus diolah terlebih dahulu, sehingga kapasitas bahan B3 yang terkandung pada limbah berada di bawah ambang batas yang telah diperkenankan sebelum dibuang ke perairan umum.

(23)

3.2.2.7. Kawasan Peruntukan Pariwisata 1) Peruntukan Pariwisata Budaya

Kawasan Peruntukan Pariwisata Budaya di Kabupaten Kudus, meliputi : a. Museum Kretek, Kecamatan Jati.

b. Taman Budaya, Kecamatan Bae.

c. Taman Krida Wisata, Kolam Renang dan GOR, Kecamatan Kota. d. Kawasan Makam Sunan Kudus di Kecamatan Kota.

e. Kawasan Makam Sunan Muria di Kecamatan Dawe.

f. Kawasan Tradisional Desa Wonosoco, di Kecamatan Undaan; 2) Peruntukan Pariwisata Alam

Kawasan Peruntukan Pariwisata Alam di Kabupaten Kudus, meliputi : a. Kawasan Wisata Gunung Muria, di Kecamatan Dawe.

b. Kawasan Wisata Agro Kopi dan Jeruk Pamelo di Kecamatan Dawe. 3) Peruntukan Pariwisata Buatan

Kawasan Peruntukan Pariwisata Buatan di Kabupaten Kudus, meliputi :

a. Kawasan Wisata Kuliner berupa Soto Kudus, Pindang Kerbau dan Sate Kerbau di Kecamatan Kota.

b. Kawasan Wisata Industri berupa industri Jenang di Kecamatan Kota. c. Kawasan Wisata Belanja di Pasar Kliwon di Kecamatan Kota. d. Kawasan Wisata Minat Khusus di Museum Kretek di Kecamatan Jati.

Luasan keseluruhan kawasan pariwisata Kabupaten Kudus adalah kurang lebih 34 Ha (Hektar). Rencana pengelolaan kawasan pariwisata Kabupaten Kudus, melalui :

- Kawasan pariwisata di Kabupaten Kudus dikelola oleh Pemerintah (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) serta masyarakat setempat. Dalam hal ini pemerintah berperan dalam menyediakan sarana dan prasarana memadai guna memberikan kenyamanan bagi para wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata serta melakukan promosi objek wisata yang terdapat di Kabupaten Kudus jika ada event pariwisata dan kebudayaan tingkat nasional.

(24)

3.2.2.8. Kawasan Peruntukan Permukiman 1) Peruntukan Permukiman Perkotaan

Kawasan peruntukan permukiman perkotaan, meliputi batas fisik kawasan perkotaan Kudus dan Ibukota Kecamatan (IKK) di Kabupaten Kudus. Lingkup lokasi kawasan perkotaan Kudus meliputi seluruh wilayah Kecamatan Kota, seluruh Kecamatan Bae, seluruh Kecamatan Jati, sebagian Kecamatan Kaliwungu, sebagian Kecamatan Gebog dan sebagian Kecamatan Mejobo. Sedangkan lingkup lokasi IKK meliputi permukiman yang termasuk dalam deliniasi IKK Undaan, IKK Dawe, IKK Jekulo, IKK Gebog dan IKK Mejobo dengan luas permukiman perkotaan sebesar kurang lebih 2.867 Ha (Hektar).

2) Peruntukan Permukiman Perdesaan

Kawasan peruntukan permukiman perdesaan, meliputi batas fisik permukiman di luar Kota Kudus dan 5 IKK (Ibu Kota Kecamatan) yang ada dengan luas mencapai kurang lebih 668 Ha (Hektar). Rencana pengelolaan kawasan permukiman, melalui :

- Perubahan fungsi kawasan peruntukan permukiman harus sesuai dengan fungsi kawasan tersebut. - Pengembangan kawasan perumahan baru dilakukan untuk mendukung kawasan peruntukan

permukiman yang sudah ada dengan persyaratan lingkungan, keterpaduan infrastruktur dan kelengkapan infrastruktur yang dibutuhkan.

- Pengembangan kawasan perumahan harus memperhatikan kebutuhan ruang terbuka hijau.

- Setiap bidang tanah di kawasan peruntukan permukiman harus mempunyai/mendapat akses jalan dan setiap pemecahan bidang tanah di kawasan peruntukan permukiman harus mendapat advice planning/rencana tapak kapling dari Kantor Pertanahan.

(25)

GAMBAR 3.4.

(26)

3.3. FUNGSI DAN PERAN KABUPATEN KUDUS

Fungsi dan peran Kabupaten Kudus dapat digambarkan melalui posisi Kabupaten Kudus terhadap Kabupaten Kudus, dan sistem kerjasama regional dalam pengembangan wilayah yang terdapat di Kabupaten Kudus. Gambaran fungsi dan peran Kabupaten Kudus diuraikan sebagai berikut.

3.3.1. Kedudukan Kabupaten Kudus Dalam Perwilayahan Propinsi Jawa Tengah.

Kedudukan Kabupaten Kudus dalam perwilayahan Propinsi Jawa Tengah dapat dilihat berdasarkan sistem transportasi maupun sistem perkotaan Kabupaten Kudus terhadap regional Jawa Tengah, yang diuraikan sebagai berikut:

A. Kedudukan Kabupaten Kudus Dalam Sistem Transportasi Regional

Sistem transportasi regional Kabupaten Kudus berada di jalur Pantai Utara Pulau Jawa (Pantura). Keberadaannya wilayah Kabupaten Kudus di wilayah regional Jawa Tengah memiliki peran dan fungsi sebagai salah satu kota yang mendukung perkembangan jalur utara Pulau Jawa. Sistem transpotasi yang membentuk pola linear memberikan dampak terhadap perkembangan aktivitas perkotaan yang juga mengikuti pola jaringan transportasi. Jaringan transportasi yang ada di wilayah Kabupaten Kudus memiliki sistem jaringan jalan lingkar, yang dalam hal ini berguna untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan arus kendaraan yang memasuki wilayah kota.

Kabupaten Kudus dilalui oleh jaringan jalan arteri dengan status jalan nasional, serta jaringan jalan kolektor dan lokal dengan status jalan kabupaten. Jaringan jalan arteri ini merupakan jalur Pantura (Pantai Utara Jawa) yang sangat strategis dan cukup padat yang menghubungkan kota-kota antara Semarang– Kudus-Surabaya.

B. Kedudukan Kabupaten Kudus Dalam Sistem Perkotaan Regional

Konstelasi perkotaan di Jawa Tengah dapat dilihat dari pembagian Wilayah Pembangunan (WP) dengan pusat kota-kota yang memiliki orde tinggi. Pusat-pusat pembangunan Jawa Tengah menetapkan Kabupaten Kudus termasuk dalam Wilayah Pembangunan X (WP X), terdiri dari Kabupaten Jepara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus dengan pusat pengembangan di Kota Kudus

Berdasarkan pendekatan skalogram didapatkan fungsi kota sebagai pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal. Keterkaitan antarkota sebagai suatu sistem yang fungsional diketahui melalui kajian gravitasi/indeks sentralitas pelayanan kota induk dengan kota-kota disekitarnya. Berdasarkan kedua pendekatan tersebut konstelasi sistem perkotaan di Jawa Tengah dibagi dalam 3 bentuk pusat pelayanan perkotaan yaitu:

 Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Nasional (KPPKN)

 Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Wilayah (KPPKW)

 Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Lokal (KPPKL)

Sesuai kriteria tersebut di atas, pengembangan perkotaan di Jawa Tengah sesuai dengan PP No 26 tahun 2008 tentang RTRW Nasional dikembangkan sebagai berikut::

PKN : Kota Surakarta, Kawasan Perkotaan Kedungsepur (Semarang, Kendal, Demak, Ungaran, Purwodadi), Cilacap.

PKW : Kota Boyolali, Klaten, Salatiga, Tegal, Pekalongan, Kudus, Cepu, Magelang, Wonosobo, Kebumen.

PKL : Ditetapkan dalam RTRW Propinsi.

(27)

 Sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung fungsi kawasan perkotaan Kedungsepur sebagai PKN.

 Sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala beberapa kabupaten.

 Sebagai simpul transportasi yang melayani skala beberapa kabupaten.

Adapun kota-kota yang termasuk dalam lingkup pelayanan PKW meliputi perkotaan yang ada di regional Wanarakuti meliputi Kota Kudus sebagai Pelayanan Kegiatan Wilayah (ordo I), Kota Juwana, Pati dan Jepara sebagai ordo II dan Kota Tayu dan Pecangaan sebagai ordo III. Struktur perkotaan ini diikuti dengan jenjang kota-kota yang lebih rendah disekitarnya.

3.3.2. Sistem Kerjasama Regional Dalam Pengembangan Wilayah

Arahan pengembangan Kabupaten Kudus, dalam sistem kerjasama regional Provinsi Jawa Tengah, dapat dilihat berdasarkan adanya penetapan Kabupaten Kudus sebagai Kawasan Andalan Propinsi Jawa Tengah. Kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Propinsi Jawa Tengah meliputi Kawasan Cilacap dan sekitarnya, Kebumen dan sekitarnya, Borobudur dan sekitarnya, Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten), Wanarakuti (Juwana, Jepara, Kudus, Pati), Kedungsapur (Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, Purwodadi), dan Bregas (Brebes, Tegal, Slawi).

Adapun rumusan kerjasama yang menyangkut Kabupaten Kudus adalah berupa kerjasama strategis daerah kabupaten yang tergabung dalam Regional Wanarakuti (Juwana, Jepara, Kudus dan Pati). Secara etimologi, regional terbentuk dari kata rege yang berarti memerintah, mendominasi, menguasai. Sedangkan dalam regional dalam konteks geografis diartikan sebagai terbentuknya suatu region yang terdiri dari beberapa daerah administrasi dan secara keruangan memiliki relevansi/keterkaitan geografis (Abdurahman, 2005:7). Dengan demikian, proses regionalisasi Wanarakuti hanya terjadi pada wilaah yang memiliki keterkaitan erat dalam bentuk spasial baik dalam tataran interaksi, inter relasi maupun interdependensi.

Secara geografis, keempat wilayah kabupaten tersebut memiliki keterkaitan erat dalam hal jenis kondisi dan struktur geologis. Keterkaitan struktur permukaan tanah perbukitan dan pegunungan Muria, iklim, serta aliran sungai menjadikan interdependensi antar kabupaten. Sistem ekologi yang dibentuk oleh perilaku pemanfaatan sumber daya alam daerah atas (up stream), daerah tengah (middle stream) dan daerah bawah (down stream) menjadikan setiap keputusan pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan dampak bagi darah yang lain. Pentingnya keterkaitand an hubungan kerjasama ini terlihat jelas pada sistem ekologi yang ada, seperti pada pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) serta konservasi kawasan lindung yang kurang sesuai telah mengakibatkan bencana kekeringan, banjir dan tanah longsor di daerah yang lain.

(28)

3.3.3. Fungsi dan Peran Kabupaten Kudus Secara Internal

Fungsi dan peran Kabupaten Kudus dalam pengembangan wilayah secara internal dapat dilihat berdasarkan struktur perkotaan Kabupaten Kudus. Struktur perkotaan Kabupaten Kudus dapat dikategorikan ke dalam tiga (3) kategori, meliputi : Kawasan Ibukota Kabupaten, Kawasan Ibukota Kecamatan (IKK) dan Kawasan Desa Pusat Pertumbuhan (KTP2D). Secara rinci arahan lokasi dan peran masing-masing kategori struktur perkotaan Kabupaten Kudus adalah :

A. Kawasan Ibukota Kabupaten

Kawasan Kota Kudus berperan sebagai pusat pertumbuhan regional Wanarakuti, pusat kegiatan pemerintahan Kabupaten Kudus, pusat kegiatan komersial (perdagangan dan jasa), pusat kegiatan pendidikan, kesehatan, pariwisata, industri dan permukiman penduduk perkotaan kudus. Pertumbuhan Kota Kudus menunjukkan ekspansi atau perluasan ke kawasan sekitar dan berpengaruh bagi pertumbuhan kota-kota lain yang secara konstelasi regional memiliki keterkaitan tinggi dengan Kota Kudus. Wilayah yang masuk kedalam kawasan ibukota kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL III-1.

WILAYAH YANG TERMASUK DALAM IBUKOTA KABUPATEN KUDUS

No. Kecamatan Jml.

Sumber: Evaluasi RTR IKK Kabupaten Kudus, 2007

B. Kawasan Ibukota Kecamatan

(29)

TABEL III-2.

WILAYAH KOTA YANG TERMASUK IBUKOTA KECAMATAN (IKK)

No. Ibukota

4 IKK Jekulo 5 Jekulo Klaling Hadipolo Tanjungrejo Honggosoco 5 IKK Mejobo 3 Mejobo Golantepus Tenggeles - -

Sumber: Evaluasi RTR IKK Kabupaten Kudus, 2007

C. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)

Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) merupakan salah satu pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana yang dapat menunjang tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi perdesaan. Dari pengertian tersebut, maka dalam satu wilayah kabupaten akan terbentuk satuan-satuan KTP2D dengan satu Desa Pusat Pertumbuhan (DPP). DPP adalah desa yang mempunyai potensi/ kemampuan cepat berkembang yang dipilih berdasarkan adanya keterkaitan dengan beberapa desa yang ada di sekitarnya dan mempunyai pelayanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa-desa sekitarnya. Dengan adanya kemampuan pelayanan yang tinggi tersebut, DPP yang bersangkutan layak disebut dengan “Desa Pusat”, dan desa-desa sekitarnya disebut dengan “Daerah Belakangnya (Hinterland)”.

Lokasi KTP2D di Kabupaten Kudus meliputi 6 kecamatan dan 28 desa. Adapun persebaran lokasi KTP2D terlihat pada tabel berikut.

TABEL III-3.

WILAYAH KAWASAN TERPADU PUSAT PERTUMBUHAN DESA (KTP2D)

No. Kecamatan Jml.

-Setrokalangan -Garung Kidul

2 Undaan 6 Kalirejo -Glagahwaru

(30)

3.4. STRATEGI/ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KUDUS 3.4.1 Visi Pengembangan Kabupaten

Visi yang dijadikan acuan pengembangan Pemerintah Kabupaten Kudus diadopsi dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2005 – 2025. Adapun Visi Pembangunan Kabupaten Kudus adalah :

“ Kudus Yang Religius, Maju dan Adil “

Religius mengandung arti bahwa masyarakat diharapkan memiliki ketaatan pada agama dalam melaksanakan pembangunan yang berorientasi pada kemajuan dan keadilan, berkaitan dengan itu religius dipakai sebagai dasar filosofi yang menjiwai pelaksanaan pembangunan secara berkesinambungan dalam segala bidang.

Maju artinya bahwa pelaksanaan pembangunan daerah senantiasa dilandasi dengan keinginan bersama untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik secara fisik maupun non fisik didukung oleh sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi, berperadaban tinggi, professional serta bewawasan kedepan yang luas. Maju tercermin dari terbentuknya daerah yang mandiri dengan segenap potensinya namun tetap mengedepankan pentingnya kerjasama dan sinergitas.

Adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, kelompok, gender maupun wilayah. Sebagai pelaksana dan penggerak pembangunan sekaligus obyek pembangunan, rakyat mempunyai hak baik dalam melaksanakan maupun menikmati hasil pembangunan. Pembangunan haruslah dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Oleh karena itu pelaksanaan pembangunan di Daerah harus mendasarkan pada rasa keadilan. Keadilan harus tercermin pada semua aspek kehidupan. Semua mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf hidup dalam memperoleh lapangan pekerjaan, pelayanan sosial, pendidikan, kesehatan, mengemukakan pendapat, melaksanakan hak politik, mengamankan daerah serta perlindungan dan memiliki rasa aman.

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten Kudus ditempuh melalui Misi Pembangunan Kabupaten Kudus yang dirumuskan sebagai berikut :

a. Mewujudkan masyarakat bermoral, beretika dan berbudaya.

b. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang taat pada agama dengan mengembangkan toleransi secara serasi dan seimbang.

c. Mewujudkan masyarakat yang dinamis, modern, berdaya saing sesuai dengan perkembangan global. d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.

e. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan Berlandaskan Penataan Ruang dan Berwawasan Lingkungan. f. Mewujudkan keadilan bagi masyarakat melalui penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

g. Meningkatkan kehidupan masyarakat yang sejahtera. h. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban umum.

(31)

3.4.2 Identifikasi Wilayah Yang Dikendalikan Perkembangannya

Identifikasi wilayah yang dikendalikan perkembangannya merupakan wilayah Kabupaten Kudus yang perlu dikendalikan perkembangannya berkaitan dengan aspek kebijakan penataan ruang dan aspek pembangunan prasarana. Kawasan yang perlu dikendalikan perkembangannya pada masing-masing aspek adalah :

A. Aspek Kebijakan Penataan Ruang

Wilayah yang perlu dikendalikan perkembangannya berkaitan dengan aspek kebijakan penataan ruang di Kabupaten Kudus dapat digambarkan dari : wilayah yang secara geografis berdampingan dengan kawasan lindung dan berfungsi sebagai kawasan penyangga berdasarkan RTRW Kabupaten Kudus, wilayah perbatasan, wilayah perkotaan dan yang terletak pada jalur transportasi regional. Wiayah yang perlu dikendalikan perkembangannya adalah :

a. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung di kabupaten Kudus, yang ditetapkan di kawasan hutan Gunung Muria seluas kurang lebih 1.477Ha ( Hektar) dalam pengembangannya perlu dikendalikan secara ketat. Hal itu perlu dilakukan mengingat fungsi kawasan hutan lindung yaitu memberikan perlindungan terhadap kawasan yang ada dibawahnya.

b. Kawasan Perbatasan

Kawasan perbatasan yang terdapat di Kabupaten Kudus adalah wilayah-wilayah yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pati, Jepara, Demak dan Grobogan. Misalnya adalah: Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo, Desa Papringan dan Sidorekso Kecamatan Kaliwungu, Desa Jati Wetan Kecamatan Jati, Desa Lambangan Kecamatan Undaan. Arahan pengembangan yang terapat pada kawasan perbatasan ini perlu dikendalikan perkembangannya dan disesuaikan dengan arahan pemanfaatan ruang. Sehingga akan meminimalisasi dampak terjadinya konflik antar kawasan perbatasan.

c. Kawasan Perkotaan

Kawasan Perkotaan Kudus yang tumbuh dengan berbagai fasilitas perkotaan dengan skala pelayanan regional. Kawasan Perkotaan Kudus meliputi wilayah administrasi 6 kecamatan dan 65 desa / kelurahan seluas kurang lebih 10.351 Ha (hektar) yaitu seluruh Kecamatan Kota (25 desa/kelurahan), seluruh Kecamatan Jati (14 desa) , seluruh Kecamatan Bae (11 desa), sebagian Kecamatan Kaliwungu (8 desa), sebagian Kecamatan Gebog (5 desa) dan sebagian Kecamatan Mejobo (3 desa). Kawasan perkotaan ini berperan sebagai pusat pelayanan dan pendukung kegiatan bagi daerah sekitarnya selain bagi kawasan perkotaan itu sendiri. Kawasan ini memiliki tingkat perkembangan yang cukup tinggi mengingat kawasan tersebut mempunyai daya tarik dan kelengkapan fasilitas pelayanan. Oleh karena itu kawasan perkotaan Kudus dalam pemanfaatan lahannya diperlukan pengendalian yang cukup sehingga perkembangan kawasan perkotaan sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang yang ditetapkan.

d. Kawasan Yang Terletak Pada Jalur Transportasi Regional

(32)

lalu lintas regional dan nasional tersebut. Dalam perkembangannya Kabupaten Kudus berkembang dari arah Barat ke Timur tepatnya di sepanjang jalan pantura. Hal ini perlu dikendalikan karena akan mengakibatkan disparitas wilayah antara daerah yang dilalui jalur pantura dengan daerah yang tidak dilalui jalur tersebut. Sehingga perkembangan kota di Kabupaten Kudus tidak menyeluruh, atau hanya di sepanjang jalur pantura.

B. Aspek Pembangunan Prasarana

Wilayah yang perlu dikendalikan perkembangannya berkaitan dengan aspek pembangunan prasrana di Kabupaten Kudus dapat digambarkan dari wilayah yang memiliki permasalahan dengan kondisi fisik sebagai limitasi sehingga tidak memungkinkan/ mengalami kesulitan dalam pengembangan dan pembangunan prasarana dan sarana dasar.

Berdasarkan kajian, secara geografis Kabupaten Kudus terletak pada posisi 110°36’ Dan 110°50’

BT serta 6°51’ dan 7°16 LS, dengan luas wilayah 42.516 hektar yang terletak pada ketinggian 5 – 1.600 m di atas permukaan laut. Wilayah yang memiliki ketinggian terendah, yaitu 5 meter diatas permukaan air laut berada di Kecamatan Undaan. Sedangkan Wilayah dengan ketinggian tertinggi berada di Kecamatan Dawe, yang berupa dataran tinggi dengan ketinggian 1600 meter diatas permukaan air laut.

Wilayah dengan ketinggian tertinggi tersebut merupakan wilayah dengan limitasi pengembangan karena kemiringan lahan di atas 40 % tertetak di Kecamatan Dawe (Desa Ternadi) Kecamatan Gebog (Desa Rahtawu, Desa Menawan) dan daerah Puncak Muria bagian selatan. Wilayah pembatas karena faktor erosi dan gerakan meliputi Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe dan puncak Muria bagian selatan.

3.4.3 Identifikasi wilayah yang didorong pertumbuhannya

Identifikasi wilayah yang didorong pertumbuhannya merupakan wilayah Kabupaten Kudus yang perlu didorong pertumbuhannya berkaitan dengan aspek kebijakan penataan ruang dan aspek pembangunan prasarana. Kawasan yang perlu didorong pertumbuhannya pada masing-masing aspek adalah :

A. Aspek Kebijakan Penataan Ruang

Wilayah yang perlu didorong pertumbuhannya berkaitan dengan aspek kebijakan penataan ruang diarahkan pada wilayah di Kabupaten Kudus yang ditetapkan dan diarahkan menjadi kawasan strategis untuk mendukung kepentingan pengembangan fungsi tertentu. Adapun kawasan strategis di Kabupaten Kudus adalah :

a. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi, yaitu

Kawasan Perkotaan Kudus yang tumbuh dengan berbagai fasilitas perkotaan dengan skala pelayanan regional. Kawasan Perkotaan Kudus meliputi wilayah administrasi 6 kecamatan dan 65 desa / kelurahan seluas kurang lebih 10.351 Ha (hektar) yaitu seluruh Kecamatan Kota (25 desa/kelurahan), seluruh Kecamatan Jati (14 desa) , seluruh Kecamatan Bae (11 desa), sebagian Kecamatan Kaliwungu (8 desa), sebagian Kecamatan Gebog (5 desa) dan sebagian Kecamatan Mejobo (3 desa).

Gambar

GAMBAR 3.1.
GAMBAR 3.2.
GAMBAR 3.3.
GAMBAR 3.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada gambar rumah kami beri warna berwarna-warni agar telihat menarik , bagian atap kami beri warna orange agar terlihat seperti warna genting aslinya kemudian tembok

• Semua sahabat yang selalu bersama-sama di kampus, Ersa (Besties yang suka pulang bareng, yang nyuruh ngerjain skripsi cepet-cepet, yang sibuk ngingetin deadline padahal

4). Peningkatan Kapasitas SDM dan Penataan Kelembagaan. Sasaran strategis yang ingin dicapai oleh BPS Provinsi Papua Barat adalah : 1) Tersedianya data dan informasi

Padaa tahun 1995 profit divisi tersebut telah melampaui anggarannya sehingga General Manager divisi memutuskan untuk mengecat kanto pada tahun 1995.. Adapun biaya pengecatan

dapatkan dari raja negeri seberang itu!” ujar Si Lemang dengan semangat. “Apa memangnya yang telah kamu dapatkan dari sana?”

Teman dekat menurut Kail dan Reilson (dalam Smet, Bart, 1994: 13) merupakan sumber dari dukungan sosial karena teman dekat, yang pada umumnya teman sebaya dapat memberikan rasa

Sehingga Informan tetap memiliki semangat dalam menjalani hidup, informan bisa membuktikan pada banyak orang bahwa meskipun berstatus janda cerai hidup, informan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori dukungan sosial dalam konteks psikologi perkembangan, khususnya yang terkait